LAPORAN PRAKTIKUM OBAT TRADISIONAL PEMBUATAN SABUN
Disusun Oleh :
1. Alief Isatuloh
(171251591)
2. Dhimas Nurul H
(171251608)
3. Deviyana Fitria S
(171251604)
4. Hesti Yuliani
(171251631)
5. Laylatul Amanah MH
(171251649)
6. Nur Faizah Gita
(171251672)
7. Reza Ihza Mardhatillah
(171251677)
8. Sofi Herawati
(171251696)
9. Titania Putri Amriadi
(171251703)
10. Verdhea Kristiana
(171251707)
11. Yossy Ananta
(171251715)
AKADEMI FARMASI JEMBER Jalan Pangandaran No. 42 Antirogo – Jember
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan krhadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan lengkap praktikum Obat Tradisional. Sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Tujuan dari penyusunan laporan lengkap praktikum Obat Tradisional ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikum Obat Tradisional selanjutnya,penyususn
mengucapkan
terima
kasih
kepada
dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya. Kami ucapkan terima kasih kepada laboran dan teman teman
telah
banyak membantu penyusunan selama praktikum sampai penyusunan laporan ini selesai. Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan lengkap ini masih jauh dari sempurna. Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan penyusun laporan oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan laporan ini. Akan tetapi, penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun.
Jember, 21 Maret 2019
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR .................................................................................... 2 DAFTAR ISI ................................................................................................... 3 BAB I PENDUHULUAN 1.1 Latar belakang ........................................................................................... 4 1.2 Tujuan ........................................................................................................ 8 1.3 Manfaat Sabun............................................................................................8 BAB II 3.1 Metode Pembuatan ..................................................................................... 9 BAB III 4. 1 Pembahasan ............................................................................................... 11 4.2 HET............................................................................................................12 4.3 Lampiran....................................................................................................13 BAB IV PENUTUP Kesimpulan ...................................................................................................... 14
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasikan dari reaksi lemak atau minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalen dari asam karboksilat dengan rumus umunya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatis) panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12 – C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau ion amonium (Austin, 1984). Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50-150) molekul sabun yang
rantai
hidrokarbonnya
mengelompok
dengan
ujung-ujung
ionnya
menghadap ke air (Austin, 1984). Kegunaan sabun ialah kemempuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar, seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi (Austin, 1984). Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih) dan suatu ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif (Austin, 1984).
4
Bahan Pembuatan Sabun Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam memilih bahan mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun antara lain (Ralph J. Fessenden, 1992).
A. Minyak atau Lemak Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat (Ralph J. Fessenden, 1992). Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya : 1.
Tallow ( Lemak Sapi ) Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Kandungan utama dari tallow yaitu : asam oleat 40-45%, asam palmitat 24-37%, asam stearat 14-19%, asam miristat 28%, asam linoleat 3-4%, dan asam laurat 0,2%.
2. Palm Oil ( Minyak Sawit ) Minyak sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa.. Kandungan asam lemaknya yaitu
5
asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam miristat 0,5-1%.
3. Coconut Oil ( Minyak Kelapa ) Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52%, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.
4. Marine Oil Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh (asam oleat) yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
5. Castor Oil ( Minyak Jarak ) Minyak jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan sebagai kosmetika, bahan baku pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak mempunyai massa jenis 0,957-0,963 kg/liter, bilangan iodium 82-88 g I2/100 g, bilangan penyabunan 176181 mg KOH/g. Minyak jarak mengandung komponen gliserida atau dikenal sebagai senyawa ester. Komposisi asam lemak minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat sebanyak 86%, asam oleat 8,5%, asam linoleat 3,5%, asam stearat 0,52,0%, asam dihidroksi stearat 1-2% (G. Brown, 1973).
6. Olive Oil ( Minyak Zaitun ) Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit. Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa yang tak tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen. Minyak zaitun juga mengandung triasil gliserol yang sebagian besar di antaranya berupa asam lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat.
6
Kandungan asam oleat tersebut dapat mencapai 55-83 persen dari total asam lemak dalam minyak zaitun. B. Alkali Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim: 2-Aminoethanol, monoethanolamine, dengan rumus kimia C2H7NO, dan formulasi kimia NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida dari minyak atau lemak (Ralph J. Fessenden, 1992).
C. Bahan Pendukung Bahan
baku
pendukung
digunakan
untuk
membantu
proses
penyempurnaansabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabunmenjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif. • NaCl. NaCl
merupakan
komponen
kunci
dalam
proses
pembuatan
sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang ter lalu tinggi didalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan
untuk
memisahkan produk
sabun
dan
gliserin.
Gliserin
tidak mengalami pengendapan dalam brine karenakelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas. • Bahan aditif. Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik kons umen.Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan,Pewarna,dan parfum.
7
1.2 TUJUAN 1.Untuk menunjukkan reaksi penyabunan pada proses pembuatan sabun dilaboratorium. 2.Untuk menunjukkan beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang dilakukan
1.3 MANFAAT SABUN Manfaat pembuatan sabun
Praktikan dapat mengetahui reaksi penyabunan pada proses pembuatan sabun di laboratorium Praktikan dapat mengetahui bahan-bahan apa saja yang di gunakan dalam pembuatan sabun Praktikan dapat mengetahui sifat-sifat bahan yang di gunakan dalam pembuatan sabun
Manfaat sabun
Membantu menjaga kelembaban kulit Dapat memberi sensasi segar dan wangi pada tubuh Mengandung aroma terapi untuk membuat kita nyaman dan merasa segar selepas beraktifitas.
8
BAB III METODE PEMBUATAN
3.1 ALAT DAN BAHAN Alat Praktikum 1.Masker 2. Sarung tangan ( Handscoun) 3. Timbangan Digital 4. Beaker Glass 5. Hand Blander 6. Gelas ukur 7. Batang pengaduk 8. Cetakan sabun 9. Panci stainless Stell Bahan Praktikum 1.Coconut Oil 37.5 g 2. Olive oil 35 g 3. Oleum Ricini 26.35 g 4. Naoh 12.25 g 5. Aquadest 33.25 g 6. Pewarna dan Pewangi (gunakan sesuai selera)
3.2 CARA KERJA Metode kerja 1. sebanyak 49 g NaOh dilarutkan dalam beaker glass berisi aquadest 133 g (dengan caramenuang NaOh dedikit demi sedikit, jangan menuang air ke NaOh. Berbahaya!!!) Kemudian diaduk perlahan hingga larut. Pertama larutan tersebut akan panas dan berwarna keputihan, setelah larut semuanya simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhunya di bawah 40-450C, Kemudian larutan menjadi jernih.
9
2. Masukkan bahan-bahan minyak (coconut oil, olive oil, dan palm oil)ke dalam wadah panci stainless steel dan aduk menggunakan handblander sampai campuran minyak tersebut homogen. 3. Tuangkan larutan NaOh ke dalam campuran minyak. Tuang perlahan melalui Hand blander sambil di gerakkan agar udara yang terjebak di ujuk stick bisa keluar. 4. Nyalakan hand blander, aduk sekali secara manual agar minyak yang ada di tepian wadah ikut teraduk. Hentikan balander dan periksa adonan sabun untuk melihat tahap ‘trace’ 5. Tambahahkan pewangi dan pewarna tambahan sesui dengan yang di inginkan. 6. Tuanglah adonan tersebut ke dalam cetakan yang telah di sediakan. Tutup dengankain untuk insulasi (menjaga agar tetap panas dan melanjutkan proses saponifikasi). Simpan sabun dalam cetakan tersebut selama sati hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, dan potong sesuai dengan selera. 7. Simpan di tempat kering selama 2-3 minggu sebelum pemakaian.
10
BAB IV PEMBAHASAN
Sabun yang kami buat pada praktikum kali ini adalah sabun padat menggunakan natrium hidroksida (NaOH). pembuatan sabun dilakukan melalui proses menuangkan NaOH dikit demi sedikit ke dalam air,jangan menuangkan NaOH ke air karena akan menimbulkan terjadi reaksi yang berbahaya. Diaduk sampai larut dan di dinginkan lalu dicampurkan dengan minyak goreng,olive oil dan daun teh hijau. Pada pembuatan sabun apabila lemak ditambah dengan NaOH dan garam maka akan menghasilkan zat padat(sabun) setelah dipanaskan dan apabila zat padat itu dilarutkan dalam air maka akan menghasilkan buih/busa,disebabkan karena lemak dapat dihidrolisa dengan dipanaskan denga temperatur dan tekanan yang tinggi. Hidrolisa ini dapat dilakukan dengan adanya penambahan basa kuat yaitu NaOh, sehingga sabun yang terdiri dari gliserol dan garam. Sabun ini dapat larut dengan air sehingga dapat menghasilkan buih. Sabun dibuat dengan cara mencampurkan Larutan NaOH dengan minyak atau lemak. Proses ini disebut saponifikasi . reaksi penyabunan (saponifikasi) menghasilkan sabun sebagai produk utama. Sabun merupakan
garam yang
terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras, sabun yang memiliki kelarutan tinggi dalam air, sabuntidak larut menjadi partikel kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Jenis minyak yang biasanya digunakan adalah minyak kelapa karena dapat mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan dan menghasilkan sabun yang lebih keras, tetapi pada praktikum minyak kelapa diganti dengan minyak goreng yang sudah dimurnikan terlebih dahulu , minyak goreng dapat dibuat dengan sabun padat dengan penambahan NaOH dan menggunakan daun teh hijau. Daun teh hijau mengandung katekin memiliki aktivitas antioksidan memiliki gugus fenol. Teh hijau bermanfaat untuk anti bakteri yang mampu menghambat Staphylococcus aureus.Penambahan pewarna pada sabun untuk menarik sabun agar banyak diminati dan pemberian pewangi sebagai pengharum pada sabun tersebut
11
HET SABUN PADAT HERBAL
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Coconut oil : 105 gram x Rp2= Rp210 Olive oil :140 gram x Rp1,32=Rp185 Ricini oil :105 gram x Rp1,59 = Rp167 NaOH :49 gram x Rp7,26=Rp356 Aquadest :133 gram x Rp7,51= Rp.1000 Pewarna dan pewangi : (secukupnya ) Rp.09 Kemasan : Rp2.000 Wadah : Rp2.000
Upah jasa produksi : Rp5.000
Total Rp210+Rp185+Rp167+Rp356+Rp1000+Rp09+Rp2.000+Rp2.000+Rp5.000 =Rp10.927 =Rp11.000+10% +25% =Rp11.000+Rp1100+Rp2750 =Rp14.850
12
LAMPIRAN
13
BAB V PENUTUP KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini kami membuat produk lulur dengan bahan aktif bubuk teh hijau mengandung zat anti penuaan dan antioksidan yang dapat membantu mencegah tanda-tanda penuaan kulit seperti kulit kendur, kerusakan akibat sinar matahari, flek hitam, bintik-bintik penuaan, garis-garis halus, dan kerutan. Selain itu, kandungan polifenol dalam teh hijau membantu menetralisir radikal bebas yang menyebabkan kerusakan signifikan pada kulit dan mempercepat proses penuaan dini. Bahan tambahan lain yang ditambahkan dalam serbuk lulur yaitu tepung beras, serbuk akar manis, serbuk temu giring dan oleum jasmine royal. Nama produk lulur kami green scrub body, produk lulur kami ini mampu mengangkat sel kulit mati pada permukaan kulit sehingga hasil yang diperoleh setelah menggunakan produk lulur teh hijau ini kulit tampak bersih dan berseri. Hasil yang kami peroleh dari praktikum pembuatan lulur adalah kami mampu memahami dan menerapkan cara pembuatan lulur yang baik sesuai dengan CPOTB ( Cara Pembuatan Obat Tradisional) dan penjaminan mutu lulur kering yang telah kami buat. Dikarenakan proses pembuatannya yang mudah dan membutuhkan bahan dan alat yang sederhana diharapkan mampu diterapkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Untuk pengembangan ilmu dan pengabdian pada masyarakat khususnya daerah Jember.
14
DAFTAR PUSTAKA 1 Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGraHill Book Co: Singapura 2 Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed. 3 Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Penerbit Erlangga : Jakarta. 4 Hard, Harold. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
15