LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG PROFESI DI TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN
IDA AYU GEDE LIDYA WINTARI E34150006
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2018
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan-kegiatan praktik lapang dalam pendidikan Sarjana Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dimaksudkan untuk membentuk tenaga ahli yang siap menghadapi kondisi sesungguhnya dari pelaksanaan konservasi sumberdaya hutan. Hal ini karena bentuk pelaksanaan konservasi yang dilakukan pada umumnya adalah dengan cara konservasi in-situ melalui penetapan kawasan-kawasan konservasi yang relatif luas dan umumnya berada di remote area. Menyadari hal tersebut, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE) Fakultas Kehutanan IPB memasukkan rangkaian kegiatan praktik lapang dalam kurikulum sarjana sebagai salah satu upaya membentuk tenaga profesional dibidang konservasi sumberdaya hutan. Dari rangkaian kegiatan praktik lapang yang ada, Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) merupakan praktik pada semester akhir sebelum melaksanakan penelitian untuk menyusun skripsi. Kegitan PKLP tahun 2018 direncanakan dan diselenggarakan di kawasan taman nasional dan desa di daerah penyangga taman nasional. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa taman nasional berserta daerah penyangganya merupakan bentuk kawasan konservasi dengan aspek pengelolaan paling lengkap. Melalui kegiatan PKLP ini mahasiswa diperkenalkan pada situasi sesungguhnya dari sistem pengelolaan taman nasional. Mahasiswa berinteraksi langsung dengan situasi pengelolaan, dinamika ekosistem hutan dan dinamika sosial budaya masyarakat sehingga mendapatkan pemahaman yang sesungguhnya dari bidang konservasi sumberdaya hutan. Selanjutnya, dengan bekal teori-teori yang sudah diterima selama masa perkuliahan di kelas yang dilengkapi dengan praktik-praktik untuk tiap-tiap mata ajaran, mahasiswa diharapkan mampu menganalisa pengelolaan hutan konservasi secara komprehensif.
1.2.Tujuan
Maksud dari penyelenggaraan PKLP mahasiswa DKSHE Fakultas Kehutanan IPB adalah untuk memenuhi kompetensinya dalam rangka meningkatkan kemampuan kerja lapang di bidang konservasi. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1) Memberikan pengalaman tinggal dan bersosialisasi dalam lingkungan kawasan dan daerah penyangga taman nasional . 2) Memberikan pengalaman dalam pengelolaan kawasan dan daerah penyangga taman nasional. 3) Melatih menganalisa potensi dan permasalahan pengelolaan taman nasional beserta daerah penyangganya. 4) Melatih dan menyajikan rangkaian hasil pengamatan secara baik dan benar, melakukan analisis data yang diperoleh serta menginterpretasikan hasilnya. 5) Memberikan gambaran alternatif penyelesaian permasalahan ataupun memberikan saran atau tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan fenomena bioekologis serta sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapang Profesi Manfaat yang diharapkan dari penyelenggaraan PKLP adalah: 1) Bagi mahasiswa: Mengetahui kondisi dan situasi taman nasional berserta daerah penyangga di Indonesia, khususnya di lokasi PKLP dilaksanakan Mendapatkan bekal pengalaman dalam pengelolaan kawasan dan daerah penyangga taman nasional Dapat membangun relationship dengan para senior di bidang konservasi 2) Bagi institusi terkait: Bagi DKSHE merupakan suatu media untuk mempererat kerja sama di bidang konservasi dengan taman nasional dan menjadi media dalam menyelenggarakan kurikulum pendidikan Bagi taman nasional/Ditjen PHKA memberikan kontribusi data dan informasi baru yang dapat menunjang pengelolaan taman nasional dan
melaksanakan peran taman nasional sebagai media pendidikan dan penelitian 3) Bagi ilmu dan pengetahuan konservasi: Mengaplikasikan teori-teori konservasi sumberdaya hutan Memberikan kontribusi temuan-temuan baru baik data maupun informasi yang menunjang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang konservasi
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan Praktek Kerja Lapang Profesi A. PKLP di kawasan taman nasioanl 1. Identifikasi potensi taman nasional Tujuan : mengkaji potensi taman nasional Sasaran
: kondisi fisik, keanekaragaman, dan sosial ekonomi wilayah taman nasional
Hasil yang diharapkan : pedoman yang dapat diguanakan sebagai salah satu landasan pemecahan masalah 2. Identifikasi permasalahan pengelolaan taman nasional Tujuan : mengkaji permasalahan pengelolaan taman nasional Sasaran
: kebijakan pengelolaan, penataan kawasan, kelembagaan, pengelolaan tumbuhan, pengelolaan satwa liar, pengelolaan jasa
lingkungan,
penelitian
dan
pengembangan,
perlindungan dan pengamanan, pembinaan kelembagaan, koordinasi, pembangunan sarana dan prasarana, pembinaan partisipasi masyarakat, serta pemantauan dan evaluasi wilayah taman nasional Hasil yang diharapkan : pedoman yang dapat digunakan sebagai salah satu landasan pemecahan masalah 3. Kaji tindak Tujuan
: melakukan uji coba oenerapan ilmu dan teknologi
Sasaran
: lokasi taman nasional
Hasil yang diharapkan : inovasi teknologi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah 4. Langkah-langkah teknis kegiatan a. Identifikasi potensi dan permasalahan
Identifikasi potensi dan permasalahan pengelolaan kawasan taman nasional dilakukan secara berkelompok oleh seluruh mashasiswa di bawah bimbingan dosen pembimbing lapang. Data potensi aerah diperoleh dari data penjajagan lokal, dosen pembimbing lapang, kuliah pembekalan PKLP dan hasil studi pustaka. Setiap kelompok diharapkan mampu menjelaskan dan menggambarkan potensi dan permasalahan dalam pengelolaan kawsaan taman nasional. b. Menyusun program Kegiatan PKLP di setiap taman nasional terdiri atas kegiatan yang terkait dengan pengelolaan taman nasional. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun program: 1. Melakukan identifikasii potensi dan permasalahan yang ada 2. Melakukan deskripsi awal mengenai situasi dan kondisi taman nasional 3. Mengidentifikasi tujuan kegiatan pengelolaan taman nasional yang diajukan, dikaitkan dengan potensi dan usaha mengatasi masalah yang dihadapinya, 4. Menganalisis rangkaian kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut 5. Mengidentifikasi kegiatan yang dapat dilakukan selama PKLP berikut sasaran yang ingin dicapai 6. Melaporkan bagaimana respon pihak taman nasional terhadap usulan kegiatan yang telah disusun, dan penyesuaian yang harus dilakukan oleh mahasiswa 7. Melaporkan hasil kegiatan apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan, bagaimana hasilnya, dan bagaimana kaitannya dengan sasaran dan tujuan.
B. PKLP di Desa Penyangga Taman Nasional 1. Identifikai Potensi Wilayah dan Permasalahan Desa Penyangga Tujuan : mengkaji potensi wilayah dan permasalahn desa penyangga Sasaran
: kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah desa penyangga
Hasil yang diharapkan : pedoman yang dapat diguanakan sebagai salah satu landasan pemecahan masalah 2. Kaji Tindak Tujuan
: melakukan uji coba penerapan ilmu dan teknologi
Sasaran
: LMDH, petugas SKPD, dan kelembagaan lain di wilayah desa penyangga
Hasil yang diharapkan : inovasi teknologi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah
3. Penyuluhan Tujuan
: meningkatkan wawasan pengetahuan, keterampilan dan partisipasi masyarakat desa penyangga taman nasional
Sasaran
: masyarakat desa penyangga sesuai dengan profesi mahasiswa (inter profesional)
Hasil yang diharapkan : Penyebaran lebih luas dari inovasi, ilmu dan teknologi 4. Pendidikan Tujuan
: meningkatkan wawasan pengetahuan, keterampilan dan partisipasi masyarakat desa penyangga taman nasional
Sasaran
: masyarakat desa penyangga sesuai dengan profesi mahasiswa
Hasil yang diharapkan : Penyebaran lebih luas dari inovasi, ilmu dan teknologi 5. Penghubung dan penggerak Tujuan : memotivasi dan menghubungkan masyarakat dengan instansi teknis dalam rangka memecahkan permasalahan di luar bidang keahlian mahasiswa, mendinamiskan dan meningkatkan motivasi masyarakat desa penyangga. Sasaran
: masyarakat desa penyangga dan instansi terkait di wilayah kerja PKLP
Hasil yang diharapkan : peningkatan motivasi mayarakat dalam menjalih hubungan dengan instansi terkait dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian taman nasional 6. Langkah-Langkah Teknis Kegiatan a. Identifikasi potensi dan permasalahan Identifikasi potensi dan permasalahan di desa penyangga taman nasional dilakukan secara berkelompok oleh seluruh mahasiswa di bawah bimbingan dosen pembimbing lapang. Data potensi daerah diperoleh dari data hasil penjajagan lokasi, dosen pembimbing lapang, kuliah pembekalan, dan hasil studi pustaka. Setiap kelompok diharapkan mampu menjelaskan dan menggambarkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi desa penyangga tersebut antara lain:
1. Kondisi fisik wilayah: letak dan kondisi geografis, tata guna lahan, infrastruktur (jalan, irigasi, air, listrik, dan komunikasi) 2. Kondisi demografi, sosial, dan perekonomian daerah 3. Kelembagaan sesuai dengan profesi mahasiswa b. Menyusun program Kegiatan PKLP di setiap desa penyangga terdiri atas kegiatan yang terkait dengan pengelolaan taman nasional, desa penyangga, dan kegiatan yang bersifat sosial (penunjang). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun kegiatan profesi: 1. Melakukan identifikasii potensi dan permasalahan yang ada 2. Melakukan deskripsi awal mengenai situasi dan kondisi desa penyangga taman nasional 3. Mengidentifikasi tujuan kegiatan pengelolaan desa penyangga yang diajukan, dikaitkan dengan potensi dan usaha mengatasi masalah yang dihadapinya, 4. Menganalisis rangkaian kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut 5. Mengidentifikasi kegiatan yang dapat dilakukan selama PKLP berikut sasaran yang ingin dicapai 6. Melaporkan bagaimana respon masyarakat terhadap usulan kegiatan yang telah disusun, dan penyesuaian yang harus dilakukan oleh mahasiswa 7. Melaporkan hasil kegiatan apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan, bagaimana hasilnya, dan bagaimana kaitannya dengan sasaran dan tujuan. c. Menyusun kegiatan penunjang Kegiatan penunjang adalah kegiatan di luar kegiatan utama mahasiswa yang meliputi kegiatan-kegiatan sosial (olahraga, pengajian, seni, dan lain-lain) dan dapat dikaitkan dengan usaha membangun komunikasi yang lbeih baik dengan masyarakat. Mahasiswa dalam hal ini dapat berperan sebagai observer, mediator maupun pelibatan dalam kegiatan bersama. 1. Observer: mahasiswa mengamati, mempelajari, mencatat, memotret kehidupan masyarakat desa penyangga dan kemudian melaporkannya sedemikian sehingga mereka yang belum pernah pergi ke desa itu membayangkan dan mengerti kehidupan masyarakat desa penyangga tersebut. Obserbvasi yang dilakukan
menggunakan “kerangka pengamatan” sesuai dengan bidang ilmu yang selama ini telah dipelajari. 2. Mediator: jika terdapat masalah yang haris dipecahkan atau potensi untuk dikembangkan, mahasiswa dapat berperan untuk “menyambungkan” aspirasi masyarakat dea penyangga tersebut dengan piihak-pihak yang berkompeten, baik di lembaga yang berkompeten maupun di kampus. 3. Belajar bersama: mahasiswa dapat juga membagi pengetahuan dan wawasannya kepada masyarakat di daerah dan sebaliknya.
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 2 PENDAHULUAN .................................................................................................. 2 DAFTAR ISI ........................................................................................................... 9 DAFTAR TABEL ................................................................................................. 10 DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 11 DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 13 BAB II ................................................................................................................... 14 HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG ................................................................. 14 2.1.
PKLP di Kawasan Taman Nasional ....................................................... 14
2.1.1.
Potensi Kawasan Taman Nasional .................................................. 16
2.1.2.
Permasalahan Pengelolaan Taman Nasional ................................... 29
2.1.3.
Kaji Tindak Pengelolaan Taman Nasional ...................................... 31
2.2.
PKLP di Desa Penyangga Taman Nasional ........................................... 33
2.2.1.
Gambaran umum Desa Way Asahan .............................................. 33
2.2.2.
Potensi Wilayah Desa Penyangga Taman Nasional........................ 37
2.2.3.
Permasalahan di Wilayah Desa Penyangga Taman Nasional ......... 46
2.2.4.
Kaji Tindak Pengelolaan Wilayah Desa Penyangga .......................... Taman Nasional .......................................................................... 49
2.2.5.
Penyuluhan ...................................................................................... 51
2.2.6.
Penghubung dan penggerak ............................................................ 52
BAB III ................................................................................................................. 54 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................. 54 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 56
DAFTAR TABEL Tabel 1 Daftar jenis tumbuhan yang berhasil teridentifikasi ................................ 17 Tabel 2 Daftar jenis burung yang ditemukan di Pos Sekawat-Tanjung Mas ........ 20 Tabel 3 Daftar jenis mamalia yang ditemukan di Resort Tampang ...................... 23 Tabel 4 Daftar jenis herpetofauna yang ditemukan di Resort Tampang ............... 25 Tabel 5 Daftar jenis tumbuhan obat di Desa Way Asahan ................................... 38 Tabel 6 Daftar jenis burung di Desa Way Asahan ................................................ 39
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Peta lokasi kegiatan PKLP di TNBBS ................................................. 16 Gambar 2 Kondisi ekosistem hutan pantai di Pos Sekawat .................................. 19 Gambar 3 Kondisi ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pos Tanjung Mas ... 19 Gambar 4 Anakan bunga bangkai (Amorphophallus sp.) ..................................... 19 Gambar 5 Kurva penambahan jenis burung di Resort Tampang .......................... 22 Gambar 5 Beberapa jenis burung yang ditemukan (a) Kacembang gadung ......... 23 (b) Kirik-kirik biru (c) Cucak kuning (d) Beluk ketupa ........................................ 23 Gambar 6 Jenis mamalia yang ditemukan (a) Kerbau liar (b) Jejak harimau ....... 25 (c) Jelarang (d) Surili sumatera ............................................................................. 25 Gambar 7 Jenis herpetofauna yang ditemukan (a) Draco sp. ............................... 26 (b) Fejervarya limnocharis ................................................................................... 26 Gambar 8 Pemandangan matahari tenggelam di Danau Menjukut ....................... 27 Gambar 9 Kondisi Sungai Blambangan di Resort Tampang ................................ 27 Gambar 10 Vegetasi yang ditutupi mantangan ..................................................... 30 Gambar 11 Pal batas TNBBS yang berada di Desa Way Asahan......................... 31 Gambar 12 Proses memotong akar mantangan oleh SGA .................................... 32 Gambar 13 Kondisi jalan di Desa Way Asahan .................................................... 34 Gambar 14 Keadaan di Desa Way Asahan (a) Salah satu rumah warga desa ...... 35 (b) Anak-anak bermain di halaman rumah............................................................ 35 Gambar 15 Susunan kelembagaan Desa Way Asahan .......................................... 36 Gambar 16 Susunan kelembagaan Badan Hippun Desa ....................................... 36 Gambar 17 Puskesdes Desa Way Asahan ............................................................. 37 Gambar 18 Gedung PAUD di Desa Way Asahan ................................................. 37 Gambar 19 Kurva penambahan jenis burung di Desa Way Asahan ..................... 40 Gambar 20 Jenis burung di desa (a) Alap-alap capung (b) Pelatuk merah ........... 41 Gambar 21 Kondisi demografi warga Desa Way Asahan .................................... 43 Gambar 22 Persentase suku di Desa Way Asahan ................................................ 44 Gambar 23 Persentase mata pencaharian masyarakat Desa Way Asahan ............ 45 Gambar 24 Persen penggunaan lahan oleh masyarakat Desa Way Asahan .......... 45 Gambar 25 Persentase tingkat pendidikan masyarakat Desa Way Asahan .......... 46 Gambar 26 Persen pendapatan masyarakat Desa Way Asahan ............................ 47
Gambar 27 Hasil kebun yang terserang hama (a) Kopi (b) coklat ........................ 48 Gambar 28 Salah satu air terjun di Desa Way Asahan ......................................... 49 Gambar 29 Peta Desa Way Asahan ...................................................................... 51 Gambar 30 Kegiatan pendidikan konservasi di SDN 1 Way Asahan ................... 52 Gambar 31 Belajar bersama di rumah kepala desa ............................................... 52 Gambar 32 Proses pembuatan dan pemasangan papan nama jalan di desa .......... 53 Gambar 33 Papan nama jalan di persimpangan desa ............................................ 53
DAFTAR LAMPIRAN
BAB II HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG 2.1.
PKLP di Kawasan Taman Nasional Pulau Sumetera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia yang
memiliki kawasan taman nasional sebanyak dua belas taman nasional. Salah satunya adalah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang memiliki hutan hujan tropis yang luas disertai kekayaan alam hayati di dalamnya. Kawasan TNBBS berada di dalam dua provinsi di Pulau Sumatera yaitu Provinsi Lampung dan Bengkulu, dan empat kabupaten yaitu Tanggamus, Lampung Barat, Pesisir Barat, dan Kaur. Total luas pengelolaan kawasan konservasi 372.791,75 ha yang terdiri dari Taman Nasional seluas 355.511 ha dan 17.280,75 ha Cagar Alam Laut, serta berada di ketinggian 0 – 1.964 mdlp (RPJP TNBBS 2015-2024 2015). Secara geografis TNBBS terletak di antara 4o29’ – 5o57’ LS dan 103o24’ – 104o44’ BT dari ujung selatan bagian barat Provinsi Lampung sampai bagian selatan Provinsi Bengkulu. Tahun 2004 TNBBS bersama Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Kerinci Seblat ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia (Cluster Mountainous Tropical Rainforest Herritage of Sumatera) oleh UNESCO, dan pada tahun 2011 TNBBS masuk ke dalam daftar ‘In Danger’ Tropical Rainforest Heritage of Sumatera. Pengelolaan kawasan TNBBS dibagi menjadi dua Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah yaitu Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I di Semaka Kabupaten Tanggamus dan Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II di Liwa Kabupaten Lampung Barat. Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I terdiri dari Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I di Sukaraja Kabupaten Tanggamus dan SPTN Wilayah II di Bengkunat Kabupaten Pesisir Barat. Sedangkan Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II terdiri dari SPTN Wilayah III yang berkedudukan di Liwa Kabupaten Lampung Barat dan SPTN Wilayah IV di Bintuhan Kabupaten Kaur. Pembagian zonasi dalam kawasan
TNBBS dibagi menjadi tujuh zonasi, yaitu zona inti, rimba, pemanfaatan, tradisional, rehabilitasi, religi, dan khusus (RENSTRA TNBBS 2015-2019 2015). Kegiatan PKLP di kawasan TNBBS dilaksanakan di Resort Tampang yang termasuk dalam Bidang Pengelolaan TN Wilayah I Semaka, SPTN Wilayah I Sukaraja. Penggalian potensi di dalam kawasan TNBBS dilakukan di dua lokasi yaitu di Pos Sekawat dan Pos Tanjung Mas yang merupakan pos jaga Security Group Artha (SGA) milik Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) yang dikelola oleh Yayasan Artha Graha dan merupakan salah satu mitra dari TNBBS. Salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh SGA adalah kegiatan patroli yang terdiri dari tiga bagian yaitu patroli dalam, patroli monitoring identifikasi, dan patroli pal batas. Kegiatan patroli rutin dilaksanakan setiap minggu sebanyak tiga sampai empat kali dan beberapa kali pernah melaksanakan patroli bersama Polisi Hutan (Polhut) serta Masyarakat Mitra Polhut (MMP). Pengambilan data dilakukan selama lima hari di Pos Sekawat yang terletak di pinggir pantai dan lima hari di Pos Tanjung Mas yang lokasinya sudah masuk di dalam kawasan TNBBS. Pengamatan keanekaragaman flora dan fauna dilakukan setiap hari pada pagi hari dari pukul 06.00 – 10.00 WIB dan sore hari dari pukul 16.00 – 18.00 WIB. Pengamatan di malam hari juga pernah dilaksanakan sebanyak satu kali di setiap pos. Selain melakukan pengamatan di sekitar pos, kegiatan pengamatan juga dilakukan mengikuti jalur patroli SGA dengan menyusuri pantai selatan Pulau Sumatera selama kurang lebih lima jam perjalanan menuju Pos Blambangan yang terletak di sebelah Barat dari Pos Sekawat. Kegiatan menyusuri Sungai Blambangan kecil juga dilaksanakan dari Pos Tanjung Mas menuju lokasi kemah Lubuk Tenuk yang berada di pinggir Sungai Blambangan dengan perjalanan selama kurang lebih lima jam. Kondisi cuaca pada saat pengamatan dari hari pertama di Pos Sekawat tergolong cerah, namun beberapa hari terakhir pada saat di Pos Tanjung Mas kondisi cuaca mulai mendung dan sempat beberapa kali terjadi hujan pada malam hari.
Gambar 1 Peta lokasi kegiatan PKLP di TNBBS
2.1.1.
Potensi Kawasan Taman Nasional
Kondisi fisik TNBBS merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan yang membujur sepanjang Pulau Sumatera dengan kondisi topografi dari dataran pantai, bukit rendah, pegunungan, dan gunung. Kelerengan kawasan TNBBS 20 – 45% pada bagian timur dan pada bagian barat lebih datar. Formasi geologi kawasan TNBBS terdiri dari batuan sedimen, vulkanik, dan plutonik. Tipe tanah yang dominan di kawasan TNBBS adalah podzolik merah kuning dan latosol, serta tanah di TNBBS sangat asam. Sedangkan tipe iklim di TNBBS dibagi dua zona iklim menurut Oldeman et al. (1979) yaitu tipe iklim A di bagian barat dan tipe B di bagian timur. Curah hujan rata-rata berkisar 1.000- 4.000 mm per tahun dengan suhu rata-rata 28oC di dataran rendah dan turun sampai 20oC di gunung yang tinggi. Sebanyak 23 sungai besar berada di TNBBS yang mengalir menuju Samudra Hindia dan Teluk Semaka. Selain sungai, TNBBS memiliki beberapa danau seperti Danau Menjukut, Asam, Lebar, Minyak, dan Danau Belibis.
Keanekaragaman hayati Pengambilan data keanekaragaman hayati di TNBBS hanya dilakukan di wilayah Resort Tampang tepatnya di Pos Sekawat dan Tanjung Mas. Data yang diambil berupa data flora dan fauna yang terdiri dari mamalia, burung, reptil, dan amfibi. Tipe ekosistem yang ditemukan pada Pos Sekawat adalah ekosistem hutan pantai yang memiliki ciri-ciri seperti tidak terpengaruh iklim, tanah kering (tanah pasir, berbatu karang), dan merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan darat. Sedangkan pada Pos Tanjung Mas ekosistem yang ditemukan adalah ekosistem hutan hujan dataran rendah. Metode yang digunakan untuk mengambil data flora adalah dengan menggunakan metode eksplorasi yaitu mencatat jenis-jenis yang ditemukan selama penjelajahan pada buku catatan dan mengidentifikasinya (Muhaimin et al. 2016). Daftar jenis tumbuhan yang berhasil teridentifikasi di Resort Tampang dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Daftar jenis tumbuhan yang berhasil teridentifikasi No Nama Lokal 1 Dahu Hutan 2
Kenanga
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Ochrosia Nyamplung Mahang Kayu Punai Kepipir Tutup Beling Sonokeling Melinjo Kampis Cina Bayur Daun Lebar Bayur Waru Laut Mahoni Daun Lebar Gondang Ara paya Lahu
15 16 17 18
Nama Ilmiah Dracontomelon lenticulatum Wilk. Cananga odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson Ochrosia glomerata (Blume) F.Muell. Calophyllum inophyllum L. Macaranga tanarius (L.) Mull.Arg. Mallotus discolor F.Muell. Ex.Beth Mallotus paniculatus (Lam.) Mull.Arg. Mallotus ricinoides (Pers.) Mull.Arg. Dalbergia latifolia Roxb. Gnetum gnemon L. Hernandia nymphaeifolia (J.Presl) Pterospermum diversifolium Blume Pterospermum javanicum Jungh. Thespesia populnea (L.) Sol.
Famili Anacardiaceae
Swietenia macrophylla King
Meliaceae
Ficus altissima Blume Ficus glumosa Delile Ficus grossularioides Brum.f.
Moraceae Moraceae Moraceae
Annonaceae Apocynaceae Clusiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Fabaceae Gnetaceae Hernandiaceae Malvaceae Malvaceae Malvaceae
19 20 21 22 23 24 25
Luwing Loa Jambu Laut Terongan Huni Munding Kelandri Angkut Besi
Ficus hispida L.f. Ficus septica Brum.f. Syzygium grande (Wight) Walp. Strombosia javanica Blume Antidesma velutinosum Blume Cleistanthus monoicus (Lour.) Mull.Arg. Commersonia bartramia (L.) Merr.
Moraceae Moraceae Myrtaceae Olacaceae Phyllantaceae Phyllantaceae Sterculiaceae
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa famili Moraceae yang paling banyak ditemukan. Moraceae adalah jenis tumbuhan yang memiliki ciri khas daunnya yang relatif tebal, agak berdaging (sukulen), serta buahnya yang bukan merupakan buah sejati karena terbentuk dari dasar bunga yang membesar lalu menutup sehingga membentuk bulatan seperti buah. Marga Ficus merupakan marga terbesar dari famili Moraceae yang dapat ditemukan dari dataran tinggi sampai dataran rendah di Indonesia. Selain itu, Ficus juga tumbuhan yang memiliki kemampuan adaptasi yang bagus dan sering digunakan sebagai indikator proses terjadinya suksesi hutan (Baskara dan Wicaksono 2013). Keberadaan beringinberinginan (Ficus) sangat bermanfaat bagi satwa disekitarnya, karena beringin merupakan salah satu sumber pakan serta tempat bersarang bagi beberapa jenis burung, serangga, mamalia, dan reptil. Selain itu, kegiatan eksplorasi berhasil menemukan anakan bunga bangkai (Amorphophallus sp.) yang baru tumbuh. Jenis dari bunga bangkai belum teridentifikasi karena masih dalam fase vegetatif dan masih menunjukkan ciri-ciri khususnya.
Gambar 2 Kondisi ekosistem hutan pantai di Pos Sekawat
Gambar 3 Kondisi ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pos Tanjung Mas
Gambar 4 Anakan bunga bangkai (Amorphophallus sp.)
Pengambilan data untuk burung menggunakan metode daftar jenis MacKinnon, yaitu dengan membuat daftar jenis burung yang di setiap daftar jenis berisi 10 jenis burung yang berbeda dan apabila sudah terisi penuh maka membuat daftar jenis baru serta boleh mencatat jenis burung yang sama dari daftar jenis sebelumnya. Pencatatan jenis burung pada daftar jenis dimulai sejak datang ke lokasi sampai meninggalkan lokasi. Diperoleh hasil sebanyak 36 jenis burung yang berhasil dijumpai selama pengamatan burung di Resort Tampang. Famili yang paling banyak ditemukan adalah famili Cuculidae dan Pycnonotidae. Jenis-jenis burung dari famili Cuculidae tersebar luas di dunia serta merupakan jenis burung pemakan serangga yang memiliki tubuh ramping memanjang serta sayap dan ekor yang panjang. Burung wiwik termasuk dalam kategori burung kangkok sejati yang memiliki kebiasaan buruk yaitu meletakkan
telurnya di sarang burung lain yang nantinya akan meneteas dan dipelihara oleh burung tersebut. Sedangkan untuk jenis burung kadalan memiliki kebiasaan merayap-rayap di semak belukar yang rimbun serta mengeluarkan suara derukan yang rendah (MacKinnon et al. 2010). Jenis burung dari famili Pycnonotidae memiliki sayap pendek, ekor yang agak panjang, paruh yang ramping, dan merupakan jenis burung pengkicau pemakan buah-buahan dan serangga (MacKinnon et al. 2010). Beberapa diantaranya memiliki jambul di kepalanya seperti cucak kutilang dan cucak kuning. Burung cucak kuning (Pycnonotus melanicterus) di Resort Tampang ditemukan di hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah bertengger di antara ranting yang rimbun dan terkadang di pucuk ranting pohon yang kering. Terkadang burung ini juga suka bersembunyi diantara mantangan yang merambat di pohon-pohon yang tinggi. Beluk ketupa (Ketupa ketupu) yang merupakan salah satu jenis burung hantu ditemukan di Pos Sekawat pada saat pengamatan sore hari dalam keadaan sedang bertengger di ranting pohon.
Tabel 2 Daftar jenis burung yang ditemukan di Pos Sekawat-Tanjung Mas No
Nama lokal
2
Elang laut perut putih Cekakak sungai
3
Julang emas
4 5 6 7 8 9
Wili-wili besar Takur tenggeret Cica daun kecil Perkutut jawa Punai lengguak Pergam hijau Kadalan kembang Wiwik kelabu Bubut alangalang
1
10 11 12 13
Kadalan selaya
14
Kadalan birah
15
Cabai merah
Nama ilmiah
Famili
Haliaeetus leucogaster
Accipitridae
Todirhamphus chloris
Alcedinidae
Rhyticeros undulatus
Bucerotidae
Esacus magnirostris Psilopogon australis Chloropsis cyanopogon Geopelia striata Treron curvirostra Ducula aenea Phaenicophaeus javanicus Cacomatis merulinus
Burhinidae Capitonidae Chloropseidae Columbidae Columbidae Columbidae
Centropus bengalensis Phaenicophaeus chlorophaeus Phaenicophaeus curvirostris Dicaeum cruentatum
Status Konservasi PermenLHK IUCN CITES No 20 Th 2018 Appendix LC Dilindungi II LC Appendix LC Dilindungi II NT Dilindungi LC NT Dilindungi LC LC LC -
Cuculidae
LC
-
-
Cuculidae
LC
-
-
Cuculidae
LC
-
-
Cuculidae
LC
-
-
Cuculidae
LC
-
-
Dicaeidae
LC
-
-
16
18
Srigunting batu Sempur hujan sungai Madi kelam
19
Alap-alap capung
17
21
Layang-layang batu Kirik-kirik biru
22
Pijantung tasmak
20
Dicrurus paradiseus Cymbirhynchus macrorhynchos Corydon sumatranus Microhierax fringillarius
Dicruridae
LC
-
-
Eurylaimidae
LC
-
-
Eurylaimidae
LC
-
Falconidae
LC
Appendix II
Hirundo tahitica
Hirundinidae
LC
-
-
Merops viridis Arachnothera flavigaster
Meropidae
LC
-
-
Nectariniidae
LC
-
-
Irena puella
Oriolidae
LC
-
-
Picus miniaceus Pycnonotus melanicterus Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier
Picidae
LC
-
-
Pycnonotidae
LC
-
-
Pycnonotidae Pycnonotidae
LC LC
-
-
Pycnonotus brunneus
Pycnonotidae
LC
-
-
Pycnonotus atriceps Orthotomus atrogularis Orthotomus ruficeps
Pycnonotidae Silviidae Silviidae
LC LC LC
-
Ketupa ketupu
Strigiformes
LC
Aplonis panayensis
Sturnidae
LC
Gracula religiosa
Sturnidae
LC
Appendix II Appendix II Appendix II
24
Kacembang gadung Pelatuk merah
25
Cucak kuning
26 27
29 30 31
Cucak kutilang Merbah cerukcuk Merbah mata merah Cucak kuricang Cinenen belukar Cinenen kelabu
32
Beluk ketupa
33
Perling kumbang
34
Tiong emas
35
Kucica kampung
Copsychus saularis
Turdidae
LC
36
Rangkong badak
Buceros rhinoceros
Upupidae
NT
23
28
Dilindungi
Dilindungi Dilindungi
Terdapat tujuh jenis burung yang dilindungi menurut PermenLHK No.20 Tahun 2018, salah satunya adalah elang laut perut putih (H. leucogaster). Burung ini mudah ditemukan di pinggir pantai dengan posisi terbang rendah pada saat pengamatan diatas pukul 09.00 pagi dan pada sore hari sekitar pukul 16.00. Selain elang laut perut putih, alap-alap capung (M. fringillarius) juga merupakan salah satu jenis yang dilindungi. Burung ini mudah ditemui bertengger pada rantingranting kering atau mati di daerah terbuka pada hutan dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m (MacKinnon et al. 2010). Berdasarkan IUCN Red List terdapat 3 jenis burung yang masuk ke dalam kategori Near Threatened (NT) atau hampir terancam dan 33 jenis lainnya masuk ke dalam kategori Least Concern (LC) atau risiko rendah. Sedangkan berdasarkan CITES, terdapat 6 jenis burung yang masuk
ke dalam kategori Appendix II yang artinya dapat diperjual belikan namun akan terancam punah apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.
Jumlah jenis
Kurva Penambahan Jenis 40 35 30 25 20 15 10 5 0
34
36
27 22
17 10
1
2
3
4
5
6
Daftar ke-
Gambar 5 Kurva penambahan jenis burung di Resort Tampang
Hasil dari pengamatan burung yang menggunakan metode MacKinnon adalah kurva penambahan jenis yang menunjukkan potensi ditemukannya burung. Berdasarkan gambar 4 terdapat enam daftar jenis burung yang di setiap daftarnya selalu mengalami kenaikan atau penambahan jenis baru yang ditemukan. Menurut Bibby et al. (2000), apabila kurva mengalami kenaikan maka masih ada kemungkinan ditemukannya jenis baru lagi apabila dilakukan pengamatan lebih lanjut.
a
b
c
d
Gambar 5 Beberapa jenis burung yang ditemukan (a) Kacembang gadung (b) Kirik-kirik biru (c) Cucak kuning (d) Beluk ketupa
Tabel 3 Daftar jenis mamalia yang ditemukan di Resort Tampang No
Nama Lokal
1
Surili Sumatera Monyet Ekor Panjang Bajing Ekor Ramping Jelarang Tupai Ekor Merah Rusa sambar Siamang Lutung kelabu Babi Hutan Beruk Kerbau liar Napu Landak Harimau Sumatera
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Latin
Famili
IUCN
Status Konservasi PermenLHK CITES No 20 Th 2018 Appendix II Dilindungi
Presbytis melalophos
Cercopithecidae
EN
Macaca fascicularis
Cercopithecidae
LC
-
-
Sundasciurus tenuis Ratufa bicolor Tupaia picta Cervus unicolor Hylobates syndactylus Trachypithecus cristatus Sus scrofa Macaca nemestrina Bubalus bubalis Tragulus napu Hystrix brachyura Phantera tigris sumatrae
Sciuridae Sciuridae Tupaiidae Cervidae Hylobatidae Cristatus Suidae Cercopithecidae Bovidae Tragulidae Hystricidae Felidae
LC NT
Appendix II
VU EN NT LC VU EN LC LC CR
Appendix I Appendix II Appendix II Appendix III Appendix I
Dilindungi Dilindungi Dilindungi Dilindungi Dilindungi
Selain burung, fauna yang ditemukan di TNBBS adalah mamalia. Pengambilan data mamalia dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan langsung dan tidak langsung. Metode pengamatan langsung menggunakan metode Rapid Assessment atau pengamatan cepat yaitu dengan mencatat jenis-jenis mamalia yang ditemukan di lokasi selama pengamatan tanpa harus dilakukan pada jalur khusus. Sedangkan metode pengamatan tidak langsung dilakukan dengan
mencatat jejak kaki, cakaran, dan kotoran yang ditemukan. Hasil pengamatan di lapang berhasil mendapatkan 14 jenis mamalia di Resort Tampang. Penemuan mamalia secara tidak langsung didapatkan di Pos Sekawat dan Tanjung Mas seperti ditemukan jejak kaki, bekas cakaran, dan kotoran harimau sumatera (P. tigris sumatrae), jejak kaki rusa (C. unicolor), dan bekas kubangan babi hutan (S. scrofa). Jejak harimau sumatera (P. tigris sumatrae) banyak ditemukan di sepanjang sungai Blambangan kecil menuju lokasi Lubuk Tenuk. Jejak harimau sumatera yang ditemukan di sekitar sungai ada yang berkisar satu minggu yang lalu dan ada juga tiga hari yang lalu. Harimau sumatera adalah salah satu dari tiga spesies kunci dan spesies terancam punah prioritas dari TNBBS yang statusnya dilindungi oleh pemerintah berdasarkan PermenLHK No. 20 Tahun 2018. Jumlah populasi harimau sumatera di alam saat ini tersisa 40 individu berdasarkan hasil monitoring TNBBS di site monitoring areal kolaborasi bersama TWNC menggunakan camera trap pada tahun 2017. Hasil dari monitoring ini menunjukkan peningkatan populasi sebanyak 3 individu dari tahun sebelumnya (BBTNBBS 2017).
a
c
b
d
Gambar 6 Jenis mamalia yang ditemukan (a) Kerbau liar (b) Jejak harimau (c) Jelarang (d) Surili sumatera Tabel 4 Daftar jenis herpetofauna yang ditemukan di Resort Tampang
No
1 2 3 4 5 6
Nama Latin Fejervarya cancrivora Hylarana chalconota Limnonectes sp. Amida cartilaginea Draco sp. Fejervarya limnocharis
Famili
IUCN
Status Konservasi PermenLHK CITES No 20 Th 2018
Dicroglossidae Ranidae Ranidae Trionychidae Agamidae
LC LC VU -
Appendix II -
-
Dicroglossidae
LC
-
-
-
-
Sekitar Pos Tanjung Mas terdapat beberapa sungai kecil yang memiliki potensi ditemukan reptil dan amfibi pada malam hari. Hasil dari pengamatan yang dilakukan diperoleh enam jenis herpetofauna yang ditemukan di Pos Sekawat dan Tanjung Mas. Jenis F. limnocharis atau biasa disebut kodok tegalan ini banyak ditemukan disekitar sungai di Pos Tanjung Mas pada saat pengamatan malam. Kodok sawah atau kodok hijau (F. cancrivora) memiliki timpanum bulat utuh tanpa ada lapisan kulit yang menutupi, selaput renang pada jari tangan tidak ada, dan pada punggung terdapat banyak guratan yang menonjol dan memanjang (Kurniati dan Sulistyadi 2016). Labi-labi (A. cartilagnidae) ditemukan di sekitar Pos Sekawat pada saat pengamatan di sore hari. Jenis ini masuk ke dalam kategori Appendix II dan Vulnerable (VU) menurut IUCN, namun pemanenan terhadap labi-labi masih terdapat di Sumatera Selatan yang termasuk daerah penyebaran labi-labi (Wibowo et al. 2016).
a
b
Gambar 7 Jenis herpetofauna yang ditemukan (a) Draco sp. (b) Fejervarya limnocharis Kondisi ekosistem yang masih terjaga serta persediaan pakan yang cukup merupakan salah satu alasan masih banyaknya ditemukan flora fauna di dalam kawasan Resort Tampang. Namun berbagai jenis flora fauna yang ada akan berkurang keberadaannya bahkan terancam punah apabila ekosistemnya berubah karena kerusakan yang disebabkan oleh manusia atau karena keberadaan mantangan yang semakin menutupi vegetasi yang ada di Resort Tampang.
Potensi Ekowisata Selain memiliki potensi keanekaragaman hayati, terdapat pula potensi ekowisata di Resort Tampang yang ditemukan selama kegiatan PKLP. Salah satunya adalah Danau Menjukut yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera yang dipisahkan oleh pasir pantai selebar puluhan meter. Luas Danau Menjukut yaitu 150 ha dengan kondisi danau masih sangat alami dan menyimpan potensi keanekaragaman hayati yang besar. Danau Menjukut menyajikan pemandangan matahari tenggelam yang sangat indah, disertai dengan ombak dari pantai selatan Pulau Sumatera yang dapat dilihat dari pinggir Danau Menjukut. Pos Blambangan yang berada di dekat Danau Menjukut ini memiliki potensi ekowisata lain yaitu Sungai Blambangan dan Danau Sei Leman yang terletak tidak jauh dari Danau Menjukut. Sungai Blambangan dapat dinikmati dengan menyusuri sungai menggunakan long boat. Kondisi habitat yang masih alami menyebabkan banyak
ditemukan jenis burung dan mamalia di sekitar sungai. Menurut informasi yang diperoleh terdapat buaya di Sungai Blambangan, namun pada saat mengunjungi lokasi Tim PKLP tidak menemukan buaya.
Gambar 8 Pemandangan matahari tenggelam di Danau Menjukut
Gambar 9 Kondisi Sungai Blambangan di Resort Tampang
Sosial ekonomi wilayah taman nasional Kawasan TNBBS berbatasan langsung dengan banyak desa penyangga serta kebun-kebun milik masyarakat. Sejauh ini masyarakat sekitar taman nasional sebagian besar memenuhi kebutuhan ekonomi mereka dari hasil kebun yang mereka jual. Manfaat dari keberadaan taman nasional belum dirasakan secara penuh oleh masyarakat sekitar kawasan, terutama di bidang sosial ekonomi. Selain potensi kekayaan flora dan fauna, TNBBS memiliki potensi keindahan alam yang sangat
menarik dan dapat dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan di bidang jasa lingkungan belum dimanfaatkan secara optimal untuk dijadikan produk yang bernilai ekonomi bagi masyarakat. Masih adanya persepsi mengenai tidak boleh mengambil apapun dari dalam kawasan menyebabkan masyarakat belum banyak merasakan manfaat dari TNBBS secara langsung. Padahal taman nasional memiliki zonasi-zonasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Di beberapa resort sudah mulai ada pengelolaan kawasan di bidang ekowisata, seperti adanya wisata ke curug-curug yang ada di sekitar kawasan. Ekowisata adalah bidang yang akan melibatkan banyak pihak, baik itu dari taman nasional, pemerintah, maupun masyarakat. Lokasi yang telah dimanfaatkan sebagai salah satu destinasi wisata di sekitar kawasan TNBBS yaitu Sukaraja Atas, Suoh, Tampang-Belimbing, Pemerihan, Kubu Perahu, dan Keramat Menula. Jenis kegiatan wisata yang ditawarkan adalah wisata air terjun, camping ground, pengamatan satwa, memancing, berenang, dan photo hunting. Pengelolaan yang baik akan memberikan banyak peluang dibukanya usaha-usaha kecil oleh masyarakat, seperti menjadi tour guide, membuka warung atau toko oleh-oleh, serta penginapan yang akan meningkatkan nilai ekonomi yang didapatkan oleh masyarakat. Potensi pemanfaatan air di TNBBS telah dikuatkan dengan adanya Surat Keputusan Dirjen PHKA Nomor: SK.85/IV-PJLKKHL/2015 tentang penetapan areal pemanfaatan air dan energi air pada Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Sungai, danau, gua alam, panas bumi, air terjun dikembangkan menjadi sumber energi mikro hidro bagi masyarakat sekitar yang apabila dihitung menghasilkan listrik nilai sebesar 860.000 watt. Selain itu, nilai ekonomi air untuk publik mencapai Rp 4,6 miliar; untuk pertanian sebesar Rp 432 miliar; hasil tangkapan ikan mencapai Rp 104,11 miliar; dan ekonomi listrik Rp 50,5 miliar/tahun (BBTNBBS 2015).
2.1.2.
Permasalahan Pengelolaan Taman Nasional Berdasarkan Renstra BTNBBS 2015-2019 (2015), permasalahan di dalam
TNBBS dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu pemantapan kawasan, perlindungan dan pengamanan kawasan, konservasi keanekaragaman hayati, pengendalian kebakaran hutan, sarana prasarana, dan sumber daya manusia. Namun, tidak semua permasalahan tersebut dapat ditemui secara langsung di lapang pada saat melakukan kegiatan praktik di kawasan taman nasional. 1. Invasive alian species Permasalahan di TNBBS yang dapat ditemui secara langsung adalah masalah invasive alian species yaitu mantangan (Meremia peltata). Keberadaan mantangan di dalam kawasan TNBBS khususnya di Resort Tampang dapat dikatakan cukup mengkhawatirkan. Banyak pohon yang sudah ditutupi oleh mantangan hingga bagian pucuk pohon tertinggi. Pertumbuhan dan perkembangan berbagai vegetasi menjadi terganggu karena tertutup mantangan, sehingga sinar matahari sulit untuk masuk menembus keberadaan mantangan. Jalur yang sebelumnya menjadi jalur satwa untuk lewat mencari pakan kini tertutup oleh mantangan dan satwa tidak dapat lewat lagi. Contohnya di Pos Sekawat terdapat lapangan yang sebelumnya adalah tempat mencari pakan bagi rusa, namun karena akses menuju lapangan sudah tertutup oleh mantangan rusa menjadi kesulitan untuk ke lapangan. Selain itu, sumber pakan rusa akan terus berkurang karena mantangan terus tumbuh menutupi lapangan.
Gambar 10 Vegetasi yang ditutupi mantangan
2. Masuk dan mengambil hasil hutan di kawasan TNBBS Kegiatan perburuan liar, illegal logging, pencurian Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) masih dijumpai di sekitar TNBBS sampai saat ini, terutama di daerah yang berbatasan langsung dengan tanah milik masyarakat. Ditemukannya jerat satwa, fandalisme, bekas camp, serta jalur-jalur aktif menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang memasuki kawasan tanpa ijin dan mengambil hasil dari dalam kawasan TNBBS. Jenis-jenis satwa yang masih diburu oleh masyarakat adalah harimau, gajah, dan rusa, sedangkan hasil hutan bukan kayu yang diicar oleh masyarakat adalah damar. Selain itu, beberapa kali pernah terjadi kasus pada saat petai dan jengkol memasuki musim berbuah, ada masyarakat yang memasuki kawasan untuk mengambil petai dan jengkol yang berbuah di dalam kawasan. Pembukaan jalur untuk motor juga dibuat untuk memudahkan proses pengangkutan petai dan jengkol. Tingginya harga petai dan jengkol di pasaran saat ini membuat masyarakat tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambil petai dan jengkol dalam jumlah yang banyak. Namun hal ini tentu saja tidak dapat dibiarkan secara berlarut-larut, karena akan mempengaruhi ekosistem disekitarnya. 3. Pal batas kawasan Sejak tahun 2015, luas kawasan di TNBBS berubah dari 356.800 ha menjadi 313.572,48 ha yang berkaitan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 489/Kpts-II/1999 tanggal 29 Juni 1999 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : SK. 4703/Menlhk-PKTL/KUH/2015 tanggal 26 Oktober 2015. Perubahan luas ini menyebabkan terjadinya revisi zonasi di TNBBS terutama di zona pemanfaatan serta zona lain yang berbatasan langsung dengan batas luar kawasan. Beberapa permasalahan yang terjadi akibat dari pal batas yang sudah hilang atau rusak adalah terjadi kontra dengan masyarakat yang memiliki lahan yang berbatasan langsung dengan kawasan, serta pal batas yang sengaja digeser ke dalam kawasan.
Gambar 11 Pal batas TNBBS yang berada di Desa Way Asahan
Selain tiga hal tersebut, permasalahan terbesar yang dihadapi oleh TNBBS adalah masalah degradasi, deforestasi, dan konflik dengan satwaliar. Deforestasi yang telah terjadi dari tahun 1972-2006 mencapai 63.085 ha (sekitar 21%) dan pada tahun 2009 seluas 61.786 ha (sekitar 17%), yang mengakibatkan tutupan vegetasi berkurang dan terjadi penurunan populasi keanekaragaman hayati (RPJP TNBBS 2015-2024, 2015). Selain deforestasi, kebakaran hutan juga telah menyebabkan kawasan TNBBS kehilangan lahan seluas 1,5 ha pada tahun 2017 (BBTNBBS 2017). Fragmentasi habitat yang terjadi menyebabkan banyaknya kasus konflik satwa dengan manusia yang terjadi, baik itu satwa yang memasuki perkebunan milik warga atau pemukiman. Bahkan beberapa kali kasus ini menyebabkan korban dari manusia maupun satwa.
2.1.3.
Kaji Tindak Pengelolaan Taman Nasional Permasalahan mantangan sampai saat ini masih ditangani dengan cara
manual yaitu dengan memotong akar mantangan dan menarik mantangan menggunakan alat berat lalu mengumpulkannya menjadi satu dan menjemurnya sampai kering. Cara ini dapat dikatakan belum efektif karena membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak, namun dapat mengurangi pertumbuhan dari mantangan
untuk sementara. Kegiatan sosialisasi kepada masyarakat perlu dilakukan untuk memberi pemahaman mengenai kawasan taman nasional yang boleh dan tidak boleh dimasuki oleh masyarakat dan dapat yang dimanfaatkan. Perbaikan terhadap pal batas taman nasional dan pengecekan yang berkala perlu dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan MMP, mitra-mitra TNBBS, dan masyarakat sekitar taman nasional. Salah satu cara terbaik dalam pengelolaan hutan adalah menciptakan kesadaran masyarakat lokal tentang pentingnya keterlibatan mereka dalam proses tersebut (Agbogidi et al. 2005).
Gambar 12 Proses memotong akar mantangan oleh SGA
2.2. 2.2.1.
PKLP di Desa Penyangga Taman Nasional Gambaran umum Desa Way Asahan Kegiatan PKLP di desa penyangga TNBBS dilaksanakan di Pekon (Desa)
Way Asahan, Kecamatan Pematang Sawa, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Secara geografis Desa Way Asahan terletak pada koordinat 104.537031 BT / -5.557881 LS yang berbatasan dengan Desa Tirom di sebelah utara, Desa Kaurgading di sebelah selatan, Laut Teluk Semangka di sebelah timur, dan di sebelah barat berbatasan dengan hutan kawasan TNBBS. Jarak Desa Way Asahan dari kota Kecamatan Pematang Sawa sejauh 25 Km ke arah timur, dan 38 Km ke arah selatan dari kota Kabupaten Tanggamus. Desa Way Asahan yang merupakan salah satu dari 14 desa di Kecamatan Pematang Sawa ini memiliki luas 914,80 ha yang terbagi atas lahan ladang seluas 450 ha, perkebunan seluas 450 ha, dan lahan lainnya 15 ha. Terdapat tiga dusun di Desa Way Asahan yaitu Dusun Sidoluhur, Darussalam, dan Tanjung Agung dengan jumlah penduduk sebanyak 768 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 205 KK. Kondisi topografi di Desa Way Asahan, yaitu berbukit dan datar dengan struktur tanah latosol, aluvial, dan pasir. Berada di pinggir kawasan TNBBS, Desa Way Asahan juga dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Semangka yang memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan warga desa. Desa Way Asahan terletak tidak jauh dari Resort Tampang yang dapat ditempuh selama ± 1 jam menggunakan sepeda motor. Kawasan taman nasional berbatasan langsung dengan kebun-kebun milik warga Desa Way Asahan yang banyak ditanami oleh jenis kopi, coklat, petai, dan jengkol. Jalan yang menghubungkan Desa Way Asahan dengan Desa Kaurgading melewati pinggir kawasan TNBBS, bahkan ada yang sudah memasuki kawasan TNBBS karena berada di dalam pal batas. Akses menuju Desa Way Asahan hanya dapat ditempuh dengan dua jalur, yaitu jalur darat dan laut. Jalur darat hanya dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua selama ± 3 jam dari Kota Agung dengan kondisi jalan yang masih berupa tanah. Sedangkan jalur laut dapat ditempuh selama tempuh ± 4 jam dari dermaga di Kota Agung menggunakan kapal kayu. Jalan-jalan yang ada di Desa Way Asahan terbuat dari semen dan pasir yang dibuat secara gotong royong oleh masyarakat desa secara bertahap setiap tahunnya sejak tahun 2015. Lebar jalan yang dibuat hanya dapat dilalui oleh satu motor saja.
Gambar 13 Kondisi jalan di Desa Way Asahan
Kehidupan sosial di desa Segala bentuk kegiatan di Desa Way Asahan masih dilaksanakan secara gotong royong dan swasembada. Warga desa didominansi berasal dari keturunan Suku Jawa sehingga beberapa upacara adat yang ada di Desa Way Asahan terpengaruh oleh adat Jawa dan Islam, seperti upacara kelahiran, kematian, pernikahan, khitanan, menyambut tamu, dan kasidahan. Kegiatan rutin seperti pengajian setiap malam jumat oleh kaum laki-laki di desa dan pengajian rutin bulanan yang dilakukan oleh kaum perempuan setiap hari sabtu, masih terlaksana sampai saat ini. Banyaknya kegiatan-kegiatan yang melibatkan semua warga desa menyebabkan warga desa saling mengenal satu sama lain dengan baik serta memiliki rasa simpati dan empati terhadap sesamanya. Sebagian besar rumah warga desa masih termasuk rumah sederhana yang terbuat dari kayu sebagai bahan utama bangunan dan tidak memiliki pagar di sekitar rumah. Setiap sore anak-anak di desa akan berkumpul dan bermain bersama di halaman rumah, sedangkan para orangtua biasanya akan berkumpul bersama sambil mengawasi anak-anak mereka bermain.
a
b
Gambar 14 Keadaan di Desa Way Asahan (a) Salah satu rumah warga desa (b) Anak-anak bermain di halaman rumah
Kelembagaan dan fasilitas desa Kegiatan pemerintahan pekon atau desa di lakukan oleh Kepala Desa, Badan Hippun Pemekonan dan Perangkat Desa. Perangkat Desa memiliki tugas dalam membantu tugas-tugas kepala Desa. Adapun susunan lembaga perangkat Desa meliputi, juru tulis Desa, kepala urusan pemerintahan, kepala urusan pembangunan, kepala urusan umum, kepala urusan kemasyarakatan, kepala urusan keuangan, kepala urusan dusun. Adapun susunan kelembagaan badan hippun Desa meliputi, ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota.
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Anggota
Gambar 15 Susunan kelembagaan Desa Way Asahan Kepala Desa
Sekretaris Desa KA Pemerintahan
KA Pembangunan KA Kesejahteran Masyarakat
KA Pemerintahan
KA Kesejahteran KA Masyarakat Pembangunan
Kepala Dusun I
Kepala Dusun II
Kepala Dusun III
Gambar 16 Susunan kelembagaan Badan Hippun Desa
Desa Way Asahan memiliki beberapa fasilitas yang didapatkan dari pemerintah daerah untuk menunjang kesejahteraan warga desa. Fasilitas tersebut seperti Pusat Kesehatan Desa (Puskesdes), gedung SD, PAUD, dan Kantor Kepala Desa. Namun Puskesdes yang ada saat ini belum berjalan dengan maksimal, karena terbatasnya tenaga yang ahli di bidang medis sehingga terkadang warga harus menunggu sampai bidan datang bahkan keluar desa untuk berobat.
Gambar 17 Puskesdes Desa Way Asahan
Gambar 18 Gedung PAUD di Desa Way Asahan
2.2.2.
Potensi Wilayah Desa Penyangga Taman Nasional Desa Way Asahan memiliki potensi pada sumberdaya alam dan sumber
daya manusianya. Potensi sumberdaya alam yang diambil berupa keanekaragaman hayati, serta sumber air yang ada di desa, sedangkan potensi sumberdaya manusia diambil dari kegiatan wawancara dengan warga Desa Way Asahan.
Potensi Sumberdaya Alam Data keanekaragaman hayati yang diambil di Desa Way Asahan berupa data flora, serta data fauna yaitu burung. Metode yang digunakan untuk mengambil data
flora adalah metode eksplorasi, sedangkan untuk mengambil data burung menggunakan metode MacKinnon. Sebagian besar lahan-lahan perkebunan yang ada di Way Asahan digunakan untuk menanam jenis pohon kopi, coklat, jengkol, petai, cempaka, durian, dan beberapa warga juga menanam cabai. Namun, dibalik semua itu masih terdapat tumbuhan-tumbuhan lain yang ditemukan di Desa Way Asahan yang bahkan memiliki manfaat sebagai tumbuhan obat. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh sebanyak 24 jenis tumbuhan obat di sekitar Desa Way Asahan. Tabel 5 Daftar jenis tumbuhan obat di Desa Way Asahan No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Bagian yang digunakan
1
Keji beling
Strobilanthes crispus
Daun
2
Kumis kucing
Orthosiphon stamineus
Daun
3
Jambu biji
Psidium guajava
Daun dan buah
4
Sirih
Piper betle
Daun
5
Sintrong
6 7 8
Sukun Kerinyuh Balseman
Crassocephalum crepidioides Artocarpus altilis Chromolaena odorata Polygala paniculata
9
Antanan
Centella asiatica
10 11
Alamanda Cengkeh
12
Jenis Penyakit Kencing batu dan diabetes(2)(3) Kencing batu, menjaga stamina tubuh(1)(2)(3) Diare dan disentri, meingkatkan trombosit (demam berdarah)(1)(3) Bau mulut dan bau badan, mimisan keputihan(3)
Daun
Hipertensi(1)
Allamanda cathartica Syzygium aromaticum
Daun dan buah Daun Akar Daun dan seluruh bagian tumbuh-an Daun Daun dan bunga
Cincau daun
Cyclea barbata
Daun
13
Ciplukan
Physalis angulata
Buah dan daun
14
Pulai
Alstonia scholaris
Kulit batang
15 16 17 18 19
Belimbing Babadotan Tembelekan Katuk Takokak
Averrhoa carambola Ageratum conyzoides Lantana camara Sauropus androgynus Solanum torvum
Buah Daun Daun dan buah Daun Buah dan daun
20
Daun mangkok
Nothopanax scutellarium
Daun
21
Kembang sepatu
Hibiscus rosa-chinensis
Daun
Daibetes Luka luar Masuk angin, keseleo Meningkatkan daya ingat, batuk, hipertensi, Sakit perut, cacingan(4) Maag(1) Mencegah masuk angin Hipertensi, panas dalam, radang lambung(4) Bisul, Flu, sakit tenggorokan dan ayan(3) Malaria dan menjaga stamina tubuh(3) Hipertensi(3) Luka luar Sakit perut(1) Meningkatkan ASI Menjaga kebugaran tubuh(1) Menghilangkan bau badan(1) Menurunkan panas demam(1)
22
Asam jawa
Tamarindus indica
23
Meniran
Phyllanthus niruri
24
Lada
Piper nigrum
Buah Seluruh bagian tumbuh-an Buah
Sariawan dan demam(3) Disentri, reumatik, hepatitis(3) Demam, masuk angin dan flu(2)
Beberapa tumbuhan obat telah dimanfaatkan oleh warga Desa Way Asahan seperti Keji Beling (Strobilanthes crispus), Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus), Sintrong (Crassocephalum crepidioides), Sukun (Artocarpus altilis), Cincau Daun (Cyclea barbata), Katuk (Sauropus androgynus), Asam Jawa (Tamarindus indica), dan Lada (Piper nigrum). Umumnya penggunaan tumbuhan obat masih berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari turun menurun atau orang lain, sehingga penggunaannya masih sangat tradisional. Selain tumbuhan obat, keanekaragaman lain yang didapatkan di Desa Way Asahan adalah burung. Letak desa yang berada dipinggir kawasan serta banyaknya sumber pakan berupa buah-buahan yang ada di perkebunan menyebabkan desa menjadi habitat yang baik bagi burung-burung. Berdasarkan hasil dari pengamatan menggunakan metode MacKinnon, diperoleh 28 jenis burung dari 19 famili. Tabel 6 Daftar jenis burung di Desa Way Asahan
No
Nama lokal
Nama ilmiah
Family IUCN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Elang hitam Cekakak sungai Jingjing batu Takur warna-warni Perkutut jawa Gagak hutan Tangkar kambing Bubut alang-alang Wiwik kelabu Cabai merah
Ictinaetus malaiensis Todirhamphus chloris Hemipus hirundinaceus Psilopogon mystacophanos Geopelia striata Corvus enca Platysmurus leucopterus Centropus bengalensis Cacomatis merulinus Dicaeum cruentatum
Status Konservasi PermenLHK No 20 Thn CITES 2018 Appendix II Dilindungi
Accipitridae
LC
Alcedinidae
LC
-
-
Campehagidae
LC
-
-
Capitonidae
NT
-
Dilindungi
Columbidae
LC
-
-
Corvidae
LC
-
-
Corvidae
NT
-
Dilindungi
Cuculidae
LC
-
-
Cuculidae
LC
-
-
Dicaeidae
LC
-
-
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Cabai jawa Sempur hujan sungai Alap-alap capung Tepekong jambul Layanglayang batu Kirik-kirik biru Sikatan bubik Burung madu sriganti Burung madu kelapa Caladi batu Pelatuk merah Caladi tilik Burung gereja erasia Bondol peking Cucak kutilang Cucak kuning Merbah cerukcuk Perling kumbang
Dicaeum trochileum Cymbirhynchus macrorhynchos Microhierax fringillarius Hemiprocne longipennis Hirundo tahitica Merops viridis Muscicapa dauurica Nectarinia jugularis Anthreptes malacensis Meiglyptes tristis Picus miniaceus Dendrocopos moluccensis Passer montanus Lonchura punctulata Pycnonotus aurigaster Pycnonotus melanicterus Pycnonotus goiavier Aplonis panayensis
Dicaeidae
LC
-
-
Eurylaimidae
LC
-
Falconidae
LC
Appendix II
Dilindungi
Hemiprocnidae
LC
-
-
Hirundinidae
LC
-
-
Meropidae
LC
-
-
Muscicapidae
LC
-
-
Nectariniidae
LC
-
-
Nectariniidae
LC
-
-
Picidae
LC
-
-
Picidae
LC
-
-
Picidae
LC
-
-
Ploceidae
LC
-
-
Ploceidae
LC
-
-
Pycnonotidae
LC
-
-
Pycnonotidae
LC
-
-
Pycnonotidae
LC
-
-
Sturnidae
LC
-
-
Kurva penambahan jenis Jumlah jenis
11
30 25 20 15 10 5 0
22
24
25
5
6
28
18 10
1
12
2
3
4
7
List ke-
Gambar 19 Kurva penambahan jenis burung di Desa Way Asahan
Terdapat empat jenis burung yang dilindungi menurut PermenLHK No 20 Tahun 2018, misalnya elang hitam (I. malaiensis) yang cukup mudah ditemukan di desa pada saat pagi hari diatas jam 09.00 WIB. Burung ini sering terlihat berputarputar di atas bukit yang berada di atas Desa Way Asahan dan beberapa kali terbang rendah tepat di atas desa. Menurut cerita dari warga desa, elang hitam senang memangsa ayam-ayam peliharaan warga desa. Elang hitam juga masuk ke dalam list CITES dan ditetapkan sebagai Appendix II, namun menurut IUCN redlist status elang hitam berada di Least Concern (LC). Famili terbanyak yang ditemukan di desa yaitu famili Picidae yang terdiri dari burung-burung pelatuk dan Pycnonotidae yang mudah ditemukan di seluruh desa. Jenis burung dari famili Picidae banyak ditemukan di batang-batang pohon yang telah mati namun masih berdiri kokoh. Ciri dari adanya burung pelatuk di sebuah batang adalah adanya banyak lubang-lubang bekas hasil patukan dari burung. Berdasarkan gambar 19 dapat dilihat bahwa grafik menunjukkan kenaikan di setiap listnya yang berarti masih ada potensi untuk ditemukan jenis burung baru di Desa Way Asahan apabila dilakukan pengamatan lebih lanjut.
a
b
Gambar 20 Jenis burung di desa (a) Alap-alap capung (b) Pelatuk merah
Selain ditemukannya keanekaragaman tumbuhan obat dan burung, di Desa Way Asahan juga sering terdengar suara Owa dari arah dalam kawasan TNBBS. Menurut hasil wawancara owa pernah terlihat beberapa kali di perkebunan warga, selain owa monyet ekor panjang juga sering ditemukan mengambil buah-buah di perkebunan. Kehadiran monyet ekor panjang di perkebunan dianggap hama oleh
masyarakat karena jumlah rombongan yang datang sangat banyak dan mereka sering merusak kebun milik warga, sehingga warga mengalami kerugian. Untuk mengusir monyet tersebut, warga desa akan berbekal senapan ketika akan ke kebun yang digunakan untuk menakut-nakuti monyet. Babi hutan juga masih sering memasuki kawasan rumah warga pada malam hari untuk memangsa ternak warga. Daerah aliran sungai (DAS) yang melalui Desa Way Asahan adalah DAS Semangka. Masyarakat mendapatkan air untuk keperluan sehari-hari dari sumur dan sumber air yang berada 100 m dari batas TNBBS. Air tersebut kemudian disalurkan menggunakan selang-selang menuju rumah warga. Pada saat musim kemarau sumber air yang dimanfaatkan oleh warga rawan mengalami kekeringan, sehingga warga hanya dapat mengandalkan air dari beberapa sumur yang tersedia. Sungai-sungai kecil yang berada di sekitar Desa Way Asahan juga mengalami kekeringan saat musim kemarau dengan debit air yang kecil.
Potensi Sumberdaya Manusia Kegiatan penggalian potensi sumberdaya manusia di Desa Way Asahan dilakukan dengan mengkaji sumber data sekunder desa. Berdasarkan hasil kajian, jumlah penduduk Desa Way Asahan pada tahun 2018 terdapat sebanyak 756 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 205 KK. Jumlah tersebut tersusun atas komposisi pria dan wanita masing-masing sebanyak 409 jiwa dan 347 jiwa. Adapun laju pertambahan penduduk di Desa Way Asahan hingga tahun 2018 adalah 21 orang per tahun dengan kepadatan penduduk per kilometer persegi sebesar 83 orang/Km2.
Piramida Demografi Pekon Way Asahan Manula; 5 Manula; 8 Manula; 8 Lansia; 11 Lansia; 21 Lansia; 16 Dewasa; 19 Dewasa; 16 Dewasa; 29 Dewasa; 20 Dewasa; 24 Remaja; 36 Remaja; 35 anak-anak; 35 anak-anak; 32 Balita; 32 50
40
30
20
10
Manula; 7 Manula; 4 Manula; 14 Lansia; 18 Lansia; 17 Lansia; 9 Dewasa; 19 Dewasa; 19
Dewasa; 33 Dewasa; 35 Dewasa; 47 Remaja; 35 Remaja; 41 anak-anak; 35 anak-anak; 37 Balita; 39 0
Perempuan
10
20
30
40
50
60
Laki-Laki
Gambar 21 Kondisi demografi warga Desa Way Asahan
Gambar di atas menunjukkan keadaan kependudukan di Desa Way Asahan. Berdasarkan grafik di atas, Desa Way Asahan memiliki bentuk piramida demografi dengan tipe pertumbuhan cepat (rapid growth) atau piramida penduduk muda. Hal tersebut ditunjukan dengan jumlah kelahiran yang tinggi dan jumlah usia tua yang sedikit. Hasil kegiatan studi pustaka juga mendapatkan komposisi suku yang terdapat di desa yang meliputi suku Jawa, Sunda dan Lampung. Desa Way Asahan mayoritas didiami oleh suku Jawa yang merupakan pendatang baik dari Pulau Jawa maupun Lampung Tengah. Adapun penduduk suku Lampung asli hanya sebesar 1% dari jumlah penduduk yang tinggal. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, penduduk asli Lampung tersebut hanya mendiami bagian utara desa atau di bagian pesisir pantai.
Klasifikasi Suku 4%
1%
Jawa Sunda Lampung 95%
Gambar 22 Persentase suku di Desa Way Asahan
Mata pencaharian masyarakt Desa Way Asahan mayoritas berprofesi sebagai petani. Hal tersebut ditunjukan oleh gambar 23 yang menunjukkan persen mata pencaharian masyarakat sebagai petani sebesar 59% atau lebih dari setengah penduduk desa. Hal ini menunjukkan potensi agraria yang baik. Selain itu, peluang dalam pengembangan program bidang pertanian di masyarakat juga memiliki kemungkinan implementasi dan penerimaan yang besar. Adapun jenis komoditas perkebunan yang masyarakat tanam, seperti Kopi, Cokelat, Petai, Jengkol, Dukuh, Durian, Pala dan Cengkeh. Selain komoditas tumbuhan berbuah, masyarakat juga menanam jenis tumbuhan kayu yang meliputi Cendana, Sengon, dan cempaka namun tidak semua masyarakat menanam jenis tumbuhan kayu tersebut. Hal tersebut disebabkan waktu tumbuh tanaman kayu yang relatif lama seperti halnya, yaitu sengon yang harus menunggu waktu masa panen hingga umur tanaman minimal 3 tahun. Selain itu, masyarakat Desa Way Asahan juga ada yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Adapun persentase masyarakat yang berprofesi sebagai PNS hanya sebesar 2%. Bidang PNS tersebut mencakup profesi bidan dan guru SD.
Klasifikasi Mata Pencaharian 16% Petani 7% PNS Buruh 16%
59%
Pedagang Lainnya
2%
Gambar 23 Persentase mata pencaharian masyarakat Desa Way Asahan
Hampir di setiap rumah di Desa Way Asahan memiliki ternak ayam dan kambing di rumahnya, namun sebagian besar ternak ini hanya untuk konsumsi pribadi bukan untuk tujuan dijual. Penggunaan lahan terbesar oleh masyarakat adalah sebagai ladang dan perkebunan, yaitu masing-masing sebesar 49% atau seluas 450 ha dari luas wilayah desa. Hal tersebut berkolerasi kuat dengan mata pencaharian utama masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani. Adapun luas ladang atau perkebunan yang dimiliki per kepala keluarga, yaitu seluas 2.2 ha/KK.
Klasifikasi Pengguanaan Lahan 1% 1% 0%
Perkebunan Ladang Fasilitas Umum 49%
Pemukiman 49%
Pekarangan
Gambar 24 Persen penggunaan lahan oleh masyarakat Desa Way Asahan
Penggunaan lahan lainnya adalah sebagai pemukiman. Luas lahan yang digunakan sebagai pemukiman, yaitu sebesar 1 % dari luas lahan desa atau seluas 9,5 ha. Adapun jumlah rumah yang terdapat di Desa Way Asahan hingga tahun 2018 terdapat sebanyak 197 rumah dengan luas rumah per kepala keluarga, yaitu seluas 0.05 ha/KK atau seluas 477,39 m2/rumah.
2.2.3.
Permasalahan di Wilayah Desa Penyangga Taman Nasional
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Tingkat pendidikan masyarakat Desa Way Asahan masih tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukan dengan banyaknya jumlah masyarakat yang belum mengenyam pendidikan sebesar 29% dan SD sebesar 42%. Sedikitnya fasilitas pendukung pendidikan dan tenaga pengajar yang ada.
Klasifikasi Tingkat Pendidikan 0%
1%
11% 29% 17%
Pra SD SD SLTP SLTA D2 S1
42%
Gambar 25 Persentase tingkat pendidikan masyarakat Desa Way Asahan
Adapun masyarakat yang mampu mengenyam pendidikan di atas SMA, yaitu pada tingkat pendidikan D2 dan S1. Tingkat pendidikan D2 dan S1 dienyam oleh beberapa perangkat desa dan masyarakat yang bekerja sebagai PNS, yaitu bidan dan guru SD.
Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat
Hasil studi literatur dan wawancara dengan sekretaris desa mendapatkan data pendapatan rata-rata masyarakat. Berdasarkan kegiatan tersebut selang pendapatan masyarakat dibedakan ke dalam empat kelas dengan lebar selang masning-masing kelas sebesar Rp 1.000.000.00. Pendapatan tersebut dibedakan perdasarkan mata pencaharian masyarakat di desa. Masyarakat dengan mata pencaharian petani digolongkan ke dalam kelas pendapatan Rp 0 – Rp 1.000.000.00. Hal tersebut disebabkan pendapatan masyarakat yang berprofesi sebagai petani umumnya tidak menentu karena perubahan harga pasar, kegagalan panen dan turunnya harga pasar karena rusaknya barang akibat transportasi. Pendapatan kelas kedua, yaitu dengan selang Rp 1.000.000.00 - Rp 2.000.000.00 ditempati oleh masyarakat yang bekerja sebagai buruh dan lainnya seperti tukang reparasi. Hal tersebut disebabkan upah yang mereka terima pada umumnya upah yang mereka terima dalam sebulan dapat mencapai kisaran tersebut atau upah minimum regional (UMR).
Klasifikasi Pendapatan 7%
2% 0-1000000 1000000-2000000
2000000-3000000
32% 59%
4000000-5000000
Gambar 26 Persen pendapatan masyarakat Desa Way Asahan
Masyarakat dengan profesi sebagai pedagang baik yang membuka warung ataupun yang menjual dagangan memiliki pendapatan yang lebih besar, sehingga dimasukan ke dalam kelas ke tiga. Adapun masyarakat yang berprofesi sebagai PNS masuk kedalam kelas lima. Nilai pendapatan tersebut disesuaikan dengan golongan PNS yang mereka miliki.
Belum adanya produk unggulan pertanian desa
Sebagai salah satu desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNBBS, sampai saat ini Desa Way Asahan belum memiliki produk unggulan sebagai hasil dari perkebunan mereka. Selama ini jenis tanaman di kebun warga desa selalu mengikuti jenis yang sedang ramai di pasar dan memiliki harga yang lumayan tinggi, sehingga satu lahan bisa ditanamai oleh lebih dari satu jenis tanaman. Hal ini tentu saja tidak baik untuk pertumbuhan dari tanaman yang ada karena persaingan dalam memperebutkan sumber air dan hara dari tanah sehingga hasil pertumbuhan kurang optimal. Sebelumnya kopi dan coklat adalah jenis yang pernah diunggulkan oleh Desa Way Asahan karena pernah dilakukan pendampingan terhadap warga desa mengenai cara merawat jenis tersebut. Namun ketika hama mulai menyerang dan tidak ada pendampingan lebih lanjut lagi masyarakat mulai kebingungan untuk cara menanganinya, dan pada akhirnya kini banyak kebun warga yang terserang hama dan mati. Tanaman jenis kayu juga pernah dicoba oleh warga desa seperti sengon dan cempaka, namun karena membutuhkan waktu yang lama untuk panen warga tidak melanjutkannya lagi.
a
b
Gambar 27 Hasil kebun yang terserang hama (a) Kopi (b) coklat
Persediaan listrik yang terbatas dan sumber air Desa Way Asahan belum mendapatkan akses listrik PLN dari pemerintah daerah. Selama ini mereka menggunakan panel surya sebagai sumber listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik setiap harinya. Panel surya ini memiliki keterbatasan dalam penggunaanya dan saat ini terdapat beberapa generator listrik yang rusak sehingga pembagian listrik ke setiap rumah warga semakin dibatasi yaitu hanya 150
watt. Selain permasalahan listrik, sumber air di Desa Way Asahan berasal dari sumur dan sumber air dari atas bukit yang berasal dari sungai-sungai kecil. Pada saat musim kemarau sumber air dari sungai-sungai di atas bukit ini mengalami kekeringan, sehingga warga hanya mengandalkan air dari sumur. Namun tidak setiap rumah memiliki sumur di rumahnya. Warga yang tidak memiliki sumur biasanya mengambil air dari sumur di mushola dengan cara yang manual.
Gambar 28 Salah satu air terjun di Desa Way Asahan
Kurangnya data pemetaan Desa Way Asahan Sebagai salah satu desa yang berada tepat dipinggir kawasan taman nasional, Desa Way Asahan masih belum memiliki data pemetaan desa yang cukup lengkap dan bersifat digital. Selama ini warga desa hanya mengandalkan gambar sketsa desa yang dibuat pada kertas biasa. Jalan-jalan di desa yang sudah bisa diakses menggunakan sepeda motor juga belum diberikan nama jalan, sehingga apabila ada orang dari luar desa yang hendak mencari alamat akan bingung karena tidak ada keterangan petunjuk arah jalan.
2.2.4.
Kaji Tindak Pengelolaan Wilayah Desa Penyangga Taman Nasional Melihat dari beberapa permasalahan yang terjadi di Desa Way Asahan,
perlu adanya tindakan baik dari pemerintah maupun pihak yang terkait untuk
mengurangi permasalahan yang ada. Desa Way Asahan hanya memiliki satu sekolah negeri yaitu SDN 1 Way Asahan, tingkat pendidikan SMP dan SMA jarang ditempuh oleh warga desa karena beberapa alasan seperti tidak tersedianya sekolah di dalam desa sehingga harus keluar desa untuk menempuh pendidikan dan mahalnya biaya pendidikan di tingkat SMP dan SMA. Sebagian besar anak-anak SD melanjutkan ke Madrasah yang berada diluar desa, bahkan ada yang tidak melanjutkan sekolahnya. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia yang ada di Desa Way Asahan kedepannya. Pembangunan SMP dan SMA dirasa perlu di Desa Way Asahan karena pendidikan adalah hal penting yang wajib ditempuh oleh anak-anak di desa. Selain itu tenaga pengajar yang ada di SDN 1 Way Asahan sebagian besar adalah guru honorer yang merupakan anak muda yang ada di Desa Way Asahan. Rendahnya pendapatan warga Desa Way Asahan dikarenakan hasil dari perkebunan desa yang belum optimal dan dikelola dengan baik. Pendampingan di bidang pertanian sangat diperlukan untuk mengoptimalkan hasil pertanian warga yang sebagian besar memiliki kebun dan menjadikan hasil tersebut sebagai produk unggulan dari desa. Banyak warga desa yang menginginkan adanya pendampingan ini karena apabila ada kendala pada kebun warga ada orang yang bisa mereka tanyakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Bantuan yang didapatkan dari pemerintah juga beberapa kali belum berhasil tumbuh dengan baik karena bibit yang diambil tidak cocok dengan kondisi di Desa Way Asahan. Sebaiknya apabila ada bantuan-bantuan bibit lebih baik bibit tersebut disesuaikan dengan kondisi fisik yang ada di desa sehingga bantuan tersebut tidak sia-sia. Mahalnya harga perbaikan generator listrik menyebabkan listrik yang mengalir ke setiap rumah semakin dibatasi. Harga perbaikan satu aki dalam generator listrik mencapai 10 juta dan terdapat 23 aki yang rusak sehingga total biaya yang dibutuhkan mencapai 230 juta untuk mengoptimalkan penggunaan panel surya. Sehingga perlu adanya bantuan dari pihak pemerintah untuk perbaikan panel surya ini, agar semua warga dapat merasakan listrik di malam hari. Tim PKLP membuat peta Desa Way Asahan menggunakan aplikasi ArcGis dan Avenza Maps dalam proses pembuatannya. Pemetaan desa dilakukan dengan berkeliling desa sekaligus mentracking jalan yang ada di desa menggunakan aplikasi Avenza Maps.
Hampir semua jalan di Desa Way Asahan belum memiliki nama, sehingga Tim PKLP menyarankan untuk memberikan nama di jalan dan gang yang ada di desa. Pemilihan nama jalan diserahkan kepada masing-masing dusun dan dibuat secara bersama-sama oleh warga dengan bahan utama kayu dan cat warna.
Gambar 29 Peta Desa Way Asahan
2.2.5.
Penyuluhan Kegiatan penyuluhan dilakukan pada saat wawancara dengan warga desa.
Penyuluhan yang dilakukan berupa penyuluhan mengenai pemanfaatan tanaman obat yang ada disekitar desa dan menjelaskan bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan.
2.1.1. Pendidikan Pendidikan konservasi dilakukan di SDN 1 Way Asahan dengan peserta dari kelas 1 sampai kelas 6. Kegiatan dilakukan di lapangan sekolah pada hari jumat di
jam olahraga. Pembacaan dongeng tentang badak, permainan peran, dan tebak gambar satwa dilakukan pada saat kegiatan pendidikan konservasi. Diharapkan dengan dilakukannya kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan baru mengenai konservasi secara sederhana kepada anak-anak sejak dini, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan tidak berburu satwa. Selain itu, kegiatan belajar bersama di rumah kepala desa juga dilakukan untuk membantu anak-anak di desa dalam mengerjakan PR sekolahnya.
Gambar 30 Kegiatan pendidikan konservasi di SDN 1 Way Asahan
Gambar 31 Belajar bersama di rumah kepala desa
2.2.6.
Penghubung dan penggerak Jalan dan gang di sepanjang Desa Way Asahan belum memiliki nama,
padahal Desa Way Asahan merupakan salah satu desa yang sering dilalui oleh warga desa lain untuk menuju desa lainnya. Oleh karena itu Tim PKLP menyarankan pembuatan nama jalan untuk setiap jalan dan gang yang ada di Desa Way Asahan. Penyampaian ini pada awalnya disampaikan kepada kepala desa
terlebih dahulu, dan kepala desa menyetujui untuk pembuatan papan nama jalan yang belum terealisasi sampai saat itu. Pembuatan papan nama jalan disepakati pada saat rapat persiapan HUT RI di rumah kepala desa, dan warga yang mengikuti rapat setuju dengan hal tersebut. Pemberian nama jalan dan gang diserahkan kepada masing-masing dusun dan pembuatannya dilakukan secara bersama-sama menggunakan bahan sederhana yaitu papan dan cat.
Gambar 32 Proses pembuatan dan pemasangan papan nama jalan di desa
Gambar 33 Papan nama jalan di persimpangan desa
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, khususnya di Resort Tampang memiliki potensi besar dalam hal keanekaragaman hayati, ekowisata, serta sumber daya manusia. Pengelolaan yang baik akan menguntungkan banyak pihak namun tetap menjaga kelestarian alam. Permasalahan yang terjadi di TNBBS dapat diselesaikan secara bertahap dengan melibatkan banyak pihak, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar taman nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Agbogidi OM, Okonta BC, Dolor DE. 2005. Participation of rural women in sustainable forest management and development. Okoko E, inputs. Adekline V, Adeduntan S, editors. Environment Sustainability and Conserve in Nigeria: 264-270. Akure. Jubee - Niyi Publisher. Baskara M, Wicaksono KP. 2013. Tumbuhan ficus: penjaga keberlanjutan budaya dan ekonomi di lingkungan karst. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI. C-21 – C -25. BBTNBBS. 2015. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Periode 2015 – 2024. Kotaagung (ID): BBTNBBS. BBTNBBS. 2015. Rencana Strategis Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Tahun 2015 – 2019. Kotaagung (ID): BBTNBBS. BBTNBBS. 2017. Laporan Kinerja Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Tahun 2017. Kotaagung (ID): BBTNBBS. Bibby CM, Jones, Marsden S. 2000. Teknik-Teknik Ekspedisi Lapangan: Survey Burung. Kartikasari SN, Shannas J, penerjemah. Bogor (ID): Bird-Life International-Indonesia Programme. Kurniati H, Sulistyadi E. 2016. Kepadatan Kodok Fejervarya cancrivora di Persawahan Daerah Kabupaten Kerawang, Jawa Barat pada Tahun 2016. Cibinong (ID): LIPI. MacKinnon J, Phillipps K, Balen BV. 2010. Burung-Burung di Sumatera Jawa Bali dan Kalimantan. Bogor (ID): LIPI-Burung Indonesia. Muhaimin M, Hidayat IW, Muslim. 2016. Eksplorasi tumbuhan dan studi komposisi vegetasi di zona bukit dari Gunung Patah, Bengkulu. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 2 (2): 132-137. Oldeman LR, Las I, Djamaluddin. 1979. An Agroclimatic Map of Kalimantan. Bogor (ID): CRIA.
Wibowo A, Sentosa AA, Wijaya D. 2016. Karakteristik Genetik Labi-Labi (Amyda cartilaginea) di Kabupaten Musi Banyuasin [Internet]. [diunduh 2018 Sept 25]. Tersedia pada https://www.researchgate.net/publication/299465553.
LAMPIRAN
Gambar ? Peta Desa Way Asahan
Tabel ? Tally sheet penganatan burung No
Nama lokal
Nama ilmiah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel ? Tally sheet pengamatan mamalia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu
Nama lokal
Nama ilmiah
Jumlah