Laporan Sementarapkl Icil - Revisi.docx

  • Uploaded by: Ariq Suprangga
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Sementarapkl Icil - Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,568
  • Pages: 8
IV MANAJEMEN PEMBELIAN DALAM UPAYA PENGADAAN DOC IMPOR DI PT KARYA INDAH PERTIWI UNIT GUNUNG TANJUNG, TASIKMALAYA Oleh : Prisilia Giovanie Dj. Sinulingga 200110160289

4.1

Abstrak

Perkembangan produksi ayam ras pedaging di Indonesia merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam. Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan pembibitan (Breeding Farm) yang memproduksi berbagai jenis strain seperti Cobb, Hybro, Lohmann dan Hubbard. PT Karya Indah Pertiwi merupakan salah satu perusahaan pembibitan di Indonesia yang memproduksi strain Hubbard. Strain ini di impor langsung dari negara Belanda dengan perjanjian pembayaran yang dilakukan setelah DOC berumur 7 hari (1 minggu). Masa percobaan ini dilakukan sebagai strategi pembelian dalam pengadaan DOC impor sebagai bibit Grand Parent Stock yang akan didistribusikan. Harga DOC yang akan dibayarkan oleh perusahaan adalah €27 atau setara dengan Rp 15.835. Kata kunci : strategi pembelian, DOC impor, harga DOC 4.2

Pendahuluan Ayam broiler atau ayam ras pedaging adalah jenis ras unggulan hasil

persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Daging ayam hasil persilangan ini mulai diperkenalkan di dunia pada tahun 1930an dan menjadi populer pada 1960an. Ayam ras pedaging memiliki mutu genetik yang baik (strain), hal ini terlihat saat ayam tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung berupa pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, dan perawatan kesehatan serta pencegahan penyakit.

Periode pengembangan peternakan ayam ras dimulai pada tahun 1961 1970, dimana impor bibit ayam secara komersial mulai digalakkan pada tahun 1967. Saat itu, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kehewanan Departemen Pertanian menyusun program Bimas Ayam dengan tujuan memasyarakatkan ayam ras kepada peternak unggas. Pada saat itu daging semakin sulit didapatkan sehingga diharapkan program ini dapat meningkatkan konsumsi protein hewani. Pada periode 1971 - 1980, permintaan penduduk terhadap ayam ras pedaging meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan. PT Karya Indah Pertiwi sebagai salah satu perusahaan pembibitan di Indonesia yang memilih strain Hubbard untuk dibudidayakan diharuskan untuk membeli bibit DOC yang diimpor langsung dari negara asalnya yaitu Belanda. Pembelian bibit ini pertama kali dikelola oleh Bapak Suryo yang pernah bekerja di PT Charoen Pokphan sebagai divisi Hatchery (penetasan). Dalam pembeliannya PT Karya Indah Pertiwi memaksimalkan konsep Procurement (pengadaan) dan Purchasing (pembelian). Kedua konsep tersebut digunakan untuk mendapatkan bibit yang layak dan sesuai dengan standar kebutuhan GPS di Indonesia. Manajemen pembelian mencangkup beberapa manajemen lain seperti manajemen kontrak dan manajemen pengadaan. Manajemen pembelian bibit DOC impor pada PT Karya Indah Pertiwi akan dibahas dalam laporan ini. 4.3

Tujuan 1) Mengetahui manajemen pembelian bibit DOC impor yang dilakukan PT. KIP 2) Mengetahui manajemen kontrak dalam pembelian bibit DOC impor yang dilakukan PT KIP 3) Mengetahui isi kontrak (perjanjian) dalam pembelian bibit DOC impor dengan perusahaan asing (Supplier) DOC strain Hubbard yang dilakukan PT KIP

4.4

Metode Pengamatan 1) Wawancara dan diskusi Melakukan diskusi bersama manager farm, anak kandang, dan pengawas yang berada di PT KIP Unit Gunung Tanjung. 2) Pengambilan data Mengambil data berdasarkan data rekording di perusahaan tersbut.

4.5

Hasil dan Pembahasan

4.5.1

Manajemen Pembelian (Purchasing) DOC Impor Pembelian DOC impor yang dilakukan oleh PT Karya Indah Pertiwi

didasari oleh kebijakan pemerintah Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 59/M-DAG/PER/8/2016 Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Hewan dan Produk Hewan. Kebijakan pemerintah untuk mengimpor ternak adalah

untuk mengimplementasikan kebijakan ekonomi jilid IX pada masa

pemerintahan Presiden Joko Widodo yang salah satunya menyebutkan kebijakan mengenai stabilisasi pasokan daging dan harga daging. Produksi daging dalam negeri tahun 2010 sebesar 2.365.670 ton dipenuhi dari ayam potong sebanyak 51 persen dan konsumsi daging sebesar 7,75 kg/kapita/tahun dipenuhi dari daging ayam sebanyak 49 persen (Sutawi, 2012). Di Indonesia, usaha peternakan ayam ras pedaging menghadapi permasalahan yang dapat berpengaruh terhadap eksistensi dan daya saing. Beberapa permasalahan tersebut adalah ketergantungan impor terutama bahan pakan ternak dan DOC impor (Saptana dan Rusastra, 2001). Masalah tersebut masih menjadi kelemahan dalam peternakan di Indonesia, karena perusahan pembibitan diharuskan untuk membeli bibit DOC impor secara kontinyu. Seperti yang dilakukan oleh PT Karya Indah Pertiwi yang harus mengimpor langsung bibit DOC Hubbard dari negara asalnya yaitu Belanda.

Pada tanggal 14 Desember 2018, PT KIP menerima 13.776 DOC Hubbard yang terdiri atas : Tabel 1. Jumlah Bibit DOC Impor Pengiriman 1 PT KIP Line

Jumlah

Extra

⸳⸳⸳⸳ekor⸳⸳⸳⸳

⸳⸳⸳⸳ekor⸳⸳⸳⸳

D Line

7.500

300

C Line

2.535

101

B Line

2.400

96

A Line

811

32

Total

13.246

530

Total DOC

13.776 ekor

Pembelian DOC ini didasari oleh kebijakan pemerintah yang telah mengatur jumlah DOC GPS (Grand Parent Stock) impor yang diperbolehkan setiap perusahaan untuk menstabilkan jumlah DOC PS (Parent Stock) yang akan dipasarkan/didistribusikan ke konsumen maupun peternak lainnya. PT KIP menerima 2 kali pengiriman DOC impor yang dilakukan oleh Avigen sebagai distributor. Pengiriman ini mencangkup Line A (Male Line Male Grandparents), Line B (Female Line Male Grandparents), Line C (Male Line Female Grandparents), dan Line D (Female Line Female Grandparents). Keempat line ini akan menghasilkan atau memproduksi DOC PS yang kemudian akan didistribusikan sebagai hasil produksi dari PT KIP. 4.5.2

Manajemen Kontrak Manajemen kontrak yang dilakukan oleh PT Karya Indah Pertiwi dilakukan

dengan 2 tahap yaitu : a. Tahap 1 : Pemasok DOC mengirimkan DOC impor strain Hubbard dari Belanda dengan jumlah tertentu melalui pesawat argo. b. Tahap 2 : DOC yang telah sampai di Bandara Soekarna Hatta (Jakarta) langsung dikirimkan dengan menggunakan truk ke peternakan

kemudian dihitung jumlah DOC yang masih memenuhi standar (tanpa cacat) dan masih hidup. c. Tahap 3 : DOC yang masih memenuhi standar kemudian ditempatkan di kandang 1 sebagai kandang produksi pertama di PT. KIP sesuai dengan line-nya. d. Tahap 4 : Setelah 1 minggu (7 hari) pemeliharaan, DOC yang masih hidup dan memenuhi standar budidaya dihitung jumlahnya untuk diklaim kepada pihak distributor, 1 ekor DOC line B dan line D dihargai dengan €27 atau setara dengan Rp 427.545 sedangkan DOC line A dan C tidak dibayar. e. Tahap 5 : Jumlah DOC yang sudah diketahui akan didata oleh Pak Rianto, S.Pt sebagai Kepala Kandang PT KIP Unit Gunung Tanjung dan akan dikirimkan melalui e-mail ke Pak Suryo sebagai Penanggung Jawab Distributor DOC. f. Tahap 6 : Pembayaran akan dilakukan langsung oleh PT KIP dengan mengalikan jumlah DOC dan harga yang telah disepakati. Selama masa pemeliharaan, DOC yang mati setiap harinya dikalkulasikan untuk mendapatkan data yang akurat. Pemeliharaan yang intensif tentunya sangat berpengaruh terhadap masa-masa kritis ini. Berbagai faktor seperti perkandangan, pakan, air minum, suhu kandang, peralatan kandang, dan manajemen ketenagakerjaan sangat mendukung dalam masa ini. Sesuai dengan hasil wawancara dan data yang diterima, dapat diketahui bahwa pada pengiriman pertama PT KIP sebanyak 13.776 ekor DOC telah diklaim sebanyak 2.144 ekor yang mati atau pun tidak memenuhi standar pemeliharaan budidaya). Jumlah ini akan menjadi patokan dalam perhitungan biaya produksi yang harus dikeluarkan PT KIP.

Berdasarkan data tersebut, maka total yang harus dibayarkan oleh PT Karya Indah Pertiwi adalah : 

Jumlah DOC = Jumlah DOC line B dan D yang tiba (tanpa extra) – DOC yang mati = 9.900 – 2.144 = 7.756 ekor



Jumlah yang harus dibayar PT KIP = Jumlah DOC x Biaya yang disepakati = 7.756 ekor x Rp 427.545 = Rp 3.316.039.020

4.5.3

Isi Kontrak/ Perjanjian PT Karya Indah Pertiwi unit Gunung Tanjung bekerjasama dengan pihak

Avigen dalam menyediakan DOC impor untuk dibudidayakan sebagai Grand Parent Stock di Unit Gunung Tanjung, Tasikmalaya. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa isi kontrak (perjanjian) mengenai manajemen pembelian DOC yaitu : (1) DOC strain Hubbard yang akan dibayar oleh PT KIP kepada pihak Avigen merupakan DOC Line B dan D (Betina) saja tanpa dihitung extra / bonus. (2) Jumlah DOC yang diklaim (mati, cacat, hilang) akan dikalkulasikan oleh Kepala Kandang dan kemudian disampaikan kepada Pak Suryo sebagai pihak yang bertanggungjawab melalui e-mail dengan pengecekan terlebih dahulu. (3) Klaim DOC berjangka waktu 7 hari sejak DOC tiba di Peternakan PT KIP Unit Gunung Tanjung, lewat masa itu tidak diterima lagi. (4) Harga bibit DOC strain Hubbard yang telah disepakati adalah €27 atau setara dengan Rp 427.545 dan apabila terjadi kenaikan/penurunan fluks mata uang tetap akan distandarisasi dengan mata uang € (euro).

4.6

Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan : 1) PT Karya Indah Pertiwi melakukan manajemen pembelian (purchasing) bibit DOC impor yang bekerjasama dengan Aviagen sebagai distributor. Pembelian ini telah melalui serangkaian tahap yang telah disepakati kedua pihak. 2) Manajemen kontrak yang dilakukan melalui 6 tahap, yaitu : kedatangan DOC, kalkulasi jumlah DOC pertama, penempatan DOC, kalkulasi jumlah DOC kedua, klaim, pembayaran. Manajemen ini dilaksanakan oleh Kepala Kandang yaitu Bapak Arianto, S.Pt yang bekerjasama dengan Pak Suryo dari pihak Aviagen. 3) Isi kontrak atau perjanjian yang telah disepakati pihak PT KIP dan Aviagen mecangkup tatalaksana klain dan pembayaran serta harga DOC yang telah disepakati kedua pihak.

4.7

Saran Faktor pemeliharaan yang mempengaruhi selama masa kritis DOC bibit

harus sangat diperhatikan oleh kedua pihak, baik PT Karya Indah Pertiwi maupun Aviagen sebagai pihak distributor. Hal ini sangat mendukung terjalinnya kerjasama yang baik antara kedua belah pihak. Faktor tersebut antara lain jarak antar lokasi yang cukup jauh dan menempuh waktu yang sangat lama, ketersediaan peralatan dan teknologi yang mendukung selama proses pemindahan, serta peran SDM (Sumber Daya Manusia) dalam mendukung proses pemeliharaan yang stabil harus diperhatikan. 4.8

Daftar Pustaka

Sutawi. 2012. Efisiensi dan Daya Saing Agribisnis Ayam Pedaging di Kabupaten Malang Jawa Timur. Artikel. http://www.poultryindonesia. com. Edisi Juni. Saptana dan Rusastra IW. 2001. Dampak Krisis Moneter dan Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing Agribisnis Ayam Ras Pedaging di Jawa

Barat. Socio Economic of Agriculture and Agribusiness (SOCA). http://ojs.unud.ac.id/index.php/soca. 5.9

Lampiran

Gambar 1. Penerimaan DOC impor PT KIP

Gambar 2. Surat Klaim DOC impor PT KIP

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84

More Documents from "Joseph Gilbert"