Stabilisasi Harga Beras adalah Hal yang Utama “Oleh : M. Rian Samudin” Beras adalah produk makanan utama dalam kelangsungan hidup umat manusia, terkhususnya di Indonesia. Budidaya beras sangat cocok di iklim panas seperti di Benua Asia. Indonesia merupakan negara yang berlimpah alamnya dan termasuk negara ke 3 produksi beras terbanyak di Dunia dengan produksi beras sebanyak Volume produksi 70.600.000 dan diatasnya ada negara Cina dan India (Indonesia Investments, 2017). Beras di Indonesia memiliki banyak jenis namun yang paling di kenal dikalangan masyarakat adalah beras premium dan medium. Meskipun negara kita adalah negara dari 3 besar produksi beras, kita tetap salah satu negara yang menginpor beras. Impor beras di Indonesia sudah tidak asing lagi terdengar oleh masyarakat baik dari kalangan bawah, menengah dan atas. Badan Pusat Statistik menyatakan indonesia selalu mengimpor beras mulai dari tahun 2000 hingga 2015 dan berlangsung sudah 15 tahun. Sementara pada tahun 2016 dan 2017 pemerintah berhenti mengimpor beras dan sekarang tahun 2018 pemerintah kembali menginpor beras. Dalam pemerataan produksi beras di Indonesia di kelola oleh Badan Urusan Logistik atau yang sering disebut dengan Bulog. Bulog adalah perusahaan umum milik negara yang berperan dalam mengurus logistik dan pangan (beras). Berdasarkan Keppres No 39/1978, tugas Bulog adalah melaksanakan pemerintahan serta pembangunan pada bidang manajemen logistik dengan cara melakukan tata kelola persediaan, menyalurkan dan mengendalikan harga beras, serta melakukan usaha jasa logistik yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Saat ini dalam masa pemerintahan jokowi membuat kebijakan impor beras 500.000 ton beras dari Vietnam dan Thailand. Kebiajakan ini mengalami kontroversi bagi kalangan petani beras yang dimana sebentar lagi akan mengalami panen meskipun panen dalam keadaan musim basah. Bagaimanapun kebijakan ini membuat para petani resah dan takut menjantuhkan panen beras petani. Tetapi sebelum itu kita harus tahu apa alasan pemerintah menginmpor beras. Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukito menyatakan “Impor dilakukan karena harga
beras medium naik tajam maka itu tujuannya untuk cadangan dan stabilisasi harga”. Berdasarkan data dari Kompasiana, harga beras medium di Pasar Beras Cipinang mencapai titik tertinggi dalam lima tahun terakhir. Oleh karena itu stabilisasi harga sangat perlu dilakukan. Bukan hanya di Cipinang tetapi di Jawa, Lampung dan Sumsel harga beras saat ini sangatlah mahal padahal pada Permendag No 57 Tahun 2017 tentang penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium 9450/kg dan premium 12800/kg dan kenyataannya saja di sumsel di Kecamtan Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir harga beras medium 14000/kg. Hal itu terjadi karena semakin menipisnya pasokan gabah dari para petani. Oleh karena itu stabilasasi harga sangatlah penting dilakukan untuk saat ini karena tidak semua orang yang sanggup untuk membeli beras dengan harga yang tinggi. Stabilisasi harga dengan pemerataan pasokan beras di seluruh Indonesia merupakan kebijakan yang tepat untuk saat ini karena dari Bulog menyatakan mengalami kekurangan cadangan beras. oleh karena itu Impor beras dilakukan. Mendag menjamin untuk para petani yang sebentar lagi panen tetap akan diserap oleh Bulog baik itu beras maupun gabah. Jadi untuk petani tidak ada yang dirugikan. Meskipun begitu tetap saja pemerintah untuk kedepannya hal inpor beras harus ditiadakan karena Indonesia merupakan negara yang mempunyai produksi beras terbanyak nomor 3 di Dunia. Perbaiki cadangan beras kita sendiri adalah hal utama yang harus difokuskan pemerintah bukan impor beras.