LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
LAPORAN PERENCANAAN MIX DESIGN BETON TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II (HSKK 319)
Dosen Pembimbing: Arie Febry Fardheny S.T., M.T. NIP. 19790221 200501 1 004
Oleh : KELOMPOK 17
Ahmad Maulana
1710811210005
Aldio Alfando Imbran
1710811110003
Arif Giyani
1710811110007
Desty Amalia Putri
1710811120011
Maharani K. K.
1710811120028
Ratri Handayanti
1710811120043
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL 2018
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Beton
adalah Campuran
dari
semen,
pasir,
kerikil/split
dengan
perbandingan tertentu yang bisa diaduk dan dicampur dengan air, kemudian dimasukan kedalam suatu cetakan, kemudian campuran tersebut akan mengikat, mengering, dan mengeras dengan baik setelah beberapa lama. Beton Bertulang adalah Campuran dari semen, pasir, kerikil/split dengan perbandingan tertentu yang bisa diaduk dan dicampur dengan air, kemudian dimasukan kedalam suatu cetakan dan didalamnya diberi tulangan-tulangan berupa besi atau baja, kemudian campuran itu akan mengikat, mengering, dan mengeras dengan baik setelah beberapa lama. Konstruksi beton bertulang merupakan komponen dalam bangunan yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen
lainnya
karena
merupakan
salah
satu
subsistem
dalam
bangunan. Sebelum pelaksanaan pembangunan gedung diperlukan penggambaran konstruksi beton. Penggambaran harus sesuai dengan perencanaan, sehingga dalam pelaksanaan tidak akan mengakibatkan kefatalan atau kegagalan dalam konstruksi. Sekarang ini penggunaan beton banyak digunakan sebagai konstruksi, misalnya jalan, jembatan, lapangan terbang, waduk, bendungan dan lainya. Beton sebagai bahan bangunan sudah lama diketahui dan digunakan secara luas oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena beton mempunyai kelebihan dibandingkan dengan bahan lain, diantaranya harganya yang relative murah, mudah dalam pengerjaan dan perawatannya, mudah dibentuk sesuai kebutuhan, tahan terhadap perubahan cuaca, tahan terhadap korosi dan lebih tahan api. Selain itu kelebihan beton dibandingkan dengan bahan konstruksi lain adalah memiliki kuat desak yang tinggi. Dengan melakukan analisa bahan maka dalam hal pembuatan beton harus lebih teliti dengan berbagai macam material-material yang digunakan dalam pembuatan tersebut, dikrenakan apabila suatu material dalam beton itu tidak bagus maka hasil dari beton tersebut tidak akan mencapai pada hasil yang
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
diinginkan.Sehingga dengan diadakannya analisa bahan terhadap material yang akan digunakan untuk pembuatan beton maka hasil dapat diperoleh dengan baik.
Berikut beberapa istilah yang perlu diketahui dalam pembuatan dan pengujian beton. A. Mortar Mortar adalah campuran plastis yang dibuat dengan campuran semen, air dan pasir yang digunakan sebagai material pengikat dan material pengisi dalam konstruksi blok. Ada beberapa jenis mortar antara lain sebagai berikut : 1. Mortar Kuno Mortar pertama terbuat dari lumpur dan tanah liat. Karena pada saat itu persediaan batu sangat kurang sedangkan persediaan tanah liat berlimpah. Menurut sejarah kemampuan membangun dengan beton dan mortar berikutnya muncul di Yunani. Hal ini dapat dibuktikan dari penggalian dari saluran air bawah tanah di Megara mengungkapkan bahwa reservoir itu dilapisi dengan mortir pozzolanat 12 mm tebal. Pozzolanat adalah mortar yang dibuat dengan batu kapur dengan penambahan abu vulkanik yang memungkinkan untuk mengeras didalam air, sehingga dikenal sebagai semen hidrolik. Orang-orang Yunani memperoleh abu vulkanik dari pulau-pulau Yunani Thira dan Nisiros, atau dari koloni kemudian Yunani Dicaearchia (Pozzuoli) di dekat Naples, Italia. Bangsa Romawi kemudian meningkatkan penggunaan dan metode untuk membuat apa yang dikenal sebagai pozzolanat mortar dan semen Bahkan kemudian,
orang
Romawi
menggunakan
mortar
tanpa
pozzolana
tapi
menggunakan keramik yang telah hancurkan, yang mengandung aluminium oksida dan silikon dioksida di dalam campuran. mortar ini tidak sekuat mortar pozzolanat, tapi, karena lebih padat, lebih baik terhadap Penetrasi air. Namun
seni
mmbuat
mortar
dan
semen
hidrolisi
yang
telah
disempurnakan dan digunakan secara luas baik oleh orang Yunani dan Romawi, kemudian hilang selama hampir dua milenia.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
2. Mortar semen (Semen mortar) Mortar semen portland (sering dikenal hanya sebagai mortar semen) dibuat dari semen Portland mencampur dengan pasir dan air. Mortar semen ditemukan pada pertengahan abad kesembilan belas, sebagai bagian dari upaya ilmiah untuk mengembangkan mortar yang kuat yang ada pada saat itu. Ini dipopulerkan pada akhir abad kesembilanbelas, dan pada tahun 1930 itu telah menggantikan mortar kapur untuk konstruksi . Mortar semen digunakan karena lebih cepat kering dibandingkan mortar kapur yang dapat mempercepat pada proses konstruksi. 3. Mortar Polimer (Polimer semen mortar) Mortar semen Polimer (PCM) adalah bahan yang dibuat dengan menggantikan semen hidrat pengikat semen mortar konvensional dengan polimer. Pencampuran polimer termasuk lateks atau emulsi, bubuk redispersible polimer, polimer yang larut dalam air, resin cair dan monomer. Memiliki permeabilitas rendah, dan mengurangi kejadian retak susut pengeringan, terutama dirancang untuk memperbaiki struktur beton. 4. Mortar Kapur (Kapur mortar) Mortar Kapur (Kapur mortar) dibuat dengan mencapur pasir, kapur dan air. Penggunaan mortar kapur paling awal yang diketahui sekitar 4000 SM di Mesir Kuno. Kapur mortar telah digunakan di seluruh dunia, terutama di bangunan Kekaisaran Romawi di seluruh Eropa dan Afrika. Sebagian besar bangunan batu pra-1900 di Eropa dan Asia yang dibangun dari semen kapur (mortar kapur). Proses pembuatan mortar kapur sederhana. Kapur dibakar dalam sebuah tungku untuk membentuk kapur tohor. kapur tersebut kemudian dicampur dengan air untuk membentuk kapur mati, dan mem bentuk dempul kapur atau serbuk kapur terhidrasi. Hal ini kemudian dicampur dengan pasir dan air untuk membentuk mortar. Jenis mortar kapur, yang dikenal sebagai non-hidrolik, waktu settingnya sangat lambat melalui reaksi dengan karbon dioksida di udara.Kecepatan setting dapat ditingkatkan dengan menggunakan batu gamping yang dibakar dalam PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
tungku pembakaran, untuk membentuk sebuah kapur hidrolik yang mana kapur hidrolik ini akan breaksi apabila kontak dengan air, atau dengan penambahan bahan pozzolanat seperti tanah liat yang dikalsinasi atau debu batu bata dapat ditambahkan ke campuran adukan semen. Penggunakan mortar semen dalam perbaikan gedung-gedung tua yang awalnya dibangun dengan menggunakan mortar kapur menimbulkan masalah . Hal ini karena mortar kapur lebih lembut daripada mortar semen, yang dapat memberikan tingkat flesibilitas tertentu pada batu bata untuk dapat beradaptasi apabila terjadi pergeseran tanah atau kondisi yang berubah lainnya. Semen mortar lebih sulit dan memiliki tingkat fleksibilitas yang kurang. Hal ini dapat menyebabkan batu bata retak di mana dua mortar yang ada melekat pada satu sisi dinding batu bata. Penggunakan mortar semen dalam perbaikan gedung-gedung tua yang awalnya dibangun dengan menggunakan mortar kapur menimbulkan masalah . Hal ini karena mortar kapur lebih lembut daripada mortar semen, yang dapat memberikan tingkat flesibilitas tertentu pada batu bata untuk dapat beradaptasi apabila terjadi pergeseran tanah atau kondisi yang berubah lainnya. Semen mortar lebih sulit dan memiliki tingkat fleksibilitas yang kurang. Hal ini dapat menyebabkan batu bata retak di mana dua mortar yang ada melekat pada satu sisi dinding batu bata. 5. (Mortar Pozzolan) Pozzolana mortar Pozzolan halus, abu vulkanik berpasir, awalnya ditemukan dan digali di Italia di Pozzuoli di wilayah sekitar Gunung Vesuvius. Vitruvius seorang arsitek Romawi kuno berbicara tentang empat jenis pozzolana yang ditemukan di semua wilayah gunung berapi di Italia dalam berbagai warna: hitam, putih, abu-abu dan merah. Pozzolan yang halus apabila dicampur dengan kapur memberikan sifat seperti semen Portland dan membentuk mortar yang kuat yang juga dapat mengeras didalam air air.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
5
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
B.
KELOMPOK XVII
Bahan Tambahan Campuran Beton (Admixture & Aditif) Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan,
yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton, SK SNI S-18-1990-03). Berdasarkan ACI (American Concrete Institute), bahan tambah adalah material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung. Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti atau susbtitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat-volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tambah. Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus memperhatikan standar yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional Indonesia), ASTM (American Society for Testing and Materials) atau ACI (American Concrete Institute) dan yang paling utama memperhatikan petunjuk dalam manual produk dagang. Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive). 1.
Chemical admixtures (bahan tambah kimia)
Menurut standar ASTM , terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu: Tipe A, Water-Reducing Admixtures Tipe B, Retarding Admixtures Tipe C, Accelerating Admixtures Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
6
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
2.
KELOMPOK XVII
Water-Reducing Admixtures (Plasticizer) Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Bahan tambah ini biasa disebut water reducer atau plasticizer. Plasticizer dapat digunakan dengan cara-cara sebagai berikut:
Kadar semen tetap, air dikurangi Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air semen (fas) yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kuat tekan beton. Dengan penambahan plasticizer, walaupun fas rendah, beton tetap memiliki sifat workabilitas yang baik.
Kadar semen tetap, air tetap Cara ini untuk memproduksi beton dengan slump yang lebih tinggi. Tingginya nilai slump akan memudahkan penuangan adukan.
Kadar semen dikurangi, faktor air semen tetap Cara ini dilakukan untuk memperoleh beton dengan penggunaan semen yang lebih sedikit, sehingga mengurangi biaya.
Komposisi dari plasticizer diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:
Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya
Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya
Berdasarkan prosentase pengurangan jumlah air, plasticizer/water reducer dibedakan menjadi 3 macam:
Normal water reducer : Penggunaan jenis ini mampu mengurangi air antara 5 – 10%.
Mid-range water reducer : Penggunaan jenis ini mengurangi air antara 10 – 15%.
High-range water reducer : Jenis ini biasa disebut superplasicizers, mampu mengurangi air antara 20 – 40%.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
7
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Contoh produk plasticizer:
Plastiment NS Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan dasar polimer padat. Plastiment NS memenuhi standar ASTM C-494 Tipe A dan AASHTO M-194 Tipe A. Plastiment NS direkomendasikan untuk digunakan pada aplikasi beton kualitas tinggi dengan peningkatan kuat tekan awal dan waktu ikatan normal. Produk ini dapat mengurangi air sampai dengan 10% untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan kuat tekan dan kuat lentur yang lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah 130 – 265 ml untuk tiap 100 kg semen.
Plastocrete 161W Merupakan produk Sika dengan bahan polimer dan telah memenuhi persyaratam ASTM C-494 Tipe A. Direkomendasikan untuk digunakan pada beton kualitas tinggi dengan workabilitas sangat baik dan waktu ikatan cepat. Plastocrete 161W memberikan hasil yang optimal apabila dikombinasikan dengan fly ash (abu terbang). Dosis yang digunakan adalah 195 – 650 ml/100 kg semen.
Plastocrete 169 Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai reducer dan retarder. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A. Digunakan untuk beton normal dan memerlukan retarder. Tujuan ganda Plastocrete 169 sebagai water reducer normal dan set retarder memberikan fleksibilitas yang tinggi pada penggunaannya dan dapat dikombinasikan untuk meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis. Apabila digunakan untuk reducer, digunakan dosis 261-391 ml/100 kg semen. Apabila digunakan sebagai set retarder, dosis 390520 ml/100 kg berat semen.
Viscocrete 4100 Merupakan produk Sika yang digunakan sebagai high range water reducer dan superplasticizer. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A dan F. Bahan tambah ini dapat digunakan dengan dosis rendah untuk mengurangi air antara 10-15% dan apabila digunakan dengan dosis tinggi mampu mengurangi air hingga 40%. Produk ini dapat digunakan untuk Self
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
8
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Compacting Concrete (SCC) karena dapat memberikan workabilitas yang tinggi. Viscocrete 4100 tidak mengandung formaldehid dan kalsium klorida serta tidak menyebabkan korosi pada tulangan baja. Untuk tujuan umum dosis yang direkomendasikan sebanyak 195-520 ml/100 kg semen. Apabila diinginkan pengurangan air secara maksimum, dosisnya dapat mencapai 780 ml/100 kg semen.
C.
Agregat Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan. Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan. Agregat merupakan salah satu bahan material beton. Dalam pengambilan agregat pihak kontraktor memberikan bukti mengenai mutu dan tetap terjaminnya mutu tersebut kepada konsultan. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu : a.
Agregat halus Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasil oleh alat-alat pemecah batu. Adapun syarat-syarat dari agregat halus yang digunakan menurut PBI 1971, antara lain :
Pasir terdiri dari butir- butir tajam dan keras. Bersifat kekal artinya tidak mudah lapuk oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan
Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah bagian- bagian yang bisa melewati ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5%, maka harus dicuci. Khususnya pasir untuk bahan pembuat beton.
Tidak mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder. Agregat yang tidak memenuhi syarat percobaan ini bisa dipakai apabila kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan beton dengan agregat yangs sama tapi dicuci dalam larutan
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
9
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
3% NaOH yang kemudian dicuci dengan air hingga bersih pada umur yang sama. b.
Agregat kasar Agregat kasar dapat berupa kerikil hasil desintergrasi alami dari batuan-
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butir lebih dari 5 mm. Kerikil, dalam penggunaannya harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:
Butir-butir keras yang tidak berpori serta bersifat kekal yang artinya tidak pecah karena pengaruh cuaca seperti sinar matahari dan hujan.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, apabila melebihi maka harus dicuci lebih dahulu sebelum menggunakannya.
Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak batuan seperti zat –zat yang reaktif terhadap alkali.
Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlahnya tidak melebihi 20% dari berat keseluruhan. AGREGAT KASAR Ayakan
% Lewat ayakan (berat kering)
AGREGAT HALUS Ayakan
%Lewat ayakan (berat kering)
30,0 mm
100
10,0 mm
100
25,0 mm
90-100
5,0 mm
90-100
15,0 mm
25-60
2,5 mm
80-100
5,0 mm
0-10
1,2 mm
50-90
2,5 mm
0-5
0,6 mm
25-60
0,3 mm
10-30
0,15 mm
2-10
Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang dipakai.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
10
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
D.
KELOMPOK XVII
Slump Secara istilah kata slump berarti “kemerosotan”, slump adalah pengujian
khusus untuk mengukur seberapa kental asukan boton tersebut. ini penting untuk mengetahui seberapa mudahnya beton tersebut untuk dikerjakan atau workability. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk : 1.
Mengetahui nilai slump dari beton segar
2.
Membandingkan nilai slump aktual dengan slump rencana kerja Dengan kata lain uji slump beton ini untuk mengontrol mutu beton dengan
cara mengetahui seberapa baik pencampuran adukan beton tersebut. Dengan begitu, uji slump yang dilakukan atas adukan beton memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui seberapa banyak (diukur dalam satuan centimeter) kemerosotan yang terjadi akibat proses pengadukan beton sewaktu di uji dengan alat tes khusus bernama kerucut Abrams. Hal tersebut ada kaitannya dengan jumlah air yang dicampurkan pada adukan beton tersebut. E. Curing Curing secara umum dipahami sebagai perawatan beton, yang bertujuan untuk menjaga supaya beton tidak terlalu cepat kehilangan air, atau sebagai tindakan menjaga kelembaban dan suhu beton, segera setelah proses finishing beton selesai dan waktu total setting tercapai Tujuan pelaksanaan curing/perawatan beton adalah : memastikan reaksi hidrasi senyawa semen termasuk bahan tambahan atau pengganti supaya dapat berlangsung secara optimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai, dan menjaga supaya tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau tidak seragam, sehingga dapat menyebabkan retak. Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan segera setelah beton mengalami atau memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah pembukaan cetakan/acuan/bekisting, selama durasi tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung dalam campuran beton.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
11
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
F. Segregasi Segregasi adalah pemisahan agregat kasar dari adukannya akibat campuran yang kurang lecak. Penyebabnya : 1.
Slump yang terlalu rendah
2.
Gradasi agregat yang kurang baik
3.
BJ agregat kasar >> BJ agregat halus
4.
Agregat halus terlalu sedikit
5.
Campuran beton terlalu kering atau terlalu basah
6.
Tinggi jatuh pengecoran terlalu tinggi
7.
Penggunaan alat penggetar terlalu lama
Penanggulangannya : 1.
Hindari perjalanan campuran beton yang terlalu tinggi dan atau terlalu jauh
2.
Membuat
rancangan
campuran
yang
memadai,
dengan
atau
tanpa bahan admixture 3.
Merubah/mempertinggi slump dan kelecakan beton dengan cara menambah bahan
G. Workability Faktor kelecakan / workability merupakan faktor yang terkait dengan kemudahan didalam pelaksanaan pekerjaan. Salah satu parameter yang bisa dilihat terkait dengan hal ini adalah nilai slump .Slump adalah nilai jatuhnya beton,diukur dari permukaan atas cast kerucut terpancung. Yang di maksud dengan workability ( mudah dikerjakan ) adalah : 1.
Cara menentukan bahan – bahan yang memenuhi syarat dengan perbandingan yang baik.
2.
Cara mencampur sampai homogen.
3.
Cara mengangkut adukan dan molen ke acuan tanpa merubah susunan campuran beton segar.
4.
Cara memadatkan yang baik pada acuan tanpa terjadi segregasi / blooding (pemisah air dari beton).
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
12
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
5.
KELOMPOK XVII
Cara memelihara/curing, selama terjadi proses hidrasi atau pengerasan beton dengan cara melindungi beton dengan membasahi dengan acuan selama 28 hari.
H. Capping Pada saat pengujian compression, permukaan silinder beton haruslah rata sehingga gaya tekan menyebar di semua permukaan silinder beton tersebut. Untuk mendapatkan permukaan silinder beton yang rata diperlukan bahan tambahan yang disebut capping. Bahan capping yang biasa digunakan adalah belerang. Bahan pembuatan belerang sebagai capping adalah dengan cara memanaskan bubuk belerang hingga mencair dan dituang ke alat cetak capping. Selanjutnya ujung permukaan silinder beton yang tidak rata di timpa ke alat cetak capping tersebut sampai belerang menutup ujung permukaan beton dan mengeras. Selain belerang terdapat juga bahan capping lainnya yaitu topi baja dan teflon. Topi baja berupa pad elastomer yang dimasukkan ke dalam topi logam kaku yang berfungsi menahan atau mereduksi beban. Ukuran diameter topi baja 6 mm lebih besar dari diameter silinder beton. Sedangkan untuk penggunaan teflon dibentuk mengikuti bentuk permukaan benda uji. Teflon ini mempunyai dua jenis ketebalan yaitu 100 m dan 50 m .
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
13
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
BAB II PERENCANAAN ADUKAN BETON (JOB MIX DESIGN)
6.1
Perencanaan Adukan Beton Perencanaan campuran atau perbandingan campuran beton yang lebih
dikenal sebagai Mix Design merupakan suatu proses yang meliputi dua tahap yang saling berkaitan, yaitu:
Pemilihan terhadap bahan-bahan yang sesuai untuk pembuatan campuran beton seperti semen, agregat halus, agregat kasar dan lain-lain.
Penentuan jumlah relative dari bahan-bahan campuran untuk menghasilkan beton yang baik.
Cara SNI adalah cara yang paling sering digunakan di Indonesia dalam perancangan adukan beton normal. Dalam perencanaan adukan beton ini, kami menggunakan SNI 7656 : 2012 bersama dengan metode ACI.
6.2
Data Rencana Campuran Beton (mix design)
Data Beton dan Material : Jenis Konstruksi
: Balok dalam ruang ,pemaparan ringan.
Bentuk
: Silinder (d = 15 cm), h = 30cm)
Mutu
: 20 Mpa
Umur
: 28 hari
Semen
: PCC (tipe I)
Berat Jenis Semen
: 3,15 gr/cm3
Bahan tambahan
: TSC 2 -2%
Ukuran Maksimum Agregat Kasar
: 20 - 30 mm
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
14
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Data Agregat : Agregat
Gradasi
Bj (SSD)
Bj (Dry)
Absorbsi
Kadar Air
Kasar
Zona 1
2,77
2,75
0,76 %
0,125%
Halus
Zona 2
2,64
2,63
0,26 %
1,1 %
Berat Volume 1,42 gr/cm3 1,67 gr/cm3
Kuat Tekan Rata-Rata Perlu (f’cr) Kuat tekan rata-rata perlu (𝑓𝑐𝑟′ ) yang digunakan sebagai dasar penentuan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari Persamaan 1.1 atau Persamaan 1.2 dengan nilai deviasi standar. Faktor modifikasi untuk deviasi standar jika jumlah pengujian kurang dari 30 contoh yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Faktor modifikasi untuk deviasi standar jika jumlah pengujian kurang dari 30 contoh. Jumlah pengujian Faktor modifikasi untuk deviasi standar Kurang dari 15 Gunakan Tabel 1.2 contoh 15 contoh 1,16 20 contoh 1,08 25 contoh 1,03 30 contoh atau lebih 1 Catatan: Interpolasi untuk jumlah pengujian yang berada di antara nilainilai di atas SNI 05-2847-2002 𝑓𝑐𝑟′ = 𝑓𝑐′ + 1,34s ..................................(1.1) 𝑓𝑐𝑟′ = 𝑓𝑐′ +2,33s-3,5
..................................(1.2)
Bila fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji lapangan untuk deviasi standar yang memenuhi ketentuan, maka kuat rata-rata perlu (𝑓𝑐𝑟′ ) harus ditetapkan berdasarkan Tabel 2.2 berikut:
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
15
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Tabel 1.2 Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk menetapkan deviasi standar Persyaratan kuat tekan 𝑓𝑐′ (MPa) Kurang dari 21
Kuat tekan rata-rata perlu 𝑓𝑐𝑟′ (MPa)
21 sampai dengan 35
𝑓𝑐′ +8,5
lebih dari 35
𝑓𝑐′ +10,0
𝑓𝑐′ +7,0
SNI 05-2847-2002 Karena produksi beton tidak memiliki catatan hasil uji, dan diketahui 𝑓𝑐′ = 20 MPa. Maka, 𝑓𝑐𝑟′ = 20 + 7 = 27MPa Pemilihan Tipe Semen Jenis Semen Menurut SII 003-81 semen Portland dibagi menjadi lima jenis: Jenis I : Semen
untuk
penggunaan
umum,
tidak
memerlukan
persyaratan khusus. Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang. Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras). Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah. Jenis V: Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat. Semen yang digunakan adalah semen Portland (PCC), jenis I, karena beton yang direncanakan tidak memerlukan persyaratan khusus, dan dipergunakan untuk kepentigan studi umum, yakni praktikum TBK II saja. Langkah-Langkah Perencanaan Mix Design (SNI 7656 : 2012) Pemilihan Slump Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
16
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air. Dalam suatu adukan/campuranbeton, kadar air sangat diperhatikan karena menentukan tingkat workability nya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak. Tabel 1.1 Nilai Slump untuk bermacam tipe konstruksi
Maka, slump yang dipilih adalah minimal 25 hingga maksimal 100 mm. Dan kami pilih slump 100 mm karena slump yang cukup tinggi akan lebih rmudah dalam proses pengecoran. Pemilihan Agregat Ukuran nominal agregat kasar maksimum dengan gradasi yang baik memiliki rongga udara yang lebih sedikit dibandingkan dengan agregat berukuran lebih kecil. Dengan demikian, beton dengan agregat berukuran lebih besar membutuhkan lebih sedikit adukan mortar persatuan isi beton. Secara umum ukuran nominal agregat maksimum harus yang terbesar yang dapat diperoleh secara ekonomi dan tetap menurut dimensi komponen struktur/konstruksinya. Ukuran nominal agregat maksimum tidak boleh melebihi: a) 1/5 dari ukuran terkecil dimensi antara dinding-dinding cetakan/bekisting, b) 1/3 tebalnya pelat lantai,
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
17
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
c) ¾ jarak minimum antar masing-masing batang tulangan, berkas-berkas tulangan, atau tendon tulangan pra-tegang (pretensioning strands). Periksa a.
1/5 ukuran terkecil dimensi 300 mm = 60 mm
b.
1/3 tebal plat lantai 120 mm = 40 mm
c.
3/4 jarak minimum antar tul 50 mm = 37.5 mm Dari ketentuan-ketentuan tersebut dan data material dimana ukuran
agregat kasar yang ada berkisar 20-30 mm. Maka, dipilihlah ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan sebesar 30 mm. Perkiraan Kadar Air Beton yang dibuat adalah beton tanpa tambahan udara, karena strukturnya tidak akan terkena pemaparan tingkat berat. Dari Tabel 2.2, banyaknya air pencampur untuk beton tanpa tambahan udara dengan slump 75 sampai dengan 100 mm dan besar butir agregat maksimum yang dipakai 30 mm, dan dengan meng-interpolasi kan nilai diantaranya,
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
18
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
37,5
181
30
X1
25
179
𝑥1 = 181 + (
KELOMPOK XVII
37,5 − 25 ) × (179 − 181) 30 − 25
𝑥1 = 188,2 Di dapat kan nilai kadar air sebesar 188,2 kg/m3 Rasio Air Semen Rasio air semen untuk beton berkekuatan 27 Mpa, dapat ditentukan dari tabel 2.3 berikut. Tabel 2.3 Hubungan Rasio air semen dan Kekuatan Beton
30
0,54
27
X1
25
0,61
𝑥1 = 0, 54 + (
30 − 27 ) × (0,61 − 0,54) 30 − 25
𝑥1 = 0,582 Dengan interpolasi, antara 25 dan 30, didapatkan nilai rasio air semen sebesar 0,582.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
19
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Kadar Semen Dari data yang diperoleh dari langkah 3 dan 4, banyaknya semen adalah: *Tanpa tambahan udara : 𝑤 (𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 3) = 𝑐 (𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛) 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛(𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 4) 𝑐=
188,2 = 323,367 0,582
Jadi, banyak semen yang dibutuhkan adalah 323,367 kg/m3 Kadar Agregat Kasar Dari interpolasi tabel 2.5 Agregat maksimum 30 mm dan modulus halus butir 2,60 didapat nilai koefisien sebesar 0,706. Tabel 2.5 Volume agregat kasar persatuan volume beton
Maka berat agregat kasar yang diperlukan adalah : Berat volum agregat kering x 0,706 = 1490 x 0,706 = 1051,94 kg Kadar Agregat Halus Volume air
:
Volume padat semen
:
Volume absolute agregat kasar
:
Volume udara terperangkap
:
188,2 1000
= 0,1882
323,367 3,15 ×1000 1051,94 2,77 ×1000
= 0,1026 = 0,379
0,013 × 1 = 0,013 + 0,6828
Jumlah selain ag. Halus
:
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1 – 0,6828 = 0,3172
20
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Berat ag. halus kering yang dibutuhkan
:
KELOMPOK XVII
0,3172 × 2,64 × 1000 = 837,408
Koreksi Terhadap Kandungan Air Berat (massa) penyesuaian dari agregat : Agregat × (100 + 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟)% = 𝑘𝑔 TanpaTambahanUdara Agregat kasar 1051,94 x (1,00125) = 1053,25 kg Agregat halus 837,408 x (1,011) = 846,619 kg Air pada permukaan yang diberikan dari agregat kasar (0,125 - 0,76 = -0,635 persen). Dari agregat halus (1,1 – 0,26 = 0,84 persen) Dengan demikian, kebutuhan perkiraan air yang ditambahkan adalah : 188,2 − (1051,94 × (−0,00635)) − (846,619 × 0,0084) = 187,776 Maka, perkiraan berat campuran untuk satu m3 beton menjadi : Air (yang ditambahkan)
: 187,77 kg
Semen
: 323,364 kg
Agregat Kasar (basah)
: 1053,25 kg
Agregat Halus (basah)
: 846,619 kg
Jumlah
: 2411,003 kg
Bahan Air Semen Agregat Kasar Agregat Halus Berat Beton per 1 m3
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
+
Berat (kg/m3 ) 187,77 323 1053 846,62 2411,003
21
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Sample yang digunakan
Diameter
= 0.15 m
tinggi
= 0.3 m
Jumlah
= 9 buah
Volume
= 0.047689 m3
Add 20%
= 0.057227 m3
*Semua bahan di kali 0,057227 Tabel Acuan Berat yang digunakan tanpa aditif Bahan
Berat (kg/m3 )
Air
10,75
Semen
18,48
Agregat Kasar
60,26
Agregat Halus
48,45
Berat Beton per 1 m3
137,998~138
Aditif : digunakan sebagai referensi pengganti air, digunakan atas persentasi semen % aditif
= 2%
Volume Aditif = 0.37 kg Bj aditif
= 1235 kg/m3
Tabel Acuan Berat yang digunakan 0,02 x 18,48(semen) = berat bahan aditif = 0,3696~0,37 kg/m3 Berat air’ = berat air-berat aditif Bahan
Berat (kg/m3 )
Air
10,40
Semen
18,48
Agregat Kasar
60,26
Agregat Halus
48,45
Berat Beton per 1 m3
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
137,998~138
22
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
Bahan Air
Berat (kg/m3 ) 187,77
Semen
323
Agregat Kasar
1053
Agregat Halus
846,62
Berat Beton per 1 m3
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
KELOMPOK XVII
2411,003
23
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
BAB III PERCOBAAN SLUMP BETON
3.1
Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai slump beton yang
merupakan ukuran kekentalan beton segar. Sehingga akan diketahui apakah sampel yang dibuat telah memenuhi slump yang telah ditentukan pada perhitungan sebelumnya (pada pembuatan job mixed desigm)
3.2
Peralatan Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan slump beton adalah sebagai
berikut: 1.
Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm, bagian atas 10 cm, dan tinggi 30 cm, bagian atas dan bagian bawah terbuka.
2.
Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3.
Pelat logam dengan permukaan yang kokoh rata dan kedap air (talam).
4.
Sendok cekung
3.3
Bahan Bahan yang digunakan adalah sampel beton segar seukuran dengan cetakan
kerucut.
3.4
Prosedur Percobaan
Adapun rangkaian dari prosedur percobaan adalah sebagai berikut: 1.
Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.
2.
Letakkan cetakan diatas pelat.
3.
Isi cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapisan, tiap lapisan berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan sedalam bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pemadatan lapisan pertama pemasukan bagian tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
24
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
4.
KELOMPOK XVII
Setelah selesai pemadatan, segera ratakan permukaan benda uji dengan tongkat, tunggu selama 30 detik. Dan dalam jangka waktu ini semua kelebihan beton segar di sekitar cetakan harus dibersihkan.
5.
Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
6.
Balikkan cetakan dan letakan perlahan-lahan di samping benda uji.
7.
Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata dari benda uji.
3.5
Perhitungan Dari hasil percobaan diperoleh data slump seperti yang disajikan pada Tabel
3.1 berikut: Tabel. 3.1 Hasil percobaan slump beton
3.6
Percobaan
Penurunan (cm)
1
7,0
Keterangan Beton segar dengan air rencana sesuai job mixed design yaitu liter.
Kesimpulan Karena kondisi agregat dalam keadaan SSD, maka kebutuhan air rencana
yaitu sebanyak 10,40 liter tanpa penambahan air. Pada percobaan ini didapat slump 7,0 cm, maka percobaan ini belum memenuhi persyaratan slump yang direncanakan. Karena slump yang direncanakan sebesar 7,5-10,0 cm. Ketidak tercapainya nilai slump dalam percobaan ini dapat terjadi akibat penambahan bahan aditif baru yang sifatnya, dalam praktikum terlihat membuat campuran beton tersegregasi serta menimbulkan bleeding. Beton menjadi terlihat berair pada permukaan namun telah mulai mengeras di bagian bawahnya. Sehingga, dalam pelaksanaannya mengurangi workability dari beton.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
25
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
3.7
KELOMPOK XVII
Gambar Alat
Gambar 3.1 Cetakan berupa kerucut terpancung, tongkat pemadat, dan pelat logam
Gambar 3.2 Hasil Percobaan Slump
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
26
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
BAB IV PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON DAN BANYAKNYA BETON PER ZAK SEMEN
4.1
Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi beton dan
banyaknya beton per zak semen.
4.2
Peralatan
a.
Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
b.
Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujungnya dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
c.
Alat perata.
d.
Takaran dengan kapasitas volume takaran adalah 2830 cm3.
6.3
Bahan
Contoh beton segar sebanyak-banyaknya dengan kapasitas takaran/bohler.
6.4
Prosedur Percobaan
1.
Timbang dan catat berat takaran (W1).
2.
Isilah takaran dengan benda uji dalam tiga lapis, dalam tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata.
3.
Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan sampai tidak tampak gelembung-gelembung udara.
4.
Ratakan permukaan pada benda uji dan tentukan beratnya (W2).
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
27
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
6.5
KELOMPOK XVII
Hasil Percobaan
Berat beton segar + bohler
W2
= 10200 gram
Berat bohler
W1
= 3880gram
Berat Beton
(W2-W1)
= 6320 gram
Volume bohler
V
=2830 cm3
Berat per zak semen
6.6
= 50 Kg
Perhitungan
Berat Isi Beton : W2 − W1 10200 − 3880 gr = = 2,233 ⁄cm3 V 2830
D=
Banyaknya Beton Per Zak Semen : Berat jenis beton basah (A)
=2435 kg/m3
Kadar semen rencana (B)
=372,353Kg/m3
Berat Beton Per Zak Semen (50 kg) : W=
Berat satu zak 50 kg kg ×A= × 2435 = 326,974 kg B 372,353 kg/m3 m3
Banyaknyabeton per zaksemen : Y=
326,974 2,233
3
𝑥 10−3 = 0,146 𝑚 ⁄𝑧𝑎𝑘
Banyaknya semen per m3 : X=
1 1 = = 6,85 zak⁄m3 Y 0.146m3 /zak
Kebutuhan semen dalampelaksanaan pekerjaan 1000m3
= (Volume total) x ( X ) =1000 m3 x 6,85zak/m3 =6850zak semen
6.7
Kesimpulan
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
28
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Dari percobaan ini didapat: Berat isi beton
= 2,233gr/cm3
Berat beton per zak semen
= 326,974 kg
Banyaknya beton per zak semen
= 0.146m3
Banyaknya semen per m3
= 6,85zak/m3
Kebutuhan semen dalam pelaksanaan pekerjaan 1000m3
= 6850 zak
6.8
Gambar Alat
Gambar 4.1 Bohler dengan kapasitas volume takaran adalah 2830 cm3
BAB V PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
29
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN BETON
5.1
Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan beton
berbentuk silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium. Kekuatan tekan adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.
5.2
Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah sebagai berikut: 1.
Silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
2.
Tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 60 cm dengan ujung dibulatkan dan terbuat dari baja anti karat.
3.
Bak pengaduk beton kedap air dengan mesin pengaduk.
4.
Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
5.
Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
6.
Satu set alat pemeriksaan slump.
7.
Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.
5.3
Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah sebagai berikut: 1.
air bersih,
2.
agregat halus (pasir),
3.
agregat kasar (batu pecah),
4.
semen ppc gresikyang termasuk semen tipe I.
5.4
Prosedur Percobaan
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
30
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Adapun rangkaian dari prosedur percobaan adalah sebagai berikut: a.
Pembuatan Beton Segar 1) Timbang bahan-bahan tersebut di atas sesuai dengan yang telah ditentukan (pada Bab II Perencanaan Campuran Beton). 2) Pengadukan bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk atau secara manual. Pada pelaksanaannya kami menggunakan mesin pengaduk (molen) yaitu dengan memasukkan agregat kasar dan halus serta semen
kedalam mesin pengaduk kemudian diaduk dengan
menyalakan mesin pengaduk sampai campuran merata. b.
Penentuan Slump 1) Tentukan nilai slump dengan range slump 8±2cm. 2) Apabila nilai slump telah memenuhi range 8±2cm, berarti kekentalan beton segar telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. 3) Apabila belum memenuhi, maka ulangi pekerjaan pengadukan sampai memenuhi nilai slump yang direncanakan.
c.
Pencetakan dan Persiapan Benda Uji 1) Bagian dalam cetakan diolesi dengan oli terlebih dahulu supaya pada saat pelepasan benda uji dari cetakannya lebih mudah. 2) Isilah cetakan dengan adukan dalam tiga lapisan, dipadatkan dengan tusukan 25 kali secara merata tiap lapisnya. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk antara 25.4 mm kedalam lapisan pertama atau bawahnya. Tempatkan cetakan di atas alat penggetar atau gunakan alat penggetar (Vibrator) dan getarkan sampai gelembung dan rongga-rongga udara tidak ada lagi. Ratakan permukaan beton dan tempatkan cetakan di tempat yang lembab, kemudian diamkan selama 24 jam. 3) Setelah 24 jam bukalah cetakan dan keluarkan benda uji. 4) Rendam benda uji di dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi syarat untuk perawatan selama waktu yang dikehendaki.
d.
Persiapan Pengujian
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
31
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
1) Keluarkan benda uji yang akan diukur kekuatannya dari bak perendam sehari sebelum pengujian. Kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab. 2) Ukur berat dan dimensi benda uji. e.
Pengujian 1) Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris 2) Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan. 3) Lakukan pembebanan sampai benda uji mengalami kehancuran atau keruntuhan dan catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji serta gambarkan pola retak yang terjadi.
5.5
Perhitungan
Rumus kekuatan tekan beton : 𝑃
𝜎 = 𝐴(kg/cm2) Dimana : P
=
Beban maksimum (kg)
A
=
Luas penampang benda uji (cm2)
Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
UMUR
BERAT (gram)
KODE
LUAS (cm2)
BEBAN MAX (kg)
KUAT TEKAN (kg/cm2)
TANGGAL NO BUAT
TEST
1
3-11-2018
10-11-2018
7
13000
A
176,625
11000
6,228
2
3-11-2018
10-11-2018
7
12900
B
176,625
8500
4,812
3
3-11-2018
10-11-2018
7
13150
C
176,625
17000
9,625
4
3-11-2018
17-11-2018
14
13100
D
176,625
12000
6,794
5
3-11-2018
17-11-2018
14
12600
E
176,625
14000
7,926
6
3-11-2018
17-11-2018
14
13200
F
176,625
12000
6,794
7
3-11-2018
1-12-2018
28
12800
G
176,625
14000
7,926
8
3-11-2018
1-12-2018
28
12700
H
176,625
18500
10,474
9
3-11-2018
1-12-2018
28
12850
I
176,625
28000
15,853
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
32
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Grafik Hubungan Umur dan Kuar Tekan 30 25
Umur (Hari)
20 15 UMUR 7 HARI UMUR 14 HARI
10
UMUR 28 HARI
5 0 0
5
10
15
20
Kuat Tekan (kg/cm2)
Mutu beton tersebut dianggap memenuhi syarat apabila : 1.
Setiap nilai rata-rata tiga uji kuat tekan yang berurutan mempunyai nilai yang sama atau lebih besar dari fc’ atau ≥ 20 Mpa fc’ untuk umur beton 28 hari adalah 20Mpa fc’A,B,C =
6,228 + 4,812 + 9,625 3
= 6,888 Mpa
(< 20Mpa,Tidak Memenuhi)
= 7,077 Mpa
(< 20 Mpa, Tidak Memenuhi)
= 8,115 Mpa
(< 20 Mpa, Tidak Memenuhi)
= 7,171 Mpa
(< 20 Mpa, Tidak Memenuhi)
= 7,549 Mpa
(< 20 Mpa, Tidak Memenuhi)
fc’B,C,D=
4,812 + 9,625 + 6,794
fc’C,D,E =
9,625 + 6,794 + 7,926
fc’D,E,F =
6,794 + 7,926 +6,794
fc’E,F,G =
7,926 + 6,794 +7,926
fc’F,G,H =
6,794 + 7,926 + 10,474
fc’G,H,I =
7,926 + 10,474 + 15,853
3 3 3 3 3 3
= 8,398 Mpa = 11,418 Mpa
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(< 20Mpa, Tidak Memenuhi) (<20 Mpa, Tidak Memenuhi)
33
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
2.
KELOMPOK XVII
Mengontrol mutu beton dengan cara menghitung mutu beton rata-rata untuk seluruh jumlah sampel
∑𝑓𝑐 ′ = 6,228 + 4,812 + 9,625 + 6,794 + 7,926 + 6,794 + 7,926 + 10,474 + 15,853 = 76,432 MPa fc’=
∑𝑓𝑐 ′ 𝑛
=
76,432 9
= 8,492 MPa
Ternyata nilai harga mutu beton rata-rata dari 9 buah sampel adalah kurang dari mutu beton yang direncanakan, yaitu fc’= 8,492 MPa < fc’= 20 MPa
5.6
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian kuat tekan beton yang telah dilaksanaka nmaka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a.
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mutu beton benda uji sebanyak 9 buah, tidak ada yang memenuhi syarat.
b.
Beton yang tidak memenuhi syarat dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu: 1. Saat mengeluarkan adonan dari molen tidak di aduk terlebih dahulu agar campuran merata. 2. Saat menggunakan alat pengetar (vibrator) tidak merata, sehingga masih ada gelembung dan terjadi segregasi. 3. Pengujian tidak dilakukan secara konstan. 4. Ketidaktelitian dalam pelaksanaan 5. Penambahan bahan aditif yang tidak sesuai.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
34
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
6.9
KELOMPOK XVII
Gambar Alat Dan Hasil
Gambar 5.1 Cetakan silinder
Gambar 5.2 Mesin pengaduk (molen).
Gambar 5.3 Mesin tekan
Gambar 5.4 Kondisi setelah pengujian kuat tekan
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
35
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
BAB VI ANALISA TEGANGAN DAN REGANGAN
6.1 Tujuan Percobaan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium. Kekuatan tekan adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.
6.2
Peralatan Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton
adalah sebagai berikut: a.
Silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
b.
Tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 60 cm dengan ujung dibulatkan dan terbuat dari baja anti karat.
c.
Bak pengaduk beton kedap air dengan mesin pengaduk.
d.
Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
e.
Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
f.
Satu set alat pemeriksaan slump.
g.
Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.
6.3
Bahan Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton
adalah sebagai berikut: a.
Air bersih,
b.
Agregat halus (pasir),
c.
Agregat kasar (batu pecah),
d.
Semen ppc gresik yang termasuk semen tipe I.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
36
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
6.4
KELOMPOK XVII
Prosedur Percobaan Adapun rangkaian dari prosedur percobaan adalah sebagai berikut: a)
Pembuatan Beton Segar 1.
Timbang bahan-bahan tersebut di atas sesuai dengan yang telah ditentukan (pada Bab I Perencanaan Campuran Beton).
2.
Pengadukan bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk atau secara manual. Pada pelaksanaannya kami menggunakan cara manual yaitu dengan memasukkan agregat kasar dan halus serta semen
kedalam
talam
besar
kemudian
diaduk
dengan
menggunakan cangkul sampai campuran merata. b) Penentuan Slump 1.
Tentukan nilai slump dengan range slump 2,5±9 cm.
2.
Apabila nilai slump telah memenuhi range 2,5±9 cm, berarti kekentalan beton segar telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
3.
Apabila belum memenuhi, maka ulangi pekerjaan pengadukan sampai memenuhi nilai slump yang direncanakan.
c)
Pencetakan dan Persiapan Benda Uji 1.
Bagian dalam cetakan diolesi dengan oli terlebih dahulu supaya pada saat pelepasan benda uji dari cetakannya lebih mudah.
2.
Isilah cetakan dengan adukan dalam tiga lapisan, dipadatkan dengan tusukan 25 kali secara merata tiap lapisnya. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk antara 25.4 mm kedalam lapisan pertama atau bawahnya. Tempatkan cetakan di atas alat penggetar atau gunakan alat penggetar (Vibrator) dan getarkan sampai gelembung dan rongga-rongga udara tidak ada lagi. Ratakan permukaan beton dan tempatkan cetakan di tempat yang lembab, kemudian diamkan selama 24 jam.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
37
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
3.
Setelah 24 jam bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
4.
Rendam benda uji di dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi syarat untuk perawatan selama waktu yang dikehendaki.
d) Persiapan Pengujian 1.
Keluarkan benda uji yang akan diukur kekuatannya dari bak perendam sehari sebelum pengujian. Kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab.
2. e)
Ukur berat dan dimensi benda uji.
Pengujian 1.
Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentries.
2.
Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.
3.
Lakukan pembebanan sampai benda uji mengalami kehancuran atau keruntuhan dan catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji serta gambarkan pola retak yang terjadi.
6.5
Perhitungan
Rumus kekuatan tekan beton : 𝑃
𝜎 = 𝐴 (kg/cm2) Dimana : P A
=
Beban maksimum (kg)
=
Luas penampang benda uji (cm2)
Regangan adalah perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang mulamula. Atau dapat dirumuskan dengan : ∆𝐿
𝜀 = 𝐿𝑜
Dimana: 𝜀
=
Regangan
∆𝐿
=
Perubahan panjang (mm)
𝐿𝑜
=
Panjang mula-mula (mm)
Tolak ukur yang umum dari sifat elastis suatu bahan adalah modulus elastisitas, yang merupakan perbandingan dari tekanan yang diberikan dengan perubahan bentuk persatuan panjang, sebagai akibat dari tekanan yang diberikan PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
38
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
itu. Modulus elastisitas sangat penting untuk menetukan kekuatan dan lendutan beton. Besarnya modulus elastisitas dihitung berdasarkan persamaan : 𝐸=
𝑆2 − 𝑆1 𝜀2 − 0,00005
Dimana : E =Modulus Elastisitas (MPa) S1 = Tegangan untuk regangan 0,00005 S2 = Tegangan 40% dari tegangan hancur ultimate. 𝜀2 = Regangan yang menghasilkan S2 Menurut ACI, untuk beton berbobot normal rumus pendekatan Modulus Elastisitas (Ec) adalah sebagai berikut : 𝐸𝑐 = 4700 √𝑓𝑐, Dan diketahui : Panjang mula-mula (𝐿𝑜) : 300 mm Luas Silinder (A) : 176,625 cm2
Contoh Perhitungan : Analisa Perhitungan Kuat tekan beton : 𝑃
𝜎=𝐴 12000
𝜎 = 176,625 = 67,941 kg/cm2 Analisa Perhitungan Regangan : ∆𝐿
𝜀 = 𝐿𝑜 𝜀=
0,015 300
= 0,00005
Perhitungan Modulus Elastisitas : (diambil data dari Sample A) 𝐸=
𝑆2 − 𝑆1 𝜀2 − 0,00005
S1 = 1,132343 Mpa
S2 = 40 x 6,794055 MPa = 2,72 MPa
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
39
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
6 x 10−5 − 5,67 x 10−5
ε2 = 5,44 x 10-5
𝐸=
𝐸=
6 x 10−5 − ε2
=
KELOMPOK XVII
3,39− 2,26 3,39− 2,72
𝑆2 − 𝑆1 𝜀2 − 0,00005 2,72− 1,13 0,0000544− 0,00005
𝐸 = 3,6 x 10-5 MPa Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat di tabel. Tabel 6.1 Pengamatan Tegangan dan Regangan Sampel A
No
Beban max (kg )
Tegangan (Mpa)
Dial
∆L
Regangan
1 2 3 4 5 6 7
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
0 1,132343 2,264685 3,397028 4,52937 5,661713 6,794055
0 1,5 1,7 1,8 1,9 2 2,8
0 0,015 0,017 0,018 0,019 0,02 0,028
0 5 x 10-5 5,67 x 10-5 6 x 10-5 6,33 x 10-5 6,67 x 10-5 9,33 x 10-5
Hubungan Tegangan dan Regangan Sampel A 8 7
Tegangan (MPa)
6 5 4 3 2 1 0 0
0.00002
0.00004
0.00006
0.00008
0.0001
Regangan
Grafik 6.1 Hubungan Tegangan dan Regangan Sampel A PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
40
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Tabel 6.2 Pengamatan Tegangan dan Regangan Sampel B Beban max (kg ) 0 2000 4000 6000 8000 10000
No 1 2 3 4 5 6
Tegangan (Mpa) 0 1,132343 2,264685 3,397028 4,52937 5,661713
Dial
∆L
Regangan
0 1,1 3 4,8 5,2 5,7
0 0,011 0,03 0,048 0,052 0,057
0 4 x 10-5 10 x 10-5 16 x x 10-5 17,33 x 10-5 19 x 10-5
Hubungan Tegangan dan Regangan Sampel B 6
Tegangan (MPa)
5 4 3 2
1 0 0
0.00005
0.0001
0.00015
0.0002
Regangan
Grafik 6.2 Hubungan Tegangan dan Regangan Sampel B Tabel 6.3 Pengamatan Tegangan dan Regangan Sampel C No 1 2 3 4
Beban max (kg ) 0 2000 4000 6000
Tegangan (Mpa) 0 1,132343 2,264685 3,397028
Dial
∆L
Regangan
0 0,5 0,7 0,8
0 0,005 0,007 0,008
0 2 x 10-5 2,33 x 10-5 2,67 x 10-5
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
41
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Tegangan (MPa)
Hubungan Tegangan dan Regangan Sampel C 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0
0.000005 0.00001 0.000015 0.00002 0.000025 0.00003
Regangan
Grafik 6.3 Hubungan Tegangan dan Regangan Sampel C Tabel 6.4 Pengamatan Tegangan dan Regangan Sampel F No 1 2 3 4 5 6 7
Beban max (kg ) 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
Tegangan (Mpa)
Dial
∆L
Regangan
0 1,132343 2,264685 3,397028 4,52937 5,661713 6,794055
0 0 0 0 0 1,5 3,5
0 0 0 0 0 0,015 0,035
0 0 0 0 0 5 x 10-5 11,67 x 10-5
Tegangan (MPa)
Hubungan Tegangan dan Regangan Sampel F 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0
0.00002 0.00004 0.00006 0.00008 0.0001 0.00012 0.00014
Regangan
Grafik 6.4 Hubungan Tegangan dan Regangan Sampel F PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
42
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
Tabel 6.5 Pengamatan Tegangan dan Regangan Sampel G No 1 2 3 4 5 6 7 8
Beban max (kg ) 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
Tegangan (Mpa)
Dial
∆L
Regangan
0 1,132343 2,264685 3,397028 4,52937 5,661713 6,794055 7,926398
0 33 33,2 34,2 39,1 61,6 105 136
0 0,33 0,332 0,342 0,391 0,616 1,05 1,36
0 11 x 10-4 11,1 x 10-4 11,4 x 10-4 13,03 x 10-4 20,53 x 10-4 35 x 10-4 45,3 x 10-4
Hubungan Tegangan dan Regangan Sampel G 9 8
Tegangan (MPa)
7 6 5
4 3 2
1 0 0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
Regangan
Grafik 6.5 Hubungan Tegangan dan Regangan Sampel G
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
43
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
10
0.005 9
9
8
8
7
Tegangan (MPa)
0
0.001
0.002
0.003
KELOMPOK XVII
0.004
7
6
6
5
5 4
4
Sampel 1
3
Sampel 2
2
2
Sampel 4
1
1
3
Sampel 3
Sampel 5
0 0
0.00005
0.0001
0.00015
0 0.0002
Regangan
Grafik 6.6 Hubungan Tegangan dan Regangan 5 Sampel
Tabel 6.6 Data Hasil Perhitungan Modulus Elastisitas No
Kode Sample
1 2 3 4 5
A B C F G
Tegangan S1 S2 1,132343 2,72 1,31 2,264685 0 0 5,661713 2,717622 0,0514 3,170559
Regangan Modulus Elastisitas ε1 ε2 0,00005 0,0000544 3,6 x 105 0,00005 0,0001 1,9 x 105 0,00005 0 0 0,00005 0 5,9 x 105 0,00005 0,001134 2,9 x 105
E RataRata
8,8 x 105
6.6 Kesimpulan Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa: 1. Semakin besar tegangan, maka semakin besar pula reganganya. 2. Jika diamati regangan yang paling besar ialah 45,3 x 10-4, yaitu pada sampel silinder sampel I. 3. Modulus Elastisitas yang didapat sebesar 8,8 x 105 MPa.
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
44
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI II
KELOMPOK XVII
6.7 Gambar Alat
Gambar 6.1 Dial Pembacaan Penurunan Beton (ΔL)
Gambar 6.2 Kondisi Beton Setelah Uji Kuat Tekan
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
45