BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Karakteristik Sel Sel adalah satuan struktur organisme hidup, satuan fungi dalam
organisme hidup dan sel merupakan semua sel yang berasal dari sel yang telah ada. Sel memiliku kriteria tersendiri yaitu memiliki membran plasma, mengandung materi genetik yang penting untuk mengkode berbagai jenis Ribonucleic Acid (RNA), termasuk untuk sintesis protein dan mengandung mesin biosintesis yang merupakan tempat di mana sintesis berlangsung. Secara lebih luas sel memilki karakteristik yaitu memilkik bentuk yang bervariasi. Sel yang mempunyai bentuk yang sangat bervariasi, baik di antara sel-sel yang menyusun tubuh makhluk hidup yang sama maupun yang menyusun makhluk hidup yang berbeda. Beberapa sel tidak memiliki bentuk yang tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan aktivitasnya. Sel amoeba dan sel darah putih termasuk contoh tipe sel yang bentuknya dapat berubah-ubah. Sel-sel yang lain memiliki bentuk yang khas atau tetap, atau bentuk-bentuk peralihan yang spesifik untuk setiap jenis makhluk hidup seperti Spermatozoa manusia. Bentuk-bentuk sel terutama bergantung pada adaptasi fungsionalnya, tekanan permukaan, viskositas protoplasma, tekanan mekanik oleh sel-sel yang ada di sekitarnya, dan rigiditas membran plasma. Selain itu, mikrotubuli memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan bentuk dari suatu tipe sel. Umumnya sel-sel jaringan hewan dan tumbuhan berbentuk polihedral. Bila sel diisolasi dalam lingkungan cair, maka dia dapat berubah bentuk menjadi bulat. Bentuk bulat merupakan bentuk dasar sel. Macam-macam bentuk dari sel antara lain berbentuk gepeng, berbentuk kubus, dan berbentuk selindris. Sel memiliki ukuran yang bervariasi tergantung pada tipe sel, umumnya pada sel hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan sedikit pengecualian seperti sel telur pada burung unta yang memiliki diameter hingga beberapa cm. Mata manusia tidak mampu memisahkan dua titik yang dipisahkan kurang dari 0,1 mm atau 100 m. Sementara itu, umumnya sel memiliki ukuran
yang lebih kecil dari 0,1 mm. Sel sangat kompleks dan terorganisir, kompleksitas sel sangat nyata tetapi sulit dijelaskan, karena kompleksitas sel dapat dianalogikan dengan keteraturan dan konsistensi keteraturan dan konsistensi sel dapat dilihat dari organel-organel sel yang mempunyai struktur sendiri-sendiri dan adanya interaksi antar bagian sel ataupun antar organel yang erperan untuk memelihara sistem sel. Terorganisir merupakan karakteristik sel yang dapat dilihat pada proses sintesis protein, proses pembentukan energi kimia, pembentukan membran sel. Proses tersebut terdapat kerjasama antar organel sel dan semua proses sangat terorgansir yang tidak ada kesimpangsiuran. Sel mempunyai suatu program genetik, organisme dibangun berdasarkan informasi yang dikode dalam gen-gen. Gen bukanlah sekedar tempat menyimpan informasi tetapi juga mengandung blueprint (cetakan) untuk membentuk struktur sel, mengatur aktivitas sel. Sel membentuk menggunakan energi, perkembangan dan pemeliharaan sel membutuhkan masukan energi yang konstan. Energi cahaya diserpa oleh pigmen fotosintetik yang terdapat pada sel, kemudian cahaya tersebut akan dikonversi menjadi energi kimia. Pada hewan energi telah dikemas berupa glukosa pada manusia glukosa delepaskan oleh hati ke aliran darah. Bagaimana penggunaan energi ini dapat dilihat pada proses respirasi. Sel mampu menghasilkan berbagai macam reaksi kimia, reaksi kimia yang terjadi di dalam sel sering disebut metabolisme. Metabolisme adalah suatu proses pengubahan molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul kecil atau sebaliknya. Sel mampu melakukan aktivitas mekanik, sel adalah tempat aktivitas mekanik, dimana bahan atau molekul diangkut dari satu tempat ketempat lain, baik di dalam sel atau antar sel. Sel mampu merespon stimuli, pada sel protista misalnya bakteri mampu bergerak ke arah sumber nutrisi. Organisme multiseluler umumnya respon stimuli ditangkap oleh reseptor yang akan berinteraksi dengan substanti yang terdapat dalam lingkungan. Sel mampu mengatur diri, kebutuhan akan energi, pemeliharaan dan keadaan sel yang stabil membutuhkan pengaturan yang konstan, dalam hal ini sel mampunyai kemampuan yang sangat kompeten. Sel banyak
manfaat yang dapat diambil, diantaranya memahai mekanisme kerja sel yang berguna sebagai bahan pertimbangan dalam mematikan sel lain yang berbahaya atau patogen, dapat mengembangkan organisme unggul yang sangat penting bagi manusia misalnya untuk sumber antibiotika atau obat-obatan yang lain, atau sumber pangan baru. Sel mampu membelah diri, Individu baru dihasilkan melalui proses reproduksi. Sel dihasilkan melalui proses pembelahan sel dimana satu sel induk akan menghasilkan dua sel anak. Proses ini sifat yang dimliki induk akan diwariskan ke keturunannya. 2.2.
Lisosum dan Dinding Sel Secara umum, sel eukariotik terdiri atas membran sel, inti sel, dan
sitoplasma. Sitoplasma merupakan daerah intrasel selain inti sel, yang terdiri atas sitosol dan sitoskeleton (rangka sel). Sitosol menempati sekitar 55% volume sel, dan pada sitosol inilah melekat organel-organel. Ada lima organel utama yang menempati sitosol, yaitu retikulum endoplasma, mitokondria, badan golgi, peroksisom, dan lisosom. Kelima organel ini memiliki fungsi yang berbeda-beda satu sama lain, namun saling terintegrasi untuk menjalankan fungsi sel secara keseluruhan demi menjaga keseimbangan homeostasis tubuh. Lisosom ditemukan pada awal tahun 1950 setelah mempelejari distribusi jenis-jenis enzim yang terlibat di dalam metabolisme karbohidrat, salah satu enzim yang terlibat di dalam metabolisme karbohidrat yang dipelajari adalah fosfatase asam yang memecah gugus fosfat pada beberapa fosfat yang mengandung ester fosfat. Lisosom adalah vesikula yang berbatas membran dimana di dalamnya terkandung enzim-enzim hidrolase. Suatu organel dapat didefinisikan sebagai lisosom bilamana memenuhi beberapa kriteria, yaitu organel yang bersangkutan berbatas membran, mengandung dua atau lebih dari enzim-enzim hidrolase yang semuanya adalah asam hidrolase dan memiliki sifat kelatenan enzim. Lisosom dibatasi oleh membran tunggal dan di dalamnya terkandung kurang lebih 40 jenis enzim yang semuanya merupakan dari enzim hidrolase seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, dan sulfatase. Enzim-enzim hidrolase bekerja dengan baik pada pH kurang lebih 5, untuk mempertahankan pH tersebut,
maka secara terus menerus terjadi pemompaan ion hidrogen ke dalam lumen lisosom melibatkan Adenosine Triphosphate (ATP) sebagai sumber energi. Lisosom memiliki protein maker yang disebut sebagai Docking-marker acceptor, dengan demikian, lisosom akan dapat berfusi dengan vesikula-vesikula target dengan tepat. Beberapa molekul sederhana dapat menembus membran lisosom, misalnya quinakrin. Quinakrin dapat meningkatkan pH di dalam lisosom jika diberikan ke dalam sel. Quinakrin digunakan di laboratorium sebagai inhibitor fungsi lisosom. Lisosom memiliki fungi pencernaan intra sel yang sangat luas meliputi pencernaan bahan-bahan intra dan ekstra sel, mikroorganisme yang telah difagositosis dan program kematian sel selama organogenesis (Adnan, 2006). Enzim-enzim dari hidrolase memiliki kemampuan untuk memecahkan berbagai jenis molekul organik seperti polisakarida, protein, lipida, fosfolipida, dan asam-asam nukleat. Asal dan pembentukan lisosom telah dipelajari dengan sangat intensif, berbagai hasil temuan, ada dua pendapat yang berkenaan dengan asal dan pembentukan lisosom, pertama bahwa protein-protein hidrolitik dibentuk oleh ribosom yang terdapat pada retikulum endoplasma. Retikulum endoplasma kasar,
selanjutnya
protein
tersebut
ditranslokasikan
menuju
permukaan
pembentukan badan golgi untuk diproses lebih lanjut. Setelah itu, protein-protein hidrolitik dikemas dan dibungkus dalam bentuk vesikula-vesikula untuk dilepaskan sebagai lisosom primer. Kedua Protein-protein hidrolitik dibentuk pada ribosom yang terdapat pada retikulum endoplasma kasar, selanjutnya dilepaskan dalam bentuk vesikula menuju daerah Golgi associated Endoplasmic Reticulum giving rise to Lisosom (GERL) yang berdekatan dengan daerah permukaan matang badan golgi, dari GERL, selanjutnya dilepaskan vesiula-vesikula yang disebut lisosom primer. Lisosom yang pertama dibentuk oleh sel dan belum terlibat dalam aktivitas pencernaan sel disebut lisosom primer. Sedangkan lisosom sekunder adalah lisosom yang merupakan hasil fusi berulang antara lisosom primer dengan berbagai substrat yang berbatas membran, dengan demikian, lisosom sekunder telah terlibat dalam aktivitas pencernaan sel dan di dalam lumennya terdapat substrat dan enzim-enzim hidrolitik. Lisosom sekunder memiliki dua fungsi
berbeda, pertama Heterolisosom, yaitu bila substrat dicerna berasal dari luar sel, dengan demikian, heterolisosom dibentuk dari hasil fusi antara lisosom primer dengan fagosom atau endosom, heterolisosom sering disebut sebagai vakuola pencerna. Vakuola autofagi atau autolisosom yaitu lisosom mencerna substratsubstrat intraseluler yang berbatas membran (sitosegresom), misalnya dari organel intraseluler seperti mitokondria, autolisosom dibentuk dari hasil fusi antara sitosegresom dengan lisosom primer. Peranan fisiologi lisosom umumnya berhubungan dengan pencernaan intraseluler. Misalnya pencernaan makanan yang berlangsung pada protozoa dimana bahan-bahan yang berasal dari luar akan dicerna secara intraseluler atau heterofagi. Endositosis merupakan persyaratan bagi pencernaan intraseluler bahan eksogen dengan molekul tinggi. Bukti menunjukkan bahwa vakuola makanan dihasilkan dari fusi antara endosom dengan lisosom primer. Lisosom memainkan peranan yang sangat penting selama berlangsungnya fertilisasi pada berbagai jenis hewan termasuk manusia, terutama selama berlangsungnya reaksi akrosom. Enzim-enzim yang dilepaskan dari vesikula akrosom melakukan pencernaan terhadap selaput selaput pelindung telur sehingga memungkinkan sel pronuklei jantan masuk menembus membran telur untuk berfusi dengan pronuklei betina.
Gambar 2.1. Lisosom (Sumber: Adnan, 2006)
Sebagian besar dinding sel terdiri dari selulosa, dinding sel terdiri dari 3 lapisan yaitu, lamella tengah, dinding sel primer dan dinding sel sekunder. Lamella tengah merupakan lapisan terluar dan pertama yg terbentuk selama pembelahan sel lapisan ini kaya pektin. Dinding sel primer, fleksibel tipis, dapat
diperluas pektin, hemiselulosa dan glikoprotein, kerangka selulosa mikro fibril dan matriks gel. Dinding sel sekunder sangat tebal, terbentuk di dalam dinding sel primer, sangat kaku dan kuat pada selulosa, hemiselulosa dan lignin. Komponen lain dari dinding sel, terdapat enzim antara lain hidrolase, esterase, peroksidase dan transglycolases, protein struktural dan kristal silika. Dinding sel berperan memelihara keseimbangan tekanan osmosis antara cairan intraseluler dan keseimbangan tekanan osmosis antara cairan intraseluler dan kecenderungan air untuk memasuki sel. Dinding sel terletak pada bagian luar membran sel dan merupakan suatu eksoskeleton yang berperan untuk memberi bentuk pada sel, melindungi, sekaligus sekaligus sebagai penyokong mekanik.
Jika suatu sel ditempatkan di dalam
larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang isotonis dengan cairan intraseluler, maka sitoplasma tetap melekat pada dinding sel. Akan tetapi jika konsentrasi larutan di dalam media lebih tinggi daripada cairan intraselulernya (hipertonis), maka air akan dari pada cairan intraselulernya (hipertonis), maka air akan keluar dan sitoplasma tertarik dari dinding sel. Jika konsentrasi larutan di dalam media lebih rendah dari pada cairan larutan intraselulernya (hipotonis), maka air akan masuk ke dalam sel dan akibatnya sel-sel menggelembung dan akhirnya pecah dan dengan adanya dinding sel menyebabkan suatu sel dapat survive dan tidak pecah. Komponen dinding sel bakteri, adalah struktur yang kompleks, agak kaku dan bertanggung jawab atas bentuk sel. Struktur ini, melindungi membran sitoplasma dan semua bagian dalam sel. Dinding sel tersusun oleh senyawa unik yang disebut peptidoglikan. Peptidoglikan ini tersusun atas dua komponen, yaitu N-acetyl glucosamine dan N-acetyl muramic acid yang berselang-seling membentuk tulang punggung dinding sel. N-acetyl glucosamine terdapat 4 asam amino dan asam amino ini membentuk ikatan silang dengan asam amino N-acetyl glucosamine lainnya. Penggolongan bakteri menjadi gram positif dan gram negatif adalah berdasarkan perbedaan komposisi dinding sel. Bakteri gram positif dinding selnya terutama terdiri dari peptidoglikan sehingga terbentuk dinding sel yang kaku.
Peptidoglikan terdapat senyawa yang disebut asam teikoat, pada bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan dalam jumlah yang jauh lebih sedikit, akan tetapi di bagian luar peptidoglikan terdapat membran luar yang tersusun atas lipoprotein
dan
fosfolipid.
Selain
itu
bakteri
jenis
ini
mengandung
lipopolisakarida. Oleh karena perbedaan komposisi dinding sel ini, bakteri gram positif dan negatif memiliki ketahanan yang berbeda. Bakteri gram positif lebih rentan terhadap antibiotika penisilin karena antibiotika ini dapat merusak peptidoglikan.
Sebaliknya karena jumlah peptidoglikan yang lebih banyak,
bakteri gram positif biasanya lebih tahan terhadap kerusakan mekanis. Dinding sel bakteri gram positif lebih homogen Tebal dinding bervariasi antara 10-80 nm, tergantung spesies bakterinya. Salah satu ciri yang membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah adanya dinding sel. Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa dinding sel terdiri atas dinding primer dan dinding sekunder. Komponen utama dinding sel tumbuhan adalah polisakarida yang terdiri atas tiga tipe utama yaitu selulosa, hemiselulosa, dan polisakarida pektat. Dinding sel beberapa fungi mengandung selulosa, tetapi komponen yang utama adalah kitin, yaitu polimer dari N-acetyl glucosamine. Dinding sel khamir umumnya mengandung polisakarida glukan dan manan. Oleh karena tidak mengandung petidoglikan maka sel-sel eukariotik tahan terhadap antibiotika yang merusak peptidoglikan (Fardiaz, 2009). 2.3.
Mikroskop Monokuler dan Binokuler Mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil
untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan, adalah mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah benda yang ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut. Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel. Mikroskop adalah alat utama dalam mempelajari struktur benda-benda kecil. Mikrokskop optik dapat dibagi yaitu mikroskop biologi (monokuler) dan mikroskop stereo (binokuler). Mikroskop biologi adalah mikroskop yang digunakan pengamatan benda tipis transparan. Penyinaran dilakukan dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Mikroskop binokuler adalah mikroskop yang digunakan untuk pengamatan bendabenda yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak. Penyinaran dapat diatur dari atas maupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Mikroskop biologi pada umumnya memiliki lensa okuler atau lensa objektif dengan kekuatan pembesaran, pertama objektif 4x dengan okuler 10x, pembesaran 40x, kedua objektif 10 dengan okuler 10x, pembesaran 100x, ketiga objektif 40x dengan okuler 10x, pembesaran 400x dan keempat objektif 100x dengan okuler 10x, pembesaran 1000x. Objektif yang paling kuat pada mikroskop optik 1000x disebut objektif emersi, karena penggunaannya harus dengan minyak emersi dan cara memakainya khusus. Baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula, lalu yang menentukan sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler.
Gambar 2.2. Mikroskop Monokuler
(Sumber: Respati, 2008)
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai pembesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop biologi. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa objektif beberapa perbedaan dengan mikroskop biologi adalah pertama, ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop biologi sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati. Sumber cahaya berasal dari atas sehingga obyek yang tebal dapat di amati. Mikroskop monokuler secara sederhana, benda ini hanya memiliki satu lensa yang dimiliki saja. Alat ini termasuk kelompok dalam mikroskop cahaya yang berfungsi hanya fokus kedalam sebuah sel yang detail untuk diamati. Cahaya yang dipancarakan oleh mikroskop monokuler bekerja untuk mengamati isi sel, cahaya yang dipancarkan pada mikroskop monokuler berasal dari lampu. Lensa okuler pada mikroskop monokuler sangat mudah digunakan dibandingkan dari lensa okuler pada mikroskop binokuler. Mikroskop binokuler memiliki lensa objektif yang sangat besar sehingga berbentuk paralel.
Gambar 2.3. Mikroskop Binokuler (Sumber: Sulistiyawati dan Sutriyono, 2016)
2.4.
Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan Sel yang menyusun makhluk hidup tingkat tinggi memang sangat kecil
ukurannya sehingga tidak dapat dilihat dengan alat bantu yang sederhana. Bagian yang menunjang kehidupan sel disebut organel-organel. Sel adalah segumpal
protoplasma berinti, sebagai individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan hidupnya. Sel itu setelah tumbuh dan berdeferensiasi, akan berubah bentuknya sesuai dengan fungsinya, ada yang menjadi epidermis berfungsi untuk melindungi sel-sel sebelah dalamnya ada yang menjadi tempat penyediaan makanan, ada yang berfungsi menjadi tempat persediaan makanan dan lain-lain. Sel merupakan unit struktural kehidupan dan merupakan unit fungsional dari kehidupan dikarenakan didalam organ tumbuhan dan hewan tersusun dari selsel rumusan yang penting bukannya dinding sel tetapi isi sel yang disebut protoplasma. Tumbuhan istilah sel meliputi protoplasma dan dinding sel yang ada sedangkan pada organisme multi sel yang ada membentuk struktur kompleks. Sel pada organisme multi sel tidak sama satu dengan lainnya tetapi masing-masing mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Struktur dinding sel yang ada pada tumbuhan merupakan sebagai sel mati hasil ekskresi zat hidup dalam sel akan tetapi baru-baru ini makin banyak ditemui bukti bahwa ada satuan organik yang ada diantara protoplasma dan dinding, khususnya pada sel muda. Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan berbeda namun terdapat persamaanpersamaan dasar tertentu mengenai sifat, bentuk, dan fungsi dari bagian sel tersebut. Secara umum bagian sel-sel tersebut adalah membran sel, sitoplasma, mitokondria, retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom, plastida, kloroplas, sentrosom, ribosom, vakuola, inti sel, membran inti, mikrofilamen, dan dinding sel. Sel pada tumbuhan mempunyai bentuk, ada yang berbentuk peluru, prisma, dan memanjang. Secara umum setiap sel memiliki membran sel, sitoplasma dan inti sel atau nukleus. Sel tumbuhan dan sel hewan mempunyai beberapa perbedaan seperti sel tumbuhan lebih besar dari pada sel hewan, sel tumbuhan mempunyai bentuk yang tetap sebaliknya pada sel hewan tidak mempunyai bentuk yang tetap, pada sel tumbuhan terdapat dinding sel sedangkan pada sel hewan tidak. Sel tumbuhan terdapat klorofil namun pada sel hewan tidak, pada sel tumbuhan terdapat vakuola atau rongga sel yang besar sedangkan pada sel hewan tidak memiliki vakuola, namun pada sel beberapa hewan uniseluler memiliki vakuola tapi tidak sebesar
yang terdapat pada sel tumbuhan. Sel tumbuhan menyimpan tenaga dalam bentuk biji kanji sedangkan pada sel hewan menyimpan dalam bentuk glikogen. Perbedaan organel sel tumbuhan dan sel hewan, pertama pada dinding sel tidak ada pada hewan, tersusun atas yang utama zat kayu yaitu selulosa yang terbuat dari glukosa, pektin terbuat dari polisakarida, hemiselulosaterbuat dari polisakarida, dan glikoprotein. Dibentuk oleh diktiosom, berperan dalam turgiditas sel (kekakuan sel), pada dinding sel terdapat noktah (pori) yaitu bagian dinding sel yang tidak mengalami penebalan untuk berhubungan dengan sel lain. Plastida hanya ada pada tumbuhan bermembran rangkap, membran luar, untuk melewatkan molekul berukuran kecil, dan membran dalam bersifat selektif permeable, memilih molekul yang keluar masuk dengan transport aktif, serta organel yang mengandung pigmen. Jenis plastida antara lain kloroplas, kromoplas, dan amiloplas Sentriol hanya terdapat pada sel hewan, sepasang struktur seperti silinder yang memiliki lubang tengah, tersusun dari protein mikrotubulus, pasangan sentriol terletak menyudut, tampak seperti jala berlekatan dengan kromosom saat sel membelah. Jala tersebut disebut benang spindle untuk mengatur polaritas pembelahan sel hewan, dan mengatur pemisahan kromosom selama pembelahan sel (Song Ai, 2012). DAFTAR PUSTAKA Adnan, 2006. Biologi Sel. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Fardiaz, S. 2009. Modul 1 Struktur Sel Mikroorganisme. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Respati, S.M.B. 2008. Macam-Macam Mikroskop dan Cara-Cara Penggunaan. Momentum. 4(2): 42-44. Song Ai, N. 2012. Evolusi Fotosintesis pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains. 12(1): 29-34. Sulistiyawati dan Sutriyono. 2016. Pengaruh Penguasaan Penggunaan Mikroskop Binokuler terhadap Nilai Praktikum Mateklab. Integrated Lab Journal. 4(1):71-76.