LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA 1 IL-2101 MODUL IV KEHILANGAN ENERGI DALAM SISTEM PERPIPAAN
Nama Praktikan
: Siti Anjani Nurul Islamiati
NIM
: 15716026
Kelompok/Shift
: A2
Tanggal Praktikum
: 1 November 2017
Tanggal Pengumpulan
: 15 November 2017
PJ Modul
: Virgia Rinanda (15714006)
Asisten
: Virgia Rinanda (15714006) Nida Ulhusna (15714021)
POGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2017
I.
TUJUAN 1. Menghitung headloss pada sistem. 2. Menghitung debit aktual yang melalui sistem perpipaan 3. Menentukan koefisien kekasaran (f) pipa biru tua dan biru muda
II.
PRINSIP PERCOBAAN Prinsip dasar yang digunakan dalam percobaan ini adalah menghitung headloss pada sistem perpipaan dengan hydraulic bench agar didapat debit aktual dan headloss dapat dihitung dengan persamaan Darcy-Weisbach, untuk menghitung debit aktual dapat dihitung dengan persamaan Hazen-Williams. Headloss pada aliran tertutup (sistem perpipaan) dapat dibedakan menjadi headloss mayor, headloss minor, dan headloss total. Headloss terjadi akibat faktor-faktor seperti gesekan antara fluida dengan dinding pipa, friksi antara sesama partikel pembentk fluida tersebut, turbulensi yang diakibatkan saat aliran dibelokkan arahnya atau hal lain seperti perubahan akibat komponen perpipaan (valve, flow reducer, atau kran).
III.
TEORI DASAR Headloss adalah kerugian tekanan yang terjadi pada aliran internal. Aliran internal seperti pada pemipaan sangat sering mengalami headloss. Headloss terjadi karena berbagai hal seperti gesekan fluida dengan dinding pipa dan adanya hambatan pada pipa seperti belokan, percabangan, katup, dan lain sebagainya. Satuan headloss adalah satuan panjang yang setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa fluida setinggi satu satuan panjang yang bersesuaian. Total head, merupakan kombinasi dari elevation head (tekanan karena ketinggian suatu fluida), velocity head, (tekanan karena kecepatan alir suatu fluida) dan pressure head (tekanan normal dari fluida itu sendiri) . Head loss dapat terjadi akbiat beberapa faktor seperti gesekan pipa, pembelokan, ataupun pada aksesoris. Headloss dibagi menjadi dua, yaitu headloss mayor dan headloss minor 1. Headloss Mayor Headloss mayor adalah kerugian pada aliran dalam pipa yang disebabkan oleh gesekan yang terjadi disepanjang aliran fluida yang mengalir terhadap dinding pipa. Besarnya major losses ditentukan oleh fungsi f (friction factor), V (kecepatan fluida), l (panjang pipa), d (diameter pipa), dan gaya gravitasi. Mayor losses dapat ditentukan dengan rumus
πΏ π£2
Hl = π π· 2 π Keterangan : Hl
= headloss mayor (m)
L
= panjang pipa (m)
V
= kecepatan aliran (m/s)
D
= diameter pipa (m)
g
= percepatan gravitasi bumi (m/s2)
f
= koefisien friksi
2. Minor Headloss Merupakan kerugian head pada fitting dan valve yang terdapat sepanjang sistem perpipaan. Minor losses disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu a. Kontraksi Tiba-Tiba atau Perlahan b. Pelebaran Tiba-Tiba atau Perlahan c. Tikungan d. Katup Minor losses dapat dicari dengan menggunakan rumus π£2
Hl = k 2π Keterangan : Hl
= headloss minor (m)
K
= koefisien kehilangan energi
V
= kecepatan aliran (m/s)
g
= percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Headloss pada system perpipaan biru tua adalah : a. Headloss gate valve π»π πππ‘π π£πππ£π = 12.6 x Ξh pengukuran b.
Headloss standar elbow π»π π π‘πππππ πππππ€ = Ξh π π‘πππππ πππππ€ β [
L standar elbow
] x Ξhππππ ππ’ππ’π
L pipa lurus biru tua
ππππ’ π‘π’π
c. Headloss 90Β° sharp bend L 90Β° sharp bend
π»π 90Β° π hπππ ππππ = Ξβ 90Β° sharp bend β [L pipa lurus biru tua] x Ξhππππ ππ’ππ’π ππππ’ π‘π’π
Pada percobaan kali ini alat yang digunakan untuk menghitung headloss adalah Piezometer Water Manometer untuk gate valve dan globe valve dan U-tube Mercury Manometer untuk aksesoris lainnya. 1. Piezometer Water Manometer Tabung yang paling sederhana dari manometer terdiri dari sebuah tabung tegak yang terbuka bagian atasnya dan dihubungkan dengan bejana dimana tekanan ingin diketahui.. Karena manometer melibatkan kolom fluida dalam keadaan diam, persamaan dasar yang menggambarkan penggunaannya adalah persamaan : P= Ο.g.h+ P_0
β¦β¦β¦(1)
Persamaan diatas memberikan tekanan pada suatu ketinggian dalam fluida yang homogen dalam suku-suku tekanan acuan p0 dan jarak vertikal h antara p dan p0. Perlu diingat bahwa di dalam fluida diam, tekanan akan meningkat jika fluida bergerak kebawah dan akan berkurang jika bergerak ke atas (Ranald, 1993).
Sumber : http://docplayer.info/ Gambar 2.1. Piezometer Water Manometer
Pengukuran h1 melalui hubungan : ππ΄ = πΎ1 β1 Perlu dicatat bahwa karena tabung terbuka pada bagian atas, tekanan po dapat ditetapkan sama dengan nol. Karena titik (1) dan titik A di dalam bejana berada pada ketinggian yang sama, pA = p1. Alat ini hanya cocok digunakan sebaliknya akan ada hisapan kedalam sistem, dan tekanan yang akan diukur harus relatif kecil sehingga ketinggian kolom yang dibutuhkan cukup masuk akal.
2. U-Tube Manometer
Sumber:http://www.efm.leeds.ac.uk/CIVE/CIVE1400/Section2/Manometers.htm Gambar 2.2. U-Tube Water Manometer
Sumber : https://johnvagabondscience.files.wordpress.com/2008/11/manometer.jpg Gambar 2.3. U-Tube Water Manometer
Fluida yang berada dalam manometer disebut fluida pengukur. Untuk menentukan tekanan pA yang dinyatakan dalam berbagai ketinggian kolom, kita mulai pada sebuah ujung dari sistem dan terus menelusurinya sampai ke ujung yang lainnya sambil menggunakan persamaan (1). Jadi, untuk manometer U-tube yang ditunjukkan pada Gambar 2.2, pengukuran dimulai dari titik B dan menelusurinya sampai keujung terbuka. Tekanan pada titik B dan C besarnya akan sama, karena tekanan pada ketinggian yang sama dalam suatu massa fluida diam yang kontinu pasti sama. Persamaan dapat ditulis dengan memasukkan semua tekanan yang mempengaruhi pada kedalaman B dan tekanan yang mempengaruhi kedalam C.
Kelebihan utama Manometer tabung-U didasari kenyataan bahwa fluida pengukur dapat berbeda dari fluida dalam bejana dimana tekanan akan ditentukan. Kontribusi dari kolom gas di dalam manometer biasanya diabaikan karena berat gas sangat kecil. Manometer tabung U juga banyak dipakai untuk mengukur perbedaan tekanan antara dua bejana atau dua titik dalam sebuah sistem. 3. Koefisien friksi (f), Koefisien Hazen-Williams (C) dan Koefisien kekasaran Manning (n) L v2 hL = f D 2g
Q = 0.2785 C d2.63 s0.54
v =
1 23 1 R s2 n
Keterangan : hL
= headloss (m)
Q
= debit (m3/s)
f
= koefisien friksi
C
= koefisien Hazen-Williams
L
= panjang pipa (m)
s
= slope (hL/L)
D
= diameter pipa (m)
R
= jari β jari hidrolis (m)
v
= kecepatan aliran (m/s)
(Walski, 1984)
IV.
DATA PERHITUNGAN 1. Data Awal 1) Data yang diketahui : a. Diameter pipa besar (biru muda) = 26.4 mm , diameter pipa kecil (biru tua) = 13.7 mm b. Jarak antar tapping 1-2
(standar elbow)
= 79 cm
3-4
(pipa lurus biru tua)
= 88 cm
5-6
(90o sharp bend)
= 81 cm
7-8
(pelebaran)
= 18.5 cm
8-9
(pipa lurus biru muda)
= 85 cm
9-10
(penyempitan)
= 8.5 cm
11-12 (bend 4β)
= 81 cm
12-13 (bend 6β)
= 93 cm
13-14 (bend 2β)
= 91 cm
2) Data yang diukur Massa beban
= 2.5 kg
Massa air
= 7.5 kg
Οair
= 996.559 kg/m3
Suhu awal
= 26oC
Suhu akhir
= 28oC
Volume air
= 1 liter = 0.001 m3
2. Pengolahan Data a) Penentuan Massa Jenis Untuk densitas, air-distilasi adalah material baku yang nilainya telah ditetapkan dan diterima secara konvensional (Kell, 1975, dan juga Bettin, 1990). Nilainya untuk rentang suhu dari 20oC hingga 80oC seperti tercantum pada Tabel 1 berikut.
Tabel 4.1 Nilai Baku Konvensional Densitas Air
Suhu (oC)
Densitas (kg/m3)
20
998,23
30
995,62
40
992,24
50
988,07
60
983,24
70
977,81
80
971,83
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat diplot sebuah grafik, sebagai berikut :
Massa Jenis AIr (kg/m3)
Grafik Massa Jenis Air terhadap Suhu Massa Jenis Air
1000 995 990 985 980 975 970
Poly. (Massa Jenis Air)
y = -0.0034x2 - 0.1039x + 1001.7 RΒ² = 0.9999
0
50
100
Suhu (oC)
Gambar 4.1. Grafik Massa Jenis Terhadap Suhu
Dari grafik suhu air terhadap Ο air tersebut, didapat persamaan linear garis y = -0.0034x2 - 0.1039x + 1001.7 Dimana x adalah suhu yang merupakan faktor pengubah dari massa jenis. Maka dari itu, Ο air pada suhu 26.5ΛC adalah Massa Jenis = -0.0034(26.5)2 - 0.1039(26.5) + 1001.7 = 996.559 kg/m3
b) Penentuan Debit Aktual (Qaktual) Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Debit Aktual dengan Hidraulic Bench pada Sistem Perpipaan Biru Tua dan Sistem Perpipaan Biru Muda No.
Waktu (t)
Massa Air (kg)
Qaktual (m3/s)
t1
t2
t3
tr
1
4.91
4.94
5.12
4.99
7.5
2.004 x 10-4
2
4.18
4.07
4.12
4.12
7.5
2.427 x 10-4
3
3.69
3.91
3.96
3.85
7.5
2.597 x 10-4
Pada Tabel 4.2 tersebut, dengan perolehan waktu rata β rata dapat diperoleh debit aktual pada tiap variasi dengan menggunakan persamaan π πππ‘π’ππ =
π π‘πππ‘πβπππ‘π
Sedangkan volume sudah diketahui adalah 1 liter atau 0.001 m3 maka untuk debit :
π1 =
π2 =
π3 =
π π‘πππ‘πβπππ‘π 1 π π‘πππ‘πβπππ‘π 2 π π‘πππ‘πβπππ‘π 3
0.001 π3 = = 2.004 Γ 10β4 π3 /π 4.99 π 0.001 π3 = = 2.427 Γ 10β4 π3 /π 4.12 π =
0.001 π3 = 2.597 Γ 10β4 π3 /π 3.85 π
c) Penentuan Headloss pada Sistem Perpipaan Biru Tua Melalui percobaan yang telah dilakukan, didapat hasil pengukuran waktu dan perbedaan ketinggian sebagai berikut Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Sistem Perpipaan Biru Tua Waktu (t) No.
t1
t2
Beda Tinggi kolom air (mm)
t3
tr
Pipa
Standar
Gate
Lurus
Elbow
Valve
90o Sharp Bend
1
4.91
4.94
5.12
4.99
2
4
215
1
2
4.18
4.07
4.12
4.12
1
1
303
2
3
3.69
3.91
3.96
3.85
1
2
305
1
Berdasarkan tabel tersebut, akan ditentukan nilai headloss masing β masing aksesoris pada sistem perpipaan biru tua. Nilai headloss pada aksesoris dinyatakan dalam persamaan β persamaan berikut Hlpipa lurus = ββ Hlgate valve = 12.6 Γ ββ Hlstandar elbow = ββπ π‘πππππ πππππ€ β [πΏ
πΏπ π‘πππππ πππππ€ ππππ ππ’ππ’π ππππ’ π‘π’π
Hl90osharp bend = ββ900 sharp bend β [πΏ Ket
:
πΏ900 sharp bend ππππ ππ’ππ’π ππππ’ π‘π’π
Hl = headloss (m) οh = perbedaan ketinggian (m)
L = panjang pipa (m) -
] βhππππ ππ’ππ’π ππππ’ π‘π’π
Variasi 1 : Hlpipa lurus = 0.002 π Hlgate valve = 12.6 Γ 0.215 = 2.709 π
] βhππππ ππ’ππ’π ππππ’ π‘π’π
0.79
Hlstandar elbow = 0.004 β [0.88] 0.002 = 0.022045 π 0.81
Hl90osharp bend = 0.001 β [0.88] 0.002 = - 0.000841 m -
Variasi 2 Hlpipa lurus = 0.001 π Hlgate valve = 12.6 Γ 0.303 = 3.8178 π 0.79
Hlstandar elbow = 0.001 β [0.88] 0.001 = 0.0001023 π 0.81
Hl90osharp bend = 0.001 β [0.88] 0.001 = 0.0000795 π -
Variasi 3 Hlpipa lurus = 0.001 π Hlgate valve = 12.6 Γ 0.305 = 3.843 π 0.79
Hlstandar elbow = 0.002 β [0.88] 0.001 = 0.0011023 π 0.81
Hl90osharp bend = 0.001 β [0.88] 0.001 = 0.0000795 π Panjang tiap aksesoris telah diketahui pada data awal, sementara headloss pipa lurus menyatakan nilai headloss mayor sedangkan aksesoris lain masing β masing menyatakan nilai headloss minor. Sehingga didapat nilai headloss sebagai berikut
Tabel 4.4 Nilai Headloss pada Sistem Perpipaan Biru Tua Headloss Qaktual Variasi
Headloss Minor
Mayor
(m)
(m)
(m3/s)
Pipa Lurus (0.88 m)
Gate Valve
Standar Elbow (0.79 m)
90o Sharp Bend (0.81 m)
1
2.004 x 10-4
0.002
2.709
0.022045
- 0.000841
2
2.427 x 10-4
0.001
3.8178
0.0001023
0.0000795
3
2.597 x 10-4
0.001
3.843
0.0011023
0.0000795
d) Penentuan Nilai Headloss pada Sistem Perpipaan Biru Muda Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh hasil pengukuran waktu dan beda tinggi kolom air pada tiap β tiap aksesoris sistem perpipaan sebagai berikut
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Sistem Perpipaan Biru Muda Beda tinggi kolom air (mm)
Waktu (s)
tr
Pipa Lurus
Globe Valve
Bend 2β
Bend 4β
Bend 6β
Penyempitan
t3
1
4.91
4.94
5.12
4.99
115
226
5
1
2
2
1
2
4.18
4.07
4.12
4.12
165
318
2
1
2
2
1
3
3.69
3.91
3.96
3.85
162
320
3
1
3
2
1
Tiba-tiba
Tiba-tiba
t2
Pelebaran
t1
No.
Berdasarkan data β data pada Tabel 4.5, dapat ditentukan nilai headloss dari masing β masing aksesoris pipa, dimana nilai β nilai headloss tersebut dinyatakan dalam persamaan Hlglobe valve = 12.6 Γ ββ Hlpipa lurus = ββ Headloss pipa lurus menyatakan headloss mayor sistem. Untuk headloss aksesoris digeneralisasikan dengan persamaan berikut Hlaksesoris = ββπππ ππ ππππ β [πΏ Keterangan
-
:
πΏπππ ππ ππππ ππππ ππ’ππ’π ππππ’ ππ’ππ
] βhππππ ππ’ππ’π ππππ’ ππ’ππ
Hl
= head loss (m)
οh
= beda tinggi kolom air (m)
L
= panjang pipa (m)
Variasi 1 Hlpipa lurus = 0.115 π Hlglobe valve = 12.6 Γ 0.226 = 2.8476 m 0.91
Hlbend2β = 0.005 β [0.85] 0.115 = - 0.118 m 0.81
Hlbend4β = 0.001 β [0.85] 0.115 = - 0.1086 m 0.93
Hlbend6β = 0.002 β [0.85] 0.115 = - 0.124 m 0.185
Hlpelebaran tiba-tiba = 0.002 β [ 0.85 ] 0.115 = - 0.023 m 0.085
Hlpenyempitan tiba-tiba = 0.001 β [ 0.85 ] 0.115 = - 0.0105 m
-
Variasi 2 Hlpipa lurus = 0.165 π Hlglobe valve = 12.6 Γ 0.318 = 4.0068 m 0.91
Hlbend2β = 0.002 β [0.85] 0.165 = - 0.175 m 0.81
Hlbend4β = 0.001 β [0.85] 0.165 = - 0.156 m 0.93
Hlbend6β = 0.002 β [0.85] 0.165 = - 0.1785 m 0.185
Hlpelebaran tiba-tiba = 0.002 β [ 0.85 ] 0.165 = - 0.0339 m 0.085
Hlpenyempitan tiba-tiba = 0.001 β [ 0.85 ] 0.165 = - 0.0155 m -
Variasi 3 Hlpipa lurus = 0.162 π Hlglobe valve = 12.6 Γ 0.320 = 4.032 m 0.91
Hlbend2β = 0.003 β [0.85] 0.162 = - 0.17043 m 0.81
Hlbend4β = 0.001 β [0.85] 0.162 = - 0.1534 m 0.93
Hlbend6β = 0.003 β [0.85] 0.162 = - 0.17425 m 0.185
Hlpelebaran tiba-tiba = 0.002 β [ 0.85 ] 0.162 = - 0.03326 m 0.085
Hlpenyempitan tiba-tiba = 0.001 β [ 0.85 ] 0.162 = - 0.0152 m Tabel 4.6 Nilai Headloss pada Sistem Perpipaan Biru Muda Headl oss
Headloss minor (m)
mayo
Variasi Debit
Qaktual (m3/s)
Pipa Lurus
Globe Valve
Bend 2β
Bend 4β
Bend 6β
1
2.004 x 10-4
0.115
2.8476
- 0.118
- 0.1086
- 0.124
- 0.023
- 0.0105
2
2.427 x 10-4
0.165
4.0068
- 0.175
- 0.156
- 0.1785
- 0.0339
- 0.0155
3
2.597 x 10-4
0.162
4.032
- 0.17043
- 0.1534
- 0.17425
- 0.03326
- 0.0152
r (m)
Penyempitan
Tiba-tiba
Pelebaran
Tiba-tiba
e) Penentuan Nilai Slope Pada sistem perpipaan biru tua dan biru muda, akan ditentukan nilai slope dari pipa lurusnya. Nilai slope didapatkan dengan persamaan π= Keterangan :
-
-
-
π»π πΏ
Hl
= head loss (m)
L
= panjang pipa (m)
S
= slope
Variasi 1 Perpipaan biru tua
=
Perpipaan biru muda
=
0.002 0.88 0.115 0.85
= 0.00227 = 0.1353
Variasi 2 Perpipaan biru tua
=
Perpipaan biru muda
=
0.001 0.88 0.165 0.85
= 0.001136 = 0.1941765
Variasi 3 Perpipaan biru tua
=
Perpipaan biru muda
=
0.001 0.88 0.162 0.85
= 0.001136 = 0.19059
Tabel 4.7 Nilai Slope Pipa Lurus pada Sistem Perpipaan Biru Tua dan Biru Muda Variasi
Slope0.54
Slope Pipa Lurus Biru
Pipa Lurus Biru
Pipa Lurus Biru
Pipa Lurus Biru
Tua
Muda
Tua
Muda
1
0.00227
0.1353
0.037347
0.339548
2
0.001136
0.1941765
0.025698
0.412692
3
0.001136
0.19059
0.025698
0.408558
Debit
f) Penentuan Kecepatan Aliran pada Sistem Perpipaan Biru Tua dan Biru Muda Kecepatan pada kedua pipa dapat ditentukan dengan persamaan kontinuitas π =π΄Γπ£ π£=
π π΄
Keterangan : Q
= debit (m3/s)
A
= luas permukaan pipa (m2)
v
= kecepatan aliran (m/s)
Luas permukaan pipa dapat dihitung berdasarkan nilai diameter masing β masing pipa yang telah diketahui pada data awal. Dapat dihitung nilai kecepatan aliran dari tiap sistem perpipaan sebagai berikut ABiru tua = ΒΌ Ο (0.0137)2 = 1.474 x 10-4 m2 ABiru muda = ΒΌ Ο (0.0264)2 = 5.474 x 10-4 m2 -
Variasi 1 π£π΅πππ’ π‘π’π
2.004 Γ 10β4 = = 1.359 π/π 1.474 Γ 10β4
π£π΅πππ’ ππ’ππ -
Variasi 2 π£π΅πππ’ π‘π’π
2.427 Γ 10β4 = = 1.646 π/π 1.474 Γ 10β4
π£π΅πππ’ ππ’ππ
-
2.004 Γ 10β4 = = 0.366 π/π 5.474 Γ 10β4
2.427 Γ 10β3 = = 0.443 π/π 5.474 Γ 10β4
Variasi 3 π£π΅πππ’ π‘π’π =
2.597 Γ 10β4 = 1.762 π/π 1.474 Γ 10β4
π£π΅πππ’ ππ’ππ =
2.597 Γ 10β4 = 0.474 π/π 5.474 Γ 10β4
Tabel 4.8 Nilai Kecepatan Aliran pada Sistem Perpitaan Biru Tua dan Sistem Perpipaan Biru Muda Luas Permukaan (m2)
No.
Biru Tua
Biru Muda
1
1.474 x 10-4
5.474 x 10-4
2
1.474 x 10-4
3
1.474 x 10-4
V.
DATA AKHIR
Kecepatan (m/s)
Qaktual (m3/s)
Biru Tua
Biru Muda
2.004 x 10-4
1.359
0.366
5.474 x 10-4
2.427 x 10-4
1.646
0.443
5.474 x 10-4
2.597 x 10-4
1.762
0.474
a) Sistem Perpipaan Biru Tua Tabel 5.1 Hasil Perhitungan pada Perpipaan Biru Tua Headloss Waktu
mayor
Headloss minor (m)
(m) No t1
t2
t3
tr
1
4.91
4.94
5.12
4.99
2
4.18
4.07
4.12
4.12
3
3.69
3.91
3.96
3.85
Qaktual
Apipa
vpipa
(m3/s)
(m2)
(m/s)
2.004
1.474
x 10-4
x 10-4
2.427
1.474
x 10-4
x 10-4
2.597
1.474
x 10-4
x 10-4
S0.54 Pipa lurus
Pipa
Gate
Standard
90o sharp
lurus
valve
elbow
bend
1.359
0.002
2.709
0.022045
- 0.000841
0.037347
1.646
0.001
3.8178
0.0001023
0.0000795
0.025698
1.762
0.001
3.843
0.0011023
0.0000795
0.025698
biru tua
b) Sistem Perpipaan Biru Muda Tabel 5.2 Hasil Perhitungan pada Pipa Biru Muda Headloss Waktu No t1
t2
t3
Qaktual
Apipa
vpipa
(m3/s)
(m2)
(m/s)
tr
1
4.91
4.94
5.12
4.99
2
4.18
4.07
4.12
4.12
3
3.69
3.91
3.96
3.85
2.004
5.474
x 10-4
x 10-4
2.427
5.474
x 10-4
x 10-4
2.597
5.474
x 10-4
x 10-4
mayor
Headloss minor (m)
(m) Pipa
Globe
Bend
Bend
Bend
Pelebaran
Penyempitan
lurus
valve
2β
4β
6β
tiba-tiba
tiba-tiba
- 0.124
- 0.023
- 0.0105
- 0.0339
- 0.0155
- 0.03326
- 0.0152
0.366
0.115
2.8476
- 0.118
0.443
0.165
4.0068
- 0.175
0.474
0.162
4.032
0.1086 -
-
0.156
0.1785
-
-
-
0.17043
0.1534
0.17425
VI.
ANALISIS ANALISIS A a) Analisis Cara Kerja Sebelum melakukan percobaan, suhu air diukur terlebih dahulu begitu pula ketika seluruh kegiatan pengamatan telah selesai, suhu akhir air dihitung. Data suhu awal dan suhu akhir yang telah dirata β ratakan digunakan untuk menentukan densitas/massa jenis air pada suhu yang didapatkan. Lalu hidupkan hydraulic bench yang sudah terpasang pipa / selang inlet dan outletnya. Air dialirkan dengan maksimum agar didapatkan debit maksimum juga pada globe valve dan gate valve dibuka dengan maksimum agar tidak ada perbedaan debit antara globe valve dan gate valve pada saat diambil variasi. Kemudian dilakukan 3 kali variasi debit dan 3 kali perhitungan waktu setiap 1 variasi debit. Perlakuan 3 kali perhitungan waktu ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kesalahan dalam pembacaan waktu. Waktu yang dihitung adalah waktu yang dibutuhkan oleh hydraulic bench untuk menaikkan beban seberat 2.5 kg hal ini dilakukan untuk menentukan debit aktual aliran Praktikan menggunakan gelas ukur yang berukuran 1 liter untuk data volume. Sebelum melakukan pembacaan ketinggian, tidak boleh ada gelembung udara di sepanjang aliran pipa serta dilakukan pengecekan apakah pada pipa dan pada hydraulic bench terdapat kebocoran atau tidak. Keberadaan gelembung menyebabkan ruang non-air pada aliran air pipa sehingga pembacaan ketinggian kolom air tidak valid/akurat lagi oleh karena itu udara pada sistem perpipaan harus dikeluarkan terlebuh dahulu. Kebocoran pipa menyebabkan keadaan awal fluida didalam pipa menjadi tidak sama sehingga menyebabkan
terjadinya
perbedaan
tinggi
sebelum
hydraulic
bench
dinyalakan. Jika terjadi kebocoran pada pipa sebaiknya dibaca terlebih dahulu perbedaan ketinggiannya kemudian setelah hydraulic bench dinyalakan pembacaan data tersebut dikurangi dengan perbedaan tinggi sebelum hydraulic bench dinyalakan agar didapat data yang mendekati valid. Sedangkan jika hydraulic bench mengalami kebocoran akan memengaruhi perhitungan debit aktual sehingga debit aktual yang ingin didapatkan tidak valid lagi atau galatnya menjadi besar. Kemudian dilakukan pengamatan secara bergantian antara globe valve untuk pipa biru muda dan gate valve untuk pipa biru tua hal ini bertujuan untuk memaksimalkan aliran pada sistem perpipaan yang ingin diukur sehingga
hasilnya dapat dibandingkan. Hati-hati dalam pembacaan perbedaan tinggi, praktikan harus teiliti pada pembacaan meteran ketinggian karena fluida cair mengalami meniscus, yaitu meniscus cekung pada air dan meniscus cembung pada raksa. Bacaan yang benar adalah pada puncak garis parabola meniscus.
Titik baca Titik baca
Meniscus cekung (air) Meniscus cembung (raksa) Gambar 6.1 Pembacaan meniscus Praktikan menggunkaan variasi debit dari debit yang besar ke kecil untuk mempermudah dalam pengamatan dan mempersingkat waktu percobaan. Data yang sudah didapat kemudian ditabulasikan pada masing-masing kolom pada tabel data. Kemudian data yang didapatkan diolah menggunakan rumusrumus yang terdapat pada teori dasar. b) Analisis Grafik a. Hubungan antara Debit Aktual dengan Headloss pada Gate Valve dan Globe Valve Hubungan antara Debit Aktual dengan Headloss pada Gate Valve dan Globe Valve
Debit (m3/detik)
0.0003
y = 6E-05x RΒ² = 0.7208
0.00025
Hubungan Q dengan Hl Gate Valve
0.0002 0.00015
Hubungan Q dengan Hl Globe Valve
y = 7E-05x RΒ² = 0.7153
0.0001 0.00005 0 0
1
2
3
4
5
Linear (Hubungan Q dengan Hl Gate Valve)
Headloss (m)
Gambar 6.2 Grafik Hubungan antara Debit Aktual dengan Headloss pada Gate Valve dan Globe Valve
Suatu grafik dikatakan positif apabila kenaikan/penurunan x pada umumnya diikuti oleh kenaikan/penurunan y, pada Gambar 6.2 dapat dilihat bahwa grafik tersebut menujukkan hubungan yang positif dengan ditandai garis linier yang naik dari kiri bawah ke kanan atas. Koefisien korelasi (R2) pada persamaan regresinya pun menunjukkan angka yang mendekati 1, artinya x dan y berbanding lurus sehingga hubungan headloss gate valve dan globe valve terhadap debit adalah berbanding lurus. Q = 0,2785 C D2.63 S0.54 Slope adalah S =
π»πΏ πΏ
, kemudian jika dimasukkan ke dalam rumus debit
diatas diperoleh π»πΏ 0.54 ) πΏ Dari subtitusi rumus tersebut dapat dilihat nilai debit akan membesar ketika π = 0.2785 πΆ π·2.63 (
headlossnya besar, begitu pula sebaliknya.
b. Hubungan antara Kecepatan Kuadrat dengan Headloss pada Gate Valve dan Globe Valve Hubungan antara Kecepatan Kuadrat dengan Headloss pada Gate Valve dan Globe Valve Kecepatan kuadrat (m2/s2)
3.5 3
y = 0.7436x RΒ² = 0.872
2.5
Hubungan V^2 dengan Hl Gate Valve
2 Hubungan v^2 dengan Hl Globe Valve
1.5 y = 0.0513x RΒ² = 0.8719
1 0.5
Linear (Hubungan V^2 dengan Hl Gate Valve)
0 0
1
2
3
4
5
Headloss (m)
Gambar 6.3 Hubungan antara Kecepatan Kuadrat dengan Headloss pada Gate Valve dan Globe Valve
Pada grafik Hubungan antara Kecepatan Kuadrat dengan Headloss pada Gate Valve dan Globe Valve ini dapat dilihat bahwa garis linier masih sama bentuknya dengan grafik pada Gambar 6.2 , garis linier pada grafik Gambar 6.3 menunjukkan hubungan yang positif. Serta R2 pada grafik ini
menunjukkan angka yang lebih besar dari grafik sebelumnya serta mendekati angka 1 yang menunjukkan bahwa keterkaitan antara kecepatan kuadrat dan headloss adalah besar. Pada grafik ini juga menunjukkan bahwa kecepatan kuadrat dan headloss berbanding lurus, semakin besar kecepatan kuadratnya maka semakin besar headloss yang dihasilkan, begitupula sebaliknya.
c. Hubungan antara Kecepatan Kuadrat dengan Headlss Bend
Hubungan antara Kecepatan Kuadrat dengan Headloss Bend Kecepatan Kuadrat (m2/s2)
0.25 y = -1.1921x RΒ² = 0.8873
y = -1.3347x RΒ² = 0.8464 y = -1.17x RΒ² = 0.8339
0.2
Hubungan v^2 dengan Hl bend 2"
0.15
Hubungan v^2 dengan Hl bend 4"
0.1
Hubungan v^2 dengan Hl bend 6"
0.05
Linear (Hubungan v^2 dengan Hl bend 2")
0 -0.2
-0.15
-0.1
-0.05
0
Linear (Hubungan v^2 dengan Hl bend 4")
Headloss (m)
Gambar 6.4 Hubungan antara Kecepatan Kuadrat dengan Headlss Bend Pada Gambar 6.4 ini akan ditentukan nilai koefisien Kehilangan Energi berdasarkan penurunan persamaan : π£2
Sumbu x = πΎ 2π Sumbu y = v2 Persamaan gradien, π=
π¦ π₯
π=
π£2 π£2 πΎ 2π
πΎ=
1 π 2π
Dengan mengganti nilai m menggunakan gradien persamaan regresi pada grafik, di dapat nilai frekuensi friksi dari pipa biru muda dan biru tua sebagai berikut
1 = β0.043 β1.1921 Γ 19.6 1 πΎππππ 4" = = β0.038 β1.3347 Γ 19.6 1 πΎππππ 6" = = β0.044 β1.17 Γ 19.6 πΎππππ 2" =
Sama seperti persamaan koefisien kehilangan energi sebelumnya, headloss berbanding lurus dengan kuadrat kecepatan. Artinya kecepatan merupakan penyebab relatif terjadinya headloss, semakin tinggi kecepatan maka semakin besar pula kehilangan energi yang terjadi. d. Hubungan antara (vk-vb)2 dengan Headloss Penyempitan dan Pelebaran
(vk-vb)2 9m2/s2)
Hubungan antara (vk-vb)2 dengan Headloss Penyempitan dan Pelebaran
y = -45.58x RΒ² = 0.8568
-0.04
-0.03
y = -99.737x RΒ² = 0.8567
-0.02
-0.01
1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
Hubungan (vk-vb)^2 dengan Hl Pelebaran
Hubungan (vk-vb)^2 dengan Hl Penempitan
0
Linear (Hubungan (vkvb)^2 dengan Hl Pelebaran)
Headloss (m)
Gambar 6.5 Hubungan antara (vk-vb)2 dengan Headloss Penyempitan dan Pelebaran Pada Gambar 6.5 ini dapat dilihat bahwa grafik tersebut memiliki garis linier yang negatif, berkebalikan dengan linier positif dan hubungan antara (vk-vb)2 dengan headloss penyempitan dan pelebaran berbanding terbalik. Akan dihitung nilai akan ditentukan besar nilai koefisien Hazen-Williams. Penurunan sebagai berikut Sumbu x = HL Sumbu y = (vk-vb)2 Hl = K
(vkβvb)2 2π
m = y/x Hasil akhir didapatkan
1 = β0.011 β4.5 Γ 19.6 1 = = β0.000511 β99.737 Γ 19.6
πΎπππππππππ = πΎππππ¦πππππ‘ππ
Sama seperti persamaan koefisien kehilangan energi sebelumnya, headloss berbanding lurus dengan kuadrat kecepatan. Artinya kecepatan merupakan penyebab relatif terjadinya headloss, semakin tinggi kecepatan maka semakin besar pula kehilangan energi yang terjadi. e. Hubungan antara S0.54 dengan Debit pada Pipa Biru Tua dan Muda
Hubungan antara S0.54 dengan Debit pada Pipa Biru Tua dan Muda 0.0003 y = 0.0006x RΒ² = 0.8766
Debit (m3/detik)
0.00025
Hubungan Qaktual dengan S^0.54 Pipa Biru Tua
0.0002 0.00015
Hubungan Qaktual dengan S^0.54 Pipa Biru Muda
y = 0.0075x RΒ² = -6.149
0.0001 0.00005 0 0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Linear (Hubungan Qaktual dengan S^0.54 Pipa Biru Tua)
S0.54
Gambar 6.6 Hubungan antara S0.54 dengan Debit pada Pipa Biru Tua dan Muda Pada Gambar 6.6 ini dapat dilihat bahwa grafik tersebut memiliki garis linier yang positif, hubungan antara S0.54 dengan debit pada pipa biru tua dan muda berbanding lurus. Akan dihitung nilai akan ditentukan besar nilai koefisien Hazen-Williams. Penurunan sebagai berikut Sumbu x = S0.54 Sumbu y = Q = 0.2785 C D2.63 S0.54 m = y/x 0.2785 C π·2.63 π 0.54 π= π 0.54 π πΆ= 0.2785 π·2.63 0.0075 πΆ π΅πππ’ π‘π’π = = 2141.22 0.2785 Γ 0.01372.63
πΆ π΅πππ’ ππ’ππ =
0.0006 = 30.515 0.2785 Γ 0.02642.63
f. Hubungan antara v2 dengan Headloss Pipa Lurus Biru Tua
Kecepatan Kuadrat (m2/s2)
Hubungan v2 dengan Headloss Pipa Lurus Biru Tua 3.5 3 2.5
y = 1584.6x RΒ² = -5.435
2
Hubungan v^2 dengan Hl Pipa Lurus Biru Tua
1.5 1
Linear (Hubungan v^2 dengan Hl Pipa Lurus Biru Tua)
0.5 0 0
0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 Headloss (m)
Gambar 6.7 Hubungan antara v2 dengan Headloss Pipa Lurus Biru Tua Pada Gambar 6.7 ini dapat dilihat bahwa grafik tersebut memiliki garis linier yang positif, hubungan antara S0.54 dengan debit pada pipa biru tua dan muda berbanding lurus. Akan dihitung nilai akan ditentukan besar friksi dengan penurunan sebagai berikut Sumbu x = HL = π Sumbu y = v
πΏ π£2 π· 2π
2
Persamaan gradien : π=
π¦ π₯
π£2 πΏ π£2 ππ·2π
π=
π= π=
π· 2π ππΏ π· 2π ππΏ
Dengan mengganti nilai m menggunakan gradient persamaan regresi pada grafik, didapat nilai frekuensi friksi dari pipa biru tua dan biru muda sebagai berikut : πππππ ππ’ππ’π ππππ’ π‘π’π =
0.0137 Γ 19.6 = 1.926 1584.6 Γ 0.88
c) Analisis Kesalahan Pada praktikum modul 4 kali ini praktikan melakukan kesalahan, yaitu kesalahan teknis lebih tepatnya salah dalam prosedur pengambilan data. Kami melakukan 6 variasi debit dan 6 variasi waktu dengan tidak membuka-tutup gate valve dan globe valve secara bergantian sehingga didapatkan 3 variasi debit dengan 3 variasi waktu untuk gate valve dan 3 variasi debit dengan 3 variasi waktu untuk globe valve. Kemudian saat kami melakukan percobaan modul 4 ini, pipa-pipa banyak yang mengalami kebocoran sehingga kami terhambat dalam pembacaan perbedaan ketinggian. Ada pula aksesoris yang tidak bisa dibaca, kemudian posisi awal alat sudah terjadi perbedaan ketinggian, sehingga saat pembacaan kami mengurangi hasil pembacaan kami dengan perbedaan tinggi awal. Untuk nilai β nilai koefisien yang telah dihitung, didapat hasil yang tidak valid, karena koefisien yang dihitung ada yang hasilnya negatif begitupula dengan perhitungan headloss. Headloss didapatkan hasil yang negatif karena ada pipa yang vertikal sehingga headlossnya berkurang karena alirannya melawan gravitasi bumi lalu menyebabkan headlossnya negatif. Kesalahan ini dapat terjadi juga karena tidak terkalibrasinya alat dengan baik, seperti terperangkapnya gelembung dalam saluran, ketinggian fluida yang tidak sama ketika air tidak mengalir, tidak berubahnya ketinggian fluida ketika air mengalir, dan sebagainya.
ANALISIS B Kaitan antara modul praktikum dengan prodi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan. Jika dilihat dari sisi kelompok keahlian yang ada pada RIL, maka modul ini erat berhubungan dengan kelompok keahlian air bersih, air limbah, dan drainase. Baik pada kelompok keahlian air limbah maupun air bersih, keduanya menggunakan sistem perpipaan. Perhitungan headloss dapat dijadikan dasar dalam penentuan efisiensi pengaliran air atau limbah pada sistem. Dalam pemasangan pipa tidak mungkin hanya satu jenis pipa yang dipasang, pasti dipasang beberapa aksesoris tergantung kondisi yang ada. Berdasarkan praktikum kali ini telah diketahui bahwa aksesoris ini juga menimbulkan headloss.
Akibat adanya
headloss, diperkirakan dapat terjadi penurunan efisiensi aliran dalam pipa. Dengan mengetahui headloss dan koefisien β koefisien kekasaran bahan, dapat ditentukan jenis material yang dapat meminimalkan terjadinya kehilangan energi dan memaksimalkan efisiensi kerja dari sistem perpipaan. Hal yang sama juga berlaku pada drainase, hanya saja pada drainase sistem yang digunakan adalah sistem saluran terbuka. Headloss yang dialami oleh drainase dapat menyebabkan penumpukan massa fluida pada satu titik akibat perlambatan aliran dan menyebabkan terjadinya luapan. Dengan menentukan headloss dan koefisien β koefisien kekasaran yang terkait dengannya, kita dapat menentukan karakteristik sistem yang dapat memberikan efisiensi kerja terbaik.
VII.
KESIMPULAN Nilai headloss dan debit aktual pada sistem dapat dilihat pada tabel data akhir, -
Pada perpipaan biru tua
Tabel 7.1 Nilai headloss dan debit aktual pada sistem perpipaan biru tua Headloss Waktu
mayor
Headloss minor (m)
(m) No t1
t2
t3
tr
1
4.91
4.94
5.12
4.99
2
4.18
4.07
4.12
4.12
3
3.69
3.91
3.96
3.85
-
Qaktual
Apipa
vpipa
(m3/s)
(m2)
(m/s)
2.004
1.474
-4
x 10-4
2.427
1.474
-4
x 10-4
2.597
1.474
-4
x 10-4
x 10
x 10
x 10
S0.54 Pipa lurus o
biru tua
Pipa
Gate
Standard
90 sharp
lurus
valve
elbow
bend
1.359
0.002
2.709
0.022045
- 0.000841
0.037347
1.646
0.001
3.8178
0.0001023
0.0000795
0.025698
1.762
0.001
3.843
0.0011023
0.0000795
0.025698
Pada perpipaan biru muda
Tabel 7.2 Nilai headloss dan debit aktual pada sistem perpipaan biru muda Headloss Waktu No t1
t2
t3
Qaktual
Apipa
vpipa
(m3/s)
(m2)
(m/s)
tr
1
4.91
4.94
5.12
4.99
2
4.18
4.07
4.12
4.12
3
3.69
3.91
3.96
3.85
2.004
5.474
x 10-4
x 10-4
2.427
5.474
x 10-4
x 10-4
2.597
5.474
x 10-4
x 10-4
mayor
Headloss minor (m)
(m) Pipa
Globe
Bend
Bend
Bend
Pelebaran
Penyempitan
lurus
valve
2β
4β
6β
tiba-tiba
tiba-tiba
- 0.124
- 0.023
- 0.0105
- 0.0339
- 0.0155
- 0.03326
- 0.0152
0.366
0.115
2.8476
- 0.118
0.443
0.165
4.0068
- 0.175
0.474
0.162
4.032
0.1086 -
-
0.156
0.1785
-
-
-
0.17043
0.1534
0.17425
Koefisien kekasaran didapatkan dengan subtitusi rumus ke dalam persamaan gradien, lalu didapatkan nilai f untuk pipa biru tua adalah 1.926.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA Giles, Ranald V. 1996. Seri Buku Schaum, Mekanika Fluida dan Hidraulika. Jakarta: Erlangga Victor, Stereten L. 1996. Fluid Mechanics. USA: Mc Graw Hill Book Company
ALAT UKUR DEBIT SALURAN TERTUTUP https://www.pdfcoke.com/doc/48780099/modul-4-kehilangan-dalam-sistem-perpipaan (Diakses pada 13 November 2107 pukul 19.48 WIB)