BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dengan adanya instalasi kesehatan seperti puskesmas sangatlah membantu menjaga kesehatan masyarakat, tetapi sejalan denngan perubahan puskesmas harus mampu mengelola alat kesehatan, obat – obatan dengan baik. Dalam UU No. 36 th 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan sejahtra dari badan, jiwa yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis yang memiliki arti sehat bukan hanya sehat jasmani tetapi juga rohani. Kesehatan merupakan salah satu investasi termahal dalam hidup dan juga merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang tak ternilai harganya. Sebanyak apapun harta yang dimiliki oleh seseorang tentu tidak akan ada artinya apa bila orang tersebut tidak mempunyai tubuh yang sehat. Menjaga kesehatan itu perlu agar tubuh selalu sehat jasmani dan rohani akan tetapi tidak selamanya seseorang tersebut selalu berada dalam keadaan sehat, ada kalanya seseorang harus terjatuh sakit. Berbagai cara dilakukan agar seseorang dapat kembali menjadi sehat salah satu
cara
yang dilakukan masyarakat
pada umumnya adalah dengan
memeriksakan diri ke tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina peran serta masyarakat, memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Oleh karena itu puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Puskesmas tersebar hampir di berbagai daerah biasanya selalu ada di tiap kecamatan dengan jangkauan luas daerah operasional yang sesuai. Puskesmas menyelenggarakan upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat di terima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat di pikul oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam sarana kesehatan puskesmas, Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) Kesehatan Lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dari tingginya angka kejadian dan kunjungan penderita beberapa penyakit ke sarana pelayanan kesehatan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), TB paru, penyakit diare, malaria, demam berdarah dengue (DBD), keracunan makanan, kecacingan, serta gangguan kesehatan/keracunan karena bahan kimia dan pestisida. Tingginya kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air bersih dan jamban, meningkatnya pencemaran, kurang higienisnya cara pengelolaan makanan, rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat, serta buruknya penatalaksanaan bahan kimia dan pestisida di rumah tangga yang kurang memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Blum (1974) menyampaikan bahwa faktor lingkungan dan perilaku mempunyai pengaruh terhadap status kesehatan, di samping faktor pelayanan kesehatan dan genetik. Untuk itu cara pencegahan dan pemberantasan penyakitpenyakit tersebut harus melalui upaya perbaikan lingkungan/sanitasi dasar dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan paradigma sehat yang lebih menonjolkan aspek pencegahan dan promosi. Salah satu pendekatan yang menekankan upaya preventif dan promotif berupa perbaikan lingkungan dan perilaku adalah klinik sanitasi. Klinik sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi bukan
sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas. Dengan demikian petugas sanitasi sebagai pengelola klinik sanitasi dituntut mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam membantu menemukan masalah lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan penyakit yang banyak diderita masyarakat sehingga diharapkan mereka dapat berperan dalam upaya memutuskan rantai penularan penyakit, dan dalam jangka panjang dapat mencegah serta memberantas penyakit-penyakit berbasis lingkungan. Untuk itu dalam operasional klinik sanitasi, petugas klinik sanitasi perlu dibekali suatu prosedur operasional (standard operating procedures) SOP klinik sanitasi sehingga dapat secara benar dan cepat menangani masalah lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan.
Pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting bagi mahasiswa / mahasiswi untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui pendidikan di kelas, laboratorium maupun lapangan. Untuk mencapai pengalaman belajar , pada tatanan yang nyata dan komprehensif sehingga mahasiswa / mahasiswi dapat lebih siap dan mandiri untuk terjun kemasyarakat. Dengan adanya pengantar
praktek kerja lapangan para mahasiswa /
mahasiswi dapat mengetahui langsung kondisi dan situasi pada dunia kerja, sehingga mampu belajar menghadapi berbagai tantangan dalam dunia kerja dan belajar untuk menganalisis suatu gejala masalah agar kelak dapat diaplikasikan langsung.
B. Tujuan Kuliah Praktek
Kerja Lapangan Puskesmas dan Klinik Sanitasi
dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa memiliki kemampuan secara profesional untuk mengenal dan mencari solusi masalah – masalah dibidang Kesehatan Lingkungan yang ada di lokasi praktek dengan bekal ilmu yang diperoleh selama masa kuliah.
C. Manfaat 1. Mengetahui atau memahami kebutuhan pekerjaan di tempat praktek kerja lapangan di Puskesmas. 2. Menyesuaikan (menyiapkan) diri dalam menghadapi lingkungan kerja lapangan setelah menyelesaikan studinya. 3. Mengetahui atau melihat secara langsung penggunaan atau peranan teknologi terapan di tempat praktek kerja lapangan Puskesmas. 4. Menyajikan hasil – hasil yang diperoleh selama kerja praktek dalam bentuk laporan praktek kerja lapangan Puskesmas. 5. Terampil melakukan konseling tentang penyakit – penyakit berbasis lingkungan dan Teknologi Tepat Guna bidang sanitasi baik di dalam gedung dan luar gedung Puskesmas, dan 6. Diharapkan dapat menggunakan hasil atau data – data yang diperoleh pada praktek kerja Puskesmas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Puskesmas
1. Definisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitik beratkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Sekzers, 2009).
2. Visi Puskesmas Natar
Memandirikan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
3. Misi Puskesmas Natar a.
Memotivasi kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat
b.
Meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, terjangkau dan merata.
c.
Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya manusia
4. Motto Puskesmas Natar Kesehatan anda adalah kepuasan kami
5. Tata Nilai Puskesmas Natar SEHATI : Senyum, Empati, Harmonis, Aktif, Tulus, Ikhlas.
6. Tujuan Puskesmas
Tujuan mendukung
kesehatan
tercapainya
yang tujuan
diselenggarakan pembangunan
oleh
puskesmas
kesehatan
nasional
adalah yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010 (Anonim, 1990).
7. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan kesehatan meliputi :
a.
Kuratif (Pengobatan)
b.
Preventif (Pencegahan)
c.
Promotif (Peningkatan)
d.
Rehabilitatif (Pemulihan)
8. Kegiatan Pokok Puskesmas
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbedabeda,maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah puskesmas akan berbeda pula. Namun demikian kegiatan pokok puskesmas harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
b.
Keluarga Berencana (KB)
c.
Usaha Peningkatan Gizi (UPG)
d.
Kesehatan Lingkungan (KL)
e.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P3M)
f.
Pengobatan Termasuk Pelayanan Darurat karena Kecelakaan
g.
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)
h.
Kesehatan Kerja (KK)
i.
Kesehatan Sekolah (KS)
j.
Kesehatan Olahraga (KO)
k.
Perawatan Kesehatan Masyarakat (PKM)
l.
Kesehatan Gigi dan Mulut (KGM)
m. Kesehatan Jiwa (KJ)
n.
Kesehatan Mata (KM)
o. Laboratorium Sederhana
Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas diarahkan kepada keluarga. Dalam kata lain kegiatan pokok puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga (Anonim, 1984).
9. Sejarah Perkembangan Puskesmas
Sejarah dan perkembangan puskesmas di
Indonesia mulai dari
didirikannya berbagai institusi kesehatan seperti balai pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak, serta diselenggarakannya berbagai upayaupaya kesehatan seperti usaha hygiene dan sanitasi lingkungan yang masing-masing berjalan sendiri-sendiri.
Penggunaan istilah puskesmas pertama kali dimuat pada Master Plan of Operation for Strenghtening National Health Service in Indonesia tahun1969. Dalam dokumen tersebut disebutkan puskesmas terdiri dari 3 tipe puskesmas (tipe A, tipe B, tipe C). Kemudian dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (RaKerKesNas) ke III tahun 1970 menetapkan hanyaada satu tipe puskesmas dengan 6 kegiatan pokok. Perkembangan selanjutnya lebih mengarah pada penambahan kegiatan pokok seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan pemerintah serta keinginan program ditingkat pusat, sehingga kegiatan berkembang menjadi 18 kegiatan pokok, bahkan DKI Jakartamengembangkan menjadi 21 kegiatan pokok. Melalui RaKerKesNas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dan puskesmas waktu itu dibedakan menjadi 4 macam: a. Puskesmas Tingkat Desa
b. Puskesmas Tingkat Kecamatan
c. Puskesmas Tingkat Kawedanan
d. Puskesmas Tingkat Kabupaten
Pada RaKerNas ke II 1969 pembagian puskesmas dibagi menjadi 3 kategori:
a.
Puskesmas Tipe A dipimpin oleh dokter secara penuh.
b.
Puskesmas Tipe B dipimpin oleh dokter secara tidak penuh.
c.
Puskesmas Tipe C dipimpin oleh paramedis (Sekzers, 2009).
B. Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.
Puskesmas harus bertanggung jawab untuk setiap masalah kesehatan diwilayah kerjanya walaupun wilayah kerjanya itu mempunyai lokasi yang berkilo-kilo meter dari puskesmas. Dengan azas inilah puskesmas dituntut untuk mengutamakan pencegahan penyakit.Dengan demikian puskesmas dituntut secara aktif terjun kemasyarakat dan bukan puskesmas menunggu kunjungan masyarakat saja.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Kab/Kota, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati atau walikota, dengan saran teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu (PusBan) dan Puskesmas Keliling (PusLing).
Dalam perkembangannya, seiring dengan diberlakukannya UU Otonomi daerah yang lebih mengedepankan desentralisasi, setiap daerah Kab/Kota mempunyai kesempatan untuk mengembangkan puskesmas sesuai Rencana
Strategis (RenStra) Kesehatan Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) bidang kesehatan sesuai situasi dan kondisi daerah Kab/Kota. Konsekuensinya adalah perubahan struktur organisasi kesehatan serta tugas pokok dan fungsi yang menggambarkan lebih dominannya aroma kepentingan daerah Kab/Kota, yang memungkinkan terjadinya perbedaan penentuan skala prioritas upaya peningkatan pelayanan kesehatan di tiap daerah, dengan syarat setiap kebijakan tetap mengacu kepada RenStra Kesehatan Nasional. Disisi lain daerah Kab/Kota dituntut melakukan akselerasi disemua sektor penunjang upaya pelayanan kesehatan (Anonim, 2010).
Bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas: 1. Faktor kepadatan penduduk, 2. Luas daerah, 3. Keadaan geografik, dan 4. Keadaan infrastruktur lainnya.
Khusus untuk kota besar, wilayah kerja puskesmas bisa satu kelurahan sedangkan puskesmas di ibukota kecamatan merupakan puskesmas rujukanyang berfungsi sebagai pusat rujukan puskesmas kelurahan yang juga mempunyai fungsi koordinasi.
Puskesmas dalam mencapai cakupan pelayanan yang merata maka ia ditunjang oleh Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu, BKIA, Rumah Bersalin, Poliklinik-Poliklinik, Dokter Praktik Swasta serta kegiatan kader kesehatan yang secara teknis berada di bawah pengawasan dan pengaturan Puskesmas (Eli, 2008).
C. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Ada lima nilai dasar dalam aspek pelayanan kesehatan yang sebaiknya selalu dijunjung tinggi oleh para pegawai dan aparat kesehatan, dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Lima nilai dasar tersebut kami coba ulas kembali berdasarkan pemahaman pengalaman kami dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya di wilayah kerja puskesmas (Sudayasa, 2009).
1. Bertindak Cepat dan Tepat: a.
Cepat mengambil keputusan dalam memberikan pelayanan atau tindakan kesehatan, terhadap kasus atau masalah yang bisa bersifat mendadak (emergency) maupun mendesak (urgency).
b. Tepat dalam melaksanakan proses pelayanan kesehatan sesuai Prosedur Tetap (ProTap) atau Standar Operasional Prosedural (SOP) yang telah ditentukan. Berpihak kepada Masyarakat:
a. Masyarakat sebagai subyek pelayanan, berhak menentukan jenis pelayanan kesehatan yang terbaik sesuai masalah yang dihadapinya.
b. Masyarakat sebagai obyek pelayanan, wajib diberikan pelayanan kesehatan yang bermutu agar mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2.
Menegakkan Keadilan:
a. Disiplin Kerja: menegakkan semangat kerja dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat atau sasaran pelayanaan.
b.
Disiplin Administrasi: melakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelayanan secara tertib, teratur, terarah, terbuka dan terukur.
3. Menunjukkan Transparansi:
a. Menunjukkan keterbukaan pelayanan, dengan aturan kerja yang jelas, ringkas, dan tuntas, sehingga bisa dipahami oleh sasaran pelayanan.
b. Menunjukkan keterbukaan anggaran, sesuai tata hukum, dan peraturan yang berlaku dalam lingkup pelayanan kesehatan.
4. Mewujudkan Akuntabilitas:
a. Hasil kegiatan pelayanan diarahkan secara bertanggung jawab terhadap institusi internal didalam lingkup pelayanan kesehatan dan kepada institusi eksternal diluar lingkungan pelayanan kesehatan.
b. Tanggung jawab terhadap masyarakat, sangat penting sekali karena menyangkut
upaya
peningkatan
pemberdayaan
derajat
kesehatan
masyarakat secara holistik.
D. Fungsi dan Peranan Puskesmas
1.
Fungsi Puskesmas
a. Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata.Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan dasar yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan sangat strategis.
a. Sebagai Pusat Pengerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan lingkungan puskesmas harus secara pro-aktif menjalin kemitraan dengan bidang pembangunan lain di tingkat kecamatan melalui pertemuan-pertemuan koordinasi yang membahas situasi dalam upaya peningkatan kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat masyarakat.
b. Sebagai
Pusat
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Keluarga
Dalam
Pembangunan Kesehatan
Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, puskesmas diharapkan bisa secara pro-aktif menjangkau keluarga, sehingga bisa menjaga keluarga sehat tetap sehat dan keluarga yang lain bisa sembuh (Effendy, 1997).
2. Peranan Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil dalam hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri (Anonim, 2011).
E. Kedudukan Puskesmas
Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan
Nasional
(SKN), Sistem
Kesehatan Kabupaten/Kota,
Pemerintah Daerah dan Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1.
Sistem Kesehatan Nasional.
Sistem
Sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota.
Sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
3. Sistem Pemerintah Daerah.
Sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan ditingkat kecamatan.
4.
Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas diantara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra (Anonim, 2010).
A. Tinjauan Umum Klinik Sanitasi
Klinik
Sanitasi
merupakan
upaya
atau
kegiatan
yang
mengintegrasikan pelayanan kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam dan luar gedung puskesmas. Klinik Sanitasi bukan sebagai kegiatan pokok yang berdiri sendiri, tetapi sebagian integral dari kegiatan puskesmas yang dilaksanakan secara lintas program dan lintas sektor di wilayah kerja puskesmas. Dalam pelaksanaan kegiatan Klinik Sanitasi difasilitasi oleh petugas puskesmas.
B.
Petugas Klinik Sanitasi Petugas klinik sanitasi adalah tenaga kesehatan lingkungan/tenaga kesehatan lainnya/tenaga pelaksana yang ditunjuk oleh pimpinan puskesmas untuk melaksanakan kegiatan Klinik Sanitasi.
C.
Pasien Penderita penyakit yang diduga berkaitan dengan kesehatan lingkungan yang dirujuk oleh petugas medis ke Ruang Klinik Sanitasi atau yang ditemukan di lapangan baik oleh petugas medis/paramedis maupun petugas survey.
D.
Klien Klien adalah masyarakat yang berkunjung ke puskesmas atau yang menemui petugas Klinik Sanitasi bukan sebagai penderita penyakit tetapi untuk berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.
E.
Lingkungan
Lingkungan adalah suatu keadaan atau tempat yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Lingkungan menjadi penyebab masalah kesehatan bagi pasien atau masyarakat sekitarnya. F.
Ruang Klinik Sanitasi Ruang klinik sanitasi adalah suatu ruangan dalam gedung puskesmas yang dipergunakan untuk penyuluhan dan konsultasi oleh petugas Klinik Sanitasi terhadap pasien dan klien.
G.
Konseling Konseling adalah hubungan komunikasi antara dua orang antara petugas konseling dan pasien/klien yang memutuskan untuk kerjasama sehingga pasien/klien dapat mengenali dan memecahkan masalah kesehatan secara mandiri.
H.
Kunjungan Rumah Kunjungan rumah adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Klinik sanitasi ke rumah pasien/klien untuk melihat keadaan rumah dan lingkungannya sebagai tindak lanjut dari kunjungan pasien/klien ke puskesmas.
I.
Kegiatan dalam gedung Kegiatan dalam gedung adalah upaya pelayanan klinik sanitasi yang dilakukan di dalam atau di lingkungan puskesmas.
J.
Kegiatan luar gedung Kegiatan luar gedung adalah upaya klinik sanitasi yang dilakukan di luar gedung/lingkungan puskesmas.
K.
Keluarga Binaan Keluarga binaan adalah keluarga pasien/klien yang perlu difasilitasi untuk mengatasi masalah perilaku hidup bersih dan sehat, penyakit berbasis lingkungan, dan masalah kesehatan lingkungan.
L.
Keluarga Beresiko Tinggi Keluarga beresiko tinggi adalah keluarga yang mempunyai peluang untuk tertular dan menderita penyakit berbasis lingkungan.
BAB III HASIL KEGIATAN A.
Gambaran Umum 1.
Analisa Data Umum a. Geografi Wilayah kerja UPT Puskesmas Natar sebgaian besar area berpasir
yang dijadikan persawahan yang tergantung curah hujan . Semua akses untuk menempuh wilayah kerja UPT Puskesmas Natar melalui jalan darat dan dapat di jangkau oleh kendaraan roda 2 dan 4. Adapun luas wilayah kerja UPT Puskesmas Natar + 131,91 km2, yang meliputi 5 desa binaan yaitu : Natar, Merak Batin, Negara Ratu, Rejosari dan Kali Sari. Desa yang paling banyak penduduknya adalah Desa Merak Batin dengan jumlah penduduk sasaran 18.970 jiwa, sedangkan jumlah penduduk sasaran yang paling sedikit adalah Desa Kalisari yaitu 5.156 jiwa. Wilayah Administratif UPT Puskesmas Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas – batasan sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Puskesmas Tanjung Sari
Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Puskesmas Hajimena
Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Gedong Tataan
Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Puskesmas Hajimena
Tabel 1 Jumlah Kepadatan Penduduk Di Wilayah UPT Puskesmas Natar Tahun 2016 Penduduk
Luas Wilayah
Kepadatan
(Jiwa)
(km2)
(Jiwa/ km2)
Natar
16.117
16,15
9,42
2
Merak Batin
18.970
27,87
6,46
3
Negara Ratu
10.442
13,00
7,42
4
Rejosari
5.506
49,00
1,00
5
Kalisari
5.156
3,00
24,28
TOTAL
56191
No
Desa
1
Sumber : Data Kecamatan Natar Tahun 2016 b.
Demografi Jumlah penduduk di wilayah UPT Puskesmas Naatar tahun 2016
adalah sebesar 56.191 jiwa. Penyebaran penduduk di wilayah UPT Puskesmas Natar belum merata. Wilayah terpadat di desa Merak Batin dengan tingkat kepadatan sekitar 24,38 per km2. Jumlah penduduk tertinggi dan terendah pada tahun 2016 yaitu dimana jumlah penduduk terttinggi terdapat di desan Merak Batin dengan 18.970 jiwa atau sekitar 33% dari total jumlah penduduk , dan jumlah penduduk terendah di desa Kalisari yaitu 5.156 jiwa sekitar 9% dari total jumlah penduduk. Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk di wilayah UPT Puskesmas Natar pada tahun 2016 seks ratio antara penduduk perempuan dan penduduk laki-laki pada tahun 2016 sebesar 27.346 (perempuan) dan 28.845 (laki-laki). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkann lju penduduk perempuan. c.
Topografi Wilayah kerja UPT Puskesmas Natar merupakan daerah daratan
rendah dengan ketinggian rata – rata diatas permukaan laut, dengan
keadaan tanahb sebagian besar berpasir yang dijadikan persawahan yang tergantung dengan curah hujan. Pada umumnya seluruh wilayah kerja UPT. Puskesmas Natar dapat dijangkau oleh kendaraan roda 2 dan 4, UPT Puskesmas Natar terletak di desa Natar, jarak anatara desa dengan Puskesmas yang terletak adalah 300 meter dan yang terjauh desa Rejosari + 7 km. Jalan menuju ke ibukota provinsi dan ibu kota kabupaten seluruhnya berupa jalan aspal, kecuali sebagian desa – desa yang berada cukup jauh dari puskesmas masih berupa jalan batu dan tanah. Jarak anatara UPT Puskesmas Natar ke Ibukota Kabupaten + 80 km sedangkan ibukota provinsi + 25 km. d. Sosial Ekonomi Untuk mengetahui potensi ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari aspek sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, infrastrukur, kelembagaan dan keragaman (kinerja) perekonomian daerah, antara lain dapat dilihat pada strukur perekonomian. Keadaan geografis di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar sebagian besar adalah areal pertanian, maka sektor pertanian merupakan sektor yang terbesar dalam struktur ekonomi wilayah Kecamatan Natar yaitu sebesar 77,8%. Selengkapnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini : Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian Di Wilayah UPT Puskesmas Natar Tahun 2016 No
Mata Pencarian
Jumlah (%)
1
Petani
30%
2
Pedagang
20%
3
PNS
35%
4
Lain – lain
15%
1.
Keadaan Fasilitas Kesehatan Tabel 3 Keadaan Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Natar Tahun 2016 No
Jenis Fasilitas
Jumlah
1
Puskesmas
1
2
Puskesmas Pembantu
1
3
Gudang Obat
1
4
Laboratorium Sederahana
1
5
Rumah Bersalin
-
6
Balai Pengobatan Swasta
2
7
Praktek Dokter
3
8
Praktek Dokter Gigi
0
9
Apotik
7
10
Toko Obat Terdaftar
2
Jumlah
20
Sumber : Laporan SP2TP di Wilayah UPT. Puskesmas Natar Tahun 2016
Tabel 4 Keadaan Sumber Daya Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Natar Tahun 2016 No
Jenis Tenaga
1
Dokter Umum
4
PNS
2
Dokter Gigi
0
0
3
Sarjana Kesehatan Masyarakat
2/0
PNS/HONDA
4
Sarjana Keperawatan
3
PNS
5
Gizi
1
PNS
6
Farmasi
2
PNS
7
Kesehatan Lingkungan
0/2
PNS/HONDA
8
Analis Lingkungan
2
PNS
9
Perawat Gigi
1
PNS
10
Perawat (SPK / Akper / Honda)
2/10/3
SPK/ PNS/ HONDA
11
Bidan (Puskesmas / Bidan Desa)
16/8
PNS/PTT
12
Pekarya Kesehatan
4
PNS
13
T.U
1
PNS
14
Sarjana Ekonomi
1
PNS
Jumlah
62
Sumber : Laporan T.U Puskesmas Natar Tahun 2016
Tabel 5 Keadaan UKBM yang ada di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Natar Tahun 2014 s.d 2016 No
Jenis UKBM
1
2014
2015
2016
Jml
Berjalan
Jml
Berjalan
Jml
Berjalan
KPKIA
5
5
5
5
5
5
2
Posyandu Balita
39
39
39
39
39
39
3
Posyandu Usila
5
5
5
5
7
7
4
Posbindu
0
0
5
5
7
7
5
Pos UKK
0
0
0
0
0
0
6
Toga
235
205
204
195
440
400
7
Pos Kesdes
3
3
3
3
3
3
8
Batra/ Harta
70
68
72
72
73
73
PKM
375
325
333
324
574
534
Sumber : Laporan Promkes UPT. Puskesmas Natar tahun 2014 s.d 2016 Tabel 6 Keadaan Peralatan Kesehatan di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Natar Tahun 2016 Kondisi/Keadaan No
Nama Alat
Jumlah
Layak
Rusak
Rusak
Pakai
Ringan
Berat
Permintaan/ Kebutuhan
1
Kendaraan Roda 2
5
4
0
1
-
2
Kendaraan Roda 4
1
1
0
0
-
3
Peralatan Gigi
1 unit
1
-
-
-
4
Partus Set
-
-
-
-
-
5
Pelatan Lab
1 set
1 set
-
-
-
6
Mikroskop Binokuler
2
1
1
-
-
7
Tensimeter
3
-
-
3
3
8
Stetoskop
2
-
1
-
2
9
Diagnostis Bar
-
-
-
-
-
10
PHN KIT
1
1
1
0
2
11
Komputer
8
7
-
1
1
12
Laptop
5
4
-
1
-
13
LCD
2
1
-
1
1
Sumber
B.
Hasil Survei Puskesmas Natar Tanggal survei
: 10, 12, 13, 16, 17 April 2018
Lokasi survei
: Negara Ratu, Kaliasin, Rejo Sari, Marga Taqwa, Merak Batin, Tanjung Rejo
Hasil pengolahan data
kepemilikan rumah Series1 94
6 Milik sendiri
Milik orang tua
Dari hasil survei kepemilikan rumah yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil yang memiliki rumah sendiri terdapat 94 rumah dan 6 rumah lainnya rumah milik orang tua.
jenis rumah Series1 93
7 Permanen
Semi permanen
Dari hasil survei jenis rumah yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, diperoleh hasil jenis rumah permanen 93 rumah, dan jenis rumah semi permanen 7 rumah.
lantai kedap air Series1 82
18
Ya
Tidak
Dari hasil survei rumah denga lantai kedap air yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil yang memiliki rumah dengan lantai kedap air terdapat 82 rumah dan 18 rumah lainnya adalah rumah dengan lantai tidak kedap air.
memiliki plafon Series1
61 39
Ya
Tidak
Dari hasil survei rumah yang memiliki plafon yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah yang memiliki plafon terdapat 61 rumah dan rumah yang tidak memiliki plafon terdapat 39 rumah.
ventilasi min 10% dari luas lantai Series1
67 33 Ya
Tidak
Dari hasil survei rumah yang memiliki ventilasi minimal 10% yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah yang memiliki ventilasi minimal 10% terdapat 67 rumah dan 33 rumah tidak memiliki ventilasi minimal 10% dari luas lantai.
pencahayaan alami cukup Series1 77
23
Ya
Tidak
Dari hasil survei rumah dengan pencahaayan alami yang cukup, yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah dengan pencahaayan alami yang cukup terdapat 77 dan rumah dengan pencahaayan alami yang kurang terdapat 23 rumah.
dapur terpisah Ya
Tidak
72
28
Ya
Tidak
Dari hasil survei rumah dengan dapur terpisah, yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah dengan dapur terpisah terdapat 72 dan rumah dengan dapur tidak terpisah terdapat 28 rumah.
ventilasi dapur baik Ya
Tidak
52
48
Ya
Tidak
Dari hasil survei rumah dengan ventilasi dapur baik yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah dengan ventilasi dapur baik terdapat 48 rumah dan rumah dengan ventilasi dapur tidak baik terdapat 52 rumah.
jendela dapat di buka Series1 86
14
Ya
Tidak
Dari hasil survei rumah jendela dapat dibuka yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah dengan jendela yag dapat dibuka terdapat 86 rumah dan rumah dengan jendela tidak dapat dibuka sebanyak 14 rumah.
cahaya dapat masuk ke dalam rumah Series1 84
16
Ya
Tidak
Dari hasil survei rumah dengan cahaya dapat masuk ke dalam rumah yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil dengan cahaya dapat masuk ke dalam rumah terdapat 84 rumah, dan cahaya yang tidak dapat masuk ke dalam rumah terdapat 16 rumah.
ventilasi dilapisi kawat kasa Series1 67
33
Ya
Tidak
Dari hasil survei rumah dengan ventilasi dilapisi kawat kasa yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah dengan ventilasi dilapisi kawat kasa terdapat 33 rumah, dan rumah dengan ventilasi tidak dilapisi dengan kawat kasa terdapat 67 rumah.
halaman terlihat bersih Series1 86
14
Ya
Tidak
Dari hasil survei rumah dengan halaman rumah terlihat bersih yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah dengan halaman yang terlihat bersih terdapat 86 rumah, dan rumah dengan halaman tidak terlihat bersih terdapat 14 rumah.
bahan bakar yang digunakan Series1 93
Gas
4
3
Minyak Tanah
Kayu Bakar
Dari hasil survei bahan bakar yag digunakan di rumah yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah yang menggunakan gas terdapat 93 rumah, minyak tanah terdapat 4 rumah, dan yang menggunakan kayu bakar 3 rumah.
penggunaan obat nyamuk bakar Series1
60
39
1 Ya
Tidak
Kadang-kadang
Dari hasil survei penggunaan obat nyamuk bakar yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah yang menggunakan obat nyamuk bakar terdapat 39 rumah, tidak menggunakan obat nyamuk bakar terdapat 60 rumah, dan rumah yang kadang-kadang menggunakan obat nyamuk bakat terdapat 1 rumah.
sumber air untuk mandi Series1 94
6 Sumur gali
Sumur Bor
Dari hasil survei sumber air untuk mandi yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah yang menggunakan sumber air untuk mandi menggunakan sumur gali terdapat 94 rumah dan rumah yang menggunakan sumur bor terdapat 6 rumah.
sumber air untuk mencuci Series1 94
6 Sumur gali
Sumur Bor
Dari hasil survei sumber air yang digunakan untuk mencuci yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah yang menggunakan sumber air untuk mencuci menggunakan sumur gali terdapat 94 rumah dan rumah yang menggunakan sumur bor terdapat 6 rumah.
sumber air untuk memasak Series1 94
6 Sumur gali
Sumur Bor
Dari hasil survei sumber air yang digunakan untuk memasak yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah yang menggunakan sumber air untuk memasak menggunakan sumur gali terdapat 94 rumah dan rumah yang menggunakan sumur bor terdapat 6 rumah.
sumber air untuk minum Series1 94
6 Sumur gali
Sumur Bor
Dari hasil survei sumber air yang digunakan untuk minum yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah yang menggunakan sumber air untuk minum menggunakan sumur gali terdapat 94 rumah dan rumah yang menggunakan sumur bor terdapat 6 rumah.
sumber air untuk membersihkan Series1 94
6 Sumur gali
Sumur Bor
Dari hasil survei sumber air yang digunakan untuk membersihkan yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah yang menggunakan sumber air untuk membersihkan menggunakan sumur gali terdapat 94 rumah dan rumah yang menggunakan sumur bor terdapat 6 rumah.
sumber air untuk kakus/jamban Series1 94
6 Sumur gali
Sumur Bor
Dari hasil survei sumber air yang digunakan untuk kakus/jamban yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah yang menggunakan sumber air untuk kakus/jamban menggunakan sumur gali terdapat 94 rumah dan rumah yang menggunakan sumur bor terdapat 6 rumah.
sumber air untuk menyiram tanaman Series1 85
15
Sumur gali
Sumur Bor
Dari hasil survei sumber air yang digunakan untuk menyiram tanaman yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil rumah yang menggunakan sumber air untuk memasak menggunakan
sumur gali terdapat 85 rumah dan rumah yang menggunakan sumur bor terdapat 15 rumah.
jarak sumur dengan sumber pencemar JS
JSP 17
16
10
12
11
14
13
16
15
16 12
8
7 5
5
2
3
4
5
6
7
7
3
2
1
6
8
1 6
7
2
1 8
9
9
10
11
12
13
Dari hasil survei jarak sumur dengan sumber pencemar yang dilakukan di 100 KK di wilayah kerja UPT Puskesmas Natar, didapatkan hasil jarak sumur 10 m dengan sumber pencemar terdapat 16 rumah, rumah yang menggunakan sumber air untuk memasak menggunakan sumur gali terdapat 94 rumah dan rumah yang menggunakan sumur bor terdapat 6 rumah.
cincin kedap air Series1 88
8 Ya
Tidak
panjang cincin min 3 m Series1 51
45
Ya
Tidak
bibir sumur 70-125 cm Series1 86
10
Ya
Tidak
bibir sumur 70-125 cm Series1 86
10
Ya
Tidak
lantai sumur kedap air Series1 78
18
Ya
Tidak
lebar lantai min 1 m Series1 64
32
Ya
Tidak
Memiliki Tutup Series1 72
24
Ya
Tidak
SPAL Series1 78
22
Ya
Tidak
panjang spal min 10 m Series1 75
25
Ya
Tidak
SPAL Kedap Air Series1 73
27
Ya
Tidak
spal tertutup Series1 79
20
Ya
Tidak
tempat kloset jamban yang digunakan Series1 86
14
Leher angsa/ bowl
Lubang Tertutup
tempat penampungan tinja Series1 77
14
6
3 Septic tank
Lubang Tertutup
Kolam
Sungai
milik jamban Series1 97
3 Milik sendiri
Milik tetangga
jarak jamban dengan sumber air JR
JJ 21 17
10
12
11
13
16
15
14
12 9
7
7
6
5
5
7
6
11 8
3 1
1
2
3
4
5
1
6
7
2
1
8
9
10
lantai jamban Series1 90
10
Ya
9
Tidak
11
12
13
tersedia air yang cukup Series1 90
10
Ya
Tidak
kondisi jamban bersih Series1 57 43
Ya
Tidak
lubang kloset tertutup Series1 79
21
Ya
Tidak
tersedia sabun Series1
62
38
Ya
Tidak
tempat penampungan sampah Series1 47
27 22
3 Kantong Plastik
1
Kotak kardus Tempat sampah Tempat sampah Lubang ditanah plastik diluar rumah
tempat pembuangan sampah Series1 66
17
13 4
Dibakar
Dibuang ke TPS
Dibuang sembarang tempat
Sungai
memiliki kandang Series1 78
22
Ya
Tidak
jarak kandang dengan rumah JK
Rumah
15 11
10 8
7 5 2 2
1 1
2
3
4
5
4
3
3
1 5
1 6
7
1 8
9
jarak kandang dengan sumber air JK
Sumber air
15 11
10
7
6 4
3 1
1
1
2
3
2
1
4
5
6
7
rumah terlihat bersih Series1 86
14
Ya
6
5 5
Tidak
8
bak mandi Series1 99
1 bak madi
bak mandi
keberadaan bak mandi Series1 95
5 Ada
Tidak
jentik Series1 85
15
Ada
bak jamban bak jamban
Tidak
Keberadaan Bak Jamban Series1
100
94
6 1
Ada
Tidak
Jentik Series1
95
5 Ada
ember/tempayan
Tidak
keberadaan ember
ember/tempayan
100
Series1
83
17 1
Ada
Tidak
jentik Series1
95
5 Ada
vas bunga vas bunga
Tidak
Keberadaan Vas Bunga Series1
100
67 33
1
Ada
Tidak
Jentik Series1
99
1 Ada
Tidak
Ban Bekas Series1
Keberadaan Ban Bekas Series1
98 77 23 2 ban bekas
Ada
Tidak
Tidak Ada Jentik Tidak
100
1
kaleng bekas kaleng bekas
Keberadaan Kaleng Bekas Series1
100
75 25
1
Ada
Tidak
Keberadaan Jentik Series1
99
1 Ada
bambu
Tidak
Keberadaan Bambu
bambu
Series1
100
1
98
2 Ada
Tidak
Jentik Tidak
100
1
Kolam tanpa Ikan Series1
99
kolam tanpa ikan
1 kolan tanpa ikan
Keberadaan Kolam tanpa Ikan Series1
88
12 Ada
Tidak
Jentik Series1
99
1 Ada
s
Tidak