LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA BLOK ALIMENTARI
Nama
: Salasatul Aisiyah
NIM
: 20130310149
Rumah Sakit
: PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I
Tanggal Kunjungan
: 30- 31 Desember 2014
1. Pengalaman Seorang pasien bernama Nur Arifin, 30 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan dada sesak selama satu bulan terakhir, sakit perut, mual, muntah, pusing, diare dan nafsu makan menurun. Dari pemeriksaan fisik didapati nyeri tekan epigastrium (+). Dokter mendiagnosa pasien mengalami dispepsia dan memberi terapi farmakologis berupa domperidon oral dan pantoprazol injeksi. 2. Masalah yang Dikaji Bagaimana mekanisme dari domperidon sehingga dapat digunakan sebagai salah satu terapi dalam dispepsia ? 3. Analisa Kritis Domperidon Domperidon merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja anti emetik. Obat ini merupakan derivat benzimidazol yang kerja terutama pada CTZ dan efek perifer di saluran cerna.
Farmakodinamik Efek antiemetik yang mungkin disebabkan oleh kombinasi dari perifer (gastrokinetic) efek dan antagonisme reseptor dopamin sentral dalam kemoreseptor trigger zone yang terletak di daerah postrema dan dianggap sebagai penghalang terluar antara darah-otak Efek perilaku dopamin jauh lebih efektif jika diberikan secara intraserebral daripada ketika diberikan secara sistemik. Domperidone intravena dan oral dapat meningkatkan
tekanan
esofagus
lebih
rendah,
meningkatkan
motilitas
antroduodenal dan mempercepat pengosongan lambung. Domperidone tidak berpengaruh pada ekskresi gastrin.
Farmakokinetik
Absorbsi
: Pada keadaan puasa, domperidone cepat diserap setelah pemberian oral dengan konsentrasi puncak plasma terjadi pada sekitar 30 sampai 60 menit. Bioavailabilitas oral yang rendah (sekitar 15%) dikarenakan metabolisme pertama lulus di dinding usus dan hati. Pasien dengan keluhan gastro-intestinal harus mengkonsumsi domperidone 15 sampai 30 menit sebelum makan.
Distribusi
: Domperidone oral tampaknya tidak menumpuk atau menginduksi metabolisme sendiri; tingkat plasma puncak setelah 90 menit dari 21 ng / mL setelah dua minggu penggunaan oral 30 mg per hari hampir sama dengan dari 18 ng / mL setelah dosis pertama. Domperidone 91-93% terikat pada protein plasma.
Metabolisme
: Domperidone mengalami metabolisme hepatik cepat dan luas oleh
hidroksilasi dan N-dealkilasi. Dalam percobaan metabolisme vitro dengan inhibitor diagnostik mengungkapkan bahwa CYP3A4 merupakan bentuk utama dari sitokrom P-450 terlibat dalam N-dealkilasi dari domperidone, sedangkan CYP3A4, CYP1A2 dan CYP2E1 terlibat dalam domperidone hidroksilasi aromatik Eliminasi
: Jumlah ekskresi urin dan feses untuk 31 dan 66%, masing-masing, dari dosis oral. Proporsi obat yang diekskresikan tidak berubah sangat kecil (10% dari ekskresi fekal dan sekitar 1% dari ekskresi urin). Waktu paruh plasma setelah dosis oral tunggal adalah 7-9 jam pada subyek sehat tetapi berkepanjangan pada pasien dengan insufisiensi ginjal berat
Indikasi a. Refluks gastrointestinal b. Pencegahan mual muntah pada diare, dispepsia, dismenorea, trauma kapitis, migren, serta terapi radiasi dan kemoterapi. c. Untuk mual dan muntah yang disebabkan oleh pemberian levodopa dan bromokriptin lebih dari 12 minggu. d. Patologi pediatrik karena kelainan fungsional (misalnya pilorospasme dan muntah siklik) maupun organik.
Kontraindikasi a. Depresi SPP
b. Tidak boleh digunakan pada serangan motilitas lambung yang dapat membahayakan seperti adanya pendarahan, obstruksi mekanik atau perforasi gastrointestinal c. Hipersensitivitas d. Penderita dengan prolaktinoma tumor hipofise yang mengeluarkan prolaktin e. Tidak dianjurkan untuk wanita hamil pada trimester pertama dan wanita menyusui f.
Tidak dianjurkan untuk mual dan muntah akut serta penggunaan jangka panjang
g. Pasien dengan intoleransi gula tertentu h. Hati-hati pemberian pada penderita penyakit hati, dan reaksi diskinesia.
Efek samping Obat ini dapat meningkatkan sekresi prolaktin sehingga menyebabkan galaktorrhoea, ginekomastia dan menimbulkan pembesaran payudara, terutama pada penggunaan yang lama. Domperidon juga dapat menurunkan dorongan seksual (libido) pada pria dan mengganggu periode menstruasi. Efek samping yang sering dilaporkan adalah mulut kering, sakit kepala, diare, ruam kulit, rasa haus, cemas dan gatal. Gejala ekstraparamidal jarang terjadi dibandingkan dengan metoklopramid.
Interaksi obat Tidak boleh diberikan bersamaan dengan obat-obat yang bersifat hepatotoksik dan penghambat monoamin oksidase.
Dosis Dewasa
: 3x 20-40mg/hari
Anak-anak
: 0,6 mg/kgBB/hari, dibagi dalam tiga dosis
Domperidon dalam Pengobatan Dispepsia Domperidon dalam pengobatan dispepsia digunakan untuk menekan gejala dari dispepsia itu sendiri yaitu mual dan muntah. Domperidon sebagai anti emetik dapat meringankan gejala dari dispepsia. 4. Dokumentasi Nama Pasien
: Nur Arifin
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 30 tahun 6 bulan 27 hari
27 Desember 2014
Dada sesak selama satu bulan terakhir, sakit perut, mual, muntah, pusing, diare dan nafsu makan menurun. Pemeriksaan Laboratorium Imunologi : Salmonella IgM Positif Lemah dengan Score 4 28 Desember 2014 Mencret lima kali dalam sehari, cair, berwarna coklat. Mual, muntah, tidak demam. Pada pemeriksaan abdomen supel, bising usus normal, nyeri tekan epigastrium (+). 29 Desember 2014 Nyeri perut. Tidak deman. Diagnosis : Thipoid dan Dispepsia 30 Desember 2014 KU membaik. Obat yang diberikan : Domperidone oral 3 x 1, Pantoprazole injeksi 2 x 1 5. Referensi
Clinical Pharmacology. P.N Bennet and M.J Brown
Farmakologi dan Terapi FK UI.
Kumpulan Kuliah Farmakologi. Staff Departemen Farmakologi FK Unsri.
Emetik dan Anti-emetik. Kuliah dr. Imaniar Ranti, M.Sc
Domperidone. Medsafe.
Domperidone : New Restriction in Use
Dokter Pembimbing
dr. Galuh Suryandari