Pembahasan 1.
Cyanobacteria
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan satu spesies Cyanobacteria. Cyanobacteria sendiri merupakan merupakan kelompok mikroorganisme yang termasuk ke dalam Kingdom Eubakteria. Filum Cyanobacteria terbagi menjadi empat Ordo, yaitu Chroococcales, Oscillatoriales, Nostocales, dan Stigonematales (Ulya, 2010). Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terlihat bahwa cyanobacteria yang kami amati terdapat warna hijau pada selnya, hal ini menunjukkan cyanobacteria tersebut memiliki klorofil sehingga cyanobacteria mampu melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Heterokiscyanobacteria adalah kelompok mikroorganisme prokariotik yang mampu melakukan fotosintesis oksigenik layaknya organisme fotoautotrof eukariotik (Graham, 2000). Seperti pada organisme fotoautotrof eukariotik, aktivitas pemanenan cahaya matahari
pada
heterokiscyanobacteria berdasarkan reaksi fotokimia pada pigmen fotosintetik yang menyerap daerah spesifik spektrum cahaya matahari. Pigmen fotosintesis heterokis-cyanobacteria meliputi klorofil Į, karoten, xantofil dan fikobiliprotein. Pusat reaksi fotosintesis heterokiscyanobacteria terdapat pada klorofil Į. Klorofil Į pada heterokiscyanobacteria terletak pada suatu struktur membran internal yang disebut tilakoid (Guiry, 2014). Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun mampu melakukan fotosintesis karena memiliki klorofil. Sebelumnya, alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar (Eubacteria). Sebagai tambahan, beberapa kelompok organisme yang sebelumnya dimasukkan sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan tersendiri, Archaea (Kirby, 2010).
Gambar 1. Cyanobacteria Sumber : Dokumentasi Pribadi
Berdasarkan hasil dan analisis yang telah dilakukan spesies cyanobacteria yang ditemukan yaitu ordo Oscillatoriales genus Arthrospira. Berbentuk benang (filament), yang tersusun atas sel-sel yang pipih dan rapat. Sel tidak diselubungi lendir. Diantara sel-sel yang pipih terdapat sel yang mati. Adanya sel yang mati menyebabkan filamen terputus menjadi beberapa hormogonium. Jika sel ini putus, maka terbetuklah hormogonium yang akan tumbuh menjadi Oscillatoria baru (Sharoff, 2002). Spirulina adalah cyanobacterium yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan hewan lainnya dan dibuat terutama dari dua spesies cyanobacteria: Arthrospira platensis dan Arthrospira maxima. Arthrospira dibudidayakan di seluruh dunia, digunakan sebagai suplemen makanan serta makanan utuh, dan tersedia dalam tablet, serpihan dan bubuk. Hal ini juga digunakan sebagai suplemen pakan dalam akuakultur, akuarium dan unggas industri ( Guiry, 2014).
2.
Lichen
Lichen yang digunakan pada praktikum ini berasal dari pohon. Warna dari lichen yang diamati yaitu hijau keabu-abuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yurnaliza (2002) bahwa tubuh lichen dinamakan thalus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan fungi. Tumbuhan ini memiliki warna yang bervariasi seperti putih, hijau keabu-abuan, kuning, oranye, coklat, merah dan hitam. Lichen adalah asosiasi simbiosis antara mikroorganisme fotosintetik dan fungi dimana jutaan sel fotosintesis dilakukan di massa hifa fungi. Fungi tumbuh di permukaan batu, kayu lapuk, pohon, dan atap dalam berbagai bentuk. Pasangan fotosintetiknya adalah alga hijau uniseluler atau berserabut atau biasanya disebut Cyanobacteria. Komponen fungi yang paling sering yaitu Ascomycete, Glomycete dan Basidiomycete (Campbell, 2011). Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, bentuk lichen menyerupai kerak, datar, tipis dan melekat di kulit pohon. Berdasarkan literatur, Yurnaliza (2002) menyatakan bahwa lichen yang berukuran kecil, datar, tipis, dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah termasuk dalam bentuk lichen Crustose. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substrat. Pada pengamatan struktur anatomi, terdapat bagian tubuh lichen yang memanjang secara seluler yang disebut hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thalus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada fungi yang bukan lichen. Alga selalu berada pada bagian permukaan dari talus (Yurnaliza, 2002).
Gambar 2. Hasil Pengamatan Lichens Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 3. Hasil Pengamatan Lichens Sumber : Dokumentasi Pribadi Lapisan korteks atas sebagai lapisan hifa fungi, terdiri atas jalinan yang padat disebut pseudoparenkim dari hifa fungi. Sel ini tidak memiliki ruang antar sel dan saling mengisi dengan material yang berupa gelatin yang berfungsi untuk perlindungan (Misra dan Agrawal, 1978). Daerah alga merupakan lapisan biru atau biru kehijauan terletak dibawah korteks atas. Jaringan hifanya longgar. Lapisan gonidium yang terdiri atas gerombolan-gerombolan sel alga dengan hifa fungi yang teranyam jarang-jarang berada diantara kulit luar dan lapisan permukaan, menunjukkan warna hijau yang berfungsi untuk fotosintesis dan organ reproduksi. Alga yang menyusun tubuh lichen disebut gonidium, dapat bersel tunggal atau berupa koloni. Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae) antara lain Chrococcus dan Nostoc, kadang juga ganggang hijau (Chlorophyceae) misalnya Cystococcus dan Trentepohlia
(Tjitrosoepomo, 1989). Bagian medulla, terdiri dari lapisan hifa yang membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Lapisan empulur, tersusun atas sel-sel fungi yang tidak rapat, berfungsi untuk penyimpanan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan. Korteks bawah mempunyai struktur hifa yang padat (Yurnaliza, 2002). Namun, pada praktikum ini, kelompok kami kurang begitu bagus dalam membuat preparat sehingga bagian-bagian dari lichen tidak terlihat dengan jelas. Hanya terlihat bagian hifa fungi dan sel alga. Menurut Campbell (2011), meskipun lichen terlihat sebagai organisme tunggal, sebenarnya lichen merupakan organisme ganda yaitu asosiasi antara dua organisme : fungi dan fotoautotrof. Lichen ini awalnya dianggap sebagai contoh definitif mutualisme. Fotoautotrof melakukan fotosintesis, memproduksi senyawa karbon yang kaya energi untuk lichen, maupun keduanya. Fotoautotrof memperoleh air dan nutrisi mineral dari fungi serta perlindungan terhadap kekeringan.
Daftar Rujukan Bold, H.C and M. J. Whynne. 1985. Introduction to the Algae : structure and Reproduction. Sec. ed. New Jersey: Pretice-Hall. Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2005. Biologi. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Erlangga. Campbell, N.A., Reece, j.b., & Mitchell, L.G. 2011. Biology. Ninth Edition. Volume 3. San Fransisco: Pearson Inc, Benjamin Cummings. Graham L. E. Wilcox L. W. 2000. Algae. London: Prentice Hall. Guiry, M. D. 2014. Algaebase. World-wide electronic publication, National University of Ireland, Galway Kimball, John W.1983.Biologi Edisi Kelima (jilid 3).Terjemahan Siti Soetarmi T dan Nawangsari Sugiri. Jakarta:Penerbit Erlangga. Kirby, W. F.2010. Marine of Algae. London: British Museum. Misra, A., R.P. Agrawal. 1978. Lichenes (A Premiliminary Text). New York-Bombay-Calcuta: Oxford and IBH Pulishing Co. Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. Surakarta: UNS Press Sharoff, S.D. 2002. Lichen, Biology and Environment the Special Biology of Lichens. Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ulya Darojatul . 2010. karakterisasi fisiologis heterokis-cyanobacteria asal wilayah adat kasepuhan taman nasional gunung halimun salak jawa barat. Bogor: IPB.
Yurnaliza. 2002. Lichenes (Karakteristik, Klasifikasi dan Kegunaan). Medan: Universitas Sumatera Utara.