Laporan_tetap_unggas_print_.docx.docx

  • Uploaded by: Fauzi Ikhsan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan_tetap_unggas_print_.docx.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,969
  • Pages: 36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak unggas merupakan salah satu jenis ternak yang tergolong kedalam kelas aves (burung) yang seluruh tubuhnya tertutup oleh bulu. Secara umum ternak unggas memiliki perbedaan morfologis yang mencolok dengan jenis ternak lainnya. Secara umum, unggas memiliki dua buah sayap yang terdapat pada tubuhnya, jumlah kaki dua dan pada mulut terdapat paruh. Tetapi, antara jenis unggas yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan yang dapat ditentukan dengan melakukan pengamatan eksterior (mengamati tubuh bagian luar). Adapun contoh ternak unggas, yaitu: ayam, itik, entok dan lain-lain. Ayam merupakan salah satu ternak unggas yang sudah komersial untuk dipelihara. Ayam sudah banyak dipelihara sebagai penghasil daging yang disebut ayam pedaging dan penghasil telur yang disebut ayam petelur. Pengamatan morfologis (pengamatan eksterior) pada ayam sangat penting dilakukan, karena dengan cara ini dapat dilihat karakteristik fisik ayam-ayam yang memiliki produktifitas tinggi. Pada pengamatan eksterior dilakukan dengan melihat kondisi bulu, panjang shank, jarak tulang pelvis dan lain-lain. Sedangkan itik merupakan salah satu jenis unggas yang lebih dikenal dengan unggas air (waterfowls). Itik memiliki selaput pada sela-sela jari kakinya yang akan membantunya pada saat berenang di air. Itik juga mencari makan didalam air sehingga bentuk paruhnya bulat dengan Xeroma yang terdiri dari sel-sel saraf yang membantunya meraba makanan didalam air. Disamping itu, ada ternak unggas yang disebut entok. Entok merupakan itik pedaging yang paling besar di dunia dan bobotnya dapat mencapai 3,5 kg sampai 6 kg (Srigandono, 1997). Warna entok pada umumnya adalah Warna pada entok dapat berupa biru, biru dan putih, cokelat, cokelat dan putih, putih hitam dan hitam, lembayung muda, dan calical. Dari uraian diatas, antara jenis unggas yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan yang spesifik. Untuk mengetahui karakteristik perbedaan antara masing-masing jenis unggas perlu dilakukan pengamatan eksterior (bagian luar).

1

1.2 Tujuan Dan Kegunaan Praktikum 1.2.1 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum pengamatan morfologis pada unggas, antara lain: 1. Untuk mengamati macam-macam bulu pada unggas 2. Untuk mengamati perbedaan antara bulu ayam, itik dan entok 3. Untuk mengamati perbedaan antara bulu ayam, itik dan entok yang jantan dan betina 4. Untuk mengamati bentuk jengger dan pial pada ayam 5. Untuk mengamati bentuk kepala ayam, itik dan entok 6. Untuk mengamati bentuk kaki dan jumlah jari pada ayam, itik dan entok 1.2.2 Kegunaan Praktikum Adapun kegunaan dari praktikum pengamatan morfologis pada unggas, antara lain: 1. Mahasiswa dapat mengamati macam-macam bulu pada unggas 2. Mahasiswa dapat mengamati perbedaan antara bulu ayam, itik dan entok 3. Mahasiswa dapat mengamati perbedaan antara bulu ayam, itik dan entok yang jantan dan betina 4. Mahasiswa dapat mengamati bentuk jengger dan pial pada ayam 5. Mahasiswa dapat mengamati bentuk kepala ayam, itik dan entok 6. Mahasiswa dapat mengamati bentuk kaki dan jumlah jari pada ayam, itik dan entok

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam (Gallus sp.) Ayam (Gallus sp.) merupakan salah satu ternak unggas yang sudah komersial untuk dipelihara. Bangsa-bangsa ayam yang dipelihara dan berkembang diseluruh dunia sangat banyak ragamnya. Tetapi, pada dasarnya ayam memiliki 4 nenek moyang yaitu: gallus gallus (ayam hutan merah), gallus varius (ayam hutan hijau), gallus sonerrati (ayam hutan kelabu) dan gallus lafayeti (ayam hutan Ceylon). Masing-masing dari ayam tersebut memiliki ciri-ciri eksterior yang berbeda dan temperamen yang berbeda juga. Secara garis besar, ayam dapat dibedakan menjadi ayam buras dan ayam ras. Ayam buras (bukan ras) merupakan ayam lokal, sedangkan ayam ras merupakan hasil persilangan bangsa-bangsa ayam yang mampunyai produktivitas yang tinggi. 2.1.1 Ayam petelur cokelat Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam petelur adalah dari ayam hutan yang telah didomestikasi dan diseleksi sehingga bertelur cukup banyak. Arah seleksi ayam hutan ditujukan pada produksi yang banyak.

Namun,

karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat (Rasyaf,1997). Menurut Sudarmono (2003), ayam tipe sedang (cokelat) memiliki ciriciri: warna bulu cokelat tua sampai cokelat muda, ukuran badan lebih besar dan lebih kokoh dari pada ayam tipe ringan, serta berperilaku tenang, timbangan badan lebih berat dari pada ayam tipe ringan karena jumlah daging dan lemaknya lebih banyak, otot-otot kaki dan dada lebih tebal, dan produksi telur cukup tinggi dengan kulit telur tebal dan berwarna cokelat. Ayam petelur cokelat mampu produksi telur 250-300 butir/ tahun.

3

2.1.2 Ayam Kampung Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang telah lama dipelihara. Ayam kampung merupakan salah satu anggota dari ayam buras yang sangat

potensial di Indonesia.

Ayam kampung dijumpai di semua

provinsi dan diberbagai macam iklim atau daerah. Umumnya ayam kampung banyak dipelihara masyarakat di daerah pedesaan yang dekat dengan sawah atau hutan. Ayam kampung telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan pemeliharaan yang sederhana (Suprijatna, 2005). Sebagian besar ayam kampung yang terdapat di Indonesia mempunyai bentuk

tubuh yang kompak dengan pertumbuhan badan relatif bagus,

pertumbuhan bulunya sempurna dan variasi warnanya juga cukup banyak (Sarwono, 1991). Ragam warna ayam kampung mulai dari hitam, putih, kekuningan, kecokelatan, merah tua, dan kombinasi dari warna-warna itu. Ayam kampung mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan, dan perubahan iklim serta cuaca setempat. Ayam kampung memiliki bentuk badan yang kompak dan susunan otot yang baik. Badan ayam kampung kecil, baik itu ayam penghasil telur maupun pedaging. Bentuk tubuh ayam kampung tidak dapat dibedakan karena memang ayam kampung tidak dibedakan atas penghasil telur atau daging (Rasyaf, 1998). Kepala ayam kampung betina berukuran lebih kecil dibandingkan dengan kepala ayam kampung jantan (Sarwono, 1991). 2.2 Itik (Anas Domesticus) Itik adalah merupakan salah satu unggas air (waterfowls) yang dikenal juga dengan nama lain itik dalam bahasa Jawa. Nenek moyang itik berasal dari Amerika Utaraya itu itik liar (Anasmoscha) atau Wildmallard. Proses domestikasi yang terusmenerus oleh manusia, maka jadilah itik yang dipelihara sekarang dengan nama ilmiah Anasdomesticus. Secara keseluruhan tubuh itik berlekuk dan lebar, memiliki leher yang relative panjang, meski tidak sepanjang leher angsa. Bentuk tubuh itik umumnya bervariasi dan bulat. Paruhnya berbentuk lebar dan mengandung lamella yang berfungsi untuk menyaring makanan. Sayap itik sangat kuat dan sedikit agak

4

pendek, ketika terbang itik membutuhkan kepakan berkelanjutan sehingga membutuhkan otot sayap yang kuat. Itik membutuhkan makanan yang bervariasi seperti: pucuk rumput muda, tanaman air, ikan kecil, serangga, cacing dan moluska kecil. Ketika didalam air, bebek menggunakan xeroma yang terdapat pada paruhnya untuk meraba makanan yang terdapat didalam air (Wikipedia, 2012). 2.3 Entok (Cairina moschata) Entok (Cairina moschata) merupakan jenis unggas yang memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan itik, entok dan itik merupakan ternak unggas yang sama-sama termasuk family anatidae. Pada umumnya entok dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. Di Indonesia entok sepenuhnya dipelihara untuk diambil dagingnya. Entok juga disebut itik pedaging yang paling besar di dunia karena dapat mencapai bobot badan sampai 3,5-6 kg. Karakteristik warna bulu entok biasanya dominan hitam dan putih, entok memiliki tonjolan kulit berwarna merah dan hitam disekitar mata dan wajah. Paruh entok lebih mirip dengan paruh itik, yaitu lebar dan ujung bulat dan berwarna putih kemerahan, kaki entok gemuk pendek yang memiliki selaput antara digitti, ekor entok agak memipih datar dan lebar. Meskipun pandai terbang, entok peliharaan hamper tidak pernah terbang jauh. Unggas ini sering terlihat berjalan-jalan dengan kelompoknya dengan perlahan-lahan tanpa tergesa-gesa. Pada saat berjalan, ekor entok biasanya goyang ke kiri dan kanan untuk mengimbangi tubuhnya (Wikipedia, 2014).

5

BAB III MATERI DAN METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11 Mei 2017 di depan Gedung E Fakultas Peternakan Universitas Mataram. 3.2 Alat dan Bahan 1) 1 ekor ayam kampung jantan dewasa 2) 1 ekor ayam petelur cokelat betina dewasa 3) 1 ekor itik lokal jantan dewasa 4) 1 ekor itik lokal betina dewasa 5) 1 ekor entok jantan dewasa 6) 1 ekor entok betina dewasa 3.3 Metode Praktikum Adapun metode praktikum pada pengamatan morfologis unggas (ayam, itik dan entok) antara lain: 1) Mengamati bentuk dan kondisi bulu, pada bagian: a. Bulu daerah telinga

h. Bulu bahu

b. Bulu leher (hackle)

i. Bulu sayap

c. Bulu antar scapula

j. Bulu dada

d. Bulu punggung

k. Bulu skunder

e. Bulu pelvis (saddle)

l. Bulu primer

f. Bulu leher bagian depan

m. Bulu persendian kaki

g. Bulu sayap bagian depan

n. Bulu halus tumbuh dijalur abdomen

2) Menghitung jumlah bulu primer dan bulu-bulu sekunder pada sayap 3) Menghitung jumlah bulu-bulu ekor o. Bulu paha p. Bulu tubuh bagian belakang

6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Praktikum Tabel 1 Hasil Pengamatan Eksterior (Kondisi Bulu) Ayam Jantan No

Bagian Tubuh

Hasil Pengamatan

1

Bulu daerah telinga

Berwarna kuning kecokelatan

2

Bulu leher (hackle)

Banyak bulu secondary sex (hackle feather), berwarna merah jingga

3

Bulu antar scapula

Terdiri dari plumulae berwarna hitam

4

Bulu punggung

Terdiri

dari

plumae

berwarna

kuning-

kemerahan 5

Bulu pelvis (saddle)

Berwarna hitam dengan ujung berwarna merah jingga

6

Bulu leher bagian depan

Sedikit panjang, berwarna merah jingga

7

Bulu sayap bagian depan

Berwarna hitam dan bercampur merah jingga pada tepinya

8

Bulu bahu

Berwarna

hitam-kehijauan

dan

agak

mengkilap 9

Bulu sayap

Banyak plumae yang panjang dan berwarna hitam dengan tepi kemerahan

10

Bulu dada

Berwarna hitam

11

Bulu skunder

Berwarna hitam dengan tepi kemerahan

12

Bulu primer

Lebih panjang dari bulu sekunder dengan warna hitam

13

Bulu persendian kaki

Banyak plumulae dan berwarna hitam

14

Bulu paha

Plumae dan berwarna hitam

15

Bulu tubuh bagian belakang

Plumae dengan warna hitam kehijauan dan agak terlihat mengkilap

16

Bulu halus yang tumbuh Berwarna hitam dan terdiri dari plumulae dan didaerah jalur bulu abdomen filoplumae

7

Tabel 2 Hasil Pengamatan Eksterior (Kondisi Bulu) Ayam Betina No

Bagian Tubuh

Hasil Pengamatan

1

Bulu daerah telinga

Berwarna agak kecokelat-cokelatan

2

Bulu leher (hackle)

Agak pendek, berwarna cokelat mengkilap

3

Bulu antar scapula

Plumule berwarna cokelat tua

4

Bulu punggung

Plumule berwarna cokelat tua

5

Bulu pelvis (saddle)

Plumulae berwarna putih sampai cokelat muda

6

Bulu leher bagian depan

Sedikit pendek dan berwarna cokelat tua

7

Bulu sayap bagian depan

Plumae dengan warna cokelat terang berjumlah 4 buah

8

Bulu bahu

Warna cokelat sampai keputih-putihan

9

Bulu sayap

Terdapat plumae yang panjang berwarna cokelat keputih-putihan

10

Bulu dada

Berwarna putih pada bagian pangkal dan berwarna cokelat muda pada ujung luar

11

Bulu skunder

Plumae, cokelat terang dan berjumlah 12 buah

12

Bulu primer

Plumae, cokelat terang dan berjumlah 10 buah

13

Bulu persendian kaki

Banyak

plumulae

berwarna

cokelat

keputih-putihan 14

Bulu paha

Plumae berwarna cokelat terang

15

Bulu tubuh bagian belakang

Banyak plumae dan sedikit plumulae berwarna cokelat terang

16

Bulu halus yang tumbuh Sedikit plumulae dan banyak terdapat didaerah jalur bulu abdomen filoplumae berwarna cokelat terang

17

Jarak antara tulang pelvis

2 jari

18

Jarak antar tulang dada

4 jari

19

Panjang shank

4 jari

20

Bobot badan

1,5 Kg

8

Tabel 3 Hasil Pengamatan Eksterior (Kondisi Bulu) Itik Jantan No

Bagian Tubuh

Hasil Pengamatan

1

Bulu daerah telinga

Warna bulu agak kehitam-hitaman

2

Bulu leher (hackle)

Terdiri

dari

tumbuh

plumae

dan

yang

berwarna

baru

cokelat

kehitaman 3

Bulu antar scapula

Berwarna agak kehitam-hitaman

4

Bulu punggung

Warna hitam kecoklatan

5

Bulu pelvis (saddle)

Plumae yang berwarna hitam

6

Bulu leher bagian depan

Warna

hitam

dengan

bercampur

dengan warna keputihan 7

Bulu sayap bagian depan

Jumlah

1,

masih

dalam

proses

pertumbuhan dan berwarna keputihan 8

Bulu bahu

Berwarna hitam kecoklatan

9

Bulu sayap

Jumlah 26 buah, terdiri dari plumae yang berwarna hitam kecoklatan.

10

Bulu dada

Warna abu kecoklatan-coklatan dan sedikit terdapat bulu berwarna putih

11

Bulu skunder

Belum tumbuh

12

Bulu primer

Jumlah sedikit, baru tumbuh dan berwarna hitam kecoklatan.

13

Bulu persendian kaki

Berwarna hitam

14

Bulu paha

Banyak

terdapat

plumulae

yang

berwarna hitam kecoklatan. 15

Bulu tubuh bagian belakang

Banyak

terdapat

plumae

dan

berwarna coklat sampai abu keputihputihan 16

Bulu

halus

yang

tumbuh Warna cokelat dan terlihat halus

didaerah jalur bulu abdomen 17

Bobot badan

1,5 kg

9

Tabel 4 Hasil Pengamatan Eksterior (Kondisi Bulu) Itik Betina No 1

Bagian Tubuh Bulu daerah telinga

Hasil Pengamatan Bulu telinga sedikit terasa halus dan berwarna hitam

2

Bulu leher (hackle)

Warna bulu cokelat, hitam dan sedikit keputihan

3

Bulu antar scapula

Sedikit halus dan berwarna kecokelatan

4

Bulu punggung

Terdiri dari plumae dan berwarna hitam kecokelatan

5

Bulu pelvis (saddle)

Terdiri dari plumulae berwarna hitam kecokelatan

6

Bulu leher bagian depan

plumae, berwarna hitam kecokelatan

7

Bulu sayap bagian depan

Plumae berwarna hitam

8

Bulu bahu

Terdiri dari plumulae berwarna hitam keabu-abuan

9

Bulu sayap

Terdiri dari plumae dengan warna hitam kecokelatan

10 Bulu dada

Terdiri dari plumulae berwarna kecokelatcokelatan

11 Bulu skunder

Jumlah 11 buah, plumae berwarna hitam campur putih

12 Bulu primer

Jumlah 9, terdiri dari plumae berwarna kecokelatan

13 Bulu persendian kaki

Terdiri dari plumulae berwarna keabuabuan

14 Bulu paha

Terdiri dari plumulae berwarna keabuabuan

15 Bulu tubuh bagian belakang

Banyak terdapat plumae dan berwarna coklat keabu-abuan

16 Bulu halus yang tumbuh didaerah jalur bulu abdomen

Terdiri

dari

plumulae

dan

filoplumae

berwarna cokelat kehitaman

10

Tabel 5 Hasil Pengamatan Eksterior (Kondisi Bulu) Entok Jantan No

Bagian Tubuh

Hasil Pengamatan

1

Bulu daerah telinga

Berwarna putih

2

Bulu leher (hackle)

Berwarna hitam dan putih

3

Bulu antar scapula

Berwarna hitam

4

Bulu punggung

Berwarna hitam

5

Bulu pelvis (saddle)

Berwarna hitam

6

Bulu leher bagian depan

Berwarna hitam bercampur putih

7

Bulu sayap bagian depan

Berwarna hitam bercampur putih

8

Bulu bahu

Berwarna hitam

9

Bulu sayap

Berwarna hitam dan putih

10

Bulu dada

Berwarna hitam dan putih

11

Bulu skunder

Berwarna hitam dan putih

12

Bulu primer

Berwarna hitam dan putih

13

Bulu persendian kaki

Berwarna keabu-abuan

14

Bulu paha

Berwarna hitam dan abu-abu

15

Bulu tubuh bagian

Berwarna hitam

belakang 16

Bulu halus yang tumbuh

Berwarna putih keabu-abuan

didaerah jalur bulu abdomen Tabel 6 Hasil Pengamatan Eksterior (Kondisi Bulu) Entok Betina No Bagian Tubuh Hasil Pengamatan 1

Bulu daerah telinga

Berwarna putih dan menutupi seluruh bagian telinga

2

Bulu leher (hackle)

Berwarna putih, halus dan agak tipis

3

Bulu antar scapula

Berwarna hitam, halus dan tipis

4

Bulu punggung

Berwarna hitam dan terdiri dari plumulae

5

Bulu pelvis (saddle)

Berwarna hitam dan tebal

6

Bulu leher bagian depan

Berwarna hitam bercampur putih dan agak sedikit halus

11

No 7

Bagian Tubuh Bulu sayap bagian depan

Hasil Pengamatan Berwarna hitam bercampur putih dan sedikit tebal

8

Bulu bahu

Berwarna hitam

9

Bulu sayap

Berwarna hitam, dan terdiri dari banyak plumae

10

Bulu dada

Berwarna putih-kecokelatan

11

Bulu skunder

Berwarna hitam dengan tepi berwarna putih

12

Bulu primer

Berwarna hitam dan putih dan agak panjang

13

Bulu persendian kaki

Berwarna putih keabu-abuan

14

Bulu paha

Berwarna putih

15

Bulu tubuh bagian belakang

Terdiri dari banyak plumae, Berwarna hitam dan sedikit panjang

16

Bulu halus yang tumbuh

Berwarna putih dan sedikit kusam

didaerah jalur bulu abdomen 3.2 Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan pengamatan morfologis (pengamatan eksterior) pada beberapa jenis unggas, diantaranya: ayam, itik dan entok. Masingmasing dari jenis unggas tersebut menunjukan cirri khas tertentu antara yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini akan dijelaskan deskripsi dari masing-masing ternak unggas tersebut: A. Pengamatan Eksterior Pada Ayam Pengamatan morfologis (eksterior) dilakukan dengan mengamati kondisi bulu, jumlah bulu primer dan sekunder pada ayam jantan dan betina. Untuk ayam jantan digunakan ayam kampung dewasa dan diamati secara menyeluruh pada kondisi bulunya. Ayam kampung jantan ini sudah memiliki secondary sex feather yaitu: bulu leher (hackle) sudah tumbuh dengan warna merah jingga; bulu pinggul (saddle) dengan warna hitam dan merah pada ujungnya dan bulu ekor pada

12

ayam jantan ini sudah tumbuh sangat panjang dengan warna hitam mengkilap dengan sedikit kehijauan. Ketiga macam bulu inilah yang akan digunakan ayam jantan untuk menarik perhatian dari lawan jenisnya. Secara umum, bulu yang tumbuh pada ayam jantan ini memiliki warna hitam dan merah jingga sampai kekuningan. Pada bagian luar juga tampak warna bulu ayam jantan yang mengkilap hitam kehijauan. Bulu yang biasanya menutupi tubuh ayam pada bagian luar yang disebut dengan plumae, sedangkan yang dibawah bulu penutup yang sedikit lebih pendek disebut plumulae dan bulu yang paling dalam yang agak halus disebut dengan filoplumae. Pada bagian kepala terdapat jengger ayam yang ujungnya bergerigi. Sedangkan pada bagian kaki, sedikit terlihat adanya sisik dan ada taji dibelakang. Selain pengamatan pada ayam jantan, pengamatan kondisi eksterior juga dilakukan pada ayam betina. Ayam betina yang diamati adalah ayam ras petelur cokelat. Postur tubuh ayam betina lebih kecil dibandingkan dengan ayam jantan. Ayam betina memiliki kepala yang sedikit lebih kecil dibandingkan dengan ayam jantan, pada bagian kepala juga terdapat jengger dengan warna sangat memerah. Pengamatan dilakukan dengan melihat kondisi bulu diseluruh tubuh ayam betina. Secara umum, warna bulu pada ayam betina ini adalah cokelat tua sampai cokelat keputih-putihan. Selanjutnya, pengamatan juga dilakukan dengan menghitung jumlah bulu primer dan sekunder. Bulu primer berjumlah 10 helai dengan ukuran yang lebar dan panjang sedangkan bulu sekunder berjumlah 12 buah dengan ukuran yang pendek dan lebih kecil dari bulu primer. Selain itu, dilakukn juga pengukuran jarak tulang pelvis, jarak tulang dada, panjang shank yang sebelumnya diketahui memiliki hubungan dengan tingkat produksi telur. Ayam betina yang diamati memiliki jarak tulang pelvis 2 jari, jarak tulang dada 4 jari dan panjang shank 4 jari. Pengukuran jarak tulang pelvis ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pelebaran tulang pelvis saat proses pengeluaran telur sedangkan jarak tulang dada diukur untuk mengestimasi bahwa ayam betina ini memiliki produktivitas yang tinggi atau tidak. Semakin Jauh jarak antara tulang dada dengan tulang pelvis maka dapat

13

diasumsikan bahwa saluran reproduksi yang menghasilkan telur akan panjang, sehingga produksi telur akan lebih besar ukurannya. Ayam betina yang diamati memiliki bobot badan 1,5 Kg. B. Pengamatan Eksterior Pada Itik Pada itik juga dilakukan pengamatan kondisi bulu pada itik jantan dan betina. Dari segi postur, itik jantan memiliki postur yang lebih tinggi dan lebih besar dibandingakan dengan itik betina. Itik jantan juga memiliki kepala yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan itik betina. Secara umum, itik jantan memiliki warna bulu kehitaman, cokelat, abuabu keputihan. Bulu primer dan bulu sekunder pada itik jantan belum sepenuhnya tumbuh dengan sempurna. Sedangkan itik betina memiliki warna bulu hitam, kecokelatan dan sedikit bulu berwarna abu-abu keputihan. Bulu primer pada itik betina berjumlah 9 helai dan bulu sekunder berjumlah 11 helai. Itik memiliki paruh yang lebar dan samping paruhnya sedikit bergerigi untuk mempermudahkannya dalam merobek bahan makanan seperti pucuk tanaman. Sedangakan pada kaki terdapat selaput yang akan menghubungkan setiap bagian dari digitti, sehingga mempermudahkannya pada saat berenang di air. Itik betina juga dihitung panjang dari jarak antara tulang pelvis, jarak tulang dada dan panjang shank. Jarak antara tulang pelvis adalah 2 jari, jarak antara tulang dada adalah 3 jari, masih kurang dari jarak tulang dada yang diharapkan untuk produksi telur yang baik, hal ini terjadi karena itik betina ini belum mulai memproduksi telur, Sedangkan panjang shank adalah 3 jari. Itik betina memiliki bobot badan 1,2 Kg. C. Pengamatan Eksterior Pada Entok Selain pengamatan kondisi bulu pada ayam dan itik, pengamatan juga dilakukan pada entok jantan dan betina. Dari segi postur, entok jantan memiliki postur yang lebih besar daripada entok betina. Dalam membedakan itik jantan dan betina, dapat dilakukan dengan melihat bulu ekor, itik jantan memiliki bulu ekor yang melengkung keatas sedangkan bulu ekor itik betina tidak melengkung. Pada entok terdapat tonjolan berwarna merah sampai warna kehitamhitaman pada bagian mata dan muka. Kaki entok juga memiliki selaput yang menghubungkan antara digitti. Hasil pengamatan pada warna bulu entok jantan 14

adalah putih bercampur hitam dan keabu-abuan, sedangkan pada entok betina juga memiliki warna bulu yang hitam dan putih. Kepala entok umumnya lebih besar dan agak panjang dengan bulu sedikit kasar pada bagian kepala. D. Perbedaan antara Hasil Pengamatan Eksterior pada Ayam, Itik dan Entok 1. Perbedaan bulu ayam jantan dan betina Pada ayam jantan terdapat secondary sex feather (tanda kelamin sekunder) yang terdiri dari: bulu leher (heckle feather), bulu pnggul (saddle feather) dan bulu ekor (sickle feather). Sedangkan pada ayam betina tidak terdapat jenis bulu ini. 2. Perbedaan bulu ekor ayam jantan dan betina Pada ayam jantan, bulu ekor umumnya panjag dengan ujung yang runcing, sedangkan pada ayam betina bulu ekor umumnya pendek dan unjungnya tumpul. 3. Perbedaan ekor itik jantan dan betina Ekor itik jantan biasanya lebih panjang, datar dan ada bagian ekor yang melengkung keatas. Sedangkan ekor itik betina biasanya lebih pendek dan tidak ada ujung ekor yang melengkung. 4. Perbedaan bentuk paruh ayam dan itik Bentuk paruh ayam adalah runcing dan agak melengkung, paruh ayam keras karena tersusun atas keratin. Sedangkan paruh itik berbentuk melebar dan ujung bulat, pada paruh itik terdapat Xeroma yang terdiri dari sel-sel saraf yang berfungsi untuk meraba makanan ketika berada didalam air. 5. Perbedaan antara bentuk kepala itik dan entok Bentuk kepala itik lebih kecil dan pendek, sedangkan bentuk kepala entok lebih panjang dan lebih besar dibandingkan itik. Pada kepala entok juga terdapat benjolan berwarna merah sampai kehitaman dibagian mata dan muka. 6. Kaki ayam dengan kaki itik Kaki ayam terdiri dari sisik, terdapat taji dan tidak berselaput sedangkan kaki itik tidak memiliki taji dan memiliki selaput yang menghubungkan antara masing-masing digitti.

15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berikut ini kesimpulan dari pembahasan laporan praktikum ini, antara lain: 1. Pengamatan eksterior pada jenis-jenis unggas tertentu sngat perlu dilakukan untuk membedakan karakteristik morfologi dari masing-masing jenis unggas tersebut. 2. Ayam jantan memiliki secondary sex feather sedangkan ayam betina tidak ada. 3. Itik jantan dan betina dapat dibedaka dengan melihat bulu ekor. Bulu ekor yang melengkung keatas menandakan itik jantan dan bulu ekor tidak melengkung menandakan itik betina. 4. Perbedaan itik dengan entok terlihat jelas bahwa kepala entok juga terdapat benjolan berwarna merah sampai kehitaman dibagian mata dan muka. Sedangkan itik tidak memiliki benjolan. 5. Kaki ayam berbeda dengan kaki itik dan entok, kaki ayam tidak memiliki selaput antar jari (digitti), sedangkan itik dan entok memiliki selaput yang menghubungkan antar jari (digitti) yang satu dengan yang lainnya. 4.2 Saran Dalam melaksanakan praktikum, hendaknya praktikan harus mengamati dengan seksama antar perbedaan morfologis dan anatomi ayam, itik dan entok.

16

DAFTAR PUSTAKA

Rasyaf, M. 1997. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf, M. 1998. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta. Sarwono, B., 1991. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya. Jakarta. Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sudarmono, A. S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Jakarta: Penerbit Kanisius. Suprijatna, E,. U. Atmomarsono, dan P. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya. Jakarta. (Suprijatna et al., 2005) Wikipedia. 2012. Itik (bebek). https://id.m.wikipedia.org/wiki/itik. Diakses 14 Mei 2017. Wikipedia. 2014. Entok. https://id.m.wikipedia.org/wiki/entok. Diakses 14 Mei 2017.

17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak unggas merupakan salah satu ternak yang dapat dijadikan aset nasional yang turut menunjang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan produk peternakan membuktikan bahwa usaha peternakan dewasa ini mengalami kemajuan. Diantara produk-produk tersebut unggas memegang peranan yang sangat penting, karena digemari dan banyak dikenal oleh masyarakat. Ternak unggas merupakan spesies burung yang dapat memberikan keuntungan ekonomis bagi manusia yang memeliharanya, beberapa jenis unggas yang memberikan keuntungan antara lain ayam, itik, angsa dan puyuh. Usaha beternak unggas perlu memperhatikan pakan, breeding, manajemen dan lingkungan. Keempat hal tersebut diperlukan dalam peningkatan produksi dan mempercepat daya kerja setiap sistem yang ada di dalam tubuh ternak sehingga menghasilkan produk yang optimum, antara lain sistem

pencernaan, sistem respirasi, sistem

reproduksi, dan sistem urinari (Sandi, 2011). Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum guna untuk memahami tentang Anatomi, Morfologi dan Fisiologis Ternak unggas yang ditinjau dari sistem kerangka unggas, penutup tubuh unggas, perototan pada unggas, sistem organ, sistem pencernaan, sistem pernafasan dan sistem reproduksi pada ternak unggas (ayam). 1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum 1.2.1 Tujuan praktikum Adapun tujuan dari praktikum anatomi (pengamatan organ dalam) pada ternak ayam, antara lain: 1. Untuk memahami bagian-bagian anatomi (Organ dalam) pada ayam. 2. Untuk mengamati bentuk dan struktur organ dalam pada ayam. 3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi organ dalam pada ayam.

18

1.2.2 Kegunaan praktikum Adapun tujuan dari praktikum anatomi (pengamatan organ dalam) pada ternak ayam, antara lain: 1. Mahasiswa dapat memahami bagian-bagian anatomi pada ayam. 2. Mahasiswa dapat mengamati bentuk dan struktur organ dalam pada ayam. 3. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi-fungsi organ dalam pada ayam.

19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ternak Unggas Ilmu ternak unggas adalah ilmu yang mempelajari tentang keseluruhan dari pada susunan organ mulai dari sistem pencernaan, mengetahui fungsi dari tiap organ, menghubungkan proses pencernaan dengan proses produksi ternak unggas dan sebagainya. Pengetahuan tentang sistem pencernaan ini diperlukan untuk dapat memahami berbagai proses yang mungkin terjadi dalam konversi pakan menjadi produksi telur atau daging. Efesiensi konversi pakan untuk produksi telur atau daging tergantung pada efesiensi proses-proses pencernaan dan absorbsinya. Sistem pencernaan pada unggas berkembang sangat sederhana namun dengan efektivitas tinggi. Hal ini sangat penting terkait dengan kemampuan terbang tetap ringan. Secara anatomis, organ pencernaan pada bangsa unggas sama seperti dengan yang dimiliki mamalia, dengan kekecualian bahwa bangsa unggas memiliki gizzard (rempela) dan crop (tembolok) (Anonim, 2014). Ternak unggas dapat memberikan keuntungan ekonomis bagi manusia yang memeliharanya, Berdasarkan phylogenetiknya, unggas terletak setingkat setelah reptilia, yang ditandai dengan masih adanya sisik yang dijumpai pada bagian kaki unggas. Sistem lokomosi yang berbeda pada unggas sangat besar pengaruhnya terhadap anatomi, morfologi, dan fisiologi unggas, sehingga analisis mengenai mekanisme terbang (flight) akan mempermudah dalam memahami anatomi dan fisiologi pada unggas. Dibandingkan dengan mamalia unggas memiliki kerangka yang relatif ringan, lebih sedikit tulang dan kompak karena banyak tulang yang mengalami fusi (penyatuan) (Parakkasi, 1986). Dalam hal ini semakin optimum sistem ini bekerja maka akan menimbulkan performa yang baik terutama pada organ eksterior. Ayam dan itik organ eksterior antara lain adalah paruh, jengger, mata, lubang hidung, leher, bulu leher, dada, punggung, sayap, paha, kuku, ekor dan beberapa organ lainnya yang menjadi pembeda unggas air dan unggas darat.

20

2.2 Sistem Organ Sistem organ unggas dapat terdiri dari saluran pencernaan, saluran pernafasan,dan sistem reproduksi. 1. Sistem Respirasi Sistem respirasi pada unggas (ayam) terdiri dari nasal cavities, larynx, trachea, syrinx , bronchi, dan langsung kekantong udara (air sacs). Karena unggas memerlukan energi yang sangat banyak untuk terbang, maka unggas memiliki sistem respirasi yang memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran oksigen yang sangat besar per unit hewan. Untuk melengkapi kebutuhan oksigen yang tinggi tersebut maka anatomi dan fisiologi sistem respirasi unggas sangat berbeda dengan mamalia. Perbedaan utama adalah fungsi paru-paru. Pada mamalia, otot diafragma berfungsi mengontrol ekspansi dan kontraksi paru-paru. Unggas tidak memiliki diafragma sehingga paru-paru tidak mengembang dan kontraksi selama ekspirasi dan inspirasi. Paru-paru hanyalah sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas di dalam darah (Risky, 2012). 2. Sistem Pencernaan (Digestive system) Secara garis besar alat pencernaan pada unggas dapat dibagi atas tractus allimentarius dan Organa Accessorius. Tractus allimentarius yaitu saluran pencernaan dapat dipandang sebagai tabung memanjang yang dimulai dari mulut sampai anus dan pada bagian dalam dilapisi oleh mukosa. Dari cranial ke kaudal tersusun atas: rongga mulut (cavum oris), pharynx, oesophagus, crop (ingluvies), ventriculus muscularis (gizzard), intestinum tinue (usus halus: duodenum, jejunum, ilium), intestinum crassum (usus besar), ceacum dan cloaca/anus. Panjang dari masing-masing bagian saluran pencernaan bervariasi tergantung pada besar tubuh, tipe makanan dan berbagai faktor lainnya (Frandson, 1992) 3. Sistem Reproduksi Unggas Betina Sistem reproduksi merupakan suatu system organ yang berfungsi untuk menghasilkan keturunan. Pada ayam, alat reproduksi terdiri dari ovarium dan oviduct. Oviduct terdiri dari bagian-bagian tertentu yaitu infundibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina.

21

4. Saluran Ekskresi Saluran ekskresi merupakan saluran yang berfungsi untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme didalam tubuh ayam. Pada ayam, saluran ekskresi terdiri dari ginjal, ureter dan kloaka. Pada unggas, urine yang dikeluarkan akan tercampur dengan feses sehingga disebut dengan ekskreta. System ekskresi akan bermuara di kloaka bersama dengan saluran pencernaan yang lain seperti saluran pencernaan dan saluran reproduksi (Anonim, 2014).

22

BAB III MATERI DAN METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 11 Mei 2017 di depan Gedung E Fakultas Peternakan Universitas Mataram. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat praktikum 1. Pisau 2. Alat ukur 3. Gunting 4. Pinset 5. Kapas 6. Nampan 3.2.2 Bahan praktikum 1. Ayam betina dewasa 3.3 Metode praktikum 1. Menimbang bobot badan ayam, 2. Masukkanlah cloroform sebanyak 5 cc ke dalam mulut ayam atau sembelihlah agar ayam tersebut mati, 3. Menimbang ayam yang telah mati untuk mengetahui bobot darah ayam, 4. Menyiram ayam yang telah mati dengan air panas, 5. Mencabut bulu ayam yang telah mati sampai bersih, 6. Menimbang ayam yang telah dicabut bulunya tersebut untuk mengetahui bobot bulunya, 7. Melakukan pembedahan secara hati-hati, lalu bersihkanlah semua darah menggunakan kapas/tissue agar obyek pengamatan tidak terganggu, 8. Membedah dilakukan dengan mengiris ujung otot dada ke arah pangkal tulang sayap kiri dan kanan, sehingga otot dada terangkat, 9. Mengamati letak, bentuk dan warna semua organ yang tampak dari paruh sampai kloaka,

23

10. Mengamati letak, bentuk dan warna alat pencernaan dari paruh sampai ke cloaka, 11. Mengamati letak, bentuk dan warna alat pernapasannya, 12. Mengamati letak, bentuk dan warna alat reproduksinya, 13. Mengamati letak, bentuk dan warna alat saluran kencing (uretra), 14. Pisahkanlah masing-masing komponen organ/alat tersebut kemudian lepaskan pada alas datar, 15. Menggambar dan beri penjelasan nama masing-masing alat tersebut, 16. Menjelaskan mekanisme kerja masing-masing alat tersebut.

24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Praktikum

Gambar 1 Anatomi Ayam Betina

Gambar 2 Organ dalam ayam Tabel 1. Hasil Praktikum Anatomi Ayam No Pengamatan/ Pengukuran 1 Bobot hidup 2 Bobot mati 3 Panjang alat reproduksi 4 Esophagus 5 Proventriculus (lambung kelenjar) 6 Ventriculus (Gizzard) 7 Doudenum 8 Jejunum 9 Ileum 10 Usus buntu

Keterangan 1,9 Kg 1,8 Kg 23 Cm 13 Cm 7 Cm 5,5 Cm 28 Cm 51 Cm 75 Cm Sebelah kiri: 16 Cm dan sebelah kanan: 19 Cm

25

4.2 Pembahasan Sebelum melakukan pengamatan organ-organ dalam ayam, perut ayam diiris sampai perut ayam terbuka. Organ-organ dalam yang diamati jumlahnya sangat banyak, tetapi organ-organ tersebut akan berintraksi dengan organ lainnya untuk membentuk system organ. Berikut ini akan dijelaskan system organ pada ayam, antara lain: A. Sistem Respirasi Sistem respirasi merupakan sistem system yang memungkinkan terjadinya pertukaran antara oksigen dan karbon dioksida yang terjadi didalam paru-paru. Organ yang terlibat dalam proses respirasi antara lain: 1) Lubang hidung Lubang hidung ayam berjumlah sepasang terdapat pada pangkal rostrum bagian dorsal dan merupakan lubang masuk pertama yang berhubungan dengan luar. 2) Palatin cleft Merupakan belahan yang terdapat pada langit langit rongga mulut, sehingga memungkinakan lebih banyak volume udara yang dapat melewati nostril menuju ke pharynk. 3) Syrink Syrink terdapat pada bagian bufartacio tracheae tersusun dari beberapa analus trachealis pada bagian caudal dan anulus bronchialis pada daerah kranial alat ini membatasi bagian yang melebar yang disebut tympani. 4) Bronci Bronci merupakan percabangan dari tracea kearah kana dan kiri (bronchus dexter dan broncus sinister), degan tempat percabangan yang disebut bifurcatio trachea. Batang tenggorokan ini masih terbagi lagi menjadi bronchi lateralis yang masing-masing terbagi lagi menjadi parabroncy. 5) Paru-paru Paru-paru ayam mampunyai bagian ujung-ujung bronkhi berjumlah sepasang dan melekat pada bagian tulang punggung. Paru-paru terbungkus oleh selaput yang disebut pleura. Paru merupakan organ yang sangat penting peranannya dalam pernapasan. Fungsi utamanya untuk mencukupi oksigen

26

yang diperlukan oleh tubuh untuk pembakaran dan untuk pembentukan tenaga. Selain itu, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan sisa pembakaran yang berupa karbon dioksida dan uap air. Struktur paru-paru ayam sangat kaku dan selama bernapas hanya terjadi sedikit gerakan mengembang dan mengempis. 6) Kantung Udara Kantung udara sangat membantu proses pernapasan pada ayam, kantung udara terlihat mengembung beberapa saat setelah ayam dibedah. Fungsi utama kantung udara (air sac) adalah membantu penyimpanan udara saat terbang, memberikan daya lenting, meringankan tubuh pada saat terbang dan membantu ayam pada saat transfer panas tubuh. Ada 5 bagian kantong udara, yaitu: - Interclaviculer air sac: berhubungan dengan paru-paru dan rongga udara tulang sayap dan berjumlah hanya satu buah. - Cervical air sac: berjumlah sepasang yang berhubungan dengan paru-paru, tulang leher dan tulang vertebrae - Sepasang anterior thoracic air sacs: hanya berhubungan dengan paru-paru - Sepasang posterior thoracic air sacs: berhubungan dengan paru-paru saja - Sepasang abdominal air sacs: berhubungan dengan paru-paru bagian posterior dan rongga udara tulang kaki. 7) Penumatic bone Pernapasan pada ayam juga dibantu oleh adanya pneumatic bone. Pneumatic bone merupakan tulang yang mampunyai rongga-rongga yang membantu dalam proses pernapasan. B. Sistem Pencernaan (Sistem digestivus) Ayam Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dakam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringanjaringan tubuh, kemudian mengeluarkan sisa makanan tersebut. Secara umum, organ-organ yang terlibat dalam proses pencernaan makanan pada ayam dikelompokan menjadi dua, yaitu: 1) tractus digestivus (tractus allimentarius) yaitu saluran pencernaan dapat dipandang sebagai tabung memanjang yang dimulai dari mulut sampai anus dan 2) organa assesories yaitu organ yang

27

merupakan organ tambahan dalam proses pencernaan tetapi sangat penting karena berperan secara tidak langsung dalam membantu proses pencernaan. 1) Tractus Allimentarius Adapun organ-organ yang termasuk Tractus Allimentarus, antara lain: a. Paruh Paruh berfungsi untuk mematuk dan mengambil makanan didalamya terdapat kelenjar saliva yang fungsinya untuk melembekkan pakan dan membantu dalam proses penelanan.

mempunyai bentuk runcing dan

tersusun atas keratin. b. Esophagus (kerongkongan) Esophagus (kerongkongan) merupakan saluran penghubung anatara rongga mulut dan lambung yang memiliki panjang 13 cm. Didalamnya terdapat lapisan perototan yang berjalan memanjang di externalnya dan berjan melingkar di internalnya dan memiliki banyak kelenjar mucus. Penelanan pakan diawali dengan massuknya bolus pakan ke dalam parynx dan pangkal esophagus gerakan refleks menelan merupakan gelombang pristaltik yang melibatkan ujung syaraf efferent dalam otot yag dirangsang oleh kontraksi penelanan yang pada gilirannya merangasang saraf-saraf efektor untuk memulai kontraksi untuk memulai kontraksi otot pada dinding yang berdekatan dan menggerakkan lobus pakan ke saluran berikutnya. c. Tembolok (ingluvies) Tembolok (ingluvies) merupakan pembesaran esophagus yang terjaddi kira-kira dua pertiga dari belakang esophagus sebelum memasuki rongga dada, tembolok ditandai oleh titik pembaatas antara esophagus oleh bagian atas dan bawah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan sementara, bentuk pakan pada saluran ini yakni lunak yang disebabkan oleh air liur dari paruh (mulut). Struktur tembolok hampir identik dengan dinding esophagus teta[i tidak memiliki kelenjar mucus. Proses perjalanan pakan yang terjadi yaitu tembolok diisi dan dikosongkan melalui proses gerakan peristaltik esophagus bagian atas menyebabkan bolus makanan

28

turun yang selanjutnya terus ke proventrikulus dan mulai dicerna atau memasuki tembolok dan disimpan sementara. Makanan masuk ke tembolok jika proventrikulus-gizzard kompleks telah terisi. Biasanya tembolok berkontraksi dengan frekuensi yang teratur jika tembolok kosong, ini akan terjadi setiap satu atau dua menit. Pergerakan makanan dari tembolok ke lambung pencernaan adalah koordinasi antara tembolok, esophagus bagian bawah dan proventriculus yang mempengaruhi kelancaran makanan. d. Proventriculus (lambung glandular) Lambung glandular atau proventrikulus adalah tempat proses pencernaan pertama terjadi. Proses ini dipengaruhi oleh hormone, saraf dan sekresi cairan gastric.

Cairan gastric adalah campuran dari enzim

pencernaan, HCl (asam klorida) dan mucus. HCl akan mengaktifkan enzim pepsinogen dan mucus memperlancar proses pencernaan itu terjadi. Di proventrikulus ini terjadi proses pencernaan protein secara kimiawi, Proventriculus memiliki panjang 7 cm. e. Ventriculus (lambung otot) Ventriculus (lambung otot) berfungsi dalalm membantu proses penghancuran pakan, didalamnya terjadi proses aktifitas proteolisis (penguraian

protein

dengan

menggiling

daan

dilengkapi

dengan

pencrernaan hormon lambung. Ventriculus memiliki otot yang keras dan memiliki lapisan yang tahan lama beraktifitas

menggiling dan

menghancurkan menjadi lebih halus, didalamnya juga terdapat krikil-krikil (Grit) yang fungsinya membantu prose pencernaan pakan. Bentuk Rampela yang lebih berkembang dan besar memberi keuntungan bagi unggas terutama tipe daging karena organ ini dapat lebih banyak menampung makanan dan lebih kuat aktifitas mencernannya dan memiliki panjang sekitar 5,5 cm. f. Usus halus (Intestinum tanue) Usus halus (Intestinum tanue) berfungsi mengabsorbsi pakan yang telah berukuran kecil. Usus halus meliputi doudenum, jejenum,dan ileum. Doudenum dimulai dari gizard dan membentuk suatu lubang terobosan

29

besar dan berakhir dimana empedu dan duktus pancreas membentuk suatu papilla yang panjangnya 28 cm dan bentuk pakan didalamnya sudah halus sehingga memungkinkan terjadinya penyerapatan protein, pada akhir doudenum

terjadi

sekresi

cairan

empedu

yang

berfungsi

untuk

mengelmusikan lemak menjadi butiraan yang lebih kecil . Jejenum fungsinya untuk memecah dan menyerap zat-zat pakan karena terdapat berbagai enzim yang memecah karbohidrat dan protein, jejenum ditentukan berakhir pada suatu stalk yang rudimenter pada mana sakus kuning telur tersangkut selama perkembangan embrionik didalamnya juga terdapat berbagai enzim yang memecah karbohidrat dan protein. memiliki panjang 51 cm. Ileum pada unggas tidak dapat dibedakan dari jejunum memiliki panjang 75 cm. Usus halus unggas dewasa panjangnya berkisar 154 cm dan meliputi 50% dari saluran pencernaan. g. Usus buntu (caecum) Usus buntu (caecum) didalamnya terjadi sedikit penyerapan serat kasar, usus buntu memiliki cabang sebelah kanan dan kiri yang masingmasing mempunyai panjang 16 cm dan 19 cm. h. Usus besar (colon) Usus besar (colon) meruppakan saluran setelah usus buntu yang fungsinya menyerap air dan sisa hasil pencernaan dari usus halus dengan panjang 12 cm. i. Kloaka Kloaka merupakan ruang bersama yang menghubungkan saluran pencernaan, saluran urin dan reproduksi sebelum produk-produk dari masing-masing saluran dikeluarkan ke dunia luar melalui anus. 2) Organ Assesories Adapun organ yang termasuk kedalam organ assesories, antara lain: a. Lidah Ayam memiliki lidah yang sedikit keras dan unextensible yang fungsinya adalah untuk membantu proses penelanan makanan.

30

b. Hati Hati terletak diantara gizzard dan empedu, berwarna kemerahan dan terdiri dari mengeluarkan

dua

lobus,

yaitu

lobus dexter

dan

sinister.

Hati

cairan berwarna hijau kekuningan yang berperan dalam

mengemulsikan lemak (North, 1978). Cairan tersebut tersimpan di dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu yang terletak di lobus sebelah kanan. Makanan yang berada pada duodenum akan merangsang kantung empedu untuk mengkerut dan menumpahkan cairan empedu (Akoso, 1993). Hati juga menyimpan energi siap pakai (glikogen) dan menguraikan hasil sisa protein menjadi asam urat yang dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger, 1994) c. Pankreas Pankreas terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan cairan

pankreas

ke

duodenum

melalui

ductus

pancreaticus

dan

menghasilkan enzim yang mendigesti karbohidrat, lemak dan protein (North, 1978). d. Limpa Limpa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan dan terletak pada titik antara proventriculus, gizzard dan hati (Jull, 1971). Fungsi dari limpa sampai sekarang belum diketahui secara pasti, hanya diduga sebagai tempat untuk memecah sel darah merah dan untuk menyimpan Fe dalam darah. C. Saluran Reproduksi Ayam Betina Saluran reproduksi betina sebagai tempat terjadinya produksi sel telur (ovum), ovulasi, fertilisasi, sekresi albumen, pembentukan kerabang, pewarnaan kerabang dan sebagainya. Proses ini terjadi secara kompleks yang melibatkan organ-organ tertentu, antara lain: 1) Ovarium Ovarium mampunyai fungsi sebagai tempat perkembangan folikelfolikel dan merupakan tempat terjadinya ovulasi melalui bagian stigma pada folikel. Tiap ovum (yolk) terdapat dalam satu folikel yang melekat pada ovarium. Pada unggas dewasa folikel ini akan berkembang dan mengalami ovulasi melalui bagian stigma pada folikel, selanjutnya akan ditangkap oleh

31

oviduct dan ditambahkan zat pelengkap sehingga terbentuk sebutir telurdalam waktu sekitar 24 jam setelah ovulasi (Anonim 2004). 2) Infundibulum Infundibulum berfungsi menangkap hasil ovulasi dari pelepasan oleh ovarium. Yolk berada di infundibulum kurang lebih 15 menit. 3) Magnum Magnum berfungssi sebagai albumen (proses penambahan putih telur), putih telur dibentuk kurang lebih dalam waktu 3 jam. Albumen terdiri dari putih telur kental, encer dan chalaza. Chalaza terdapat dikedua ujung (lancip dan tumpul) telur yang berfungsi untuk menjaga agar posisi kuning telur tetap ditengah 4) Isthmus Isthmus fungsinya sebagai penambah alumen dan penambahan selaput proses yang terjadi di dalamnya terjadi kurang lebih sekitar 1-1,5 jam. 5) Uterus Uterus berfungsi sebagai bagian yang mensekresikan kerabang dan proses penambahan kasium pada yolk serta penambahaan pigmen. 6) Vagina Vagina berfungsi sebagai tempat terjadinya pembentukan lapisan kutikula dan proses rotasi (Oviposisi). D. Saluran Pengeluaran (Ekskresi) Ayam Beikut ini organ-organ yang terkait dengan ekskresi, antara lain: 1) Ginjal Ekskresi air dan sisa metabolik sebagian besar terjadi melalui ginjal. Jumlahnya dua buah (sinister dan dexter) masing-masing 3-4 lobus berwarna cokelat dan lunak, terletak menempel pada columna vertebralis tepat di belakang pulmo. Sistem ekskresi pada unggas terdiri dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif besar-memanjang, berlokasi di belakang paru-paru, dan menempel pada tulang punggung. Masing-masing ginjal terdiri dari tiga lobus yang tampak dengan jelas. Ginjal terdiri dari banyak tubulus kecil atau nephron yang menjadi unit fungsional utama dari ginjal. Fungsi utama ginjal adalah memproduksi urine, melalui proses sebagai berikut:

32

a. Filtrasi darah sehingga air dan limbah metabolisme diekskresikan; b. Reabsopsi beberapa nutrient (misalnya glukosa dan elektrolit) yang kemungkinan digunakan kembali. Sel dan protein darah dengan demikian disaring keluar dari darah, sedangkan filter melewati tubuh ginjal. Air dan zat-zat tertentu untuk tubuh sebagian besar diabsopsi kembali, sedangkan sisa-sisa produk yang harus dibuang diekskresikan melalui urine. Ginjal memiliki peran kunci dalam pengaturan keseimbangan asam basa dan mempertahankan keseimbangan osmotik cairan tubuh. 2) Ureter Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dan cloaca. Unggas yang normal, urine melewati ureter sekitar 700 – 800 cc setiap hari. Serupa dengan yang terjadi di dalam usus besar, di sepanjang ureter juga terjadi di reabsorpsi cairan oleh dinding ureter yang selanjutnya akan diteruskan dalam sirkulasi dalam tubuh. Urine pada unggas terutama tersusun atas asam urat yang bercampur dengan feses pada cloaca dan keluar sebagai kotoran berupa material berwarna putih seperti pasta. 3) Kloaka Kloaka merupakan saluran tempat bermuaranya tiga saluran menjadi satu saluran, yaitu: salura reproduksi, saluran pencernaan dan urine.

33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari laporan praktikum anatomi ayam diatas, antara lain: 1. Sitem respirasi ayam merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran antara oksigen dan karbon dioksida yang terjadi didalam paru-paru. 2. Pencernaan merupakan penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dakam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringanjaringan tubuh, kemudian mengeluarkan sisa makanan. 3. Saluran reproduksi ayam betina sebagai tempat terjadinya produksi sel telur (ovum), ovulasi, fertilisasi, sekresi albumen, pembentukan kerabang, pewarnaan kerabang yang melibatkan organ: ovarium, infundibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina. 4. Sistem ekskresi terdiri dari organ ginjal, ureter dan kolaka. 5.2. Saran Untuk praktikum selanjutnya diharapkan kepada semua praktikan agar lebih memerhatikan lagi organ-organ pada ayam, sehingga dapat mendeskripsikan letak, bentuk dan fungsi dari organ tersebut.

34

DAFTAR PUSTAKA Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Anggorodi. 1985. Kemajuan Mutachir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia: Jakarta. Anonim, 2014. Ternak Unggas. http://www.ternakunggas/laporan-praktikum/produksi-ternak_26.html. Diakses 16 Mei 2017. Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Jull, A. N., 1971. Poultry Husbandry. Mac Graw Hill Book Co., New York. Lehninger, A. L. 1988. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta : Erlangga. North. M.O. 1978. Commercial Chicken Production Manual. AVI Publ, Company. Connecticut. Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Risky, 2012. Sistem Pencernaan Unggas. https://www.risky/sistem-pencernaanpada-ternak-unggas.html. Diakses 15 Mei 2017.

35

LAMPIRAN PRAKTIKUM

36

More Documents from "Fauzi Ikhsan"