Literatur I- Nabila Elwi Sismona (160406019).docx

  • Uploaded by: Lintang Harahap
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Literatur I- Nabila Elwi Sismona (160406019).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,836
  • Pages: 9
Perancangan Arsitektur IV

Kajian Literatur CREATIVE SCHOOL DAN INFORMASI SITE

Dosen: Ir. Dwira N. Aulia, MSc, PhD

160406019 Nabila Elwi Sismona Nasution

Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

I.

CREATIVE SCHOOL

Creative School merupakan sebuah tempat atau wadah dalam mengembangkan minat dan bakat serta kreatifitas bagi para pemuda Indonesia khususnya pelajar. Program tersebut mewadahi para pesertanya dalam mengembangkan potensi di bidang kreatif. Selain bidang kreatif, seperti menulis kreatif, jurnalistik, fotografi maupun videografi, Creative School juga memiliki berbagai program pengembangan softskill lainnya seperti public speaking, modelling dan motivation training. Di Indonesia ada beberapa creative school. Sebagai contohnya Djakarta Creative School,membuka berbagai jenis program, beberapa diantaranya, yaitu Pelatihan Menulis Kreatif, Pelatihan Jurnalistik, Fotografi, Videografi, Social Media Branding, Manajemen Media, Short Course Class, Workshop dan Seminar. Ada juga program utamanya yaitu Student Journalist Backpacker, sebuah kegiatan traveling backpacker yang dokumentatif dan informatif. Peserta dibekali kemampuan menulis, fotografi dan videografi melalui pertemuan Workshop sebelum berangkat ke tempat (Negara) tujuan. Selain itu juga ada program untuk Perlombaan, Public Speaking Class dan juga melakukan kerjasama produksi konten dengan lembaga lain. Program tersebut ditujukan kepada Pelajar Indonesia dan juga menjangkau Komunitas pemuda bidang kreatif maupun Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), agar kedepannya bisa bersinergi dan menciptakan iklim dunia kreatif yang baik di kalangan pemuda Indonesia sebagai penerus bangsa.

Tujuan utama program Djakarta Creative School yaitu meningkatkan peran pemuda bagi pembangunan Indonesia melalui bidang kreatif. Semakin berkembangnya kemajuan teknologi informasi akan mendukung dan mempercepat revolusi mental dengan pemanfaatan bidang kreatif dan teknologi Informasi. Selain itu, ini juga akan meningkatkan minat dan Bakat Pemuda dalam bidang kreatif dalam rangka peningkatan daya saing di era globalisasi. Target yang akan dicapai Djakarta Creative School untuk para pesertanya yaitu Peserta program mampu membuat karya kreatif (features, news, video blogging, film pendek, catatan singkat perjalanan) serta Terwujudnya peran aktif pemuda dalam kampanye positif melalui saluran produk jurnalistik dan media kreatif. Kedepan akan muncul Pemuda-pemuda yang menjadi duta pengenalan misi kebudayaan Indonesia dikancah internasional.

II.

LOKASI PERENCANAAN “MEDAN CREATIVE SCHOOL”

Sumber foto : Google Maps

Lokasi site

: Jl. Ahmad Yani 7 , Medan Kesawan

Batasan

: - Utara - Timur - Selatan - Barat

: Jl. HAR Syihabsss : Jl. Hindu : Jl. Perdana : Sungai Deli

Peraturan Kota : (Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung, Bab V Pasal 20) -

GSB :1m GSS : 20 m KDB : 60 % KLB :6 KDH : 20 % Tinggi Bangunan* : 13 Lantai (51 meter)

* Pada saat ini terdapat sekitar 14 bangunan gedung jangkung dengan ketinggian hingga 4 lantai atau lebih. Bangunan tinggi dengan jarak pandang terbatas hanya akan ternikmati sebatas 27 derajat oleh pengamat. Dengan demikian dapat difahami bahwa di Kesawan dahulunya hanya diperbolehkan membangun dengan ketinggian tiga lantai untuk maksimalisasi aras pandangan visual dengan penekanan ekspresi facade rendah yang menawan.

A. Hasil Survey Site

B. Bangunan Lama Warren Huiss yang terdapat di dalam Site Waren Huis Medan Pada tahun 1919, WarenHuis didirikan untuk dijadikan Supermarket (toserba). Gedung ini berada di Jl. Hindu. Tempat ini tidak jauh dari banyak lagi bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang ada di Medan. Waren Huis diresmikan oleh Walikota Medan pertama yaitu Daniel Baron Mackay. Arsiteknya bernama G. Bos yang berkebangsaan Jerman.Keberadaan supermarket ini hanya bertahan sekitar 23 tahun. Karena sekitar 1942 pemilik supermarket kembali ke Belanda lantaran kondisi Medan yang sudah mulai tidak kondusif, dijajah Jepang.Setelah dilepas pemilik supermarket, keberadaan bangunan masih tetap kokoh. Bahkan bangunan tersebut sempat dijadikan salah satu kantor oleh pemerintah, yakni sebagai Kantor Departemen Tenaga Kerja. Gedung ini memiliki ukuran 60 x 20 m didirikan pada 16 Februari 1919 ini merupakan bangunan pusat pertokoan pertama dan terbesar di Kota Medan dan di Pulau Sumatera sebagai basis ekonomi Hindia Belanda di awal abad ke-20. Nilai historis yang dimiliki oleh bangunan Warenhuis ini menjadi penting, selain romantika historis yang

dimilikinya juga ketika kawasan Kesawan dimana bangunan tersebut berada, bertransformasi menjadi lalu lintas kota yang padat dengan kondisi bangunan yang kurang terawat serta tidak terdapat adanya rutinitas kegiatan didalam gedung tersebut. Keberadaan bangunan Warren Huiss sebagai penunjang kegiatan aktifitas masa itu

dipengaruhi oleh pola interaksi masyarakat yang multietnis, hal ini tergambar dari pola tata ruang bangunan, arsitektural bangunan yang vernakularis hingga keterkaitan dengan masa art-deco yang turut menjadi warna fisik bangunan.Bangunan bersejarah Waren Huis menjadi sebentuk kajian preservasi terhadap keberadaan bangunan bersejarah di Kota Medan, yang tidak hanya sebagai tinggalan masa lalu semata melainkan juga sebagai simbol keterkaitan sejarah antar masa dengan memberi tinggalan berupa fisik-fisik bangunan yang memuat beragam cerita menarik dan mampu menjadi sarana reflektif kehidupan lalu di masa kini. Kemudian juga sebagai bagian kekayaan arsitektural Kota Medan yang beragam.

C. Re-USE Building Dalam kasus perencanaan “Medan Creative School”, Warren Huiss sebagai bangunan lama yang ada di dalam site nantinya akan menjadi RE-USE BUILDING dengan cara melakukan ADAPTIVE REUSE atau digunakan kembali dengan fungsi yang berbeda. Adaptive Reuse adalah membuat perubahan terhadap bangunan untuk mengakomodasi kebutuhan baru dan adaptasi yang dilakukan harus mampu menambah nilai dan kualitas bangunan bersejarah (Orbasli, 2008). Jadi, yang dimaksud dengan Reuse building adalah menggunakan kembali bangunan lama dengan cara mengakomodasi kebutuhan baru dan adaptasi yang harus mampu menambah nilai dan kualitas sebelumnya.

Melalui UU Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Cagar Budaya, yang dimaksud dengan adaptasi adalah upaya pengembangan Cagar Budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting. Adaptive reuse pada dasarnya melindungi nilai sejarah dan arsitektur bangunan, sekaligus memberi keleluasaan yang cukup untuk fungsi baru (Pusat Dokumentasi Arsitektur, 2011). Manfaat Adaptive Reuse dalam Konservasi Seperti yang dikemukakan oleh Henehan dan Woodson yang menyatakan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penerapan konsep adaptive reuse pada sebuah kawasan maupun bangunan tua bersejarah, yaitu: 1. Menjadikan kawasan atau bangunan sebagai sumber sejarah dan budaya dengan tetap mempertahankan nilai-nilai sejarah yang tersirat di dalamnya 2. Meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dengan adanya fungsi baru dari kawasan atau bangunan tersebut. Sementara manfaat lainnya yang dapat kita petik adalah : 1. 2. 3. 4.

Mendukung strategi konservasi dan penghematan sumber daya Biaya konstruksi yang relatif lebih rendah Biaya akuisisi lahan yang cukup ringan Waktu pengerjaan/konstruksi yang lebih singkat tergantung dari lingkup pekerjaannya 5. Menjembatani hubungan antara kehidupan masa lalu dengan masa kini. D. Lokasi Site sebagai Daerah Konservasi Lokasi site yang terletak di daerah Kesawan merupakan salah satu Medan Heritage yang pernah menjadi Central Business District Kota Medan. Ditengah kepopuleran Kawasan Kesawan sebagai Warisan Cagar Budaya Arsitektur Kolonial sekaligus destinasi wisata andalan kota Medan ternyata Kawasan Kesawan mengalami demolition arsitektur menyisakan hanya 17,14% warisan budaya yang masih dapat diketengahkan (Lindarto,2016). Oleh karena itu kesawan termasuk kedalam daerah Konservasi. Yang dimaksud dengan konservasi adalah proses merawat sebuah tempat, benda, ruang, dan pemandangan, untuk menjaga nilai budaya, estetika, sejarah, sosial atau spritualnya. (Australia ICOMOS Burra Charter, 2013). Konservasi merupakan proses memahami, memelihara, menjaga, dan jika diperlukan memperbaiki, mengembalikan dan menyesuaikan fungsi untuk mempertahankan nilai budaya. Konservasi merupakan sistem yang berkelanjutan yang tidak hanya memperhatikan aspek arsitektural, namun juga ekonomi dan sosial. Fokus konservasi adalah sejarah, masa kini, dan masa depan bangunan dengan mempertimbangkan: bukti sejarah, kebutuhan saat ini, dan keberlanjutan untuk masa depan (Orbasli, 2008). Berbagai bentuk konservasi adalah

perawatan, preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan interpretasi (Australia ICOMOS Burra Charter, 2013). Etika dalam Konservasi Ada 3 hal yang menjadi dasar dalam melakukan konservasi (Orbasli, 2008) 1. Pendekatan Berdasarkan Nilai, Nilai yang penting pada bangunan atau tempat bersejarah adalah arsitektur dan sejarahnya, yang jika hilang akan menurunkan kepentingannya, namun selain fisiknya, banyak nilai lain yang perlu dipertimbangkan. 2. Integritas , Konservasi harus dilakukan dengan integritas, menggunakan material yang sesuai dengan tujuan kesesuaian. Bangunan bersejarah merupakan peninggalan masa lalu yang menyimpan detail dan informasi tentang masa lalu; hal ini merupakan integritas sejarah. 3. Otentisitas. Otentik tidak berarti mengembalikan bangunan ke bentuk aslinya.

Latar Belakang segmen Kesawan - Pemuda tidak terlepas dari sejarah perkembangan kota Medan, karena segmen ini merupakan perkembangan dari kampung Medan. Beberapa pernyataan tentang asal usul Kesawan, yaitu: • Kesawan berasal dari kata "persawahan" (tempat orang bersawah) karena pada pinggiran sungai Deli dulunya adalah tempat orang bersawah. • Kesawan berasal dari kata "sawan" (daerah tempat orang berpenyakit sawan) karena orang cina yang didatangkan dari daratan cina ke medan banyak yang berpenyakit sawan. • Kesawan berasal dari nama pohon besar yang terdapat pada daerah Kesawan. • Kesawan berasal dari kota "Kusawang" yang merupakan perubahan pengucapan bahasa Tionghoa dari suku Hailohong. 1. Lingkungan Orientasi Ligkungan Kesawan sebagai kawasan tua yang tedetak di tengah kota Medan, yang masih dapat dilihat melalui arsitektur lingkungannya. Karakter yang masih dapat dilihat ini ditambah lagi dengan keberadaan lapangan merdeka sebagai node untuk kawasan, semakin menguatkan image bagi masyarakat akan fungsi kawasan sebagai landmark kota

Medan. Disamping itu peran Jl. Ahmad Yani dirasakan cukup vital untuk menghubungkan Belawan (Medan-Utara) dengan Padang Bulan-Tanjung Sari (Medan-Selatan). • Potensi Kesawan yang terletak di pusat kota sehingga letaknya sangat strategis ditengah tengah kota. Dengan demikian lokasinya sangat potensial untuk perdagangan dan perkantoran (niaga). Keadaan ini menyebabkan terjadinya kesemerautan dalam sirkulasi kendaraan dan parkir. • View Tipologi View yang memberikan identitas pada kawasan antara lain seperti "emerging view", catch eye, bingkai, dll. 2. Fisik Bangunan Fasade Bangunan Fasade bangunan sangat berpengaruh sebagai pelingkup pembentuk karakter jalan di Kesawan yang melorong terbentuk oleh ruang antar bangunan dan artikulasi bidang fasade. Karakter ini tercermin melalui pola-pola dominan pada fasade antara lain: aligment, bentuk (aspek), irama (ritme), skyline (garis langit) dan grain. Citra komersial di jalan A. yani mulai kabur dengan adanya dominasi oleh awning aluminium yang digunakan sebagai sign board (papan reklame) sehingga karakter pada fasade mulai mengabur, demikian juga dengan adanya pembangunan baru yang dilakukan oleh pemilik tanpa mempertahankan karakter fasade lama. Demikian halnya dengan adanya penambaban tinggi bangunan (sky line) yang merusak keutuhan karakter Geometrikal (skala dan morphologi ruang). Fasade di Kesawan secara sederhana dapat digolongkan sebagai mana berikut ini : 1) Berdasarkan Fungsi • Fasade bercitra komersial • Fasade bercitra non komersial 2) Berdasarkan kurun waktu • Periode 1873 = 1892 • Periode 1893 = 1952 • Periode 1953 = 1972 • Periode 1973 = 1992 3) Berdasarkan elemen fasade yang ditonjolkan • Fasade yang menonjolkan bentuk (Form) • Fasade yang menonjolkan skala (scale) • Fasade yang menonjolkan garis (line) • Fasade yang menonjolkan simetri 3. Elemen Spesifik • Parkir Tidak di jumpai adanya kantong-kantong parkir sehingga yang dapat dimanfaatkan adalah pinggiran jatan dan pedestrian sebagai area parkir. Hal ini sangat menganggu baik terhadap sirkulasi kenderaan maupun kenyamanan sirkulasi pejalan kaki. • Street Furniture Penempatan lampu jalan yang kurang profesional dalam skal ruang, sehingga keberadaannya menggangu keutuhan ruang kawasan. Demikian juga dengan penempatan pot bunga dengan perletakan tanpa pola dan bentuk dan kebersihannya cukup mengganggu secara visual.

Referensi https://www.google.com/search?q=warenhuis+medan&safe=strict&rlz=1C1CHBF_enID830I D830&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjop_6weHgAhXZZCsKHe7eDrEQ_AUIDygC&biw=1280&bih=610 http://akhirmh.blogspot.com/2016/11/sejarah-kota-medan-46-warenhuis-pasar.html?m=1 https://icc-jakarta.com/2017/04/06/djakarta-creative-school-jadi-pusat-pengembangan-anakmuda-jakarta/ https://mataair.or.id/program/djakarta-creative-school/ http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01239-AR%20Bab2001.pdf Lindarto, Dwi. 2017. Demolition: Tantangan Pelestarian Arsitektur Kawasan Kesawan Medan. Universitas Sumatera Utara Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kota Medan Tahun 2015-2035 Sofiana, Retida, Ari Widyati dan Anisa. 2014 .Strategi Penerapan Konsepadaptive Re-Use Pada Bangunan Tuastudi Kasus: Gedung Pt P.P.I (Ex. Kantor Pt Tjipta Niaga) Di Kawasan Kota Tua Jakarta. Universitas Muhammadiyah Jakarta

Related Documents


More Documents from ""