Laporan Pkm Dagusibu.docx

  • Uploaded by: sartisalamate
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pkm Dagusibu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,306
  • Pages: 12
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Pelatihan Penggunan Obat yang Benar melalui DAGUSIBU pada Masyarakat Di Desa Ilo-ilo Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara

Oleh : Hamidah Sri Supriati, S.Farm., M.Si., Apt. Drs. H. Amir Fatah Febrianika Ayu K, S.Farm Ayu Brenda Sumariangen, Amd. Farm Mahasiswa

NIDN 0904108001 (Ketua) NIDN 0903104901 (Anggota) (Anggota) (Anggota) (Anggota)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI STIKES MUHAMMADIYAH MANADO AGUSTUS 2017

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan suatu media untuk menjembatani dunia

pendidikan dengan masayarakat, dimana Perguruan Tinggi dihadapkan pada masalah bagaimana agar warga masyarakat mampu menghadapi tantangan lebih jauh ke depan di era globalisasi. Program kesehatan masyarakat telah banyak diupayakan dan telah banyak mendapat perhatian baik kalangan pemerintah maupun swasta. Perhatian pihak terkait perlu mendapatkan respon dari berbagai kalangan oleh karena peningkatan kesehatan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: faktor lingkungan, perilaku, pelayanan dan keturunan. Faktor yang satu dengan lainnya saling mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Populasi penduduk di Desa Ilo-ilo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara cukup banyak, namun sarana kesehatan dirasa masih sangat kurang. Akses masyarakat untuk mendapatkan fasilitas kesehatan juga masih sangat sulit. Sehingga pendekatan terhadap masyarakat mengenai kesehatan terutama dalam hal pengobatan mandiri (swamedikasi) masih sangat perlu. Masalah kesehatan yang seringkali muncul dan pengetahuan masyarakat tentang pengobatan dirasakan masih dianggap remeh. Seringkali obat warung dianggap sebagai alternatif utama dalam pengobatan. Selama ini pemberdayaan dan peran serta masyarakat belum dioptimalkan sehingga penanganan terhadap masalah kesehatan dan pengobatan belum mendapat perhatian khusus. Berdasarkan konsep penanganan kesehatan, bahwa terabaikannya permasalahan disebakan oleh ketidakatahuan, ketidakmampuan dan ketidakmauan. Peran serta perguruan tinggi STIKES Muhammadiyah Manado dalam menjalankan Tridarma perguruan tinggi salah satunya pengabdian masyarakat, pendekatan diri kepada masyarakat sehingga dapat mengenal, mengetahui dan merasakan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, sehingga ditemukan permasalahan terkait dengan pengobatan mandiri oleh masyarakat yang belum mendapat penanganan. Masyarakat sebagai komponen kependudukan dan bagian masyarakat secara fisik tergolong non poroduktif tetapi berdasarkan potensi masih dapat diandalkan untuk memberikan inspirasi dan potensi masyarakat sehingga dianggap perlu mendapat penanganan.

STIKES Muhammadiyah Manado sebagai perguruan tinggi bidang kesehatan dengan Tridarma Perguruan Tinggi mengabdikan keilmuan dan ketrampilan sebagai wujud nyata membantu membangun masyarakat melalui strategi pengabdian masyarakat. Pengabdian masyarakat sebagai suatu bentuk kerja nyata dimasyarakat dan keuntungan bagi masyarakat dapat mengadopsi strategi sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan. Bentuk pengabdian masyarakat di Desa Ilo-ilo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara adalah penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan Pembangunan Kesehatan

Masyarakat

Desa (PKMD) dengan tema “Peningkatan

Pengetahuan

Swamedikasi Mayarakat Melalui DAGUSIBU di Desa Ilo-ilo Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara “.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa hal yang menjadi masalah yang perlu penanganan yang tepat, antara lain : 1.

Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang berimbas pada peningkatan motivasi masyarakat untuk memeriksa kesehatan secararutin di pusat pelayanan kesehatan setempat juga menjadi sebab peredaran obat yang cukup banyak di masyarakat.

2.

Penggunaan obat yang semakin banyak belum didukung secara optimal dengan pengetahuan masyarakat mengenai cara konsumsi hingga pembuangan limbah obat yang baik dan aman bagi lingkungan.

3.

Pemberian informasi yang benar terkait penggunaan obat menjadi kebutuhan masyarakat agar terhindar dari dampak buruk kesehatan diri maupun lingkungan.

1.3

Tujuan Kegiatan A. Tujuan Umum : Terciptanya kesadaran, pengetahuan dan kepedulian keluarga serta masyarakat terhadap kesehatan dan mampu memberdayakan potensi setempat dalam penanganan permasalahan sehingga mampu meningkatkan status kesehatan serta kesejahteraan masyarakat secara optimal. B. Tujuan Khusus : 1. Masyarakat mengetahui tentang macam – macam obat yang ada di pasaran dan perbedaannya.

2. Masyarakat mengetahui cara mendapatkan obat dengan benar.

3. Masyarakat mengetahui mengenai berbagai macam sediaan obat dan cara penggunaannya masing – masing untuk memperoleh efek yang diharapkan.

4. Masyarakat mengetahui mengenai tata cara penyimpanan dan pembuangan obat yang sudah tidak dipakai.

1.4

Luaran yang diharapkan 1. Masyarakat memahami tentang definisi umum dan klasifikasi obat. 2. Masyarakat memahami tentang cara mendapatkan obat yang benar. 3. Masyarakat memahami tentang berbagai macam sediaan obat dan cara konsumsi atau penggunaannya. 4. Masyarakat memahami tata cara penyimpanan dan pembuangan obat yang rusak atau kadaluarsa.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Analisa Masalah

Masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai terbiasa dengan penggunaan berbagai jenis obat-obatan dengan tujuan menyembuhkan penyakit, mengontrol, ataupun sebagai suplemen untuk menunjang aktifitas sehari-hari. Penggunaan obat secara bebas (over dosis), kejadian efeksamping, interakasi obat atau penyalah gunaan obat seringkali terjadi pada masyarakat dan dapat menyebabkan masalah baru dalam kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai factor seperti perkembangan penyakit, produksi berbagai jenis obat-obatan dan suplemen serta mulai diberlakukannya jaminan kesehatan nasional yang memungkinkan masyarakat mendapatkan akses yang lebih mudah untuk mendapatkan pengobatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukan bahwa 32,1% rumah tangga di Indonesia menyimpan obat yang sedang digunakan, 47,0% rumah tangga menyimpan obat sisa dan 42,2% rumah tannga menyimpan obat untuk persediaan. Obat tersebut meliputi obat bebas (OTC) untuk swamedikasi maupun obat keras (ethical) yang diperoleh dari resep dokter. Masyarakat mendapatkan obat tersebut di sarana kesehatan baik pemerintah maupun swasta bahkan dari toko/swalayan, warung bahkan pemesanan melalui online juga bisa dilakukan tanpa masyarakat mengetahui apakah obat tersebut asli atau palsu. Perkembangan tersebut menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif. Dampak positif yang dapat terlihat adalah semakin banyak nyamasyarakat yang mulai peduli terhadap kesehatan dengan memeriksakan diri ketempat-tempat pelayanan kesehatan. Sedangkan dampak negatif yang mungkin timbul dengan meningkatnya penggunaan obat di masyarakat adalah kesalahan dalam menggunakan hingga membuang limbah obat. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dan informasi yang disampaikan kepada masyarakat terkait penggunaan obat yang baik dan benar. Kesalahan dalam penggunaan obat dapat menyebabkan kerugian baik bagi masyarakat maupun bagi lingkungan. STIKES Muhammadiah Manado khususnya program studi famasi sebagai salah satu stackholder yang berkerjasama dengan organisasi profesikesehatan IkatanApoteker Indonesia (IAI) saat ini mulai mencanangkan kegiatan pelatihan kepada masyarakat terkait penggunaan obat yang baik dan benar. Kegiatan pelatihan ini diberi nama DAGUSIBU (Dapatkan – Gunakan – Simpan – Buang). Apoteker sebagai profesi kesehatan yang concern terhadap pemakaian obat-obatan di masyarakat dihimbau untuk terus melakukan pelatihan DAGUSIBU di manapun agar masyarakat paham mengenai penggunaan obat yang benar

sehingga tujuan pengobatan dapat tercapai serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan karena pembuangan limbah obat yang salah. 2.2

Permasalahan

Masyarakat di Desa Ilo-ilo Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara memiliki akses yang cukup baik terhadap kesehatan, termasuk di dalamnya penggunaan obat, baik obat yang diresepkan oleh dokter, obat bebas maupun obat bebas terbatas yang dibeli sesuai dengan gejala yang dirasakan. Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang berimbas pada peningkatan motivasi masyarakat untuk memeriksa kesehatan secara rutin di pusat pelayanan kesehatan setempat juga menjadi sebab peredaran obat yang cukup banyak di masyarakat. Namun penggunaan obat yang semakin banyak ini belum didukung secara optimal dengan pengetahuan masyarakat mengenai cara konsumsi hingga pembuangan limbah obat yang baik dan aman bagi lingkungan. Pemberian informasi yang benar terkait penggunaan obat menjadi kebutuhan masyarakat agar terhindar dari dampak buruk kesehatan diri maupun lingkungan. 2.3

Manfaat Kegiatan

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara yang benar dalam menggunakan obat, mulai dari cara mendapatkan, menggunakan (mengonsumsi), menyimpan hingga membuang obat (DAGUSIBU). 2.4

Sasaran Kegiatan Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat Desa Ilo-ilo Kecamatan Wori Kabupaten

Minahasa Utara antara lain ibu-ibu PKK, pemuda Karang Taruna serta kegiatan dan organisasi masyarakat yang lain. 2.5

Solusi yang Ditawarkan/Metode Pelaksanaan Kegiatan 1.

Sosialisasi tentang definisi umum dan klasifikasi obat

2.

Sosialisasi tentang cara mendapatkan obat dengan benar

3.

Sosialisasi berbagai macam sediaan obat dan cara konsumsi atau penggunaannya

4.

Sosialisasi mengenai tata cara penyimpanan dan pembuangan obat yang rusak atau kadaluarsa

5.

Pembagian brosur/leaflet DAGUSIBU

BAB 3. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1.

Tempat Kegiatan Kegiatan ini dilakukan di Desa Ilo-ilo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara

3.2.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan dengan melakukan pelatihan mengenai Penggunan Obat yang Benar melalui DAGUSIBU kepada Masyarakat di Desa Ilo-ilo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara Sulawesi Utara. 3.3.

Anggota Tim Pelaksana Kegiatan :

No

Nama Pelaksana

Keterangan

Jabatan

1

Hamidah SS, S.Farm., M.Si., Apt

Ketua Tim

Sek. LPM

2

Drs. H. Amir Fatah

Dosen Anggota

Kaprodi Farmasi

3

Febrianika Ayu K, S.Farm.

Dosen Anggota

Sekprodi Farmasi

4

Ayu Brenda Sumariangen, Amd.Far

Dosen Anggota

Staff Pengelola

5

Juliansyah L.E.E.S.

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat III

6

Devi Absari Saeran

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat III

7

Rafika Modeong

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat III

8

Maulana I. Naki

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat II

9

Prili Padja

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat II

10

Fahri A. Lauma

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat II

11

Fitria Lapasau

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat II

12

Sri Devita Gasolo

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat I

13

Moh. Yusuf Simbala

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat I

14

Santri

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat I

15

Fira Fathan

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat I

16

Dila Agustina

Mahasiswa Anggota

Mhs. Tingkat I

3.4.

Narasumber/Pemateri : 1. Ibu Dora Susetyaningdyah, S.Si., Apt. (PKM. Bahu) 2. Hamidah Sri Supriati, S.Farm., M.Si., Apt. (STIKES MM)

3.5.

Jadwal Kegiatan :

No

Nama Kegiatan

1

Survey lokasi Permintaan ijin pelaksanaan kegiatan Penyiapan materi Pencetakan brosur DAGUSIBU dan sovenir Pelaksanaan kegiatan Analisis hasil kegiatan Penyusunan laporan kegiatan Penyerahan laporan kegiatan

2 3 4 5 6 7 8

3.6.

Anggaran Biaya :

No 1

Bulan Pelaksanaan Kegiatan Juli Agustus 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Uraian

Keterangan

Jumlah

Honorarium Ketua Tim

1

Org

Rp

Anggota Tim Dosen

3

Org

x

Rp 350,000

Rp 1,050,000

Anggota Mahasiswa

12

Org

x

Rp

Rp

75,000

500,000 900,000

2

Narasumber

2

Org

x

Rp 500,000

Rp 1,000,000

3

Konsumsi Pelatihan

70

Org

x

Rp

Rp 1,750,000

4

ATK, FC brosur DAGUSIBU dll

1

Paket

Rp 1,300,000

5

Transportasi

1

Paket

Rp

Total

25,000

=

500,000

Rp 7,000,000

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat, berupa penyuluhan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang Obat dengan benar) ini mengadop dari salah satu program promosi kesehatan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang sedang gencar dilaksanakan oleh para apoteker di seluruh Indonesia dalam rangka mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya memahami penggunaan obat dengan baik dan benar. Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan DAGUSIBU di Ilo-ilo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara dengan tema “Peningkatan Pengetahuan Swamedikasi Mayarakat Melalui DAGUSIBU” merupakan implementasi dari salah stu tridharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Sosialisasi ini diharapkan dapat membantu masyarakat setempat dalam pengelolaan obat baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat secara umum. Kegiatan ini dimulai dengan pembukaan dan sambutan oleh Apoteker Hamidah SS., S.Farm., M.Si., Apt., selaku ketua tim dari STIKES Muhammadiyah Manado sekaligus pemberi materi penyuluhan mengenai DAGUSIBU. Peserta penyuluhan sebagian besar adalah ibu-ibu rumah tangga. Namun, ada juga para bapak-bapak dan remaja yang tertarik untuk mengikuti kegiatan ini. Penyuluhan dimulai dengan penjelasan oleh Apoteker Dora Susetyaningdyah S.Si., Apt., mengenai definisi umum obat serta klasifikasi obat yang terdiri atas obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika dan narkotika, serta obat wajib apotek. Masyarakat ditekankan mengenai perbedaan macam obat tersebut, serta bagaimana cara mendapatkannya. Melalui penjelasan ini diharapkan masyarakat mengetahui dampak penggunaan obat yang tidak rasional, yakni dalam hal pembelian obat yang tidak tepat, semisal pembelian obat antibiotik tanpa resep dokter/ membeli di warung yang tidak mempunyai izin. Hal ini dianggap perlu disampaikan ke masyarakat karena tingkat resistensi antibiotik yang semakin meningkat dikalangan masyarakat dapat memberikan beban kesehatan tersendiri nantinya. Penjelasan kemudian dilanjutkan dengan mengenai macam-macam sediaan obat dengan cara penggunaannya yang berbeda-beda, bahkan perlu perhatian khusus agar tidak salah dalam penggunaannya yang berbeda-beda. Sediaan obat yang dijelaskan di antaranya sediaan oral, topikal, tetes mata, suppositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur), dan lain sebagainya. Penggunaan obat yang salah, terjadi dimasyarakat dikarenakan penyampaian informasi yang kurang jelas dan lengkap yang disampaikan oleh petugas saat memberikan obat. Hal ini sering terjadi pada kasus-kasus penggunaan sediaan obat yang memerlukan teknk khusus saat dipakai. Contoh sediaan yang sering salah dalam penggunaannya yaitu sediaan tetes mata yang umumnya memang boleh digunakan sendiri oleh pasien tanpa bantuan tenaga kesehatan. Selanjutnya adalah penjelasan mengenai tatacara penyimpanan dan pembuangan obat yang baik dan benar. Penyimpanan obat sangat perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas dari produk obat yang digunakan apalagi jika produk obat tersebut habis dalam jangka waktu

yang lama. Obat termasuk produk yang cukup sensitif terhadap sinar matahari langsung, kondisi yang lembab, maupun kondisi lain yang dapat merusak sebagian atau seluruh komponen dalam obat. Kerusakan ini tentunya dapat berpengaruh pada efek yang akan ditimbulkan jika dikonsumsi oleh pasien yang dapat berupa efek negatif (keracunan atau timbulnya efek yang tidak diinginkan) ataupun efek yang kurang sehingga pengobatan menjadi tidak optimal. Apoteker juga menjelaskan mengenai pentingnya menyimpan obat, jauh dari jangkauan anak-anak agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain penyimpanan, tatacara pembuangan obat yang sudah rusak, atau kadaluarsa juga perlu menjadi hal yang harus diperhatikan oleh masyarakat. Pembuangan obat yang sembarangan dapat mencemarkan lingkungan serta memberikan kesempatan kepada pihak-pihak tertentu untuk menyalahgunakan obat-obat tersebut. Kegiatan penyuluhan kemudian dilanjutkan dengan pembagian kelompok-kelompok kecil untuk dapat mengenali jenis obat beserta khasiatnya. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dimana respon masyarakat cukup baik, terlihat dari beberapa pertanyaan yang diberikan kepada pemateri. Berbagai pertanyaan tersebut merefleksikan keingintahuan masyarakat mengenai pengelolaan obat yang baik dan benar. Kegiatan penyuluhan diakhiri dengan pemberian reward kepada pihak masyarakat yang begitu aktif selama kegiatan penyuluhan berlangsung. Diharapkan melalui kegiatan penyuluhan ini tujuan akhir yang ingin dicapai dapat terwujud serta masyarakat menjadi lebih perhatian dalam mengonsumsi dan mengelola obat yang ada di lingkungan keluarga masing-masing khsususnya.

BAB 5. Kesimpulan Pelaksanaan kegiatan penyuluhan sebagai salah satu program pengabdian kepada masyarakat dengan tema “Peningkatan Pengetahuan Swamedikasi Mayarakat Melalui DAGUSIBU” di Ilo-ilo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara telah terlaksana dengan baik. Sambutan dan respon masyarakat sangat baik dan mengharapkan kegiatan serupa dapat dilakukan secara rutin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Anonim, 2009, Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Anonim, Depkes RI, 2015, Cara Penggunaan Obat, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat Bina Kefarmasian. Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Prabandari S., Febriyanti R, 2015, Sosialisasi Pengelolaan Obat Dagusibu (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang) di Kelurahan Pesurungan Kidul Kota Tegal Bersama Ikatan Apoteker Indonesia Tegal,Prodi DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama, Tegal.

Related Documents

Laporan Pkm Dagusibu.docx
November 2019 20
Pkm
November 2019 49
Pkm
August 2019 74

More Documents from "prasetyo"