Laporan Tutorial-sistema Uropoetica

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Tutorial-sistema Uropoetica as PDF for free.

More details

  • Words: 1,933
  • Pages: 11
LAPORAN TUTORIAL BLOK 2 SISTEMA UROPOETIKA “ PENTINGNYA SISTEMA UROPOETIKA TERHADAP PENGATURAN ZAT SISA DALAM MENJAGA HOMEOSTASIS”

OLEH : Nama

: Arpian Herponi

Nim

: J500090046

Kelompok : 4 Nama tutor

: dr. Elvia

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metabolisme pada tubuh manusia akan menghasilkan produk berupa zatzat yang tidak diperlukan lagi. Salah satu bentuk zat yang dihasilkan sebagai produk metabolisme tersebut dalam bentuk cairan yakni urin. Zat tersebut bila tidak dikeluarkan dari tubuh akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh manusia. Untuk itu diperlukan suatu sistem yang dapat mengeluarkan zat hasil metabolisme tersebut dari lingkungan internal tubuh. Sistem uropoetika merupakan sistem yang berperan dalam pengaturan konsentrasi cairan yang berupa urin tersebut di dalam tubuh manusia. Sistem uropoetika tersusun atas ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra yang dimana bagian-bagian ini berperan dalam homeostasis baik sebagai penghasil, penyaring, maupun saluran yang dilewati urin yang nantinya akan diekskresikan sebagai sisa metabolisme tubuh menuju luar tubuh. Sebagai organ utama sistem uropoetika, ginjal berperan dalam homeostasis secara lebih ekstensif dibandingkan dengan organ-organ ekskresi lainnya. Ginjal mengatur komposisi elektrolit, volume dan pH lingkungan internal dan mengeliminasi hampir semua zat sisa metabolisme kecuali karbondioksida yang dilakukan oleh sistem respirasi. Ginjal melakukan fungsi pengaturan ini dengan mengeliminasi zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui urin. Mengingat pentingnya ginjal dan komponen-komponen lainnya yang tercakup dalam sistem uropoetika tersebut sebagai landasan tujuan maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai sistem uropoetika

melalui

pembuatan laporan ini. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam laporan ini adalah: 1. Apakah yang dimaksud dengan sistem uropoetika? 2. Apa sajakah komponen-komponen sistem uropoetika? 3. Bagaimana mekanisme pembentukan urine? 4. Apa saja faktor - faktor yang mempengaruhi produksi jumlah urine? 5. Apa saja komponen-komponen urin normal?

6. Bagaimanakah hubungan antara sistem uropoetika dengan homeostasis?

A. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak di capai dalam laporan ini adalah: 1. Mampu mengetahui definisi dan komponen-komponen dari sistem

uropoetika 2. Mampu menjelaskan mekanisme pembentukan urin 3. Mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

jumlah urin 4. Mampu menjelaskan komponen-komponen urin normal 5. Mampu menjelaskan hubungan antara sistem uropoetika dengan

homeostasis A. Manfaat

Adapun manfaat yang bisa didapat setelah membahas laporan ini adalah: 1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dan komponen-komponen dari

sistem uropoetika 2. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pembentukan urin 3. Mahasiswa mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi jumlah urin 4. Mahasiswa mampu menjelaskan komponen-komponen urin normal 5. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara sistem uropoetika

dengan homeostasis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Uropoetika

Sistem uropoetika adalah sistem yang digunakan untuk mengontrol volume dan komposisi cairan dalam tubuh (Ganong, 2008) Sistem uropoetika adalah sistem yang mengatur cairan dalam tubuh manusia (Sherwood, 2001) B. Komponen-komponen Sistem Uropoetika

Pada sistem uropoetika, beberapa organ-organ tubuh ikut berperan dalam pembentukan urine. Organ-organ tersebut antara lain adalah : 1. Ginjal Ginjal merupakan suatu organ yang dibungkus oleh kapsula jaringan pengikat

fibrosa tipis yang terletak pada bagian belakang

cavum abdominalis dibelakang peritorium, berjumlah 2 buah yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri. Ginjal memiliki dua bagian yaitu bagian korteks dan bagian medulla. Bagian korteks tampak lebih gelap daripada bagian medulla. Pada korteks terdapat pars radiata dan pars konvulata sedangkan medulla terdiri dari piramida-piramida renalis yang dipisahkan satu sama lain oleh columna renalis. Pada ginjal terdapat nefron-nefron yang merupakan bagian pengolah darah sebelum menjadi urine. Nefron terdiri atas segmen corpusculum malpighi -yang didalamnya ada bangunan glomerulus dan kapsulla bowman-, tubullus kontortus distal, tubullus kontortus proksimal, dan ansa henle. Semua bangunan itu terdapat di pars konvulata, kecuali ansa henle yang terdapat pada pars radiata korteks renalis (Anonim, 2009) 2. Ureter Merupakan saluran penghubung antara parenkhim ginjal dan vesica urinaria. Terdapat dua ureter berupa dua pipa saluran yang masingmasing terdapat pada ginjal kanan dan ginjal kiri. Dindingnya terdiri dari tiga lapisan, lapisan dalam berupa lapisan mukosa, lapisan tengah berupa lapisan muskular dan lapisan luar yang panjangnya kira-kira 35 sampai 40 sentimeter. Ureter mulai berjalan ke bawah melalui rongga abdomenmasuk kedalam pelvis dan dengan arah oblik bermuara kedalam sebuah posterior kandung kemih (Anonim, 2009).

3. Vesica urinaria Vesica urinaria bekerja sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir, letaknya didalam rongga pelvis, didepan simfisis pubis. Pada bagian ini terdapat daerah segitiga yang dibentuk antara dua lubang ureter dan uretra disebut trigonum vesica urinarius. Vesica urinaria berfungsi sebagai bangunan penampung urin sementara (Anonim, 2009). 4. Uretra Adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung kencing ke lubang luar. Uretra dilapisi oleh membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi vesica urinaria. Pada wanita, uretra lebih pendek daripada pria. Panjang ureter pada wanita kira-kira 2,5 sampai 3,5 sentimeter, dan pada pria sekitar 17 sampai 22,5 sentimeter (Anonim, 2009) A. Mekanisme Pembentukan Urin 1. Penyaringan (filtrasi)

Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan komponen selular dan mediummolekular-protein besar kedalam vascular system, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein (Guyton,2008). 2. Penyerapan ( absorsorbsi) Tubulus proksimal merupakan organ yang bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari filtered solute. Pada umumnya tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. (Frandson,2003). 3. Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )

Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin (Sherwood,2001). 4. Augmentasi Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal (Cuningham, 2002). A. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Urin 1. Intake air 2. Temperatur 3. Diet 4. Keadaan mental dan fisik 5. Aktivitas (Anonim, 2009). A. Komponen Urin Normal Urin normal antara lain mengandung : 1. Ureum Merupakan senyawa hasil akhir metabolisme protein pada mamalia 2. Ammonia Hanya terdapat sedikit pada urin, menyebabkan bau pada urin 3. Creatin dan Creatinin Merupakan hasil pemecahan caratin. 4. Asam urat Merupakan hasil akhir oksidasi urin di dalam tubuh

5. Asam amino, Alantoin, Chloride, Sulfat, Oxalate, Mineral, serta vitamin, hormon dan enzim (Anonim, 2009). A. Hubungan antara Sistem Uropoetika dengan Homeostasis Sistem

uropoetika

memegang

peran

penting

dalam

mengatur

keseimbangan cairan dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam basa darah. Sedangkan, kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan konsentrasi cairan, garam, elektrolit, serta asam basa yang ada di dalam tubuh (Sherwood,2001).

BAB III PEMBAHASAN Skenario : “ Furqon, seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran UMS, siang itu bersiap-siap untuk mengikuti Ujian Akhir Blok di kampusnya yang akan diadakan pada pukul 13.30. Sebelum berangkat dia minum segelas vitamin C effervescent. Sesampainya di kampus dia langsung menuju kantin untuk minum segelas teh.

Selama ujian berlangsung Furqon merasa ingin kencing,tetapi karena dia tidak ingin waktu mengerjakan soal ujiannya berkurang karena ijin ke toilet,dia akhirnya menahan kencing sampai ujian selesai.Selesai ujian Furqon langsung menuju ke toilet dan dia melihat air seninya bewarna kuning tua.apakah ini normal?” Pada permasalahan di atas, dapat dijelaskan bahwa warna urin yang dialami Furqon adalah normal. Hal ini berdasar pada situasi dimana Furqon sempat meminum vitamin c dan segelas es teh. Adanya konsumsi minuman tersebut menyebabkan warna urin Furqon menjadi kuning tua akibat kandungan vitamin c serta es teh. Kita ingat kembali bahwa, komposisi serta volume urin seseorang salah satunya dipengaruhi oleh intake air dan zat-zat yang dikandungnya. Adanya vitamin c dan juga segelas es teh, selain menyebabkan warna urin Furqon menjadi kuning tua juga menyebabkan jumlah urin yang dikeluarkannya pun menjadi

lebih banyak

dibandingkan jika intake air lebih sedikit. Namun, pada permasalahan ini Furqon melakukan suatu kebiasaan yang tidak baik dilakukan yakni furqon menahan kencing. Pada permasalahan menahan kencing ini, apabila terbiasa dan frekuensi menahan kencing sering dilakukan akan mengakibatkan beberapa dampak negatif. Hal ini dapat diketahui apabila sering menahan kencing akan lebih rentan terkena infeksi saluran kemih. Saat kencing, air seni atau urin yang kita keluarkan akan membilas saluran kencing, termasuk kuman-kuman yang ada di dalamnya. Jika air seni ditahan, maka kuman-kuman tersebut akan naik sampai kandung kencing atau vesica urinaria, bahkan kadang-kadang sampai ke ginjal, dan menyebabkan infeksi kandung kencing atau infeksi ginjal. Selain dapat menyebabkan infeksi saluran kencing, dampak negatif lainnya dari menahan kencing adalah dapat menyebabkan penumpukan kristal atau batu ginjal. Penumpukan batu ginjal dapat disebabkan antara lain oleh beberapa faktor. faktor yang pertama yaitu vitamin hanya diperlukan tubuh hanya dalam jumlah yang sedikit, bila berlebih akan dikeluarkan melalui urin. Pada Furqon, vitamin c pada asupan diatas 100mg/hari, dapat membuat kapasitas tubuh untuk

memetabolisme vitamin c mengalami kejenuhan dan asupan yang tinggi akan diekskresi dalam urine. Faktor yang kedua, yakni Furqon mengkonsumsi es teh. Es teh mengandung zat oxalate sebagai salah satu kunci pembentukan batu ginjal. Disimpulkan oleh karena furqon mengkonsumsi vitamin c dan es teh tersebut, maka adanya kemungkinan penumpukan akibat pengendapan batu kristal ginjal ini semakin besar. Hal ini akan memperparah kondisi sistem uropoetika Furqon. Akan tetapi secara umum yang dialami Furqon adalah wajar yakni bila dilihat dari warna urin yang dihasilkannya. Hal ini mengindikasikan bahwa fungsi dari organ-organ penyusun sistema uropoetika Furqon masih berjalan dengan cukup baik, walaupun ada kebiasaan Furqon yang tidak baik yakni menahan kencing tersebut. Dari permasalahan ini pula, pengaturan homeostasis agar kelangsungan hidup serta fungsi sel terus berjalan dengan normal dapat dilihat dan diketahui dari bentuk reaksi sistema uropoetika ini terhadap intake atau zat yang dikonsumsi oleh Furqon. Dengan warna urin yang kuning tua kita tahu merupakan zat sisa dari metabolisme yang berlebih terhadap zat-zat yang dikonsumsi Furqon berupa vitamin c dan es teh tadi. Pengaturan jumlah zat yang diperlukan tubuh harus dipenuhi dalam angka yang normal, tidak kurang dan tidak lebih agar kelangsungan hidup serta fungsi sel terus berjalan dengan normal. Hal inilah yang menunjukan hubungan sistema uropoetika dengan proses homeostasis. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Warna urin Furqon adalah dalam kategori normal. Dengan batasan jika

benar Furqon mengkonsumsi vitamin c dan es teh. Namun, apabila warna urin Furqon berwarna kuning tua tersebut tanpa didahului oleh konsumsi Furqon terhadap vitamin c dan es the tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ada permasalahan terhadap sistem uropoetika Furqon.

2. Menahan kencing merupakan kebiasaan yang tidak baik, karena dapat

menyebabkan dampak negatif terhadap sistema uropoetika

yakni

infeksi salauran kencing dan pembentukan batu ginjal. 3. Hubungan sistema uropoetika dengan homeostasis dapat dilihat dari

mekanisme pengeluaran zat-zat yang berlebih dalam tubuh, karena tubuh hanya memerlukan zat-zat yang dibutuhkannya dalam jumlah yang normal. A. Saran Berdasarkan pembahasan itu pula penulis dapat memberikan saran antara lain : 1. Menahan kencing merupakan kebiasaan yang tidak baik, maka dari itu

sebisa mungkin hindarilah. 2. Jangan makan-makanan atau minum-minuman yang dalam jumlah

berlebih, karena tubuh hanya butuh dalam batas yang normal. Makan dan minumlah dengan ukuran yang normal dan tidak mubazir. 3. Konsumsilah makanan dan minuman yang sehat. Jangan konsumsi

makanan dan minuman yang dapat merusak sistem-sistem tubuh, terutama pada bahasan ini yaitu sistema uropoetika. 4. Bersyukurlah atas nikmat sehat yang telah diberikan Allah SWT

kepada kita. DAFTAR PUSTAKA Anonim.2009. Premedical Science in Homeostatic setting. Praktikum Biokimia Komposisi Urin, 2nd Ed. Surakarta : UMS. Pp.34-37 Cunningham,J. 2002. Teksbook of Veterinary Physilogy. Philadelpia : WB Saunders Frandson, R. 2003. Anatomy and Physiology of Farm Animals 6th Ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins Ganong, W. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Guyton, A. 2008. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. In : Textbook of Medical Physiology, 9th Ed. Jakarta : EGC

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.2nd Ed. Jakarta : EGC. pp.461 & 502

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84