MAKALAH SOSIOLOGI PEDESAAN
Oleh : LINTANG MUNTIAS PUTRI 05.1.4.17.0863 IV D KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA-MAGELANG JURUSAN PERTANIAN YOGYAKARTA 2019
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan karunia nya penyusun dapat menyelesaikan tugas penyususunan Makalah Sosiologi Pedesaan ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mendapatkan dukungan dan bantuan berupa materi dan moral, untuk itu ungkapan rasa terimakasih penyusun sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang mendukung sangat penyusun harapkan demi perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya. terimakasih
Yogyakarta, April 2019 Penyusun,
Lintang Muntias Putri
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4 A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4 B. Tujuan ...................................................................................................................... 5 C. Manfaat ................................................................................................................... 5 BAB II ISI .......................................................................................................................... 6 A. Identifikasi Proses Sosial di Masyarakat.................................................................. 6 B. Interaksi Sosial di Suatu Wilayah............................................................................. 10 C. Kebudayaan Dalam Masyarakat .............................................................................. 13 D. Nilai Dan Norma Dalam Masyarakat ....................................................................... 18 E. Potensi Konflik Sosial............................................................................................... 21 F. Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat........................................................................ 26 G. Kelompok Sosial Dan Kehidupan Pada Masyarakat................................................ 32 BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................. 40 BAB IV PENUTUP............................................................................................................ 42 A. Kesimpulan ............................................................................................................... 42 B. Saran .......................................................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 43
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masyarakat desa merupakan komponen dari lingkungan sosial yang saat ini menjadi sorotan dari pemerintah maupun dari masyarakat perkotaan. Masyarakat desa dinilai memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan dan dijadikan sebuah obyek penelitian sehingga dapat menghasilkan sebuah kegiatan dan capaian hasil yang sangat memuaskan. Pendekatan terhadap masyarakat desa diperlukan untuk dapat mampu 3
mengembangkan dan menyampaikan maksud serta tujuan berada pada suatu kawasan pedesaan tersebut. Agar mampu memahami desa dengan segala dinamikanya maka dibutuhkan teori atau perspektif (wawasan) sebagai kerangka pikir. Teori yang dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena desa adalah teori sosiologi pedesaan. Pengertian sosiologi pedesaan sendiri adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok dan kelompok dengan masyarakat, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis. Pedesaan berasal dari suku kata desa yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu desi yang berarti tempat tinggal. Pengertian desa di sini adalah suatu kesatuan masyarakat dalam wilayah jelas baik menurut suasana yang formal maupun informal. Di mana satuan terkecilnya terdiri dari keluarga yang mempunyai wilayah dan otonomi sendiri dalam penyelenggaraan kehidupan dan keterikatan antara keluarga-keluarga dalam kelompok masyarakat terjadi sendiri akibat adanya unsur penguat yang bersifat religius, tradisi dan adat istiadat. Sebagai
mahasiswa
pertanian
kita
diharapkan
dapat
membantu
dalam
pengembangan dan pemanfaatan teknologi di bidang pertanian khususnya di pedesaan, sehingga dapat memajukan pedesaan sebagai sentral kegiatan pertanian. Dengan mengetahui keadaan dan kondisi sosial masyarakat di pedesaan secara mendalam diharapkan dapat membantu dalam pelaksanaan pembangunan di pedesaan secara terarah dan terpadu. Dengan pembangunan tersebut diharapkan dapat memperkecil tingkat kesenjangan antara kota dengan tingkat kemiskinan di pedesaan. Pentingnya pemahaman mengenai sosiologi pedesaan bagi masyarakat adalah karena sosiologi pedesaan mampu menjelaskan definisi, memberikan batasan obyek, dan membentuk indikator sosial. Sosiologi pedesaan menyusun ajaran mengenai hubungan sesama manusia dan perilaku mereka. Kemudian,meneliti hukum dan aturan yang mengatur susunan dan fungsi kelompok serta organisasi sosial. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara mengidentifikasi proses sosial yang terjadi di masyarakat? 2. Bagaimana interaksi sosial terjadi salam suatu wilayah tertentu? 3. Bagaimanakan kebudayaan dalam masyarakat? 4
4. 5. 6. 7.
Bagaimanakah norma dan nilai-nilai dalam masyarakat? Bagaimanakah Potensi konflik sosial? Bagaimanakah stratifikasi sosial dalam masyarakat? Bagaimanakan kelompok sosial dan kehidupan pada masyarakat?
C. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui cara mengidentifikasi proses sosial dalam masyarakat 2. Mahasiswa dapat mengetahui interaksi sosial dalam suatu wilayah 3. Mahasiswa dapat mengetahui kebudayaan dalam masyarakat 4. Mahasiswa dapat mengetahui norma dan nilai dalam masyarakat 5. Mahasiswa dapat mengetahui potensi konflik sosial dalam masyarakat 6. Mahasiswa dapat mengetahui stratifikasi sosial dalam masyarakat 7. Mahasiswa dapat mengetahui kelompok sosial dan kehidupan pada masyarakat.
BAB II ISI MATERI I PROSES SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT
A. Pengertian Proses Sosial Menurut Soekanto(1999) proses sosial merupakan proses timbale balik antara berbagai segi kehidupan bersama, baik individu antar individu, individu antar kelompok, dan bahkan kelompok antar kelompok. Menurut Soerjano Soekanto proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan 5
menemukan sistem serata bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan yang telah ada. Menurut Peter Berger proses sosial adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seseorang anggota yang berprestasi dalam masyarakat. Menurut Koentajaraningrat proses sosial adalah proses belajar yang dialami individu sejak masa kanak-kanak sampai masa tuanya. Ia blajar pola-pola tindakan dalam individu sekeliling yang mengembangkan aneka peran sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Charlot Buhler Proses sosial adalah proses yang membantu incividuindividu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berfungsi dalam kelompok. Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses sosial merupakan sebuah interaksi sosial antar individu-individu, kelompok-kelompok yang berlangsung dalam suatu jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan polapola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.
B. Ciri Proses Sosial 1. Jumlah pesertanya lebih satu orang 2. Terjadinya pada waktu tertentu 3. Adanya tujuan yang akan dicapai dan hasil interaksi sosial C. Fungsi Proses Sosial Proses sosial di lingkungan masyarakat memiliki dua fungsi utama sebagai berikut : 1. Dilihat dari kepentingan individu, sosialisasi bertujuan agar individu bisa mengenal, mengakui dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai, norma-norma, dan struktur sosial yang ada di dalam masyarakat. 2. Dilihat dari kepentingan masyarakat, sosialisasi berfungsi sebagai alat pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma-norma yang ada dalam masyarakat, supaya tetap ada dan terpelihara oleh seluruh anggota masyarakat. D. Bentuk dan jenis perilaku sosial Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang terhadap obyek sosial yang menjawab kan terjadi nya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulangulang terhadap salah satu onjek sosial. 6
Berbagai jenis dan bentuk perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau cirri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku sosial yang menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas di antara anggota kelompok yang lain.
E. Bentuk-bentuk Proses Sosial Dalam proses sosial, terdapat beberapa bentuk antara lain : 1. Kerja Sama Kerja sama merupakan sebuah bentuk rasa saling mengerjakan sesuatu secara bersama-sama yang memiliki sebuah tujuan antara individu-individu atau antar kelompok. Bentuk- bentuk kerja sama antara lain : a. Kerja sama spontan ( Spontaneous Cooperation) yakni kerja sama yang serta merta. b. Kerja Sama langsung, ialah kerja sama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa c. Kerja sama kontrak, ialah kerja sama atas dasar tertentu d. Kerja sama Tradisional, ialah kerja sama yang sebagai bagian atau unsure dari 2.
sistem sosial. Akomodasi Akomodari merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancuran
pihak
lawan
kehilangan
kepribadiannya.
Bentuk-bentuk
akomodasi: a. Coertion, ialah akomodasi yang dilaksanakan karena paksaan, baik secara fisik maupun psikis, misalnya perbudakan, dan sebagainya. b. Compraimse, ialah suatu pihak bersikap untuk bersedia merasakan dan mengerti keadaan pihak lainnya dan sebaliknya. c. Mediation, ialah pihak ketida dalam menyelesaikan masalah secara damai dengan peranannya sebagai mediator. d. Arbitration, merupakan salah satu cara untuk mencapai compromisme apabila pihak-pihak
yang
berhadapan
tidak
mampu
menghadapinya
sendiri, 7
pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak. e. Stalemate, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. f. Toleransi, suatu bentak akomodasi tanpa persetujuan formal bentuknya, 3.
didasari oleh watak manusia yang berkeinginan munculnya konflik. Asimilasi Asimilasi merupakan proses sosial dengan adanya usaha untuk mengurangi
4.
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara perorangan atau kelompok. Amalgamasi Amalgamasi merupakan peleburan dua kelompok budaya yang kemudia
melahirkan budaya baru. 5. Persaingan Persaingan merupakan suatu proses dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu. 6. Kontraversi Kontraversi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berbeda antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian 7. Pertentangan Suatu proses dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan disertai ancaman.
MATERI II INTERAKSI SOSIAL DI SUATU WILAYAH A. Pengertian Interaksi Sosial Definisi interaksi sosial menurut para ahli, yaitu sebagai berikut : 1. Maryati da suryawati (2003), interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu dan kelompok.
8
2.
Murdiyatmoko dan Handayani (2004), interaksi sosial adalah hubungan antara manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruhmempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. 3. Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah hubunganhubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan-hubungan antar individu dengan kelompok maupun antar kelompok dengan kelompok. Dari pengertian ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesame manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan maupun antar individu dengan kelompok. Interaksi sosial memiliki fungsi antara lain : a. Kepuasaan dalam mengadakan hubungan serta mempertahankannya, yang biasa disebut kebutuhan akan inklus dengan cirri bahwa orang tersebut mempunyai keinginan yang kuat untuk berhubungan dengan orang lain dan akan merasa cemas apabila merasa ada orang yang mengabaikannya. b. Pengawasan dan kekuasaan, kebutuhan ini disebut kebutuhan akan kontrol Interaksi sosial harus didasarkan pada : a. Kebutuhan yang nyata b. Efisiensi dan efektifitas c. Penyesuaian diri pada kebenaran d. Penyesuaian diri dengan norma sosial yang berlaku e. Tidak memaksakan secara mental dan fisik B. Ciri-Ciri Interaksi Sosial Proses interaksi sosial di dalam masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut ; 1. Adanya dua orang pelaku atau lebih 2. Adanya hubungan timbal-balik antar pelaku 3. Diawali dengan adanya kontak sosial, baik secara langsung atau tidak langsung 4. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas 5. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Proses interaksi sosial dalam masyarkat terjadinya apabila terpenuhi dua syarat sebagai berikut: a. Kontak sosial, yaitu hubungan sosial antara individu satu dengan individu lain yang bersifat langsung, seperti dengan sentuhan percakapan, maupun tatap muka sebagai b.
wujud aksi dan reaksi. Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lainyang dilakukan secara langsung maupun dengan alat bantu agar orang lain memberikan tanggapan atau tindakan tertentu.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial 9
1. Sugesti, proses pemberian pandangan atau pengaruh kepada orang lain dengan cara tertentu dan diikuti tanpa berfikir panjang. Contohnya seorang remaja putus sekolah akan mudah ikut-ikutan terlibat kenakalan remaja. 2. Imitasi, pembentukan nilai dengan meniru cara-cara orang lain. Contohnya. Seorang anak sering meniru kebiasaanorang tua. 3. Identifikasi, meniru dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya. Contoh meniru gaya artis. 4. Simpati, perasaan tertarik yang timbul dan membuat merasa seolah-olah berada dalam keadaan ojrang lain. Contoh mengucap selamat ulang tahun. 5. Empati, rasa haru ketika seorang melihat orang lain mengalami sesuatu yang menarik perhatian, dan merupakan kelanjutan dari rasa simpati. Contohnya ketika orang kecelakaan kita berempati membantu korban. 6. Motivasi, dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan dan muncul dari pengaruh orang lain sehingga individu melakukan kontak dengan orang lain. Contohnya pemberian tugas dari seorang guru merupakan bentuk motivasi seupaya mereka mau belajar, rajin dan bertanggung jawab. D. Jenis-jenis Interaksi Sosial Ada tiga jenis interaksi sosial, yaitu: 1. Interaksi antara Individu dan Individu. Pada saat dua individu bertemu, interaksi sosial sudah mulai terjadi. Walaupun kedua individu itu tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masing-masing. Hal ini sangat dimungkinkan oleh faktor-faktor tertentu, seperti bau minyak wangi atau bau keringat yang menyengat, bunyi sepatu ketika sedang berjalan dan hal lain yang bisa mengundang reaksi orang lain. 2. Interaksi antara Kelompok dan Kelompok. Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok sebagai satu kesatuan bukan sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang bersangkutan. Contohnya, permusuhan antara Indonesia dengan Belanda pada zaman perang fisik. 3. Interaksi antara Individu dan Kelompok. Bentuk interaksi di sini berbedabeda sesuai dengan keadaan. Interaksi tersebut lebih mencolok manakala terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan dan kepentingan 10
MATERI III KEBUDAYAAN DALAM MASYARAKAT A. Pengertian Kebudayaan Adapun menurut beberapa ahli, kebudayaan diartikan : 1. Menurut Sir Edward Taylor Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, peralatan kerja, bangunan dan semua kemampuan serta kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai masyarakata. 2. Menurut Paul B. Horton Kebudayaan merupakan segala sesuatu, baik berupa materi maupun non materi, yang dipelajari dan dialami bersama scara sosial oleh para anggota atau masyarakat. 3. Menurut Max Weber Kebudayaan merupakan rangkaian dialektis antara kehidupan sosial dan idea tau nilai. 4. Menurut S.T. Alisjahbana Kebudayaan merupakan penjelmaan hasil aktivitas akal budi manusia yang tersusun dalam suatu pola/konjungsi nilai-nilai yaitu nilai teori, nilai ekonomi, nilai agama, dll. Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan segala sesuatu yang ada dalam sebuah lingkungan masyarakat yang dapat berupa aturan, cara hidup, dan sebagainyaa. B. Struktur Kebudayaan
11
Bagian terkecil dari kebudayaan adalah unsur ( trait ) yang menurut Hoebel adalah suatu kesatuan corak perilaku / benda yang dipelajari dan dianggap tidak dapat diperkecil lagi oleh perilaku / benda tersebut. Misalnya : paku atau pensil ( material ) dan berjabat tangan atau mengemudi mobil ( non –material) Kebudayaan memiliki unsur yang sangat banyak karena itu berada pada tingkat kompleks kebudayaan yaitu, sekelompok unsur yang saling berhubungan dan membentuk lembaga tersendiri . Contoh. Tarian , terdiri dari banyak unsur : warna pakaian , hiasan , nilai ,bunyi, gerakan, etika tari maupun musiknya dll.
Adapun varian struktur kebudayaan antara lain: 1. Ethnocentrism 2. Temporerism 3. Exnosentrism 4. Conflict Cultura C. Masalah Perkembangan Kelompok Sosial 1. Primordialisme Primordialisme adalah paham atau ide dari anggota masyarakat yang mempunyai kecendrungan untuk berkelompok sehingga terbentuklah suku-suku bangsa. Latar belakang timbulnya primordialisme antara lain sebagai berikut: a. Adanya sesuatu yang dianggap istimewa pada ras, suku bangsa, daerah asal dan agama. b. Ingin mempertahankan keutuhan kelompok atau komunitasnya dari ancaman luar. c. Adanya nilai-nilai yang dijunjung tinggi karena berkaitan dengan system keyakinan Dampak negative primordialisme antara lain sebagai berikut: a. Menghambat hubungan antar bangsa b. Menghambat proses asimilasi dan integrasi c. Mengurangi bahkan menghilangkan objektivitas ilmu pengetahuan d. Penyebab terjadinya diskriminasi (perbedaan secara sengaja terhadap golongan tertentu yang didasarkan pada ras, agam, mayoritas, dan minoritas masyarakat). e. Merupakan kekuatan terpendam (potensi) terjadinya konflik antar kebudayaan suku-suku bangsa. Sedangakn dampak positif primordialisme antara lain sebagai berikut: 12
a. Meneguhkan cinta tanah air b. Mempertinggi kesetiaan terhadap bangsa c. Mempertinggi semangat patriotisme d. Menjaga keutuhan dan kesetabilan budaya 2. Etnusentrisme Etnusentrisme adalah sikap menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan menggunakan kebudayan sendiri. Dampak negative yang lebih luas dari sikap etnusentrisme lainnya, yaitu: a. Mengurangi keobjektifan ilmu pengetahuan b. Menghambat pertukaran budaya c. Menghambat proses asimilasi kelompok yang berbeda d. Memacu timbulnya konflik social D. Perkembangan Kebudayaan Menurut Perspektif dari Van Puersen Perkembangan kebudayaan dapat diamati dari 3 tahap utama yaitu : Tahap mitis ; tahap ontologis ; tahap fungsional. 1. Tahap mitis Tahap Mitis merupakan sikap manusia yang merasakan dirinya diliputi dan menyerahkan eksistensi dirinya pada kekuatan gaib, transenden dan supernatural. Pada tahap ini lebih banyak menggambarkan atau ekspresi pengakuan pada kekuatan gaib dan karenanya tidak pernah bersentuhan dengan pendekatan pragmatisme - rasional. Hal ini seringkali ditemui pada masyarakat primitif. Mitos merupakan gambaran dunia melalui pernyataan verbalistik yang menjadi pedoman perilaku manusia. Ia juga berfungsi sebagai simbol ( kebaikan; keburukan; kesucian ; keduniawian ). Dunia mitis tidak menunjukkan eksistensi manusia sebagai subjek tetapi lebih merupakan objek dari alam ( sebagai kekuatan gaib ). Fungsinya yang pertama : Penyadaran terhadap
adanya
alam
gaib,
baik
dalam
bentuk
sakral
maupun
profan.
Kedua,memberikan gambaran jaminan masa kini ( saat itu ). Ketiga, memberikan pengetahuan tentang dunia. Kosmogoni yaitu ceritera tentang kejadian dunia ; alam; dewa yang pada gilirannya membentuk prinsif hubungan dewa dengan manusia ; manusia dengan manusia; dan manusia dengan alam. 2. Tahap ontologis Tahap ontomologis adalah sikap manusia yang berkehendak bebas dari kekuatan mitis dengan menyusun secara sadar hakekat tentang segala dunia menurut pengetahuan yang tersusun dalam bentuk pengetahuan filsafat alam, manusia dan tuhan. Manusia berusaha misahkan eksistensinya sebagai subjek dan alam sebagai objek. Fungsi 13
ontologis yaitu : Pertama, membuat gambaran dan penjelasan logis tentang eksistensi alam dan manusia serta tentang hubungan transendensinya (ilmu metafisika). Fenomen alam dan manusia tidak dipahami atau diambil begitu saja. Kedua, menyajikan pengetahuan general yang sistematis yang terkendali oleh manusia secara umum. Pengetahuan dapat dirubah oleh siapa saja sejauh memiliki kerangka logis. Ketiga, memberikan arah jaminan har ini ( saat itu ) berdasarkan pengetahuan hukum - hukum alam. 3. Tahap fungsional Tahap fungsional ialah sikap dan alam pikiran manusia yang semakin nampak mempertautkan kegunaan lingkungan terhadap terhadap manusia. Hal ini fenomennya nampak pada masyarakat industri - modern. Pada tahap ini eksistensi manusia sebagai subjek tidak lagi mengambil jarak dengan alam ( objek ) sebagaimana tahap ontologis, melainkan menunjukkan pada upaya mempertautkan secara fungsional antara subjek dengan objek. Pertautan itu ditentukan oleh landasan realistis , logis dan sistematis. Dengan demikian pengetahuan, tidak lagi hanya berada dataran abstraksi mengenai manusia, alam dan tuhan semata, melainkan di interprestasikan dalam rangka menggali , merubah atau memperbaharui aspek alam. Bahkan pengetahuan berubah arah menjadi alat perubahan dunia dan alam, yang tidak lagi bersentuhan dengan kepercayaan dan kekuatan transendensi. E. Problematika Kebudayaan 1. Teknologi Kehadiran teknologi membawa aspek teknoekonomi yang memasuki kehidupan budaya masyarakat. Aspek ini perlu dicermati dengan tepat sehingga dapat memberikan gambaran yang terang problematik kebudayaan dalam konteks kehadiran teknologi. Beberapa problematik kehadiran tekonologi meminta perhatian yang lebih serius untuk mendapat jalan keluarnya tanpa harus meninggalkan perkembangan dan kemajuan teknologi. Bagaimanakah pertumbuhan dan penggunaan teknologi seiring dengan pertumbuhan nilai -nilai kemanusian melalui proses akulturasi local genius ? Bagaimanakah menumbuhkan seleksi kultural terhadap segala alternatif penggunaan teknologi agar dapat menghambat laju dampaknya. 2. Agama Tatanan masyarakat dan perilaku beragama merupakan salah subsistem penting dalam kebudayaan. Unsur ini menjadi penting ketika harus bergulat dengan eskalasasi 14
perubahan sosial dalam masyarakat. Sub sistem ini terdiri dari beberapa unsur budaya, misalnya institusi ulama, kelompok aliran, dan format cara pandang kehidupan dari masing -masing institusi ulama maupun kelompok aliran. Semua itu akan membawa keterkaitan dengan nilai, simbol dan pengetahuan. Pada bagian ini akan memfokuskan pada sisi institusi ulama yang menunjukkan fenomen sudah bukan lagi tokoh sentral sebagai referensi kehidupan bermasyarakat bahkan beragama itu sendiri. Melemahnya institusi ulama bersamaan semakin kerasnya pertumbuhan institusi profesional, dokter, penyuluh pertanian, ahli ekonomi, hukum, polisi, dan sebagainya. Dulunya institusi modern ini dipegang oleh institusi ulama. Tumbuhnya lembaga profesi merupakan keniscayaan dalam konteks modernisasi dan reorientasi instutsi agama, juga merupakan pekerjaan publik yang tidak diabaikan. Membangun society religion yang menyebar keberbagai institusi profesi merupakan kerangka yang dapat dikerjakan oleh perspektif kebudayaan. Society religion yang bertumpu pada kerja kebudayaan meminta pertumbuhan sistem nilai , simbolik, pengetahuan, dan sistem perilaku yang berdasarkan reintrepretasi konvergensi atau inkultuasi antara institusi profesi dengan institusi agama. 3. Etika Kekuasaan Kekuasaan meskipun tidak berwujud dalam materi, tetapi unsur penting dan sangat riel dalam kehidupan masyarakat sehari -hari, baik pada level kepribadian maupun pada level organisasi. Ia bisa “dirasakan”, baik kelas masyarakat bawah , menengah maupun kelas bawah. Anggota masyarakat , baik individual maupun pribadi, setiap hari selalu bersentuhan dan manyaksikan ruang sosial - ruang sosial yang bermuatan interaksi dengan pihak lain yang memegang kekuasaan. Baik kekuasaan yang bersumber dari penguasaan ilmu pengetahuan, kekayaan, profesi , maupun legitimasi ideologi. BAB IV NILAI DAN NORMA DALAM MASYARAKAT A. Pengertian Nilai Sosial Nilai Sosial atau social value merupakan konsep-konsep umum tentang suatu yang dianggap baik, patut, layak, pantas yang keberadaannya dicita-citakan, diinginkan, dihayati, dan dilaksanaknnya dalah kehidupan sehari-hari dan menjadi tujuan kehidupan bersama di dalam masyarakat. Nilai sosial adalah konsep mikro adalah bentuk kehidupan yang bahagia, tentram, damai, sejahtera, makmur dan sebagainya. Sedangkan konsep 15
makro nilai merupakan keadilan, kebebasan, demokrasi, pemerataan, kemanusiaan masyarakat yang adil, sejahtera, aman dan damai. B. Ciri-ciri Nilai Menurut Andrain Menurut Andrain cirri-ciri nilai antara lain : 1. Umum dan abstrak, karena nilai ini berupa Patokan-patokan umum tentang sesuatu yang dicita-citakan atau yang dianggap baik. Umum artinya, tidak aka nada masyarakat tanpa pedoman umum tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, pantas sekaligus sesuatu yang menjadi larangan atau taboo bagi kehidupan masing-masing kelompok 2. Konsepsional, yang artinya bahwa nilai-nilai itu hanya diketahui dari ucapanucapan, tulisan, dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang. 3. Mengandung kualitas moral, karena nilai-nilai selalu berupa petunjuk tentang sikap dan perilaku yang ebaiknya atau yang seharusnya dilakukan. 4. Tidak selamanya realistic, yakni nilai tidak akan selalu dapat direalisasi secara penuh di dalam realitas sosial 5. Dalam situasi kehidupan masyarakat yang nyata, nilai-nilai itu akan bersifat campuran. Artinya, tidak ada masyarakat yang hanya menghayati satu nilai saja secara mutlak. C. Macam-macam Nilai Menurut Notonegoro 1. Nilai material, nilai material meliputi berbagai konsepsi tentang segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia 2. Nilai Vital, nilai vital meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktifitas 3. Nilai Kerohanian, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktifitas. a. Nilai Kebenaran, yang bersumber pada rasio (akal manusia) b. Nilai keindahan, yang bersumber pada unsure perasaan c. Nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak d. Nilai keagamaan yang bersumber pada kitab suci. D. Fungsi Nilai Sosial 1. Faktor pendorong cita-cita atau kehidupan sosial 2. Petunjuk arah 3. Alat perekat solidaritas sosial di dalam kehidupan kelompok 4. Benteng perlindungan atau penjaga stabilitas budaya kelompok atau masyarakat E. Norma Sosial ( Social Norma)
16
Norma sosial merupakan perwujudan nilai yang didalamnya terdapat kaidah, aturan, patokan, atau kaidah pada suatu tindakan yang dilengkapi dengan sanksi bagi pelanggaran. F. Macam-macam Norma Sosial yang Berlaku di Masyarakat 1. Norma Agama, norma agama merupakan ketentuan-ketentuan dari ajaran-ajaran agama yang dianggap sebagai wahyu dari Tuhan yang keberadaannya tidak boleh ditawar-tawar lagi. 2. Norma Kesopanan, norma kesopanan adalah ketentuan-ketentuan hidup yang bersumber dari pola-pola perilakunya sebagai interaksi sosial di dalam kehidupan kelompok 3. Norma Kesusilaan, norma kesusilaan merupakan ketentuan hidup yang berasal dari hati nurani yang produk dari norma susila adalah moral 4. Norma Hukum, norma hukum merupakan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam kehidupan sosial yang sumbernya adalah Undang-undang yang dibuat oleh lembaga formal kenegaraan. G. Proses Pertumbuhan Norma Sosial Berdasarkan sanksi yang diterima, proses pertumbuhan norma terdapat : 1. Cara ( usage) merupakan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku sebagai produk dari hubungan sosial antar individu di dalam masyarakat yang tidak mengakibatkan sangsi yang berat bagi pelanggarnya 2. Kebiasaan, kebiasaan merupakan aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama, karena memiliki manfaat bagi kehidupan masyarakat 3. Tata kelakuan, sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, baik secara sadar maupun secara tidak sadar oleh masyarakat. 4. Adat Istiadat, adat istiadat merupakan pola-pola kelakuan yang tidak tertulis yang memiliki kekuatan mengikat dan sanksi kepada para anggotanya. 5. Hukum, tata kelakuan sosial yang dibuat secara formal dengan sangsi yang tegas bagi pelanggarnya yang dilengkapi dengan alat kelengkapan undang-undang. H. Sikap Masyarakat Terhadap Nilai dan Norma 1. Masyarakat Konservatif, masyarakat memiliki keteguhan terhadap pola-pola kelakuan yang ada dan anti perubahan (misalnya agamawan, orang-orang tua yang kekecewaan terhadap berbagai bentuk perubahan) 2. Masyarakat Radikal, kelompok yang selalu menghendaki perubahan secara frontal dan biasanya memiliki kekecewaan terhadap keberadaan nilai-nilai dan norma-norma yang dianggap berhenti. 17
MATERI V POTENSI KONFLIK SOSIAL DALAM MASYARAKAT A. Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Pengertian konflik menurut beberapa ahli : 1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan. 2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain. 3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan 18
B. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Beberapa faktor penyebab terjadinya konflik yakni sebagai berikut : 1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki perasaan, logika yang berbeda antara satu dan yang lain. Perbedaan inilah yang sering menyebabkan konflik sosial, sebab dalam menjalani hidup sosial seorang tidak selalu sejalan dengan orang yang lainnya. Misalnya ada acara pesta hiburan ada yang merasa senang dengan pesta itu tetapi ada pula yang terganggu dengan 2.
acara itu karena berisik. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya, pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. 3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki pendirian, logika dan perasaan yang berbeda maupun latar belakang budaya yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, 12 masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda. 4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah suatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilainilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industi. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya konflik di dalam masyarakat adalah sebagai berikut: 19
1. Adanya perbedaan kepribadian, pendirian, perasaan atau pendapat antar individu yang tidak mendapat toleransi di antara individu tersebut, sehingga perbedaan tersebut semakin meruncing dan mengakibatkan munculnya konflik pribadi. 2. Adanya perbedaan kebudayaan yang mempengaruhi perilaku dan pola berpikir sehingga dapat memicu lahirnya pertentangan antar kelompok atau antar masyarakat. 3. Adanya perbedaan kepentingan atau tujuan di antara individu atau kelompok, baik pada dimensi ekonomi dan budaya maupun politik dan keamanan. 4. Adanya perubahan sosial yang relatif cepat yang diikuti oleh adanya perubahan nilai atau sistem sosial. Hal ini akan menimbulkan perbedaan pendirian di antara warga masyarakat terhadap reorganisasi dari sistem nilai yang baru tersebut, sehingga memicu terjadinya disorganisasi sosial. Dalam masyarakat, konflik selalu akan mewarnai fenomena sosial yang terefleksikan sebagai fakta sosial. Konflik sebagai proses sosial akan selalu berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat karena masyarakat bersifat dinamis. Dinamika tersebut merupakan jawaban atas tuntutan kehidupan baik secara pribadi maupun kelompok. Hal ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat yang terdisi atas individu-individu yang diorganisasikan oleh norma dan nilai sosial. Anda sebagai mahasiswa dan kaum terpelajar tidak harus menjadikan konflik sebagai fobia dalam kehidupan, melainkan mencari solusi untuk mengorganisasikan konflik sebagai motivasi kemajuan diri dan masyarakat. Dalam hal ini, Anda memiliki kewajiban untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang memiliki kemampuan partisipatif. Artinya, konflik akan selalu terjadi pada diri seseorang dan di dalam masyarakat, konflik tidak untuk dihindari melainkan diatasi karena konflik merupakan proses sosial. C. Tahapan Terjadinya Konflik Menurut Louis R. Pondy (dalam George & Jones, 1999:660) merumuskan lima episode konflik yang disebut "Pondys Model of Organizational Conflict". Menurutnya, konflik berkembang melalui lima fase secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict and conflict aftermath. 20
1. Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena manajemen organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih di bawah 13 permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan. 2. Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para aktor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan. 3. Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglamanpengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan. 4. Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, 5.
sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya. Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional)
D. Dampak Terjadinya Konflik Sejatinya dampak konflik yang terjadi diantara seseorang dengan orang lain ataupun dengan suatu kelompok dengan kelompok lain memberikan dua dampak yakni bisa dampak positif ataupun bisa dampak negatif . 1. Dampak positif dari konflik yaitu a. Mendorong untuk kembali mengkoreksi diri. Dengan adanya konflik yang terjadi, akan membuat kesempatan bagi salah satu ataupun kedua belah pihak untuk saling merenungi kembali, berpikir ulang tentang kenapa bisa b.
terjadi perselisihan ataupun konflik diantara mereka. Meningkatkan Prestasi. Dengan adanya konflik, bisa saja membuat orang yang termajinalkan oleh konflik menjadi merasa mempunyai kekuatan 21
ekstra sendiri untuk membuktikan bahwa ia mampu dan sukses dan tidak pantas untuk “dihina”. c. Mengembangkan alternative yang baik. Bisa saja dengan adanya konflik yang terjadi diantara orang per orang, membuat seseorang berpikir dia harus mulai mencari alternatif yang lebih baik dengan misalnya bekerja sama dengan orang lain. 2. Dampak negatif dari konflik yakni a. Menghambat kerjasama. Sejatinya konflik langsung atau tidak langsung akan berdampak buruk terhadap kerjasama yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak ataupun kerjasama yang akan direncanakan diadakan antara kedua belah pihak. b. Apriori. Selalu berapriori terhadap “lawan”. Terkadang kita tidak meneliti benar tidaknya permasalahan, jika melihat sumber dari persoalan adalah dari lawan konflik kita. c. Saling menjatuhkan. Ini salah satu akibat paling nyata dari konflik yang terjadi diantara sesama orang di dalam suatu organisasi, akan selalu muncul tindakaan ataupun upaya untuk saling menjatuhkan satu sama lain dan membuat kesan lawan masing-masing rendah dan penuh dengan masalah. E. Pendekatan Penyelesaian Konflik 1. Kompetisi Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation. 2. Akomodasi Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian. 3. Sharing Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan. 4. Kolaborasi
22
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak. 5. Penghindaran Menyangkut ketidak pedulian dari menggambarkan
penarikan
kedua
kepentingan
atau
kelompok.
Keadaaan
mengacuhkan
ini
kepentingan
kelompok lain. 6. Tidak ekspresif Bertindak ekspresif ketika ada sesuatu hal yang berbeda dengan kita, kadang menimbulkan terjadinya konflik antarsuku di Indonesia.
I. Indikator Terjadinya Konflik Taylor dan Hudson (dalam Syahbana: 1999), mengkategorikan lima indikator dalam menggambarkan intensitas konflik yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Kelima Indikator tersebut adalah sebagai berikut: 1. Demonstrasi (a protest demonstration). Dewasa ini, demonstrasi menjadi fenomena sosial yang terjadi hampir setiap hari. Demonstrasi dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki kepedulian yang sama untuk melakukan protes melalui tindakan tanpa kekerasan. Protes tersebut diarahkan terhadap suatu rezim, pemerintah, atau pimpinan dari rezim atau pemerintah tersebut; atau terhadap ideologi, kebijaksanaan, dan tindakan baik yang sedang direncanakan maupun yang sudah dilaksanakan. Misalnya, demostrasi yang dilakukan oleh para 2.
guru terhadap rancangan undang-undang guru dan dosen. Kerusuhan Kerusuhan pada dasarnya sama dengan demonstrasi, namun memiliki perbedaan dalam pelaksanaannya. Demonstrasi adalah protes tanpa kekerasan sedangkan kerusuhan adalah protes dengan penggunaan kekerasan yang mengarah pada tindakan anarkis. Kerusuhan biasanya diikuti dengan pengrusakan barangbarang oleh para pelaku kerusuhan, yang seringkali menimbulkan penyiksaan dan pemukulan
atas
pelaku-pelaku
kerusuhan
tersebut.
Penggunaan
alat-alat
pengendalian kerusuhan oleh para petugas keamanan di satu pihak, dan penggunaan berbagai macam senjata atau alat pemukul oleh para pelaku kerusuhan di lain pihak. 23
Kerusuhan biasanya ditandai oleh spontanitas sebagai akibat dari suatu insiden dan 3.
perilaku kelompok yang kacau. Serangan bersenjata (armed attack) Serangan bersenjata adalah suatu tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tertentu untuk suatu kepentingan dengan maksud melemahkan atau bahkan menghancurkan kelompok lain. Serangan bersenjatan ini seringkali ditandai oleh terjadinya pertumpahan darah, pergulatan fisik, atau pengrusakan barang-barang, sebagai akibat dari penggunaan alat atau senjata yang dipakai para penyerang.
4.
Kematian Kematian yang dimaksud adalah sebagai akibat dari adanya konflik yang direspon melalui demonstrasi, kerusuhan, maupun serangan bersenjata. Konflik yang menyebabkan munculnya kematian menunjukkan indikator tingkatan konflik yang memiliki intensitas tinggi.
MATERI VI STRATIFIKASI SOSIAL DALAM MASYARAKAT 24
A. Pengertian Lapisan Sosial ( Stratifikasi Sosial) Pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelaskelas secara bertingkat (hierarkis) (Pitirim A. Sorokin). Perwujudannya dari stratifikasi sosial ini adalah adanya kelas yg lebih tinggi dan kelas yang lebih rendah . Dasar terjadinya pelapisan sosial dikarenakan tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban. Menurut beberapa ahli, stratifikasi sosial adalah : 1. Max Weber Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial Sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege, Dan prestise. 2. Cuber Cuber mendefinisikan stratifikasi sosial Sebagai suatu pola yang di tempatkan diatas kategori dari hak-hak yang berbeda. B. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sossial Terbentuknya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan adanya sesuatu yang dihargai dan dianggap bernilai. Pada dasarnya sesuatu yang dihargai selalu berubahubah sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Keadaan ini menjadikan bentuk-bentuk stratifikasi sosial semakin beragam. Selain itu, semakin kompleksnya kehidupan masyarakat semakin kompleks pula bentuk-bentuk stratifikasi yang ada. Secara garis besar bentuk-bentuk stratifikasi sosial sebagai berikut. 1. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi Dalam stratifikasi ini dikenal dengan sebutan kelas sosial. Kelas sosial dalam ekonomi didasarkan pada jumlah pemilikan kekayaan atau penghasilan. Secara umum klasifikasi kelas sosial terdiri atas tiga kelompok sebagai berikut. a. Kelas sosial atas, yaitu kelompok orang memiliki kekayaan banyak, yang dapat memenuhi segala kebutuhan hidup bahkan secara berlebihan. Golongan kelas ini dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan, bentuk rumah, gaya hidup yang dijalankan, dan lain-lain. b. Kelas sosial menengah, yaitu kelompok orang berkecukupan yang sudah dapat memenuhi kebutuhan pokok (primer), misalnya sandang, pangan, dan papan.
25
Keadaan golongan kelas ini secara umum tidak akan sama dengan keadaan kelas atas. c. Kelas sosial bawah, yaitu kelompok orang miskin yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan primer. Golongan kelas bawah biasanya terdiri atas pengangguran, buruh kecil, dan buruh tani. 2. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Oleh karena itu, anggota masyarakat yang memiliki kedudukan sosial yang terhormat menempati kelompok lapisan tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak memiliki kedudukan sosial akan menempati pada lapisan lebih rendah. Contoh: seorang tokoh agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi tinggi dalam pelapisan sosial. 3. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik Apabila kita berbicara mengenai politik, maka pembicaraan kita berhubungan erat dengan sistem pemerintahan. Dalam stratifikasi sosial, media politik dapat dijadikan salah satu kriteria penggolongan. Orang-orang yang menduduki jabatan di dunia politik atau pemerintahan akan menempati strata tinggi. Mereka dihormati, disegani, bahkan disanjung-sanjung oleh warga masyarakat. Orang-orang yang menduduki jabatan di pemerintahan dianggap memiliki kelas yang lebih tinggi dibandingkan warga biasa. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik menjadikan masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok lapisan atas yaitu elite kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai) sedangkan kelompok lapisan bawah, yaitu orang atau kelompok masyarakat yang dikuasai disebut massa atau kelompok terdominasi (terkuasai). 4. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pekerjaan Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan sebagai dasar pembedaan dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja di kantor dianggap lebih tinggi statusnya daripada bekerja kasar, walaupun mereka mempunyai gaji yang 26
sama. Adapun penggolongan masyarakat didasarkan pada mata pencaharian atau pekerjaan sebagai berikut. a.
Elite yaitu orang kaya dan orang yang menempati kedudukan atau pekerjaan yang dinilai tinggi oleh masyarakat.
b. Profesional yaitu orang yang berijazah dan bergelar kesarjanaan serta orang dari dunia perdagangan yang berhasil. c. Semiprofesional mereka adalah para pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan menengah, mereka yang tidak berhasil mencapai gelar, para pedagang buku, dan sebagainya. d.
Tenaga terampil mereka adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan teknik mekanik seperti pemotong rambut, pekerja pabrik, sekretaris, dan stenografer.
e. 5.
Tenaga tidak terdidik, misalnya pembantu rumah tangga dan tukang kebun.
Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Pendidikan Antara kelas sosial dan pendidikan saling memengaruhi. Hal ini dikarenakan untuk mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu, diperlukan juga motivasi, kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.
6. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Budaya Suku Bangsa Pada dasarnya setiap suku bangsa memiliki stratifikasi sosial yang berbeda-beda. Misalnya pada suku Jawa. Di Jawa terdapat stratifikasi sosial berdasarkan kepemilikan tanah sebagai berikut. a. Golongan wong baku (cikal bakal), yaitu orangorang keturunan para pendiri desa. Mereka mempunyai hak pakai atas tanah pertanian dan berkewajiban memikul beban anak keturunan para cikal bakal tersebut. Kewajiban seperti itu disebut dengan gogol atau sikep. b.
Golongan kuli gandok (lindung), yaitu orang-orang yang mempunyai rumah sendiri, tetapi tidak mempunyai hak pakai atas tanah desa.
c. Golongan mondok emplok, yaitu orang-orang yang mempunyai rumah sendiri pada tanah pekarangan orang lain. 27
d. Golongan rangkepan, yaitu orang-orang yang sudah berumah tangga, tetapi belum mempunyai rumah dan pekarangan sendiri. e. Golongan sinoman, yaitu orang-orang muda yang belum menikah dan masih tinggal bersama-sama dengan orang tuanya. C. Dasar Stratifikasi Sosial Ukuran-ukuran yang biasa dipakai untuk menggolonggolongkan anggota masyarakat ke dalam laipsan-lapisan adalah: 1. Ukuran kekayaan (materiil) Barangsiapa yang memilki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya. 2. Ukuran kekuasaan Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atasan. 3. Ukuran kehormatan Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan/atau kekuasaaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa. 4. Ukuran ilmu pengetahuan Ilmu pengetahuan Sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal. (Soekanto, 1992:262) D. Terjadinya Stratifikasi Sosial Ada dua tipe sistem lapisan sosial, yaitu : 1. Dapat terjadi dengan sendirinya; faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya: kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan. 28
2. Sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama; Biasanya dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal. Seperti: pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata. E. Pendekatan dalam Stratifikasi Sosial Ada tiga pendekatan dalam mempelajari stratifikasi sosial: 1. Metode obyektif Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan. 2. Metode subyektif Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat. 3. Metode reputasi Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu. Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari stratifikasi sosial, yaitu: metode obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian seseorang dalam bermasyarakat. F. Teori-teori Stratifikasi Sosial Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi sosial: 1. Teori Evolusioner-Fungsionalis Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa evolusi sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang disebutnya sebagai ”kapitalis adaptif”. 2. Teori Surplus Lenski Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang mementingkan diri sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan dirinya. 3. Teori Kelangkaan Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin intensnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk. 4. Teori Marxian Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur stratifikasi. 5. Teori Weberian Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam hubungan pemilikan modal. 29
G. Fungsi Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial dapat berfungsi sebagai berikut : 1. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan, dan wewenang pada jabatan, pangkat, kedudukan seseorang. 2. Sistem pertanggaan (Tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, Misalnya: Pada seorang yang menerima anugerah penghargaan gelar kebangsawanan, dan lain sebagainya. 3. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah di dapat melalui kualitas pribadi keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikikan, wewenang atau kekuasaan. 4. Penentuan lambang-lambang (Simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk rumah. 5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan. 6. Alat solidaritas di antara individu-individu/ kelompok yang menduduki system sosial yang sama dalam masyarakat. MATERI VII KELOMPOK SOSIAL DAN KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT A. Pengertian Kelompok Sosial Kelompok atau group adalah kumpulan dari individu yang berinteraksi satu sama lain, pada umumnya hanya untuk melakukan pekerjaan, untuk meningkatan hubungan antar individu, atau bisa saja untuk keduanya. Sebuah kelompok suatu waktu dibedakan secara kolektif, sekumpulan orang yang memiliki kesamaan dalam aktifitas umum namun dengan arah interaksi terkecil. Syarat kelompok menurut Baron dan Byrne: 1. Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain. 2. Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota yang lain. 3. Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan tahun). 4. Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota. 5. Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga mereka memiliki set peran. 6. Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok. Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya.
30
Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong (R.M. Macler & Charles H. Page: Society, An Introductory Analysis, Macmillan & Co.Ltd., London, 1961: 213). Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong (Soejono Soekanto, 2006:104).
B. Ciri dan Syarat Kelompok Sosial Berikut ini akan disebutkan beberapa ciri kelompok sosial, antara lain: 1. Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain 2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya. 3. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing 4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada. 5. Berlangsungnya suatu kepentingan. 6. Adanya pergerakan yang dinamik. Adapun syarat kelompok sosial sebagai berikut. 1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan. 2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya. 3. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. 4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku C. Macam-macam Kelompok Sosial 1. Klasifikasi Macam-macam Kelompok Sosial Klasifikasi Macam-macam Kelompok Sosial Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok 31
berdasarkan ada tidaknya organisasi hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis menjadi empat macam antara lain: a. Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 b.
tahun di sebuah kecamatan. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak
c.
mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan
d.
organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat, dan lain-lain. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi,
serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: negara, sekolah, dan lain-lain. Berdasarkan interaksi sosial agar ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada, kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain: a. Kelompok Primer Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan, sedangkan menurut Goerge Homan, kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya, keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok b.
agama, dan lain-lain. Kelompok Sekunder Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih
c.
objektif. Misalnya, partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain. Kelompok Formal Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan
d.
yang memiliki AD/ART. Kelompok Informal Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi 32
bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya, kelompok arisan dan sebagainya. 2. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu Suatu individu merupakan kelompok kecil dari suatu kelompok sosial atas dasar usia, keluarga, kekerabatan, seks, pekerjaan, hal tersebut memberikan kedudukan prestise tertentu/sesuai adat istiadat. Dengan kata lain keanggotaan dalam masyarakat tidak selalu gratis. 3. In Group dan Out Group Summer membedakan antara in group dan out group. In group merupakan kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan dirinya. Out group merupakan kelompok sosial yang oleh individunya diartikan sebagai lawan in group jelasnya kelompok sosial di luar anggotanya disebut out group. Contohnya, istilah kita atau kami menunjukkan adanya artikulasi in group, sedangkan mereka berartikulasi out group. Perasaan in group atau out group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sikap in group dan out group dapat dilihat dari kelainan berwujud antagonisme atau antipati. Sikap in group dan out group merupakan dasar sikap etnosentrisme yang merupakan sikap bahwa setiap sesuatu yang merupakan produk kelompoknya dianggap paling baik dan benar. (JBAF Mayor Polak, Buku Pengantar Ringkas, Balai Buku Ikhtiar Jkt, 1966). 4. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder Charles Horton Cooley mengemukakan tentang kelompok primer (primary group) atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling sederhana, di mana para anggota-anggotanya saling mengenal, di mana ada kerja sama yang erat. Contohnya, keluarga, kelompok bermain, dan lain-lain. Kelompok sekunder (secondary group) ialah kelompok yang terdiri dari banyak orang, bersama siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng, contohnya, hubungan kontrak jual beli. 5. Paguyuban dan Patembayan Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa paguyuban (gemeinschaft) ialah bentuk kehidupan bersama, di mana para anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal, dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti ini dapat 33
dijumpai dalam keluarga, kelompok kekeluargaan, rukun tetangga, dan lainlain. Patembayan (gesellschaft) yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam mesin. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contohnya, ikatan antar pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lainlain. 6. Formal Group dan Informal Group J.A.A. Van Doorn membedakan kelompok formal dan informal. Formal group ialah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggotaanggotanya untuk mengatur hubungan antara sesama, contohnya, organisasi. Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompokkelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali, yang menjadi dasar pertemuan, kepentingan-kepentingan dan pengalamanpengalaman yang sama, contohnya, klik (clique). 7. Membership Group & Reference Group Membership group merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Reference group ialah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Robert K. Merton dengan menyebut beberapa hasil karya Harold H. Kelley, Shibutani, dan Ralph H.Turner mengemukakan adanya dua tipe umum reference group yakni tipe normatif, yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang dan tipe perbandingan, yang merupakan pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya. 8. Kelompok Okupasional dan Volunter Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Contohnya, kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter indonesia, dan lain-lain. Okupasional diambil dari kata okupasi yang berarti menempati tempat atau objek kosong yang tidak mempunyai penguasa, dalam hal ini dicontohkan kelompok tersebut adalah orang-orang yang dapat memonopoli suatu teknologi tertentu yang mempunyai patokan dan aturan tertentu seperti halnya etika profesi, sedangkan volonter adalah orang yang mempunyai kepentingan yang sama, namun tidak mendapat perhatian dari masyarakat. Kelompok ini dapat 34
memenuhi kepentingankepentingan anggotanya secara individual, tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum. Terjadinya kelompok volunter karena beberapa hal antara lain: a. kebutuhan sandang dan pangan b. kebutuhan keselamatan jiwa dan raga c. kebutuhan akan harga diri d. kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri e. kebutuhan akan kasih sayang 9. Kelompok-kelompok Sosial yang Teratur dan Tidak Teratur Kelompok teratur merupakan kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antarmereka. Ciriciri kelompok teratur, antara lain: a. Memiliki identitas kolektif yang tegas (misalnya tampak pada nama kelompok, simbol kelompok,dll). b. Memiliki daftar anggota yang rinci. c. Memiliki program kegiatan yang terus-menerus diarahkan kepada pencapaian tujuan yang jelas.
D. Faktor Pembentuk Kelompok Sosial Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan. 1. Kedekatan Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan
peluang
interaksi
dan
bentuk
kegiatan
bersama
yang
memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan. 2. Kesamaan 35
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.
E. Persyaratan Kelompok Sosial Persyaratan kelompok sosial yaitu: 1.
Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan
2.
Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
3.
Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, agar memperat hubungan antara meraka bertambah erat. Faktor-faktor tersebut diantaranya: a.
Senasib,
b.
kepentingan yang sama,
c.
tujuan yang sama,
d.
musuh bersama,
e.
ideologi yang sama.
4.
Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola prilaku
5.
Bersistem dan berproses.
36
BAB III PEMBAHASAN Berbagai komponen Sosiologi pedesaan yang telah dibahas sebelumnya merupakan tahapan bagi seseorang untuk dapat memahami tatanan atau hal apa saja yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat tidak dipungkiri bahwa setiap komponen masyarakat akan selalu melakukan proses sosial dan juga interaksi sosial. Proses sosial dan interaksi sosial yang saling berkesinambungan ini membentuk sebuah hasil interaksi yang nantinya menghasilkan teknoogi, perubahan, dan sebagainya. Dalam proses sosial dan interaksi sosial didasarkan komponen masyarakat yang saling memiliki kebutuhan dan pedoman bahwa mereka membutuhkan sesame untuk saling menjalin proses sosial dan interaksi sosial. Dalam tatanan masyarakat, pastilah terdapat kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan ini berfungsi bagi setiap lapisan masyarakat untuk dapat menjadi acuan dan pedoman untuk menjalankan kehidupan bersosial. Kebudayaan sendiri memiliki artianan yang luas, baik dari cara hidup, ciri khas masyarakat, dan sebagainya. Selain memiliki kebudayaan untuk menjadi pedoman bagi setiap masyarakat untuk menjalankan kehidupan bersosial, nilai dan norma dalam masyarakat juga selalu menjadi pedoman yang penting bagi masyarakat untuk menjadi pembatas masyarakat sehingga dapat menjalankan kehidupan bermasyarakat lebih terarah dan teratur. Nilai sendiri adalah hal-hal yang memiliki point penting dalam kehidupan bermasyarakat yang 37
selama ini telah berlaku di masyarakat, nilai sendiri menjadi acuan bagi masyarakat untuk lebih bersemangat dan lebih berhati-hati dalam memilih kegiatan dalam bersosialisasi. Sedangkan norma sendiri merupakan bataasan atau acuan bagi seseorang, Dalam menjalankan kehidupan bersosial, meskipun sudah di atur dengan nilai dan norma. Tentulah terdapat beberapa hasil-hasil negative yang ada dari proses sosial tersebut. Hasil negative dari proses sosial tersebut salah satunya adalah konflik. Konflik sendiri merupakan sebuah dampak negative yang dihasilkan dari interaksi sosial dan menjadi hal yang dalam penting dalam mengatasinya. Konflik tidak bisa dihindarkan, namun bersosialisasi yang baik tentunya akan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya konflik. Telah diketahui bersama bahwa ada teori mengenai lapisan masyarakat atau stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial sendiri merupakan berbagai lapisan atau penggolongan masyarakat-masyarakat tertentu. Stratifikasi ini mewujudkan adanya perbedaan antara kalangan masyarakat yang lebih tinggi dan lebih rendah. Stratifikasi sosial ini biasanya akan membentuk masyarakat untuk dapat lebih mengenal dirinya sehingga akan lebih mudah untuk memilih dan menyesuaikan diri dalam menjalankan kehidupan bersosialnya. Selain memiliki dampak positif dari stratifikasi sosial ini, tentunya aka nada dampak negative dari stratifikasi ini. Dampak negative dari stratifikasi ini antara lain terjadinya kesenjangan dari masyarakat yang memiliki tingkatan rendah terhadap masyarakat yang memiliki tingkatan lebih tinggi sehingga timbul rasa enggan untuk dapat melaksanakan interaksi sosial dengan tingkatan yang berbeda. Dampak negative lain dari stratifikasi ini antara lain timbulnya konflik yang dihasilkan dari kesalah pahaman antar lapisan masyarakat yang dinilai menyinggung dan menyakiti hati dari masing-masing lapisan. Selain memiliki lapisan atau stratifikasi dalam masyarakat sosial, biasanya dalam sosial masyarakat juga terdapat kelompok sosial. Kelompok sosial sendiri biasanya menjadi wadah bagi masyarakat untuk dapat menyalurkan aspirasi atau kecenderungan kesukaan untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan sosial yang sama. Kelompok sosial sendiri memberikan rasa aman, percaya, dan saling peduli antar anggota kelompok sosial sehingga dalam menjalankan kehidupan bersosial masyarakat menjadi lebih aktif. Dampak negative dari kelompok sosial ini antara lain dapat menimbulkan konflik juga 38
yakni adanya perbedaan atau perselisihan antar kelompok sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari materi sosiologi pedesaan ini dapat diketahui berbagai hal mengenai kehidupan sosial masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat pastilah akan terjadi proses sosial serta interaksi sosial yang dimana kedua hal ini biasanya diatur dan dibatasi oleh nilai-nilai kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri. Selain diatur oleh kebudayaan yang ada, kegiatan sosial dalam masyarakat biasanya juga diatur oleh nilai dan norma dalam masyarakat. Dalam kehidupan bersosialisasi dalam masyarakat stratifikasi sosial dan kelompok sosial merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dari setiap kegiatan interaksi sosial di masyarakat, dimana stratifikasi dan kelompok sosial ini sendiri menjadi sumber kekuatan bagi masyarakat. Konflik merupakan hasil negative dari proses sosial yang sering terjadi, potensi terjadinya konflik ini sangat besar dan dapat dikurangi kemungkinan terjadinya dengan lebih berhati-hati dalam menjalankan kehidupan bersosial. B. Saran Dalam menjalankan kehidupan bersosial harus memperhatikan nilai-nilai budaya serta nilai dan norma dalam masyarakat agar terjalin kegiatan sosial yang aman dan nyaman.
39
DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah, Andri.2015. Stratifikasi Sosial. https://volcano.fis.um.ac.id/wpcontent/uploads/2015/03/makalah-stratifikasi-sosial.docx. Diakses pada 02 April 2019 Chusnul Prasaliani. Nilai dan Norma Sosial. https://www.academia.edu. Diakses pada 02 April 2019 Dewi AA. Modul I Etika, Moral, Nilai dan Norma. https://www.academia.edu. Diakses pada 02 April 2019 Epon Ningrum. 2012. Bahan Ajar Konflik Dalam Proses Sosial Lia Aulia Fachrial. Proses Sosial dan Interaksi Sosial. https://fachriallia.staff.gunadarma.ac.id. Diakses pada 02 April 2019 Martadani N. MA, 2011. Teori Kebudayaan. https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/38190989/handout_t_budayaa.pdf. Diakses pada 02 April 2019 Muhammad Hafi Wardana.2013. Stratifikasi Sosial. https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/38896801/Beranda.docx. Dikases pada 02 April 2019 Myazinda.2008. Kelompok Sosial dan Kehidupan Masyarakat. https://indososiology.blogspot.com/2008/03/kelompok-sosial-dan-kehidupan.html. pada 02 April 2019
(online) Diakses
Putri Nurul Fayana. 2012. Makalah Proses Sosial dan Interaksi Sosial. https://id.pdfcoke.com. Diakses pada 02 April 2019 Raeny, chrysna, dkk. 2018. Pendekatan Konflik falam Sistem Sosial. https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/56315625/makalah.pendekatan.konflik. docx. Diakses pada 02 April 2019 40
Sadad, Abdul. 2016. ”Manajemen Konflik Sosial dan Upaya Penyelesaiannya” FISIP Universitas Riau Jurnal Administrasi Pembangunan Volume 4 Nomor 2 Saud, Zainal. 2012. ”Konflik Sosial Keagamaan Islam Nonmainstraim Dalam Masyarakat Majemuk di Indonesia”. STAIN Pare-Pare Jurnal Al-Ulum Volume 12 NO 2.. Suci Kartika. 2017. Makalah Interaksi Sosial. https://S3.amazonaws.com/academia.edu.documents/52375732/makalah-interaksi-sosial. Diakses pada 02 April 2019 Sukardi.2016. ”Penanganan Konflik Sosial dengan Pendekatan Keadilan Restoratif” Universitas Hasanuddin Jurnal Hukum dan Pembangunan 46 Nomor 1 Ubbe, Ahmad. 2011. Laporan Pengkajian Hukum Tentang Mekanisme Penanganan Konflik Sosial. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum Nasional.
41