Ling preseden 1. Kampung go green, kampung glintung malang https://nusantara.news/konsep-go-green-kampung-glintung-mencuri-perhatian-dunia/
Konsep Go Green Kampung Glintung Mencuri Perhatian Dunia Penulis Sinergy Aditya 12 September 2017
Kampung Glintung Kota Malang Nusantara.news, Kota Malang – Konsep pengelolaan pemukiman yang hijau dan ramah lingkungan di kampung Glintung, Kota Malang, itu berjasil mencuri perhatian masyarakat dunia dengan menyabet penghargaan Ghuangzou Award Urban Innovation 2016 lalu di Cina. Terlebih konsep Kampung Go Green Glintung (G-3) itu didisain berkemampuan mencegah bahaya banjir.
Memang, gagasan itu muncul karena seringnya banjir menggenangi Kampung Glintung, khususnya RW 23, Kelurahan Purwantoro, Kota Malang pada musim penghujan. Sejak itu sejumlah warga dengan didampingi oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Brawijaya berinisiatif mengatasinya. Desain perkampungan dengan nuansa penghijauan, nampak tumbuhan berjajar rapi tertata di pot dan tembok-tembok kampung lengkap dengan tanaman gantung. Suasana itu membuat udara di sekitar Kampung Glintung menjadi sejuk segar. Selain konsep penghijauan atau Go Green, kampung yang terletak di Kelurahan Purwantoro itu juga dibangun sistem drainase yang memadahi. Dibangunlah parit-parit serta biopori beragam ukuran, parit resapan, bak kontrol resapan, dan sumur resapan. Kini, 2 tahun terakhir jarang terlihat genangan air memasuki perkampungan itu.
Kampung 3G saat ini memiliki 700 biopori dan 7 sumur injeksi. Setiap 100 meter lintasan jalan dan gang kampung dipasang parit resapan, dan 5 bak kontrol resapan. Lubang biopori ini memiliki kedalaman 1 meter. “Perhitungan kami apabila sekali hujan, minimal sekitar 100 ribu liter air masuk ke dalam tanah Kampung Glintung dengan kapasitas penyimpanan hingga 49.000 liter air,” jelas Ketua RW 23 Kampung Glintung, Bambang Irianto. Cara tersebut yang kemudian digalakkan masyarakat setempat dan diberi nama Gerakan Menabung Air (GERAM) (water banking movement). Gerakan inovatif masyarakat Glintung tersebut selain meningkatkan daya resap air ke dalam tanah, cara ini akan membuat suhu udara turun sehingga mengurangi pemanasan global. Inspirasi dan Penghargaan Internasional Konsep pemukiman Kampung Glintung yang unik akan kehijauannya dan juga penanggulangan bencana banjir tersebut yang kemudian menjadi pusat perhatian khalayak internasional. Menjadi sebuah inspirasi, Kampung 3G ini terpilih sebagai inovasi pertama di dunia dalam ajang Ghuangzou Award Urban Innovation 2016 lalu di Cina. Penghargaan Guangzhou disponsori oleh United Cities and Local Government (UCLG), Asosiasi Dunia Metropolises Utama (Metropolis) dan Kota Guangzhou. Tujuan dari Guangzhou Award adalah untuk mengenali inovasi dalam meningkatkan keberlanjutan sosial, ekonomi dan lingkungan di kotakota dan wilayah, dan dengan demikian, untuk memajukan kemakmuran dan kualitas hidup warganya. Penghargaan itu diberikan kepada penataan komunitas pemukiman terbaik setiap dua tahun sekali. Tujuannya adalah mendorong inovasi dalam kebijakan publik, proyek, model bisnis dan praktik.
Kampung 3G Glintung masuk dalam 15 besar dari 301 kota di dunia sebagai pemukiman kreatif dan inovatif. Hal itu tentunya menjadi kebanggan tersendiri bagi Indonesia, khususnya warga Kota Malang. Prestasi lain yang diraih Kampung 3G Glintung adalah sebagai satu dari 72 ikon prestasi Indonesia oleh Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), Penghargaan itu disematkan pada Festival Prestasi Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC) dan masih banyak lagi. Konsep pemukiman Kampung 3G Glintung dengan gerakan konservasi air, penghijauan ruang-ruang pemukiman gerakan menabung air atau water banking yang menjadi sorotan dan perhatian bagi khalayak berbagai daerah dalam ruang lingkup nasional hingga mancanegara. Jawaban bagi Permasalahan Urban Perkotaan Inovasi Kampung 3G Glintung merupakan sebuah terobosan penataan pemukiman sekaligus penanggulangan masalah urban perkotaan. Seperti halnya suhu udara yang semakin panas, kepadatan penduduk, minimnya ruang hijau karena marak pembangunan, banjir yang kini acap mengguyur Kota Malang. Kampung 3G Glintung diharapkan menjadi sebuah contoh miniatur penataan pemukiman kota kedepan yang lebih baik. Konsep penghijauan ruang-ruang dan sudut sisi wilayah serta beberapa langkah lainnya dapat diterapkan dalam penataan Kota Malang kedepan. Bambang Irianto, Ketua RW 23 Kampung Glintung, Kelurahan Purwantoro menyebutkan dengan melihat penerapan gerakan menabung air secara langsung, akan memudahkan pihaknya menduplikasi konsep tersebut di kota-kota lain di berbagai penjuru dunia. “Kami berharap konsep ini dapat diduplikasi manfaatnya di regional wilayah kami. Juga di daerah lain karena gerakan sederhana dapat membuat transformasi sebuah kota,” jelasnya.
Zaman semakin berkembang, pembangunan pun semakin marak, tak sedikit pembangunan kerap kali menegesampingkan pentingnya ruang-ruang hijau perkotaan. Kini Kota Malang tengah menghadapi persoalan perkotaan yakni kerapatan bangunan yang relatif padat.
Parit Sumur Resapan Kampung Glintung Kerapatan bangunan tersebut memiliki potensi dan kontribusi atas penyempitan, penyumbatan serta tidak maksimalnya saluran air/drainase di setiap sudut sisi perkotaan. Alhasil di Kota Malang yang dikenal sebagai wilayah dataran tinggi, kerap mengalami banjir akhir-akhir ini. Luberan air yang berpotensi banjir serta meningkatnya suhu udara dan berkurangnya debit air sumur itu merupakan salah satu permasalaah urban perkotaan yang muncul. Memang, krativitas warga, lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah setempat dalam melakukan inovasi pemukiman yang hijau, ramah lingkungan dan berkemampuan menanggulangi banjir di Kampung Glintung patut mendapatkan apresiasi. Semoga menjadi contoh bagi komunitas pemukiman masyarakat lainnya. []
2. Kampung Hidroponik pengadegan, jaksel http://wartakota.tribunnews.com/2018/01/23/kampung-hidroponik-pengadegan-bakalmendunia
Kampung Hidroponik Pengadegan Bakal Mendunia Selasa, 23 Januari 2018 21:49
Warta Kota/Feryanto Hadi
Jalan dan gang di kawasan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan yang dulunya kumuh, kini berubah menjadi hijau dan asri.
WARTA KOTA, PANCORAN—Ada pemandangan berbeda saat berkunjung ke kawasan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan. Jalanan serta gang yang dulunya kumuh, berubah menjadi hijau dan asri. Puluhan tanaman dengan teknik penanaman hidroponik bisa dijumlah di setiap titik perkampungan. Gemericik air di setiap kolam ikan yang dibuat penduduk di atas saluran air juga menambah suasana menjadi tentram. Ditemani Lurah Pengadegan, Mursyid, Warta Kota berkeliling ke sejumlah titik perkampungan pada Selasa (23/1/2018) siang.
Di sana, sejumlah warga dan pengurus RW setempat sedang sibuk dengan tanaman hidroponiknya. Sebagian tanaman berusia satu pekan mendapat perawatan dengan teliti. Sementara, di pipa hidroponik lain, tanaman sayuran sudah siap panen. “Ini sudah berkali-kali panen. Hasilnya cukup baik. Seperti sayuran premium yang dijual di swalayan-swalayan,” kata Ketua PKK RW 01 Kristanti saat menunjukkan deretan tanaman sawi yang siap panen.
Kampung Hidroponik di Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan. (Warta Kota/Feryanto Hadi) Ia menambahkan, biasanya, hasil panen dibeli oleh masyarakat setempat dan uangnya masuk dalam uang khas sebagai biaya pembelian nutrisi serta bibit untuk menanam sayuran baru.
“Dua minggu sudah bisa panen dan dibeli warga sini juga. Untuk kualitasnya premium dan bebas pestisida,” ujarnya. Zainal, selaku Ketua RT 01/01 sekaligus Koordinator Lingkungan perkampungan setempat siang itu tampak sibuk membawa sejumlah botol nutrisi tanaman. Ia, sehari-harinya bertindak sebagai koordinator yang merawat juga memantau perkambangan anek sayur yang ditanam dalam ladang hidroponik. “Untuk perawatannya gampang-gampang susah. Asal kita telaten saja,” ujarnya.
Kampung Hidroponik di Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan. (Warta Kota/Feryanto Hadi) Di sejumlah RW lainnya juga tampak pemandangan yang sama. Gang-gang sempit dipenuhi tanaman hijau serta kolam ikan. Pada dinding-dinding rumah warga juga digambari aneka lukisan dengan tema binatang dan tumbuhan. Lurah Mursyid bilang, saat ini sudah ada empat RW yang mengaplikasikan Kampung Hodroponik di kelurahan yang ia pimpin, yakni RW01, RW03, RW07 dan RW08. Sedangkan RW lain saat ini sedang dalam proses pembangunan. “Semangat warga sangat luar biasa. Ini sebenarnya berawal dari pelatihan kepada ibu-ibu PKK. Namun kemudian menjadi virus yang menyebar ke seluruh warga hingga warga ramai-ramai membuat ladang hidroponik di permukimannya. Ini tentu sebuah terobosan yang membanggakan,” ujarnya. Mursyid berkisah, sejak lulus dari program Magister Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB), ia berinisiatif mengadopsi ilmu yang didapatnya di kawasan Pengadegan. Awalnya, ia memulai dengan mengujicoba konsep pertanian hidroponik di kantor kelurahan. Ia menjadikan ruang-ruang di sisi luar bangunan kantor sebagai ladang hidoponik serta kolam pembibitan ikan. “Ibaratnya di sini jadi labolatorium percontohan. Lihat saja, di sekeliling kantor kelurahan isinya tanaman dan kolam ikan. Warga banyak yang belajar ke sini bagaimana cara bercocoktanam dengan sistem hidroponik lalu mengaplikasikan ke kawasan permukiman mereka,” jelasnya.
Mursyid bilang, banyak terjadi perubahan sosial sejak ia mengkampanyekan Kampung Hidroponik. Terutama, perubahan perilaku masyarakat yang kini makin perduli dengan kebersihan lingkungan. Sejumlah jalan dilukis dengan ragam karakter unik. Begitu juga tembok-tembok perkampungan yang dahulunya kusam, kini dicat dan digambari dengan berbagai macam karakter bertema edukasi. Bahkan, warga yang sebelumnya memiliki pekarangan kumuh kini sudah memenuhi pekarangannya dengan aneka tanaman serta menyediakan tempat sampah masing-masing. Yang unik, seperti yang tampak di sejumlah titik, terdapat sebuah tempat yang dinamakan Pos Pemantauan Tanaman Hidroponik. “Yang jaga pos itu ya warga. Jadi, tidak ada yang berani merusak tanaman atau mengotori kawasan,” terangnya. Mursid menambahkan, setelah Program Kampung Hidroponik berhasil, maka Kelurahan Pengadegan akan beralih ke Kampung Warna Warni. "Namun Kampung Warna Warni yang ada di Pengadegan, bukan Kampung Warna Warni seperti biasanya. Kampung Warna Warni ini sifatnya edukatif, ada gambar binatang, bunga, jadi buat ajang pembelajaran juga," pungkasnya. Kunjungan dari Swiss Mursyid mengungkapkan, sebagian dana pembuatan hidroponik diperoleh dari program Corporate Social Responbility (CSR) PT Wika dan Palang Merah Indonesia. “Tanggal 30 Januari nanti rencananya kampung ini akan dikunjungi oleh PMI Internasional dari Swiss untuk meninjau program hidroponik yang warga Pengadegan lakukan,” jelasnya. Sementara itu, Kepala Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan (KPKP) Kota Jakarta Selatan, Wahyuni memastikan pihaknya akan mendukung program kampung hidroponik yang saat ini sedang dijalankan warga Pengadegan. “Kami nanti akan suport dari sisi teknis berupa penyuluhan maupun bibit tanaman dan ikan jika warga mengajukan. Kami tentu sangat apresiasi langkah warga ini karena sejalan dengan program gerakan inovasi perkotaan yang sedang digagas pemprov DKI Jakarta,” imbuhnya. Ia menambahkan, urban farming yang dilakukan warga akan mampu menciptakan ketahanan pangan selain menambah ruang hijau yang kini sedang digencarkan. “Kami juga punya program gang hijau di Jaksel. Saat ini sudah ada sekitar 45 gang hijau sebagai upaya menambah ruang hijau dan meningkatkan kualitas udara di Jakarta Selatan,” imbuhnya.
Wakil Walikota Jakarta Selatan, Arifin bilang, program kampung hidroponik di Pengadegan merupakan bagian dari mitigasi program masyarakat tangguh banjir dukungan dari PMI Pusat, Zurich Insurance yang dilaksanakan dengan penuh kekompakan oleh warga setempat. “Ini adalah hasil dari semangat masyarakat yang antusias dengan pertanian dengan memaksimalkan ruang terbatas di permukiman. Karena banyaknya masyarakat yang terlibat dalam gerakan ini, maka tercetuslah sebutan kampunghidroponik. Sedangkan alasan memakai sistem hidroponik dikarenakan lahan yang yang tersedia sangat minim,” ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Kampung Hidroponik Pengadegan Bakal Mendunia, http://wartakota.tribunnews.com/2018/01/23/kampunghidroponik-pengadegan-bakal-mendunia?page=4. Penulis: Feryanto Hadi Editor: murtopo
3. Penataan permukiman pinggir sungai sekanak palembang
Sungai Sekanak yang merupakan aliran Sungai Musi di Sumatera Selatan merupakan salah satu pusat wisata di Palembang yang lagi ngehits. Ragam gambar mural dan paduan cat warnawarninya, membuat lokasi ini jadi tujuan utama para pemburu foto instagramable. Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang berhasil mengubah tampilan Sungai Sekanak menjadi indah dan penuh warna. Sebelumnya, Sungai Sekanak hanya menjadi aliran Sungai Musi yang penuh genangan sampah rumah tangga. Bahkan aromanya yang sangat menyengat, membuat para warga yang berlalu lalang di kawasan ini merasa risih. Kini, sungai di Jalan Merdeka, Kelurahan 28 Ilir, Kecamatan Ilir Barat (IB) II Palembang ini menjadi sangat menarik dan terkenal dengan sebutan Sekanak Bersolek. Sungai Sekanak akan menjadi sinyal kebangkitan Venesia dari Timur. Julukan ini dulunya disematkan ke Sungai Musi, karena keindahan sungainya dan menjadi daya tarik para wisatawan.
Pemandian Bangsawan Untuk bisa menikmati kawasan ini, pengunjung sebaiknya berjalan sore hari. Di waktu itu, pengunjung bisa berfoto ria atau swafoto narsis sesuka hati, karena tidak terhalau cuaca panas yang ekstrem di siang hari. Warga di pinggiran Sungai Sekanak pun sangat ramah. Tak jarang mereka sering berbagi cerita tentang sejarah Sungai Sekanak, yang dulunya tempat permandian para bangsawan Palembang Darussalam. Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan, Sekanak Bersolek merupakan bentuk restorasi Sungai Sekanak, untuk mengembalikan fungsinya di masa lalu. Dulunya sungai ini digunakan untuk jalur transportasi perahu kecil, perdagangan pasar terapung dan tempat bermain anakanak di lingkungan sekitar. Sebelum disulap menjadi cantik, Sungai Sekanak dipilih Pemkot Palembang sebagai percontohan Pasar Terapung Palembang. Tradisi Pasar Terapung hingga saat ini masih ada, namun hanya di kawasan tertentu saja, karena kondisi sungai di Palembang yang kurang bersih. “Air Sungai Sekanak dulunya bisa dimasak dan bersih. Sekarang akan kita kembalikan fungsinya, terutama jadi salah satu destiasi pariwisata Palembang. Beberapa restorasi anak Sungai Musi nantinya akan mempermudah transportasi air,” katanya.
Di beberapa acara, Sungai Sekanak ini akan dihiasi beberapa perahu yang dibawa oleh ibu-ibu. Mereka akan membawa banyak jajanan yang bisa dibeli di tepi sungai. Untuk lebih mempercantik, Pemkot Palembang melakukan normalisasi seperti pengerukan sungai. Pasar Terapung menjadi salah satu program percontohan Sungai Sekanak Palembang. Pedagang berjualan di Sungai Pedado Bungkuk Palembang, yang juga merupakan aliran Sungai Musi. Ada beragam jenis makanan yang dijual, seperti gorengan, klepon, pempek, kerupuk dan cemilan ringan lainnya. Darwin, warga Plaju Palembang, setiap ada keluarga dari luar kota yang datang ke Palembang, selalu dibawa jalan-jalan ke Sungai Sekanak Palembang. “Rute wisata air kini sangat banyak, bisa ke Plasa Benteng Kuto Besak (BKB) dan Sungai Sekanak. Karena yang kita punya hanya sungai dan bagusnya sudah dimanfaatkan secara baik oleh pemerintah dan masyarakat,” katanya.
4. asd