Usulan Pengembangan Angkutan Sungai Dengan Menggunakan Model Traffic Assignment (Studi Kasus: Sungai Cisadane, Pusat Kota Tangerang)
USULAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL TRAFFIC ASSIGNMENT (STUDI KASUS: SUNGAI CISADANE PUSAT, KOTA TANGERANG) Ken Martina Kosikoen1, M Ridwan Jahyadi1 1Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota β Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 1150
[email protected]
Abstrak Kota Tangerang memiliki permasalahan lalu lintas disebabkan oleh tumbuhnya perdagangan dan jasa yang tidak terkendali, akhirnya berdampak pula pada penurunan fungsi jalan.Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan lalu lintas (transortasi), salah satunya adalah pembangunan jalan/rute baru, dengan memanfaatkan potensi SDA Sungai Cisadane Kota Tangerang. Untuk saat ini Pemerintah Kota Tangerang belum memberdayakan angkutan sungai sebagai alternatif pemecahan masalah lalu lintas. Alternatif pemecahan masalah dengan pengembangan rute baru, akan menimbulkan perpindahan moda transportasi. Maka dari itu dibutuhkan studi pengembangan rute baru menggunakan model traffic assignment, dengan studi kasus Sungai Cisadane, yang mengalir dari Jl. KS. Tubun hingga Jl. Teuku Umar, Kota Tangerang. aspek yang akan dianalisi adalah aspek waktu tempuh, jarak tempuh, serta ongkos transport. Moda transportasi yang menjadi fokus objek penelitian adalah kendaraan pribadi mobil dan angkot (rute lama), serta kapal penumpang (rute baru) Hasil temuan studi ini menyimpulkan bahwa berdasarkan waktu tempuh angkutan sungai lebih singkat, yakni 15 menit. Sedangkan mobil pribadi 16,41 menit, dan angkot 19,52 menit. Ongkos transport pada angkutan sungai mencapai Rp 469.320;-, angkot Rp 4.000;-, dan mobil pribadi Rp 60.000;-. Kata Kunci: Kondisi Lalu Lintas, Pengembangan Rute Baru, Traffic Assignment.
Pendahuluan Transportasi memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pergerakan manusia, seperti pergerakan dari rumah (tempat asal) menuju tempat sekolah (tempat tujuan), menuju tempat kerja, dan lain-lain. Manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari membutuhkan alat angkutan untuk memenuhi kebutuhan pegerakananya dari tempat asal ke tempat tujuan. Pergerakan manusia tersebut menimbulkan arus lalu- lintas atau lalu - lalang di jalan. Sistem tranportasi tidak dapat terlepas dengan sistem tata guna lahan. Sistem tata guna lahan tersebut merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan pergerakan manusia. Transportasi berperan menghubungkan guna lahan yang satu dengan guna lahan yang lainnya.
Artinya sistem tata guna lahan mampu memberikan dampak positif maupun negatif kepada sistem transportasi, begitu juga sebaliknya. Sistem tata guna lahan yang tak terkendali bisa berdampak pada buruknya lalu lintas di suatu kota. Permasalahan ini juga yang terjadi pada Kota Tangerang. Tumbuhnya sektor perdagangan dan jasa di Kota Tangerang yang tidak terkendali menimbulkan permasalahan lalu lintas dan penurunan fungsi jalan di Kota Tangerang. Hal ini sesuai seperti yang disampaikan oleh RTRW Kota Tangerang 20102030. Untuk menangani permasalahan lalu lintas transportasi di Kota Tangerang, dapat dilakukan
Usulan Pengembangan Angkutan Sungai Dengan Menggunakan Model Traffic Assignment (Studi Kasus: Sungai Cisadane, Pusat Kota Tangerang)
beberapa alternatif pemecahan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan potensi SDA Sungai Cisadane sebagai alternatif rute baru. Untuk saat ini Pemerintah Kota Tangerang belum memaksimalkan potensi Sungai Cisadane, untuk dimanfaatkan sebagai prasarana angkutan sungai. Padahal Sungai Cisadane ini memiliki potensi untuk menjadi alternatif pemecahan masalah transportasi di Kota Tangerang. Alternatif pemecahan masalah dengan memanfaatkan Sungai Cisadane sebagai rute baru akan menimbulkan perpindahan pengguna moda transportasi angkutan jalan ke moda transportasi angkutan sungai. Selain perpindahan moda, juga akan terjadi perpindahan rute pergerakan. Maka dari itu dibutuhkan studi usulan pengembangan angkutan sungai menggunakan model traffic assignment, dengan studi kasus Sungai Cisadane di Pusat Kota Tangrang yang mengalir dari Jl. KS Tubun hingga Jl. Teuku Umar. Model traffic assignment ini merupakan tahap terakhir dari empat tahap perencanaan transportasi, yakni tarikan pergerakan, sebaran pergerakan, pemilihan moda, pemilihan rute/traffic assignment. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan mengidentifikasi karakteristik pergerakan di wilayah studi, artinya tarikan dan sebaran pergerakan yang difokuskan kepada pola pergerakan di wilayah studi. Mengidentifikasi pemilihan moda transportasi angkutan jalan di wilayah studi yang akan di fokuskan kepada moda transporasi kendaraan pribadi mobil serta angkot dengan moda trasnportasi angkutan sungai jenis perahu penumpang. Setelah itu baru dilakukan analisis pemilihan rute/traffic assignment, yakni rute atau pola pergerakan di wilayah studi pada angkutan jalan, serta rute atau pola pergerkan di wilayah studi setelah dipengaruhi oleh usulan alternatif pengembangan rute baru dengan moda transportasi angkutan sungai. Model traffic assignment ini dalam proses analisisnya mempertimbangkan aspek waktu tempuh dan jarak tempuh. Artinya rute
pergerakan mana yang memiliki waktu lebih singkat dan jarak yang lebih dekat. Aspek waktu tempuh ini merupakan aspek yang biasanya menjadi pertimbangan para pelaku perjalanan dalam memilih rute pergerakan, pelaku pergerakan biasanya akan memilih rute mana yang memiliki waktu lebih singkat. Namun selain waktu tempuh pelaku pergerakan biasanya juga mempertimbangkan aspek biaya, artinya moda transportasi mana yang memiliki ongkos transport lebih murah. Maka dari itu dalam proses analisis nanti penulis juga menambahkan analisis ongkos transport. Studi ini lebih ditekankan pada model analisisnya, yakni model traffic assignment. Jadi pada tahap analisis nanti, peneliti mengasumsikan bahwa Sungai Cisadane layak untuk digunakan sebagai prasarana angkutan sungai. Alasan peneliti membatasi penelitian ini karena, penelitian ini merupakan penelitian mandiri, dan waktu serta biaya penelitian yang mahal. Berdasarkan kondisi di atas, maka perumusan masalah pada studi ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik pergerakan di wilayah studi? 2. Bagaimana pola pergerakan pergerakan di wilayah studi setelah dipengaruhi oleh usulan rute baru? 3. Bagaimana hasil usulan pengembangan angkutan sungai ini? Sementara itu, maksud dari studi ini adalah merumuskan usulan pengembangan angkutan sungai menggunakan model traffic assignment di pusat Kota Tangerang. Sedangkan tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik pergerakan di wilayah studi. 2. Menganalisis pola pergerakan di wilayah studi setelah dipengaruhi oleh usulan rute baru. 3. Merumuskan hasil usulan pengembangan angkutan sungai Ruang lingkup wilayah studi meliputi aliran Sungai Cisadane di Pusat Kota Tangerang, yang
Usulan Pengembangan Angkutan Sungai Dengan Menggunakan Model Traffic Assignment (Studi Kasus: Sungai Cisadane, Pusat Kota Tangerang)
mengalir dari Jl. KS. Tubun hingga Jl. Teuku Umar. Sedangkan ruang lingkup substantif meliputi: identifikasi karakteristik pergerakan masyarakat di wilayah studi, menghitung jarak; waktu dan ongkos transport pada rute lama dan rute baru; pola pergerakan di wilayah studi setelah dipengaruhi oleh rute baru; serta rumusan hasil usulan pengembangan angkutan sungai. Metode Penelitian Studi penelitian ini dilakukan menggunakan metode dekriptif kuantitatif. 1. Metode Deskriptif Metode penulisan deskriptif, dimana metode ini berfungsi untuk menggambarkan kelayakan usulan angkutan sungai dilihat dari aspek waktu tempuh, jarak tempuh, serta ongkos transport. 2. Pendekatan Kuantitatif Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis pola persebaran pergerakan masyarakat setempat, yang dapat diketahui dengan penyebaran kuesioner maksud dan tujuan pergerakan. Penyebaran kuesioner juga dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai usulan pengembangan angkutan sungai, serta ongkos transport angkot dan mobil, sedangkan untuk ongkos tranport pada angkutan sungai akan digunakan teori investasi βNilai Waktu yang Akan Datang (Future Value)β. Nilai waktu yang akan datang atau nilai masa depan (future value disingkat FV) merupakan suatu jumlah yang dicapai dari suatu nilai (uang) tertentu dengan pertumbuhan pembayaran selama periode waktu yang akan datang apabila dimajemukan dengan suku bunga tertentu. Pemajemukan (compounding) merupakan proses perhitungan nilai akhir dari suatu pembayaran atau rangkaian pembayaran apabila digunakan bunga majemuk. Berikut adalah persamaan untuk bunga sederhana dan bunga majemuk (Harjito dan Martono:2011)
Bunga sederhana ππ = ππ (π)(π)
Ket :Si : jumlah bunga sederhana Po: pinjaman atau tabungan pokok i : tingkat bunga per periode waktu dalam persen n : jangka waktu Pendekatan ini juga dilakukan untuk menganalisis pola pergerakan masyarakat di wilayah studi setelah dipengaruhi oleh pengembangan rute baru. Analisis dilakukan atas dasar waktu tempuh, jarak tempuh, serta ongkos transport. Analisis pada penelitian ini dilakukan menggunakan model terakhir dari empat tahap perencanaan transportasi, yakni model traffic assignment. Analisis pemilihan rute/traffic assignment dilakukan untuk mengetahui rute alternatif terbaik dan seberapa besar nisbah penyimpangan pada rute setelah dipengaruhi oleh rute yang baru. Menurut Suwardjoko Warpani (1993:100) untuk mengetahui nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru bisa menggunakan persamaan sebagai berikut: ππππ πππ‘ππ π ππππ¦ππππππππ x πππ ππππ ππππππππππ Maksud dari persentase penyimpangan di atas adalah kemungkinan besaran pergerakan perpindahan dari rute lama ke rute baru. Untuk mengetahui persentase penyimpangan, bisa menggunakan Gambar 3.1 βkurva penyimpanganβ yang sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu nisbah waktu antara rute baru dengan rute lama.
Usulan Pengembangan Angkutan Sungai Dengan Menggunakan Model Traffic Assignment (Studi Kasus: Sungai Cisadane, Pusat Kota Tangerang)
Gambar 1 Kurva Penyimpangan Sumber: Suwadjoko Warpani. 1993
πππ ππβ π€πππ‘π’ =
π€πππ‘π’ ππππ ππ’π‘π ππππ’ . π€πππ‘π’ ππππ ππ’π‘π ππππ
Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Wilayah Studi Wilayah studi disini merupakan wilayah sepanjang Sungai Cisadane yang mengalir pada 2 kecamatan dan 8 kelurahan. Kecamatan Tangerang terdiri dari 4 kelurahan dan Kecamatan Karawaci terdiri dari 4 kelurahan. Secara geografis, lokasi
studi penelitian memiliki batas-batas sebagai berikut: ο· Utara : berbatasan dengan Kel.Mekarsari Kel. Karangsari Kec. Neglasari; dan Kel. Koang Jaya Kec. Karawaci ο· Timur : berbatasan dengan Kel. Tanah Tinggi, Kel. Buaran Indah, dan Kel. Kelapa Indah, Kec. Tangerang ο· Selatan : berbatasan dengan Kel. Cikokol, Kec. Tangerang; dan Kel. Bojongjaya, Kel. Sukajaya, Kec. Karawaci ο· Barat : berbatasan dengan Kel. Nambo Jaya, Kel. Sumur Pacing, Kel Pabuaran, Kel. Cimone Jaya, Kec. Karawaci. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada peta 1 di bawah ini
Peta 1 Administratif Wilayah Studi dan lain-lain. Sistem jaringan jalan di wilayah studi terbagi berdasarkan kelasnya yaitu: Sistem Jaringan Jalan dan Transportasi Sistem jaringan jalan di wilayah studi di ο· Jalan arteri primer : 11,73 km pengaruhi oleh pusat-pusat kegiatan yaitu ο· Jalan kolektor : 20,63 km permukiman, perdagangan dan jasa, industri, ο· Jalan lokal : 61,93
Usulan Pengembangan Angkutan Sungai Dengan Menggunakan Model Traffic Assignment (Studi Kasus: Sungai Cisadane, Pusat Kota Tangerang)
Angkutan Jalan Berdasarkan kuesioner yang sudah peneliti sebar, untuk masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi mobil, ongkos yang biasa masyarakat keluarkan adalah berkisar Rp 40.000;- s/d Rp 60.000 perhari (biaya untuk membeli bensin dan parkir). Sedangkan angkot sebesar Rp 4.000,- untuk umum dan Rp 3.000 untuk anak sekolah. Walaupun ongkos angkot ini terbilang murah, masyarakat masih merasa kurang puas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pelayanan Jasa Angkutan Umum Angkot Frekuensi Sudah puas Kurang puas Belum puas
2 27 5 34
Total
Persentase (%) 5,88 79,41 14,71 100
Sumber: hasil olahan kuesioner 2014
Alasan masayarakat masih kurang puas dengan pelayanan jasa angkot ini adalah kurang nyaman yang mencapai 74,07%, selain itu waktu perjalanan juga relatif lebih lama mencapai 25,93%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Persepsi Masyarakat Mengenai Kurang Puasnya Pelayanan Angkot Frekuensi Waktu perjalanan relatif lama Kurang nyaman Total
7 20 27
Persentase (%) 25,93 74,07 100
Sumber: hasli olah kuesioner 2014
Angkutan Sungai Berdasarkan kuesioner yang telah peneliti sebar mengenai usulan angkutan sungai, persentase paling besar menyatakan setuju dengan persentase 74%, sedangkan persentase paling kecil menyatakan tidak setuju 3%. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Pendapat Masyarakat Mengenai Usulan Angkutan Sungai Frekuensi 14 74 9 3 100
Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak setuju Total
Persentase 14,00 74,00 9,00 3,00 100,00
Sumber:hasil olah kuesioner 2014
Berdasarkan hasil perhitungan ongkos transport pada angkutan sungai menggunakan persamaan future value adalah Rp 469.320,-. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 Perhitungan Harga Tiket kapal Tahun 3
1 2 Investasi Kapal dan 12.216.240.000 13.926.513.600 10.716.000.000 Dermaga (r=14%) Biaya Operasional 19.690.488.167 22.447.156.510 17.272.358.041 (r = 14 %) 78.840 78.840 78.840 Penumpang per tahun 355.002 404.702 461.361 Harga Tiket/tahun Harga Tiket rata-rata Sumber: hasil analisis 2014
Karakteristik Pola Pergerakan di Wilayah Studi Berdasarkan hasil survey wawancara rumah tangga yang peneliti lakukan, terdapat 3 jenis pergerakan, yaitu pergerakan dari rumah menuju tempat sekolah, pergerakan dari rumah menuju
4
5
15.876.225.504
18.098.897.075
25.589.758.421
29.172.324.600
78.840 525.951
78.840 599.584 469.320
tempat kerja, dan pergerakan dari rumah menuju tempat perbelanjaan. untuk pergerakan dari rumah menuju tempat kerja terbagi menjadi empat, yakni PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta, dan Buruh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 2 di bawah ini.
Usulan Pengembangan Angkutan Sungai Dengan Menggunakan Model Traffic Assignment (Studi Kasus: Sungai Cisadane, Pusat Kota Tangerang)
Peta 2 Karakteristik Pola Pergerakan di Wilayah Studi Waktu dan Jarak Tempuh Waktu dan Jarak Tempuh Pada Rute Lama
Waktu dan Jarak Tempuh Pada Rute Baru Oleh karena rute baru disini merupakan usulan baru, artinya moda transportasi angkutan sungai belum dikembangkan dilokasi studi, maka untuk mendapatkan data waktu tempuh bisa digunakan persamaan sebagai berikut: Menurut Morlok (1991: 124) persamaan waktu tempuh adalah:
Untuk mendapatkan data waktu tempuh dan ajrak tempuh pada rute lama, peneliti menggunakan metode survey waktu tempuh yang dikeluarkan oleh ditjen Bina Marga Kementrian Pu, 1990. Untuk lebih jelasnya mengenai waktu dan jarak tempuh pada rute lama dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
π‘=
Tabel 5 Waktu dan Jarak Tempuh Berdasarkan Asal dan Tujuan Pergerakan
π π£
Dimana: t = waktu tempuh s = jarak tempuh v = kecepatan
Zona Asal
Zona Tujuan Kawasan Pendidikan Cikokol dan Pusat Perbelanjaan Modern Kawasan Pusat Pemerintahan Daerah Industri A Daerah Industri B Pusat Perbelanjaan Tradisional Sumber: hasil analisis 2014
Daerah Permukiman Waktu (menit) Mobil Angkot
Jarak (kn)
14,17
12,58
3,45
7,8
8,02
2,786
2,7 12,45
0,974 2,027
13,34
3,78
11,53
Jarak tempuh keseluruhan Sungai Cisadane pada wilayah studi adalah 4,7 km, sedangkan kecepatan kapal mencapai 18 km/jam. Namun jarak tempuh pada angkutan sungai ini dibagi menjadi empat titik, disesuaikan dengan lokasi tujuan pergerakan masyarakat di wilayah studi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Usulan Pengembangan Angkutan Sungai Dengan Menggunakan Model Traffic Assignment (Studi Kasus: Sungai Cisadane, Pusat Kota Tangerang) =
0,609 = 0,03 πππ = 1,8 πππππ‘ = 108 πππ‘ππ 18,52
3. titik 1 ke titik 4 : 1969 meter = 1,969 km π€πππ‘π’ = =
πππππ πππππππ‘ππ
1,969 = 0,11 πππ = 6,6 πππππ‘ = 396 πππ‘ππ 18,52
4. titik 4 ke titik 5 : 1135 meter = 1,135 km π€πππ‘π’ = =
Sumber: hasil analisis 2014
Jarak tempuh pada rute baru yang ditunjukkan pada gambar diatas adalah 1. titik 1 ke titik 2 : 974 meter = 0,974 km
=
πππππ πππππππ‘ππ
0,974 = 0,05 πππ = 3 πππππ‘ = 180 πππ‘ππ 18,52
2. titik 2 ke titik 3 : 609 meter = 0,609 km π€πππ‘π’ =
1,135 = 0,06 πππ = 3,6 πππππ‘ = 216 πππ‘ππ 18,52
Analisis Pola Pergerakan Setelah Dipengaruhi Oleh Rute Baru Berdasarkan data karakteristik pola pergerakan, waktu tempuh dan jarak tempuh pada rute lama, serta waktu tempuh dan jarak tempuh pada rute baru di atas, selanjutnya baru bisa dihitung nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru, atau pola pergerakan di wilayah studi setelah dipengaruhi oleh usulan rute baru menggunakan model traffict assignment. 1. Pergerakan Sekolah Pergerakan menuju tempat sekolah memiliki besaran mencapai 2.090 pergerakan, dengan perincian 261 pergerakan kendaraan pribadi mobil, dan 1.829 pergerakan angkutan umum angkot. Untuk lebih jelasnya mengenai nisbah penyimpangan pada pergerakan sekolah, bisa dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Gambar 2 Jarak Tempuh Pada Rute Baru
π€πππ‘π’ =
πππππ πππππππ‘ππ
πππππ πππππππ‘ππ
Tabel 6 Perhitungan Nisbah Penyimpangan Pada Pergerakan Sekolah
Besaran Pergerakan Manusia Mobil (261 Pergerakan Manusia) Angkot (1829 Pergerakan Manusia) Sumber: hasil anlisis 2014
Waktu Tempuh (menit) Rute Baru Rute Lama (angkutan Sungai)
Nisbah Waktu
Persentase Penyimpangan (%)
Nisbah Penyimpan gan
14,17
6,6
0,47
98
256
12,6
6,6
0,52
91
1664
Berdasarkan perhitungan diatas, mengartikan bahwa pada moda transportasi mobil nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru adalah 256 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 5 pergerakan (selisih dari 261 dengan 256) masih menggunakan rute lama.
Untuk angkot mengalami nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru sebesar 1.664 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 165 pergerakan (selisih dari 1.829 dengan 1.664) masih menggunakan rute lama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Usulan Pengembangan Angkutan Sungai Dengan Menggunakan Model Traffic Assignment (Studi Kasus: Sungai Cisadane, Pusat Kota Tangerang)
Tabel 7 Nisbah Penyimpangan Pada Rute Pergerakan Sekolah Jenis Kendaraan
Rute Lama Baru 5 256
Mobil Pribadi Angkutan Umum 165 Angkot Total Nisbah 170 Perpindahan Sumber: hasil anlisis 2014
Jumlah 261
1.664
1.829
1.920
2.090
2. Pergerakan Kerja Untuk perjalanan dibedakan berdasarkan jenis pekerjaannya, yang terbagi menjadi empat jenis pekerjaan, yakni PNS, pegawai Swasta, wiraswasta, dan buruh. 1) PNS Pergerakan menuju tempat kerja seorang PNS yang berlokasi di Kawasan Pusat Pemerintahan, memiliki besaran pergerakan mencapai 522 pergerakan, dengan perincian 261 pergerakan kendaraan pribadi mobil, dan 261 pergerakan angkot. Berdasarkan perhitungan traffic assignment, pada moda transportasi mobil mengalami nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru sebesar 232 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 29 pergerakan (selisih dari 261 dengan 232) masih menggunakan rute lama. Untuk angkot mengalami nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru sebesar 235 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 26 pergerakan (selisih dari 261 dengan 235) masih menggunakan rute lama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini. Tabel 8 Nisbah Penyimpangan Pada Pergerakan Kerja (PNS) Jenis Kendaraan
Rute Lama Baru 29 232 26 235
Mobil Pribadi Angkutan Umum Angkot Total Nisbah Perpindahan Sumber: hasil anlisis 2014
55
467
Jumlah 261 261 522
2) Pegawai swasta Pergerakan menuju tempat kerja seorang pegawai swasta yang berlokasi di daerah perdagangan dan jasa/pusat perbelanjaan modern, memiliki besaran pergerakan mencapai 1.045 pergerakan, dengan perincian 261 pergerakan kendaraan pribadi mobil, dan 784 pergerakan angkutan umum angkot. Berdasarkan perhitungan traffic assignment, pada moda transportasi mobil mengalami nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru sebesar 256 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 5 pergerakan masih menggunakan rute lama. Untuk angkot mengalami nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru sebesar 713 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 71 pergerakan masih menggunakan rute lama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini. Tabel 9 Nisbah Penyimpangan Pada Pergerakan Kerja (Pegawai Swasta) Jenis Kendaraan
Rute
Lama 5 Mobil Pribadi 71 Angkutan Umum Angkot Total Nisbah 76 Perpindahan Sumber: hasil anlisis 2014
Jumlah Baru 256 713
261 784
969
1045
3) Wiraswasta Pergerakan menuju tempat kerja seorang wiraswasta yang berlokasi di daerah perdagangan dan jasa/pusat perbelanjaan modern, memiliki besaran pergerakan mencapai 1.829 pergerakan, dengan perincian 784 pergerakan kendaraan pribadi mobil, dan 1.045 pergerakan angkutan umum angkot. Berdasarkan perhitungan traffic assignment, pada moda transportasi mobil mengalami nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru sebesar 768 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 16 pergerakan masih menggunakan rute lama. Untuk angkot mengalami nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru
Usulan Pengembangan Angkutan Sungai Dengan Menggunakan Model Traffic Assignment (Studi Kasus: Sungai Cisadane, Pusat Kota Tangerang)
sebesar 951 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 94 pergerakan masih menggunakan rute lama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini. Tabel 10 Nisbah Penyimpangan Pada Pergerakan Kerja (wiraswasta) Jenis Kendaraan
Rute Lama 16
Mobil Pribadi Angkutan Umum 94 Angkot Total Nisbah 110 Perpindahan Sumber: hasil analisis 2014
Baru 768
Jumlah 784
951
1045
1719
1829
4) Buruh Pergerakan menuju tempat kerja seorang buruh memiliki besaran pergerakan mencapai 949 pergerakan menggunakan angkot, dengan perincian meneju daerah industri A 522 pergerakan, dan menuju daerah industri B 427 pergerakan. Berdasarkan perhitungan traffic assignment, pergerakan menuju daerah industri A mengalami nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru sebesar 157 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 365 pergerakan masih menggunakan rute lama. Untuk pergerakan menuju daerah industri B mengalami nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru sebesar 290 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 137 pergerakan masih menggunakan rute lama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11 Nisbah Penyimpangan Pada Pergerakan Kerja (buruh) Jenis Kendaraan
Rute Lama Baru 365 157 137 290
Daerah Industri A Daerah Industri B Total Nisbah Perpindahan Sumber: hasil anlisis 2014
502
Jumlah 522 427
447
949
3. Pergerakan Belanja Pergerakan dengan maksud yang berlokasi pada daerah perdagangan dan jasa/pusat perbelanjaan modern, memiliki besaran pergerakan mencapai 1.045 pergerakan, dengan perincian 261 pergerakan kendaraan pribadi mobil, dan 784 pergerakan angkot. Berdasarkan perhitungan traffic assignment, pada moda transportasi mobil mengalami nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru sebesar 256 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 5 pergerakan masih menggunakan rute lama. Untuk angkot mengalami nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru sebesar 713 pergerakan, sedangkan sisanya sebesar 71 pergerakan masih menggunakan rute lama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini. Tabel 12 Nisbah Penyimpangan Pada Pergerakan Belanja Jenis Kendaraan Mobil Pribadi Angkutan Umum Angkot Total Nisbah Perpindahan
Rute Lama
Jumlah
5
Baru 256
71
713
784
76
969
1.045
261
Sumber: hasil anlisis 2014 Untuk lebih jelasnya mengenai hasil perhitungan nisbah perpindahan dari rute lama ke rute baru dapat dilihat pada peta 3 di bawah ini.
Usulan Pengembangan Angkutan Sungai Dengan Menggunakan Model Traffic Assignment (Studi Kasus: Sungai Cisadane, Pusat Kota Tangerang)
Peta 3 Pola Pergerakan Setalah Dipengaruhi Oleh Rute Baru Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, usulan pengembangan angkutan sungai di wilayah studi menggunakan model traffic assignment, dilihat dari aspek waktu tempuh dan jarak tempuh akan menimbulkan nisbah penyimpangan dari rute lama ke rute baru, namun berdasarkan ongkos transport kemungkinan besar tidak akan terjadi nisbah penyimpangan, karena ongkos transport pada angkutan sungai lebih mahal. Maka dari itu diusulkan adanya upaya penekanan biaya operasi pada angkutan sungai ini. salah satunya dengan memberikan subsidi kepada angkutan sungai ini. Agar ongkos transport bisa lebih murah, dan bisa bersaing dengan moda angkutan jalan.
Daftar Pustaka Edward K. Morlok. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta: Erlangga. Harjito dan Martono. Manajemen Keuangan. Edisi ke 2. Yogyakarta: Ekonisia. Pemerintah Provinsi Banten. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2010-2030. Tangerang. RTRWP Banten tahun 2010-2030. Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Yogyakarta: Graha Ilmu. Warpani, Suwardjoko. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: Penerbit ITB.