BERPACU DALAM PEMILU: KONSTELASI KEKUATAN PARTAI POLITIK DAN SKENARIO PEMERINTAHAN 2009 Data Survei Nasional 5 – 16 Juni 2008 Prepared by: INDO BAROMETER Hotel Atlet Century Park, Jakarta, 9 Juli 2008 Website: www.indobarometer.com
PENGANTAR [1] •
Pada tanggal 7 Juli 2008 malam, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan 34 partai politik nasional dan 6 partai lokal di Aceh yang berhak menjadi peserta pemilu legislatif 9 April 2009. Sesuai UU No.10/2008 Tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD, begitu ditetapkan, parpol peserta pemilu 2009 dapat langsung mulai kampanye. Menurut KPU, kampanye itu akan dimulai 12 Juli 2009.
•
Aturan dalam UU No.10/2008 merupakan perubahan yang cukup radikal dibanding UU Pemilu lama yang hanya menyediakan masa kampanye selama 3 minggu. Dengan UU No.10/2008, ada waktu sekitar 8 bulan bagi setiap parpol untuk menyosialisasikan diri dan mempengaruhi pemilih. Dengan waktu yang demikian panjang, kampanye pemilu 2009 layak disebut ”kampanye marathon”. Dalam marathon, hanya peserta yang berstamina tinggi dan pandai mengatur nafas yang mampu menjadi juara.
•
Meskipun jarak tempuh mirip marathon, dari urutan start, kampanye pemilu mirip dengan balapan mobil Formula Satu (F-1). Dalam F-1, peserta tidak berangkat dari garis start yang sejajar. Ada mobil yang start di depan (pole position). Ada yang di urutan 2, 3, 4 dan seterusnya. Ada pula yang start dari urutan paling belakang. Balapan F-1 menjadi lebih menarik tiap musimnya karena adanya ”pendatang baru terbaik” (rookie of the year).
2
PENGANTAR [2] •
Bagaimanakah konstelasi dukungan terhadap parpol Indonesia pada saat start kampanye pemilu legislatif 2009 dimulai? Partai manakah yang start paling depan (pole position)? Adakah potensi kejutan berupa ”rookie of the year”? Bagaimana komposisi pertarungan antara kubu partai nasionalis dan partai Islam? Bagaimana kompetisi partai lama dan partai baru yang ikut pemilu 2009? Seperti apa skenario hasil pemilu dan pemerintahan 2009-2014?
•
Hal-hal tersebut di atas akan dijawab oleh survei nasional Indo Barometer dengan harapan: Pertama, setiap parpol mengetahui posisi start masing-masing. Kedua, bahwa masa kampanye pemilu yang panjang dapat diisi secara maksimal oleh parpol-parpol peserta pemilu dengan kampanye yang paling menjawab kepentingan masyarakat Indonesia. Jakarta, 9 Juli 2008 Contact: M. Qodari, MA (Direktur Eksekutif, 08111833747) Muhamad Yusuf Kosim, MM (Direktur Riset, 08159696367) 3
METODOLOGI SURVEI NASIONAL
•
Waktu pengumpulan data pada tanggal 5 – 16 Juni 2008.
•
Survei dilaksanakan di 33 provinsi di seluruh Indonesia dengan jumlah responden sebesar 1200 orang (margin of error sebesar ± 3,0% pada tingkat kepercayaan 95%).
•
Responden dipilih dengan metode multistage random sampling untuk menghasilkan responden yang mewakili seluruh populasi publik dewasa Indonesia (berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan).
•
Pengumpulan data dengan wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner.
•
Dari perbandingan karakteristik demografis yang terpilih, tampak bahwa responden survei ini mirip dengan populasi secara keseluruhan 4
BAGIAN-BAGIAN SURVEI • Survei di bagi menjadi 4 bagian: 1. Kesenjangan Jumlah Parpol Peserta Pemilu dan Harapan Masyarakat 2. Konstelasi Dukungan Terhadap Partai Politik Lama dan Partai Politik Baru 3. Kompetisi Partai Islam Versus Partai Nasionalis 4. Skenario Pemerintahan Indonesia 2009 - 2014 5
DEMOGRAFI RESPONDEN MIRIP POPULASI [1] Perbandingan sampel IB dengan data BPS KATEGORI
SAMPEL IB (n=1200)
SENSUS BPS
(JUNI 2008)
(2000)
KATEGORI
JENIS KELAMIN (%)
SAMPEL IB (n=1200)
SENSUS BPS
(JUNI 2008)
(2000)
SUKU BANGSA (%)
LAKI-LAKI
50,0
50,2
JAWA
40,3
41,6
PEREMPUAN
50,0
49.8
SUNDA
19,3
15,4
MELAYU
3,8
3,4
AGAMA (%) ISLAM
86,0
87,0
MADURA
2,7
3,4
PROTESTAN
9,0
7,0
BUGIS
2,5
2,5
KATHOLIK
2,8
3,0
BETAWI
2,4
2,5
HINDU
2,2
2,0
MINANG
2,8
2,7
LAINNYA
26,3
28,5
6
DEMOGRAFI RESPONDEN MIRIP POPULASI [2] KATEGORI
SAMPEL IB
SUPAS BPS
(JUNI 2008)
(2005)
KATEGORI
PROPINSI (%)
SAMPEL IB
SUPAS BPS
(JUNI 2008)
(2005)
PROPINSI (%)
NAD
1,7
1,9
NTB
1,7
1,9
SUMUT
5,0
5,4
NTT
1,7
2,0
SUMBAR
2,5
2,1
KALBAR
1,7
1,9
RIAU
2,5
2,1
KALTENG
0,8
0,9
JAMBI
0,8
0,6
KALSEL
1,7
1,5
SUMSEL
0,8
1,2
KALTIM
1,7
1,3
BENGKULU
2,5
3,1
SULUT
0,8
1,0
LAMPUNG
0,8
0,7
SULTENG
0,8
1,1
BABEL
3,3
3,3
SULSEL
3,3
3,4
KEP. RIAU
0,8
0,5
SULTRA
0,8
0,4
DKI JAKARTA
4,2
4,1
GORONTALO
0,8
0,9
JAWA BARAT
17,5
17,9
SULBAR
0,8
0,4
JAWA TENGAH
14,2
14,7
MALUKU
0,8
0,6
DI YOGYAKARTA
1,7
1,5
MALUKU UTARA
0,8
0,4
JAWA TIMUR
15,8
16,6
IRJABAR
0,8
0,8
BANTEN
4,2
4,1
PAPUA
0,8
0,3
BALI
1,7
1,6
7
BAGIAN SATU: Kesenjangan Jumlah Parpol Peserta Pemilu dan Harapan Masyarakat
8
BANYAK PARTAI BANYAK GOLPUT? •
Pada tanggal 7 Juli 2008 malam, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan 34 partai politik nasional (dan 6 partai lokal di Aceh) yang berhak menjadi peserta pemilu legislatif 9 April 2009.
•
Jumlah ini lebih banyak daripada peserta pemilu 2004 yang hanya 24 parpol. Banyaknya jumlah partai ini berpotensi menjadi masalah karena: (1) Sistem presidensialisme kurang cocok dengan multi partai ekstrim. Banyaknya partai dengan kekuatan politik terpecah menyulitkan konsolidasi politik dan eksekusi kebijakan; (2) Banyaknya partai tidak dibarengi dengan tawaran pemikiran dan program kerja yang bervariasi. Kalau begini, banyaknya partai tidak bisa memberi nilai tambah. Malah akan membingungkan masyarakat saja. Kalau sudah bingung kualitas pilihan masyarakat akan turun, atau malah golput!
•
Dalam konteks ini menjadi revelan untuk menampilkan kembali data survei nasional Indo Barometer, Desember 2007 yang menunjukkan banyak partai tidak sesuai dengan aspirasi mayoritas publik Indonesia dan berpotensi melemahkan kualitas pilihan masyarakat karena masyarakat bingung membedakan satu partai dengan partai lainnya dalam berbagai aspek. 9
JUMLAH PARTAI POLITIK SAAT INI (%) (INDO BAROMETER-DES 2007) Bagaimana B/I/S menilai jumlah partai politik yang ada saat ini? Apakah terlalu banyak, banyak, sudah cukup, sedikit atau terlalu sedikit?
88,2
6,3
BANYAK
CUKUP
0,6
SEDIKIT
5,0
TIDAK TAHU / TIDAK JAWAB
Mayoritas publik mengungkapkan partai politik di Indonesia saat ini adalah terlalu banyak, yaitu 88,2%. 10
BERAPAKAH IDEALNYA PARTAI POLITIK DI INDONESIA? (PERTANYAAN TERBUKA) (%) (INDO BAROMETER-DES 2007) Menurut penilaian B/I/S, berapa jumlah partai politik yang ideal? Sebutkan……………
30,8 24,0
21,6 18,3
5,3
5 PARTAI POLITIK
3 PARTAI POLITIK 10 PARTAI POLITIK
LAINNYA
TIDAK TAHU / TIDAK JAWAB
Mayoritas publik mengungkapkan idealnya partai politik di Indonesia saat ini jumlahnya adalah 5 partai (24,0%), 3 partai (21,6%), dan 10 partai (18,3%).
11
KEMAMPUAN PUBLIK DALAM MEMBEDAKAN DIFERENSIASI ANTAR PARTAI POLITIK (%) (INDO BAROMETER-DES 2007) Pada pemilu legislatif tahun 2004 yang lalu ada 24 partai politik. Dari 24 partai politik tersebut, apakah B/I/S merasa.....?
YA
TIDAK
TIDAK TAHU/ TIDAK JAWAB
Dari 24 partai politik yang ada, secara umum kesulitan membedakan satu partai dengan partai lain?
73,3
21,8
4,9
Dari 24 partai politik yang ada, Kesulitan membedakan nama satu partai dengan partai lain?
63,7
31,1
5,3
Dari 24 partai politik yang ada, Kesulitan membedakan tanda gambar satu partai dengan partai lain?
63,1
32,2
4,8
Dari 24 partai politik yang ada, Kesulitan membedakan pimpinan satu partai dengan partai lain?
63,9
29,4
6,7
Dari 24 partai politik yang ada, apakah B/I/S merasa kesulitan membedakan sikap politik satu partai dengan partai lainnya?
72,3%
15,6%
12,1%
Dari 24 partai politik yang ada, apakah B/I/S merasa kesulitan membedakan kebijakan ekonomi satu partai dengan partai lainnya?
72,3%
13,6%
14,1%
DIFERENSIASI
Mayoritas publik menyatakan kesulitan membedakan diferensiasi 24 partai politik di Indonesia yang ada saat ini. Baik membedakan nama, sikap politik dan kebijakan ekonomi.
12
BAGIAN DUA: Dukungan Terhadap Partai Politik Lama dan Partai Politik Baru
13
PILIHAN PARTAI POLITIK JIKA PEMILU DIADAKAN HARI INI (%) Seandainya Pemilu Legislatif dilakukan hari ini, partai politik apa yang akan B/I/S pilih untuk tingkat DPR Pusat?
23,8
PDIP 12,0
PARTAI GOLKAR 9,6
PARTAI DEMOKRAT 7,4
PKS
7,4
PKB 3,5
PAN PARTAI HANURA PPP PARTAI LAINNYA TIDAK TAHU / TIDAK JAWAB
2,3 1,6 3,0 29,4
Partai yang paling banyak dipilih adalah PDIP, yaitu 23,8%. Disusul oleh Partai Golkar (12,0%) dan Partai Demokrat (9,6%). Partai Islam terkuat adalah PKB dan PKS masing-masing 7,4%. Partai baru, seperti Hanura telah masuk dalam 7 besar dengan dukungan sebesar 2,3%
14
DINAMIKA PILIHAN PARTAI POLITIK MEI ’07, DES ’07, DAN JUN ’08 (%) 30
25,3
25 20 15 10 5
23,8 18,8 17,8
18,0 13,8
12,5
12,0 9,6 7,4
7,5
6,8
0 MEI '07 PDIP
8 7 6 5 4 3 2 1 0
DES '07
JUN '08
PARTAI GOLKAR
PARTAI DEMOKRAT
PKB
7,4 5,2 4,7 4,0 3,5
3,5
3,5
3,4
2,3 1,6
0,1
0,6 MEI '07 PKS
DES '07 PPP
PAN
Sumber: Data Mei 2007, Desember 2007, Juni 2008 (Indo Barometer)
JUN '08 PARTAI HANURA
15
DINAMIKA FLOATING MASS MEI ’07, DES ’07, DAN JUN ’08 (%)
35 30
29,4
26,5
25 17,7
20 15 10 5 0 MEI '07
DES '07
JUN '08
Sumber: Data Mei 2007, Desember 2007, Juni 2008 (Indo Barometer)
Peluang partai baru masih terbuka karena masih banyak pemilih yang mengambang (floating mass) 16
KEDEKATAN DENGAN PARTAI POLITIK TERTENTU (%) Di Indonesia terdapat banyak partai politik. Diantara partai-partai politik tersebut, apakah B/I/S ada yang merasa dekat dengannya?
TIDAK TAHU / TIDAK JAWAB; 6,7 YA; 24,3
TIDAK; 69,0
Peluang bagi partai baru juga terbuka karena publik yang menjadi pendukung kuat (merasa dekat dengan) partai politik tertentu hanya 24,3%. Sedangkan yang tidak dekat dengan partai politik tertentu sebesar 69,0%
17
ALASAN MEMILIH PARTAI POLITIK (PERTANYAAN TERBUKA) (%) Ada aneka macam alasan seseorang memilih partai politik dalam pemilu legislatif, sebutkan satu alasan utama yang akan B/I/S pakai sebagai pertimbangan dalam memilih partai politik? Sebutkan:............................................................. KATEGORI
PERSENTASE
PEDULI / DEKAT DENGAN RAKYAT
34,2
JUJUR DAN TIDAK KKN
10,8
DEKAT DENGAN PENGURUS/ANGGOTANYA
7,2
MEMPERJUANGKAN ASPIRASI RAKYAT
6,4
MAMPU MEMIMPIN BANGSA
4,6
VISI DAN MISINYA JELAS
4,5
PARTAI YANG DIKENAL
4,4
PARTAI ISLAM
4,0
PARTAI YANG BERPENGALAMAN
3,5
PARTAI NASIONALIS
1,6
LAINNYA
14,5
TIDAK TAHU / TIDAK JAWAB
4,4
Dari pertanyaan terbuka yang diajukan untuk alasan memilih partai politik, alasan yang paling banyak diungkapkan adalah peduli/dekat dengan rakyat, yaitu 34,2%. Disusul jujur dan tidak KKN sebesar 10,8%. 18
DISTRIBUSI ALASAN PILIHAN PARTAI POLITIK (%) KATEGORI
PDIP
GOLKAR
DEMOKRAT
PKB
PKS
PAN
HANURA
PPP
TT /TJ
PEDULI / DEKAT DENGAN RAKYAT
36,9
20,0
9,0
8,6
12,8
3,1
2,1
2,8
0,3
JUJUR DAN TIDAK KKN
28,3
5,4
10,9
14,1
25,0
8,7
1,1
3,3
0,0
DEKAT DENGAN PENGURUS/ANGGOTANYA
50,8
6,6
19,7
0,0
13,3
0,0
0,0
0,0
0,0
MEMPERJUANGKAN ASPIRASI RAKYAT
40,7
14,8
11,1
2,6
10,3
3,7
3,7
0,0
0,0
MAMPU MEMIMPIN BANGSA
25,6
15,4
28,2
5,7
4,9
2,6
10,3
2,6
0,0
VISI DAN MISINYA JELAS
18,4
34,2
15,8
10,5
5,3
5,3
2,6
0,0
0,0
PARTAI YANG DIKENAL
35,1
40,5
8,1
6,6
3,3
6,6
0,0
0,0
0,0
PARTAI ISLAM
0,0
2,9
0,0
64,7
11,8
11,8
2,9
2,9
0,0
PARTAI YANG BERPENGALAMAN
30,0
40,0
13,3
14,8
9,3
0,0
0,0
0,0
3,3
PARTAI NASIONALIS
64,3
21,4
14,3
5,4
0,0
2,7
8,1
0,0
0,0
Dari distribusi pilihan terlihat bahwa PDIP dipilih karena unggul dialasan peduli/dekat dengan rakyat, jujur dan tidak KKN, dekat dengan pengurus/anggotanya, memperjuangkan aspirasi rakyat, partai yang dikenal, dan partai nasionalis. Demokrat dipilih karena unggul dialasan mampu memimpin bangsa. Golkar karena partai yang berpengalaman. PKB karena partai Islam 19
DISTRIBUSI PEMILIH PARTAI POLITIK BERDASARKAN KEPUASAN TERHADAP KINERJA PRESIDEN SBY (%) KEPUASAN TERHADAP KINERJA PRESIDEN SBY 60,5
36,3
3,2
S1
PUAS
TIDAK PUAS
TIDAK TAHU / TIDAK JAWAB
DISTRIBUSI PEMILIH PARTAI POLITIK BERDASARKAN KEPUASAN TERHADAP KINERJA PRESIDEN SBY
KATEGORI
PDIP
GOLKAR
DEMOKRAT
PKB
PKS
PAN
HANURA
PPP
TT /TJ
PUAS
14,9
17,2
20,9
3,7
4,8
2,3
2,8
1,8
26,2
TIDAK PUAS
30,2
8,7
2,9
9,7
9,0
4,3
2,1
1,4
30,1
Dari distribusi pilihan terlihat bahwa pemilih yang puas terhadap kinerja Presiden SBY cenderung untuk memilih Partai Demokrat dan Partai Golkar, sedangkan yang tidak puas lebih banyak yang memilih PDIP dan partai politik lain. 20
DISTRIBUSI PILIHAN PARTAI POLITIK BERDASARKAN PILIHAN CALON PRESIDEN (%) NAMA CAPRES
%
NAMA CAPRES
%
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
30,4
AMIEN RAIS
4,3
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
20,7
PRABOWO SUBIANTO
1,8
WIRANTO
9,3
SUTIYOSO
1,3
SRI SULTAN HB X
8,8
M. JUSUF KALLA
1,1
ABDURRAHMAN WAHID
6,0
TIDAK TAHU / TIDAK JAWAB
11,7
HIDAYAT NUR WAHID
4,3
KATEGORI
PDIP
GOLKAR
DEMOKRAT
PKB
PKS
PAN
HANURA
PPP
TT /TJ
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
66,3
5,8
1,1
1,9
2,7
1,1
0,5
0,8
17,3
S.B. YUDHOYONO
4,8
21,0
34,7
1,6
4,0
3,2
0,0
3,2
22,2
WIRANTO
3,6
21,6
5,4
0,0
12,6
0,9
20,7
0,0
29,7
SRI SULTAN HB X
13,3
10,5
4,8
11,4
9,5
2,9
0,0
2,9
41,9
ABDURRAHMAN WAHID
2,8
2,8
0,0
76,4
0,0
0,0
0,0
0,0
16,7
HIDAYAT NUR WAHID
1,7
8,5
10,2
6,8
45,8
3,4
0,0
1,7
22,0
AMIEN RAIS
2,0
5,9
2,0
3,9
11,8
41,2
0,0
3,9
25,5
PRABOWO SUBIANTO
0,0
14,3
9,5
0,0
19,0
0,0
4,8
0,0
52,4
SUTIYOSO
13,3
6,7
13,3
0,0
6,7
0,0
6,7
0,0
53,3
M. JUSUF KALLA
7,7
61,5
0,0
0,0
7,7
0,0
0,0
0,0
7,7
Dari distribusi pilihan terlihat bahwa pemilih Megawati lebih banyak akan memilih PDIP; pemilih SBY lebih banyak akan memilih Demokrat. Yang menarik pemilih Sri Sultan HB X lebih banyak akan memilih PDIP.
21
DISTRIBUSI PILIHAN CALON PRESIDEN BERDASARKAN PARTAI POLITIK PILIHAN (%)
GUS DUR
AMIEN RAIS
HIDAYAT N.W.
JK
MEGAWATI
PRABOWO
SRI SULTAN
SBY
SUTIYOSO
WIRANTO
TT /TJ
PDIP
0,7
0,3
0,3
0,3
84,6
0,0
4,9
4,2
0,7
1,4
2,4
GOLKAR
1,4
2,1
3,5
5,6
14,6
2,1
7,6
36,1
0,7
16,7
9,7
DEMOKRAT
0,0
0,9
5,2
0,0
3,5
1,7
4,3
74,8
1,7
5,2
2,6
PKB
61,8
2,2
4,5
0,0
7,9
0,0
13,5
4,5
0,0
0,0
5,6
PKS
0,0
6,7
30,3
1,1
11,2
4,5
11,2
11,2
1,1
15,7
6,7
PAN
0,0
50,0
4,8
0,0
9,5
0,0
7,1
19,0
0,0
2,4
7,1
HANURA
0,0
0,0
0,0
0,0
7,4
3,7
0,0
0,0
3,7
85,2
0,0
PPP
0,0
10,5
5,3
0,0
15,8
0,0
15,8
42,1
0,0
0,0
10,5
KATEGORI
Dari pilihan partai politik terlihat bahwa pemilih PDIP lebih banyak memilih capres untuk Megawati, sedangkan pemilih Golkar, Demokrat, dan PPP lebih banyak akan memilih SBY. Pemilih PKB lebih banyak memilih Gus Dur; pemilih PAN lebih banyak memilih Amien Rais; dan pemilih Hanura lebih banyak memilih Wiranto.
22
RINGKASAN BAGIAN DUA [1] •
Jika pemilu 2009 dilaksanakan pada hari ini, maka pemenang pemilu adalah PDIP (23,8%). Disusul Golkar (12,0%), Demokrat (9,6%), PKB (7,4%) bersama PKS (7,4%), PAN (3,5%), Hanura (2,3%), dan PPP (1,6%).
•
Dibanding data 2007, PDIP sedikit menurun. Golkar dan PD mengalami penurunan. Juga PPP. Partai yang naik PKS. Partai baru yang potensial menyodok, sementara baru Hanura. Partai yang sudah memenuhi syarat parliamentary threshold 2,5% (untuk mendapat kursi di DPR pusat) baru 6: PDIP, Golkar, Demokrat, PKB, PKS, dan PAN.
•
Peluang bagi partai baru untuk mendulang suara masih terbuka karena dua alasan: (1) Masih ada 29,4% pemilih yang masih mengambang; (2) Hanya sekitar 24 persen pemilih saat ini merupakan pemilih loyal (merasa dekat dengan partai tertentu). Sisanya (76%) bisa lari ke mana saja karena tidak memiliki ikatan emosional yang kuat pada partai tertentu yang nota bene adalah partai-partai lama. 23
RINGKASAN BAGIAN DUA [2] •
Apa saja alasan orang Indonesia memilih partai? Ternyata alasan tertinggi adalah peduli/dekat dengan rakyat (34,2%). Disusul jujur dan tidak KKN (10,8%) dan dekat dengan pengurusnya (7,2%). Hal ini penting diketahui parpol agar dalam berkampanye dapat menyesuaikan dengan aspirasi masyarakat.
•
Dukungan bagi beberapa partai masih terkait kepuasan terhadap pemerintahan SBY. Yang puas cenderung ke Demokrat dan Golkar. Yang tidak puas ke PDIP dan beberapa parpol lain. Pesannya adalah jika PD dan Golkar ingin suaranya membaik maka kinerja pemerintahan SBY-JK harus dianggap memuaskan oleh mayoritas publik.
•
Dukungan partai juga tampaknya terkait dengan pilihan capres. Mayoritas pemilih Megawati, memilih PDIP. Mayoritas pemilih SBY memilih PD, dst. Tampaknya variabel figur tokoh nasional masih merupakan faktor penting dalam menarik dukungan pada partai. Lihat data pilihan partai (8 besar) untuk 10 capres dan data pilihan capres (10 nama) untuk pemilih 8 partai besar berdasar hasil survei ini.
24
BAGIAN TIGA: Dukungan Terhadap Partai Islam Versus Partai Nasionalis Sekuler
25
APAKAH PARTAI ISLAM? (PERTANYAAN TERBUKA) (%) Apa yang B/I/S pahami jika saya menyebut PARTAI ISLAM? Bisakah B/I/S jelaskan dalam pengertian B/I/S yang dimaksud dengan partai Islam?................................................................
KATEGORI
%
PARTAI YANG BERASASKAN SYARIAT ISLAM
28,3
PARTAI YANG MAYORITAS PEMILIHNYA ADALAH UMAT ISLAM
24,2
PARTAI YANG DIDIRIKAN OLEH ORGANISASI ISLAM
15,8
PARTAI YANG SELURUH PENGURUSNYA ADALAH ORANG ISLAM
5,8
PARTAI YANG MENGATASNAMAKAN ISLAM
1,6
LAINNYA
6,2
TIDAK TAHU / TIDAK JAWAB
18,1
Dari pertanyaan terbuka yang diajukan tentang partai Islam, persepsi publik yang paling banyak adalah partai yang berasaskan syariat Islam, yaitu 28,3%. Disusul partai yang mayoritas pemilihnya adalah umat Islam sebesar 24,2%. 26
PARTAI ISLAM MENURUT PUBLIK UMUM (%) Dari partai-partai berikut, mana yang menurut B/I/S paling bisa disebut sebagai PARTAI ISLAM? (Untuk pewawancara: bacakan satu per satu nama partai Jawaban bisa lebih dari satu). [Multiple Responses]
40,8%
PPP 35,9%
PKB PKS
34,1%
PAN
23,6% 22,9%
PPNUI 17,3%
PKNU 8,2%
PBB
5,1%
PBR PMB TIDAK TAHU/ TIDAK JAWAB
0,3% 15,4%
Ketika diajukan seluruh partai di Indonesia yang paling dapat disebut sebagai partai Islam, partai yang paling banyak disebut adalah PPP sebesar 40,8%, disusul PKB (35,9%), PKS (34,1%), PAN (23,6%), PPNUI (22,9%), dan PKNU (17,3%).
27
DINAMIKA PARTAI BERBASIS SOSIAL ISLAM VERSUS PARTAI NASIONALIS 1955, 1999, 2004, 2008 (%) 70
62,3
59,5
60 50
51,7 43,7
36,8
40
48,9
38,1
30 21,1
20 10 0 1955
1999 PARTAI BERBASIS SOSIAL ISLAM
2004
2008
PARTAI NASIONALIS
Sumber: -Data 1955, 1999, 2004 (KPU) -Juni 2008 (Indo Barometer. Catatan data Juni 2008 masih terdapat suara mengambang atau belum menentukan pilihan sebesar 29,4%) 28
DINAMIKA PARTAI BERASAS ISLAM VERSUS PARTAI NASIONALIS 1955, 1999, 2004, 2008 (%) 62,3
70
59,5
60 50 40
51,7
48,9
43,7
30
21,1 17,0
20
9,9
10 0 1955
1999 PARTAI BERASAS ISLAM
2004
2008
PARTAI NASIONALIS
Sumber: -Data 1955, 1999, 2004 (KPU) -Juni 2008 (Indo Barometer. Catatan data Juni 2008 masih terdapat suara mengambang atau belum menentukan pilihan sebesar 29,4%) 29
PARTAI ISLAM BERGABUNG (%) TINGKAT PERSETUJUAN Di kalangan masyarakat sempat muncul usulan agar berbagai partai Islam yang ada saat ini bergabung menjadi SATU PARTAI. Apakah B/I/S sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju?
TINGKAT KEYAKINAN Di kalangan masyarakat sempat muncul usulan agar berbagai partai Islam yang ada saat ini bergabung menjadi SATU PARTAI. Seberapa yakin B/I/S rencana menggabungkan partai-partai yang menamakan diri Partai Islam akan benar-benar bisa diwujudkan? Apakah B/I/S sangat yakin, cukup yakin, kurang yakin atau tidak yakin sama sekali?
74,2
43,3 32,1 24,6
17,8 8,0
SETUJU
TIDAK SETUJU
TIDAK TAHU / TIDAK JAWAB
YAKIN
TIDAK YAKIN
TIDAK TAHU / TIDAK JAWAB
Mayoritas (74,2%) publik setuju jika partai-partai Islam yang ada di Indonesia bergabung menjadi satu partai. Namun sebagian besar (43,3%) tidak yakin jika partai Islam dapat bergabung menjadi satu. 30
PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PARTAI ISLAM (%) Di kalangan masyarakat, ada sejumlah pendapat mengenai keberadaan PARTAI yang menyebut diri sebagai PARTAI ISLAM. Saya akan bacakan beberapa pandangan mengenai PARTAI ISLAM tersebut. Apakah pandangan ini menurut B/I/S benar atau salah?
YA, BENAR. MEMANG SEPERTI ITU
TIDAK BENAR, TIDAK SEPERTI ITU
TT / TJ
TIDAK ADA BEDANYA ANTARA PARTAI ISLAM DENGAN PARTAI LAIN
43,3
34,7
22,0
PERILAKU ELIT / PENGURUS DARI PARTAI ISLAM SAMA DENGAN PARTAI LAIN YANG BUKAN DARI PARTAI ISLAM
34,8
31,3
33,9
KATEGORI
Persepsi terhadap partai Islam adalah tidak ada bedanya antara partai Islam dengan partai lain dinyatakan benar seperti itu oleh publik sebesar 43,3%, dan perilaku elit / pengurus dari partai Islam sama dengan partai lain yang bukan dari partai Islam dinyatakan benar seperti itu sebesar 34,8%.
31
PENERIMAAN PUBLIK TERHADAP KEMENANGAN PARTAI POLITIK (%) Apakah B/I/S dapat atau tidak dapat menerima jikalau dalam Pemilu Legislatif 2009 yang MENANG adalah Partai Politik berikut ini?
DAPAT MENERIMA
TIDAK DAPAT MENERIMA
TT / TJ
PDIP
77,8
11,8
10,5
PARTAI GOLKAR
68,1
19,3
12,7
PARTAI DEMOKRAT
68,0
17,7
14,3
PAN
69,5
15,8
14,7
PKS
74,3
11,1
14,7
PKB
67,3
17,7
15,1
PPP
68,8
16,6
14,7
PARTAI POLITIK
Tingkat penerimaan publik terhadap partai manapun yang menang pemilu, baik partai nasionalis maupun partai Islam, sama besar.
32
RINGKASAN BAGIAN TIGA [1] •
Dalam konstelasi politik Indonesia, polarisasi partai politik yang paling menonjol adalah antara partai Islam dan partai nasionalis. Ada macam-macam definisi tentang partai Islam. Dalam dunia akademik, biasanya definisi partai Islam itu dibagi menjadi tiga. Pertama, partai yang menganut asas Islam (dan tentu basis massanya adalah Islam) seperti PPP, PKS, PBB, dan PBR. Kedua, partai yang tidak menganut asas Islam tapi berbasis massa Islam seperti PKB dan PAN.
•
Ketiga, definisi yang tidak memisahkan keduanya. Artinya yang disebut partai Islam mencakup baik yang berasas Islam maupun tidak berasas Islam namun berbasis massa Islam. Lantas, bagaimana publik Indonesia memaknai partai Islam? Apa definisi partai Islam menurut publik Indonesia?
•
Survei Indo Barometer mengajukan pertanyaan terbuka kepada publik Indonesia tentang pengertian dari partai Islam. Ternyata jawaban tertinggi adalah partai yang berasaskan Islam (28,3%); partai yang mayoritas pemilihnya Islam (24,2%), partai yang didirikan ormas Islam (15,8%), dan partai yang pengurusnya seluruhnya orang Islam (5,8%)
•
Di Indonesia sekarang ini ada banyak partai Islam . Partai mana yang dipersepsi publik umum sebagai partai Islam? Ternyata partai yang paling tepat disebut sebagai partai Islam adalah PPP (40,8%), disusul oleh PKB (35,9%), PKS (34,1%), PAN (23,6%), dan PBB (8,2%) 33
RINGKASAN BAGIAN TIGA [2] •
Meskipun PPP merupakan partai dengan citra parpol Islam terkuat, ternyata PPP bukan partai Islam dengan dukungan terbesar, baik di antara semua parpol (termasuk yang nasionalis), maupun di antara parpol Islam itu sendiri (baik parpol yang berasaskan Islam atau pun berbasis massa Islam). Seperti dipaparkan di depan, posisi PPP di antara semua partai kini no.8 dan di antara sesama partai Islam hanya no. 4 (setelah PKB, PKS, dan PAN).
•
Menuju pemilu 2009, tantangan partai-partai Islam ada dua. Tantangan pertama adalah seberapa jauh partai Islam mampu bersaing dengan partai nasionalis. Tantangan kedua, sejauh mana partai Islam bisa mengejar mitos Masyumi sebagai eks partai Islam dengan pencapaian suara tertinggi.
•
Untuk tantangan pertama, untuk sementara situasi belum berubah banyak dari pemilu demokratis sebelumnya (1955, 1999 dan 2004). Gabungan perolehan suara partai Islam masih kalah dengan perolehan partai nasionalis. Apalagi kalau dibandingkan antara perolehan suara partai yang khusus berasas Islam dengan partai nasionalis.
•
Untuk tantangan kedua, prestasi Masyumi tahun 1955 belum tersaingi oleh parpol Islam dalam semua pemilu demokratis, baik dari segi persentase suara maupun dari segi ranking. Perolehan Masyumi tahun 1955 adalah 20,59%. Perolehan suara partai Islam tertinggi tahun 1999 adalah PKB dengan 12%. Tahun 2004, kembali PKB dengan 10% dan Juni 2008 PKB dan PKS masing-masing dengan 7,4%. Akan menjadi menarik untuk melihat apakah ada partai Islam yang akan mampu meruntuhkan ”mitos” Masyumi? Partai manakah itu? 34
RINGKASAN BAGIAN TIGA [3] •
Dari segi ranking, posisi Masyumi tahun 1955 adalan nomor 2. PKB tahun 1999 dan 2004 nomor 3 (dibawah PDIP dan Golkar tahun 1999. Di bawah Golkar dan PDIP di tahun 2004). Juni 2008, partai Islam justru melorot ke posisi 4 (diduduki bersama PKB dan PKS masingmasing dengan 7,4% suara). Meski demikian, bila suara Golkar dan PD terus melorot, serta konflik PKB tak kunjung selesai dan kenaikan suara PKS berlanjut, ada peluang bagi PKS untuk meloncat ke posisi 3 atau 2 besar.
•
Salah satu cara agar partai Islam bisa langsung meloncat ke no. 1 atau no.2 adalah dengan bergabung menjadi partai Islam tunggal. Ini mungkin karena gabungan suara partai Islam (Juni 2008) adalah 21,1% atau lebih besar dari pada suara Golkar yang sementara 12% dan hanya berselisih tipis dengan PDIP yang 23,8%. Masalahnya elit politik partai Islam sulit bersatu seperti dinyatakan sendiri berbagai tokoh partai Islam yang berkumpul dalam sebuah seminar tentang partai Islam baru-baru ini (3 Juli 2008). Padahal publik setuju partai Islam bergabung meski mereka tidak yakin ini bisa dilakukan
•
Pendirian partai Islam, selain didasarkan pada ideologi politik tertentu, juga didasari asumsi bahwa ada segmen masyarakat yang melihat partai Islam sebagai entitas yang berbeda dibandingkan partai nasionalis. Makin berbeda dan lebih baik dibanding partai nasionalis, semakin besar peluang partai Islam untuk dipilih. Masalahnya ternyata partai Islam dipersepsi tidak terlalu berbeda dengan partai nasionalis baik dalam hal partai maupun perilaku elit/pengurusnya.
•
Tidak kalah menarik adalah tingkat penerimaan publik umum Indonesia yang hampir sama terhadap partai manapun yang menang pemilu lepas dari latar belakang atau labelnya, baik partai Islam maupun nasionalis.
35
RINGKASAN BAGIAN TIGA [4] •
Selain diikuti oleh 16 parpol lama eks pemilu 2004, pemilu 2009 akan diikuti oleh 18 parpol baru (termasuk 6 partai lokal yang khusus berkiprah di Aceh). Informasi tentang prospek parpol baru ini penting karena setidaknya 2 hal: Pertama, untuk membaca konstelasi kekuatan di DPR/DPRD dan; Kedua, melihat parpol baru mana yang potensial mengajukan calon presiden (lepas dari berapa persen syarat suara partai seperti diatur UU Pilpres yang baru nanti).
•
Indonesia punya pengalaman menarik dengan partai baru. Misalnya PD yang baru didirikan tahun 2002 pada pemilu 2004 langsung meraih 7,5% suara dan duduk di lima besar. Apakah pengalaman PD bisa terulang di pemilu 2009? Jawaban lebih pasti harus menunggu survei di awal tahun 2009, namun untuk sementara, dari semua parpol baru, yang paling prospektif adalah Hanura dengan perolehan 2,3% suara dan menduduki peringkat 7 besar di antara semua parpol yang ada.
•
Untuk partai baru (khususnya 5 partai, yakni Hanura, Partai Demokrasi Pembaruan, Partai Matahari Bangsa, Partai Kebangkitan Nasional Ulama dan Partai Gerakan Rakyat Indonesia) , saat ini Hanura menduduki peringkat 1 untuk dukungan.
•
Peluang Hanura dan partai baru untuk meraih dukungan masih cukup terbuka karena waktunya masih sekitar 8 bulan dan pemilih Indonesia cair. Indikasinya ada dua: pertama, yang belum memutuskan ada sekitar 29%. Kedua, yang merasa dekat dengan partai tertentu (pemilih loyal) hanya sekitar 24,3%. Yang tidak merasa dekat dengan partai tertentu (sekitar 69,0%) adalah mereka yang rentan berpindah partai.
36
BAGIAN EMPAT: Skenario Pemerintahan Indonesia 2009 - 2014
37
PENGANTAR SKENARIO •
Sistem pemerintahan Indonesia saat ini adalah presidensialisme dengan multi partai ekstrim. Rakyat memilih partai dan anggota parlemen dalam pemilu legislatif dan memilih pasangan presidenwakil presiden secara langsung. Pemilu itu diselenggarakan dengan harapan dapat menghasilkan pemerintah yang legitimate dan mampu menjalankan pemerintahan dengan baik. Hasil pemilu yang berbeda, akan menghasilkan kelebihan dan kekurangan yang inheren pada diri masing-masing.
•
Karena pemilu 2009 masih cukup lama, masih banyak sekali skenario politik yang bisa terjadi ke depan. Namun berdasarkan hasil survei terbaru Indo Barometer Juni 2008, maupun pola dari hasil-hasil survei sebelumnya selama 4 tahun terakhir ini, berikut 4 skenario yang untuk sementara paling mungkin terjadi.
38
SKENARIO 1 Pemenang Pemilu Legislatif: PDIP Pemenang Pilpres: Megawati •
Berdasar data survei Indo Barometer Juni 2008, inilah skenario yang sekarang terjadi. Dalam survei IB, PDIP menduduki peringkat pertama dengan 23,8% dan Megawati juga nomor satu dengan dukungan 30,9% (10 nama calon). Sebagai catatan, semenjak 2007 PDIP telah bertahan sebagai parpol terkuat. Sementara Megawati baru kali ini menjadi nomor satu, sebelumnya selalu diduduki SBY.
•
Kekuatan: Kemenangan PDIP dan Megawati akan menghasilkan ”unified government” (pemerintahan yang satu) karena pemenang pemilu legislatif dan presiden datang dari partai yang sama. Hal ini berpotensi membuat pemerintahan yang lebih stabil meski tergantung persentase kekuatan PDIP di parlemen dan pola kepemimpinan Megawati.
•
Kelemahan: Karena DPR dan Istana dikuasai oleh partai yang sama, mekanisme ”checks and balances” menjadi lebih lemah. Namun ini bisa diatasi apabila ada sejumlah partai yang bersedia tidak masuk kabinet dan membentuk ”blok oposisi” yang cukup besar sehingga mampu memberikan kontrol politik yang cukup kuat.
39
SKENARIO 2 Pemenang Pemilu Legislatif: PDIP Pemenang Pilpres: SBY •
Skenario ini terjadi bila PDIP ”survive” sebagai parpol pemenang pemilu 2009 dan SBY berhasil memulihkan popularitas dirinya yang sekarang anjlok. Meskipun sekarang mungkin lebih berat, data survei tahun 2005-2006 menunjukkan SBY pernah melakukan ”recovery” popularitas dirinya. Pasca kenaikan BBM tahun 2005, kepuasan terhadap pemerintahan SBY turun namun naik kembali pada tahun 2006.
•
Kekuatan: Kemenangan PDIP dan SBY akan menghasilkan kontrol politik yang lebih kuat oleh parlemen terhadap pemerintahan dibanding periode 2004-2009 karena kali ini PDIP menjadi fraksi terbesar dan mungkin menjadi pucuk pimpinan di DPR.
•
Kelemahan: Karena DPR dan Istana dikuasai oleh partai yang berbeda, akan tercipta ”divided government” (pemerintahan terbelah) dengan oposisi politik yang lebih keras dibanding periode 2004-2009 karena kini PDIP nomor 1 di DPR. Di satu sisi ini baik karena bisa memperkuat kontrol, di sisi lain bisa melahirkan pemerintahan yang lemah karena tidak mampu eksekusi. Ini dengan catatan wewenang DPR masih besar dan PDIP berhasil membangun blok oposisi yang cukup besar. 40
SKENARIO 3 Pemenang Pemilu Legislatif: Golkar Pemenang Pilpres: Megawati •
Skenario ini terjadi bila Golkar melakukan aneka terobosan politik yang membuat mereka kembali menjadi partai terkuat seperti pemilu 2004. Namun capres terkuat tetap Megawati dan bukan SBY atau Jusuf Kalla. Ada dua sub-skenario untuk skenario 3 ini: (A) Megawati berpasangan dengan calon wapres dari Golkar; (B) Megawati berpasangan dengan calon wapres non-Golkar.
•
Kekuatan sub skenario A: Kombinasi ini melahirkan ”semi-divided government” namun karena wapres dari Golkar maka stabilitas pemerintahan akan sangat terjaga karena partai presiden dan wapres menguasai kursi terbesar nomor 1 dan nomor 2 di parlemen. Tapi ini dengan syarat presiden dan wapres kompak dan wapres memegang kendali partai di parlemen.
•
Kelemahan sub skenario A: Mekanisme ”checks and balances” menjadi sangat lemah karena istana dan parlemen dikuasai oleh blok politik yang sama. Apalagi jika PDIP dan Golkar mengajak beberapa partai lain sehingga menjadi sangat dominan di Senayan.
•
Kekuatan sub skenario B: Kombinasi ini melahirkan juga melahirkan ”divided government” namun cukup berimbang karena Golkar menguasai Senayan dan PDIP menguasai Istana. Politik akan cukup dinamis namun pemerintah tetap bisa eksekusi sejauh mampu membangun koalisi yang cukup besar di parlemen dan di kabinet.
•
Kelemahan sub skenario B: Jika Golkar ikut ditarik dalam kabinet (plus semua parpol lain) maka DPR akan sangat melempem karena semua partai menjadi bagian dari pemerintah. 41
SKENARIO 4 Pemenang Pemilu Legislatif: Golkar Pemenang Pilpres: SBY •
Ini terjadi apabila Golkar dan SBY sama-sama dapat memulihkan kekuatannya sementara PDIP dan Megawati anjok di tengah jalan. Jika ini yang terjadi maka potret politik Indonesia 2009-2014 kemungkinan mirip seperti periode 2004-2009.
•
Kekuatan: Terjadi ”semi divided government” di mana partai pemenang pemilu legislatif dan pilpres berbeda namun ketua partai pemenang pemilu legislatif menjadi bagian dari pemerintahan (misalnya sebagai wapres). Secara teoritis pemerintahan cukup kuat karena partai pemenang pemilu menjadi bagian dari pemerintahan.
•
Kelemahan: Posisi wapres yang partainya lebih besar daripada partai presiden di parlemen akan membuat wapres memiliki ”bargaining position” yang kuat terhadap presiden dan jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa menimbulkan tarik menarik dan masalah koordinasi serta pembagian tugas dengan presiden.
42
TERIMA KASIH INDO BAROMETER Jl. Cikatomas I No. 29, Kebayoran Baru, Jakarta 12180 Telp: 021 - 7260588 (Hunting) Fax: 021 – 7248573 Website: www.indobarometer.com
43