Bab I Nabila Bismillahhh.docx

  • Uploaded by: nabilah
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Nabila Bismillahhh.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,540
  • Pages: 8
BAB I PENDAHULUAN

2.1.1

Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dijumpai dalam praktek

klinik sehari-hari. Menurut JNC VII, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.1 Prevalensi dunia memperkirakan terdapat 1 milyar individu yang mengalami hipertensi. WHO ( World Health Organisation ) juga mencatat terdapat kecenderungan hipertensi merukapakan penyebab utama terjadinya 62 persen pada kasus cerebrovascular disease dan 49 persen penyebab terjadinya Penyakit jantung iskemik. Selain itu, hipertensi juga salah satu penyebab terjadinya penyakit seperti stroke dan gagal ginjal bila tidak ditangani secara baik.2 Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025. Kurang lebih 10- 30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya.3 Menurut laporan Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dimana proporsi kematiannya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2013 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 25,8%. Penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang hipertensi terkendali. Hipertensi terkendali adalah mereka yang menderita hipertensi dan mereka tahu sedang berobat untuk itu. Sebaliknya sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi, sehingga mereka cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat. Hasil Riskesdas tahun 2013 melaporkan bahwa prevalensi hipertensi di Sumatera Utara sebesar

1

45,69% pada kelompok umur di atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan. Berdasarkan penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan proporsi kematian sebesar 27,02% (1.162 orang), pada kelompok umur ≥ 60 tahun sebesar 20,23% (1.349 orang).4 Sedangkan berdasarkan rekapitulasi Dinas Kesehatan Kota Jambi Tahun 2016, Dari 20 puskesmas hipertensi essensial merupakan penyakit ke 2 terbesar di kota Jambi berjumlah 36,649 dengan presentase 10.30 %.5 Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh banyak faktor, Faktor-faktor tersebut dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti jenis kelamin, umur, genetik, ras dan faktor yang dapat dikendalikan seperti pola makan, kebiasaan olah raga, konsumsi garam, kopi, alkohol dan stres. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersama-sama (common underlying risk factor), dengan kata lain satu faktor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi.6 Tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah stres. Stres merupakan suatu respon nonspesifik dari tubuh terhadap setiap tekanan atau tuntutan yang mungkin muncul, baik dari kondisi yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan.7 Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivasi sistem saraf simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).8 Pada saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan dilepaskan dan kemudian akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung. Apabila stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi.9 Stress

dapat menyebabkan hipertensi melalui peningkatan tekanan darah

berulang serta dengan stimulasi sistem saraf untuk menghasilkan hormon vasokonstrikting dalam jumlah besar yang meningkatkan tekanan darah. Faktorfaktor yang mempengaruhi tekanan darah melalui stres termasuk hipertensi jas putih, jenis pekerjaan, ras, lingkungan sosial, dan tekanan emosional. Selanjutnya, ketika satu faktor risiko digabungkan dengan faktor-faktor penghasil stres lainnya, efek pada tekanan darah berlipat ganda. Secara

2

keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa stres tidak secara langsung menyebabkan hipertensi, tetapi dapat berdampak pada perkembangannya.10

Tingginya insidensi stres di Indonesia juga merupakan alasan mengapa stres harus diprioritaskan penanganannya sebab pada tahun 2008 tercatat sekitar 10 % dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan mental atau stres. Tingginya tingkat stres ini umumnya diakibatkan oleh tekanan ekonomi atau kemiskinan, Departemen statistika menyatakan bahwa 31 juta jiwa atau 13,33 % penduduk Indonesia berada pada garis kemiskinan dengan pengeluaran perbulan dibawah Rp 211.726,00.11 Berdasarkan pada survey pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Provinsi Jambi diketahui bahwa banyak penderita hipertensi yang dating untuk melakukan pemeriksaan di puskesmas tersebut mengeluhkan adanya tekanan atau tuntutan pada diri mereka, seperti misalnya adanya tekanan pekerjaan, tuntutan ekonomi, dan sebagainya yang membuat mereka pada akhirnya mengalami stress. Oleh karena itu, peneliti berminat untuk melihat apakah ada hubungan antara stress dengan perkembangan derajat hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Simpang IV Sipin Jambi dan belum adanya penelitian tersebut di daerah Jambi. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “ Apakah ada hubungan antara tingkat stress dengan derajat hipertensi pada pasien hipertensi ?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan tingkat stress dengan derajat hipertensi pada pasien Hipertensi di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi 1.3.2. Tujuan Khusus

3

a. Untuk mengetahui pravelensi tingkat stress pasien hipertensi di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi b. Untuk mengetahui pravelensi pengidap penyakit hipertensi di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi c. Hubungan tingkat stress dengan derajat hipertensi.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Institusi Kesehatan Dapat memberikan masukan kepada program dalam rangka penyusunan rencana program pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular khususnya penyakit hipertensi 1.4.2. Bagi masyarakat Dapat meningkatkan pengetahuan tentang faktor- faktor yang meningkatkan risiko hipertensi pada individu maupun keluarga, terutama pengetahuan mengenai hubungan stress dengan hipertensi, sehingga

terlaksananya

kemandirian

pencegahan hipertensi sedini mungkin.

4

penanggulangan

maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres 2.1.1. Definisi Stres merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.

12

Stres yaitu mengacu pada peristiwa yang

dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini disebut sebagai respon stres.13 Secara garis besar ada dua pandangan mengenai stres, yaitu: stres merupakan stimulus, stres merupakan respon, stres merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan, dan stress sebagai hubungan antara individu dengan stressor.7 a) Stres sebagai stimulus Menurut konsepsi ini stres merupakan stimulus yang ada dalam lingkungan (environment). Individu mengalami stres bila dirinya menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Dalam konsep ini stres merupakan variable bebas sedangkan individu merupakan variabel terikat. Secara visual konsepsi ini dapat digambarkan sebagai berikut.14

Gambar 1. Stres sebegai stimulus

Stress sebagai stimulus dapat dicontohkan: lingkungan sekitar yang penuh persaingan, misalnya di terminal dan stasiun kereta api menjelang lebaran. Mereka yang ada di lingkungan tersebut, baik itu calon penumpang, awak bus atau kereta api, para petugas, dst., sulit untuk menghindar dari situasi yang menegangkan (stressor) tersebut. Hal serupa juga dapat diamati pada lingkungan di mana terjadi bencana alam atau musibah lainnya, misalnya banjir, gunung meletus, ledakan bom di tengah keramaian, dst.

5

b) Stres sebagai respon Konsepsi kedua mengenai stres menyatakan bahwa stress merupakan respon atau reaksi individu terhadap stressor. Dalam konteks ini stress merupakan variable tergantung (dependen variable) sedangkan stressor merupakan variable bebas atau independent variable. Berdasarkan pandangan dari Sutherland dan Cooper, Bart Smet menyajikan konsepsi stres sebagai respon sebagai berikut.

Gambar 2. Stres sebagai respon

Respon individu terhadap stressor memiliki dua komponen, yaitu: komponen psikologis, misalnya terkejut, cemas, malu, panik, nerveus, dst. dan komponen fisiologis, misalnya denyut nadi menjadi lebih cepat, perut mual, mulut kering, banyak keluar keringat dst. responrepons psikologis dan fisiologis terhadap stressor disebut strain atau ketegangan.

6

DAFTAR PUSTAKA

1.

2.

3. 4.

5. 6.

Mancia G, Fagard R, Narkiewicz K, Redon J, Zanchetti A, Böhm M, et al. 2013 ESH/ESC guidelines for the management of arterial hypertension: The Task Force for the management of arterial hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J 2013;34:2159–219. doi:10.1093/eurheartj/eht151. Lai CC, Mar GY, Chiou CW, Liu CP. Review of the 2014 guideline for the management of high blood pressure in adults: Report from the panel members appointed to the eighth Joint National Committee (JNC 8). J Intern Med Taiwan 2014;25:165–75. doi:10.1001/jama.2013.284427. M.Adib. No Title. Kota Yogyakarta: Katalog Perpustakaan Poltekkes Kebidanan Jogja; 2009. Tarigan AR, Lubis Z, Syarifah S. Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. J Kesehat 2018;11:9–17. doi:10.24252/kesehatan.v11i1.5107. DKK Jambi. TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA JAMBI TAHUN 2016. Kota Jambi: 2016. Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan. Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2015-2019. Direktorat Jenderal Pengendali Dan Penyehatan Lingkung

7

7. 8.

9.

10. 11. 12. 13. 14.

2015:1–59. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan& Sadock’s Synopsis of psychiatry. 9th ed. Philadelphia: Lipincott, Williams & Wilkins; 2010. Andria KM. Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stress dan Pola Makan dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. IEEE Int Symp Spread Spectr Tech Appl 2008:227–31. doi:10.1109/ISSSTA.2008.47. Suoth M, Bidjuni H, Malara RT, Studi P, Keperawatan I, Kedokteran F, et al. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif ( pengobatan ), rehabilitative kesehatan ). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelam 2014;2. Kulkarni S, O’Farrell I, Erasi M, Kochar MS. Stress and hypertension. WMJ 1998;97:34—38. Depkes RI. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009. 2009. Hawari D. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia; 2008. Atkinson, Smith. introduction to psychology. 13rd ed. Harcourt College Publisher; 2000. Horowitz M. Stress response syndromes and their treatment in Handbook of stress, Theoritical and clinical aspects. 4th ed. New York: The Free Press; 2002.

8

Related Documents

Srisser Nabila
October 2019 17
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71

More Documents from "Ramadhani"