Laporan Pkli Born01.docx

  • Uploaded by: Born
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pkli Born01.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 12,356
  • Pages: 82
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Teknik Bangunan adalah salah satu jurusan yang ada di Universitas Negeri Medan yang mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti mata kuliah Praktik Kerja Lapangan Industri (PKLI). Mata kuliah ini merupakan sarana untuk menjembatani penerapan teoritis dibangku perkuliahan dengan kondisi nyata pekerjaan teknik sipil di lapangan. Kegiatan PKLI dilakukan untuk meningkatkan kemampuan lulusan yang dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja (stakeholder) sesuai dengan visi, misi dan tujuan Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan. Kegiatan PKLI terdiri dari 2 (dua) tahap yaitu: kerja lapangan dan penyusunan laporan. Tahap kerja lapangan mahasiswa terlibat langsung dengan pekerjaan dilapangan dengan arahan pengawas lapangan, teknisi dan koordinasi penanggung jawab lapangan. Tahapan penyusunan laporan adalah tahap mahasiswa menulis tentang kegiatan proyek di lapangan yang di bimbing oleh Dosen Pembimbing. Kemampuan untuk menga plikasi teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan pada bidang struktur di lapangan merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa. Praktik Kerja Lapangan Industri (PKLI) merupakan kegiatan mahasiswa yang dilakukan di masyarakat maupun di perusahaan atau instansi untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan melihat relevansinya di lapangan maupun melalui jalur pengembangan diri dengan mendalami bidang ilmu tertentu dan aplikasinya. Dalam hal ini, praktik kerja lapangan yang dilakukan adalah proyek pembangunan Workshop (Bengkel), lokasinya berada di jalan Sisingamangaraja, Amplas, Medan Amplas. Suatu tempat dinyatakan nyaman dan aman tidak hanya baik dirasakan dalam memuaskan panca indra khususnya indra penglihatan tetapi juga 1

keselamatan yang dapat diwujudkan dengan mendirikan bangunan yang baik dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan untuk keamanan bangunan. Untuk keamanan bangunan sendiri, mulai dari standart penggunaan bangunan, beton, baja dan lainnya telah diatur dalam peraturan Standart Nasional Indonesia (SNI) untuk bangunan gedung. Bangunan gedung terdiri dari dua bagian struktur yaitu struktur bagian bawah (Sub Structure ) berupa pondasi dan sloof, dan struktur bagian atas (Upper Structure) berupa kolom, balok dan pelat lantai. Setiap struktur tersebut memiliki fungsi yang penting dan saling mendukung sehingga konstruksi kokoh. Untuk mengetahui bagaimana metode pelaksanaan pembangunan gedung ini, penulis meninjau plat lantai. Dalam laporan ini penulis akan membahas mengenai pelaksanaan pekerjaan pelat lantai yang terdapat pada lantai dasar. Oleh karena itu di dalam melaksanakan PKLI, penulis mengambil judul “Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai Dasar pada Proyek Pembangunan Workshop Auto 2000 Amplas, Medan Amplas”. Dalam laporan ini, penulis akan melaporkan mengenai teknik pelaksanaan dan tahapan pekerjaan balok dan pelat lantai sesuai dengan apa yang dilihat dan diamati selama melakukan PKLI. B. Tujuan Adapun tujuan Praktik Kerja Lapangan Industri yang dilakukan oleh penulis beserta tim sesuai judul yang telah diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui susunan dan fungsi bagian – bagian yang tertera dalam struktur organisasi Proyek Pembangunan Workshop Auto 2000 Amplas, Medan Amplas. 2. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan pada proyek Pembangunan Workshop Auto 2000 Amplas, Medan Amplas. 3. Untuk

mengetahui

bahan-bahan

yang

digunakan

pada

proyek

Pembangunan Workshop Auto 2000 Amplas, Medan Amplas. 4. Untuk mengetahui teknik pelaksanaan pengerjaan pelat lantai pada pada proyek Pembangunan Workshop Auto 2000 Amplas, Medan Amplas.

2

C. Manfaat Adapun manfaat dilaksanakannya PKLI ini adalah sebagai berikut: 1.

Sebagai bahan masukan bagi pemilik proyek, mandor dan pekerja dengan menyelaraskan teori yang diterima pada bangku kuliah.

2.

Bagi penulis sendiri untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam teknik pelaksanaan pekerjaan pelat lantai pada bangunan gedung tersebut.

3.

Sebagai masukan bagi jurusan Teknik Bangunan, khususnya bagi mahasiswa yang membahas pelat lantai.

4.

Bagi pembaca sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam teknik pelaksanaan pekerjaan pelat lantai di proyek tersebut.

3

BAB II LANDASAN TEORI

A. Stuktur Organisasi Proyek 1.

Pengertian Umum Struktur

organisasi

memegang

peranan

penting

dalam

mewujudkan proyek yang telah direncanakan. Setiap individu yang ada dalam sturktur organisasi ìni melakukan tugas dan wewenang sesuai dengan posisi dan jabatannya dalam struktur organisasi tersebut. Organisasi adalah bersatunya kegiatan-kegiatan dan dua individu atau lebih di bawah satu koordinasi, dan berfungsi mempertemukan mereka menjadi lebih satu tujuan (Ervianto, Wulfram: 2005). Untuk mencapai tujuan bersama ini perlu adanya sebuah struktur organisasi. Struktur organisasi adalah pola formal yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan dokumen kontrak (Ervianto, Wulfram, 2005). Ada dua aspek penting dalam struktur organisasi, yaitu : a) Desain Pekerjaan (Job Design), yaitu proses yang digunakan untuk merinci isi, metode, dan hubungan setiap pekerjaan untuk memenuhi tuntutan organisasi dan individu. b) Desain Organisasi (Organization Design), yaitu perencanaan untuk menggambarkan tugas-tugas dan wewenang.

2.

Pihak - Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Masing-masing pihak yang terlibat dalam proyek ini mempunyai tugas dan tanggung jawab tersendiri. Dalam hal pencapaian keberhasilan dari proyek yang dilaksanakan, sangat diharapkan kerja sama dan tanggung jawab dan.rnasing-masing pihak yang terkait. 4

2.1. Pemilik (Owner) Pemilik adalah orang atau badan hukum yang menghendaki dilaksanakannya suatu proyek sekaligus sebagai penyandang dana atas pembangunan proyek tersebut (Mukomoko, 2003 : 3).

Adapun tugas dan tanggung jawab Pemilik adalah sebagai berikut (Mukomoko, 2003 : 3) : a. Melakukan kontrak dengan konsultan perencana, konsultan pengawas, maupun kontraktor, yang memuat tugas dan wewenang masing-masing secara jelas. b. Menyediakan dana yang diperlukan untuk pembangunan proyek tersebut. c. Menerima atau menolak saran-saran kontraktor dalam kaitannya dengan pembangunan proyek. d. Menyetujui atau menolak penambahan, pengurangan dan perubahan pekerjaan di luar dokumen kontrak yang diusulkan kontraktor. e. Memberikan informasi dan penjelasan kepada kontraktor mengenai segala hal yang dibutuhkan untuk kepentingan proyek. (Mukomoko, 2003 : 3).

2.2. Konsultan Perencana Perencana adalah ahli bangunan yang biasanya disebut arsitektur, yaitu perorangan atau badan yang mempergunakan keahliannya dan berdasarkan surat peringatan tugas dari Pemilik (Owner) untuk mengerjakan perencanaan bangunan. Perencana dapat berupa perorangan, yaitu seorang ahli arsitek, biro-biro perencana dan kadang-kadang jawatan teknik (Mukomoko, 2003 : 3). Adapun tugas dan tanggung jawab Konsultan Perencana adalah sebagai berikut: a. Membantu pemilik proyek dalam perencanaan dan persiapan dokumen kontrak. b. Mengatur dan menyelenggarakan pekerjaan-pekerjaan pengukuran, penelitian dan perencanaan teknis dalam pelaksanaan proyek. 5

c. Membuat gambar konstruksi, spesifikasi, peraturan dan standar-standar yang harus dipenuhi. d. Membuat perhitungan mengenai biaya dari proyek yang akan dibangun. e. Memberikan penjelasan pekerjaan dan pelaksaan kontruksi fisik. (Mukomoko, 2003 : 3)

2.3. Konsultan Pengawas Konsultan Pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa

untuk

membantu

dala

pengelolaan

pelaksanaan

pekerjaan

pembangunan mulai awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut (Evrianto, Wulfram, 2005 : 45). Adapun tugas dan tanggung jawab Konsultan Pengawas adalah sebagai berikut: a. Membantu pemilik proyek dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya konstruksi fisik yang dilakukan oleh kontraktor. b. Melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pekerjaan, apakah sesuai dengan yang telah ditentukan atau tidak. c. Mempunyai wewenang dalam pemberian keputusan kepada kontraktor apabila kontraktor mengajukan usul terhadap perubahan / penambahan kerja. d. Memberi laporan hasil pemeriksaan terhadap pemilik proyek. (Evrianto, Wulfram, 2005 : 45).

2.4. Pelaksana (Kontraktor) Kontraktor

merupakan

seseorang

atau

badan

usaha

yang

melaksanakan pekerjaan dalam bidang konstruksi yang mempergunakan keahliannya dan memenuhi syarat dalam mewujudkan konstruksi fisik dan akan menerima imbalan pembayaran menurut jumlah tertentu sesuai dengan perjanjian dalam kontrak. Pelaksana dapat berupa badan atau perusahaan yang bersifat perseorangan yang berbadan hukum dan

6

bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan bangunan (Mukomoko, 2003 : 5). Adapun tugas dan tanggung jawab Kontraktor adalah sebagai berikut : a. Melaksanakan tugas pelaksana sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan bersama. b. Mengikuti atas segala perintah dan ketentuan yang telah ditetapkan. c. Melaksanakan setiap item pekerjaan sesuai dengan spesifikasi standart yang telah ditentukan. d. Membantu pemilik proyek dalam mewujudkan suatu konstruksi. e. Menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan dipertanggung jawabkan atas hasil pekerjaannya kepada pemilik proyek. f. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keadaan di tempat pekerjaan termasuk keselamatan selama pelaksanaan pekerjaan. (Mukomoko, 2003 : 5).

7

Struktur Organisasi Lapangan 3.1. Pengertian Umum Terwujudnya suatu kerja sama yang baik dalam mencapai tujuan bersama merupakan harapan setiap organisasi. Pelaksanaan proyek pembangunan gedung terbentuk dalam suatu susunan struktur organisasi yang disusun dengan fungsi dan tugasnya masing-masing, sehingga segala kegiatan pada proyek tersebut dapat terkontrol sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

3.2. Project Manager Pimpinan proyek adalah orang yang mewakili pihak kontraktor yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan proyek agar proyek tersebut dapat selesai sesuai dengan batas waktu dan biaya yang telah direncanakan. (Mukomoko, 2003 : 5). Adapun tugas dan tanggung jawab Pimpinan Proyek adalah sebagai berikut : a. Mengadakan konsultasi dengan pemilik proyek mengenai perkembangan pelaksanaan maupun permasalahan teknis. b. Bertanggung jawab atas berlangsungnya kegiatan proyek. c. Mengatur rencana pekerjaan dan anggaran selama pelaksanaan proyek. d. Menerima laporan dan pelaksana lapangan mengenai masalah-masalah yang dihadapi selama pelaksanaan dan membuat solusinya. e. Mengkoordinasi dan memimpin seluruh kegiatan proyek. (Mukomoko, 2003 : 5).

8

3.3. Site Manager Site manager adalah wakil dan Project manager yang turut bertanggung jawab atas berlangsungnya kegiatan proyek. Adapun tugas dan tanggung jawab Site Manager adalah sebagai berikut : a. Memimpin kegiatan Iapangan dengan memanfaatkan sumber daya perusahaan secara optimal dan memenuhi persyaratan baik mutu, biaya, dan waktu yang telah ditetapkan. b. Memimpìn pengendalian kegiatan pelaksanaan di lapangan agar tercapai proses dan hasil yang ditetapkan. c. Membuat laporan harian tentang kemajuan pekerjaan di lapangan. (Mukomoko, 2003 : 5).

3.4. Site Supervisor Site Supervisor adalah kegiatan bimbingan, pemberian instruksi, dorongan dan mengadakan koordinasi antar berbagai kegiatan oleh atasan kepada bawahan dengan maksud agar sadar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar serta berpedoman tetap memelihara hubungan kerja yang serasi antar atasan dengan bawahan. (Mukomoko, 2003 : 5). Adapun tugas dan tanggung jawab Site Supervisor antara lain : a. Memberikan saran-saran perbaikan apabila terjadi penuruan kemajuan atas proses dan pencapaian hasil sesuai dengan volume pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor dan mengacu pada time schedule. b. Bertanggung jawab atas kualitas pelaksanaan baik tenaga kerja, material maupun peralatan. (Mukomoko, 2003 : 5).

9

3.5. Logistik Logistik bertugas dalam bidang pengadaan bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek dan bertanggung jawab langsung kepada direktur atas terlaksananya dengan baik tugas yang diberikan. (Mukomoko, 2003 : 5). Adapun tugas dan tanggung jawab Logistik antara lain : a. Mengadakan, mencatat, dan mendistribusikan barang atau material sesuai dengan kebutuhan proyek. b. Melaksanakan pengadaan sesuai dengan rencana kebutuhan barang dan kebutuhan barang mendesak. c. Melaksanakan pencatatan atas pengeluaran dan pemasukan barang dan melakukan pemeriksaan pada akhir pekerjaan. d. Melaksanakan penyusunan dan penyimpanan barang material yang teratur, baik dan aman dan mudah untuk dicari bila dibutuhkan. e. Menyiapkan bentuk penyediaan barang. f. Mencari data perbandingan harga barang/material atas beberapa supplier. g. Menyiapkan perjanjian jual-beli barang. h. Membuat monitoring barang inventaris perusahaan dan membuat laporan. (Mukomoko, 2003 : 5).

3.6. Administrasi/Pembukuan Administrasi/pembukuan berfungsi sebagai penanggung jawab masalah-masalah keuangan, akuntansi/pembukuan, unsur-unsur umum dan Sumber Daya Manusia (SDM) proyek, gaji tenaga kerja sampai biaya operasional serta bertanggung jawab langsung kepada direktur atas terlaksananya dengan baik tugas yang diberikan. Adapun tugas dan tanggung jawab Administrasi antara lain : a. Membuat rencana dan rancangan kerja kegiatan urusan administrasi. b. Melakukan pencatatan berkas-berkas transaksi ke dalam media pembukuan (jurnal, dan lain-lain) secara benar dan tepat waktu.

10

c. Melakukan penelitian kembali untuk meyakinkan kebenaran/ketepatan yang telah dilakukan. d. Secara periodik membuat laporan-laporan yang telah ditetapkan, diminta pengesahannya pada pejabat yang berwenang dan mengirimkannya kepada pihak-pihak yang memerlukan sesuai prosedur yang berlaku. e. Membantu manajer proyek dalam menyusun cash flow budget. f. Melaksanakan penutupan proyek secara administratif. g. Menyiapkan, mengevaluasi, mengikuti realisasi dan memperbarui rencana penerimaan dan pengeluaran proyek. h. Membuat laporan secara periodik antara lain : laporan personalia proyek, laporan inventaris dan peralatan proyek, laporan kegiatan keamanan proyek dan sebagainya.

3.7. Mandor Mandor merupakan suatu rantai penting antara pengelola lapangan dan tukang serta pimpinan kelompok kerja yang langsung berhubungan dengan pekerjaan di lapangan. (Mukomoko, 2003 : 5). Adapun tugas dan tanggung jawab Mandor antara lain : a. Mengurus rnasalah pemburuhan dan mengkoordinasikan tukang yang bekerja. b. Menerima masukan mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh tukang. c. Mengkoordinir yang bekerja d. Bertanggung jawab terhadap pengadaan tenaga tukang dan hasil pekerjaannya. (Mukomoko, 2003 : 5).

3.8. Kepala Tukang Kepala tukang adalah orang-orang yang ahli dan terampil dalam segala pekerjaan dan memanajemen para tukang dalam menjalankan pekerjaan. Banyaknya jumlah tukang yang ada dalam suatu proyek maka dibutuhkan kepala tukang. (Mukomoko, 2003 : 5).

11

Adapun tugas dan tanggung jawab Kepala Tukang adalah : a. Memimpin para tukang bengunan agar bisa memahami dan bekerja sesuai dengan arahan pelaksanaan atau pemilik bangunan. b. Merupakan tempat senior yang telah ahli dibidangnya, jadi bisa menjadi tempat bertanya dan belajar bagi tukang dengan kemampuan di bawah, apabila kepala tukang tidak bisa menjawab maka dapat disampaikan kepada pelaksana untuk diberikan penjelasan. c. Memberikan contoh bagaimana cara mengerjakan suatu pekerjaan yang baik dan cepat. d. Melaporkan kepada pelaksana mengenai kesulitan atau kendala dalam pelaksanaan untuk diberikan jalan keluar, e. Memegang keuangan harian untuk operasional tukang seperti uang makan, pembelian minuman, dan lainnya sesuai dengan manajemen kontraktor. f. Memberitahukan daftar alat yang dibutuhkan oleh tukang dalam melaksanakan pekerjaan. (Mukomoko, 2003 : 5).

3.9. Tukang Tukang adalah orang-orang ahli dalam suatu pekerjaan tertentu. Dalam proyek terdapat tukang batu, tukang besi, tukang kayu dan tukang cat. Tukang mempunyai tanggung jawab atas pekerjaan yang dilaksanakan. (Mukomoko, 2003 : 5). Adapun tugas dan tanggung jawab Tukang adalah : a. Mempunyai tanggung jawab atas pekerjaan yang dilaksanakan. b. Bertanggung jawab kepada kepala tukang atas pekerjaan yang dilaksanakan. c. Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan job sheet pekerjaan di lapangan. d. Membantu mandor jika ada hal yang diperlkan mengenai pekerjaan yang bersangkutan.

12

e. Bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan para pekerja yang berfungsi membantu pekerjaannya. (Mukomoko, 2003 : 5).

3.10. Pekerja Pekerja merupakan orang-orang yang ditunjuk untuk membantu tukang dalam melaksanakan, mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Pekerja bertugas untuk menyediakan segala bahan dan alat yang diperlukan tukang.

13

Adapun struktur organisasi seperti pada gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1. Struktur Organisasi http://tekniksi pil.sv.ugm.ac.id/ Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dan formal maka masingmasing komponen dapat bekerja dengan maksimal dan dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien.

14

B. Alat Keberhasilan suatu proyek dapat diukur dari dua hal, yaitu keuntungan yang didapat serta ketepatan waktu penyelesaian proyek (Soeharto, 1997). Keduanya tergantung pada perencanaan yang cermat terhadap metode pelaksanaan, penggunaan alat dan penjadwalan. Alat adalah suatu benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, perkakas, perabot, yang dipakai untuk mencapai maksud (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015 : 30). Pemilihan peralatan yang tepat memegang peranan yang sangat penting. Peralatan dianggap memiliki kapasitas tinggi bila peralatan tersebut menghasilkan produksi yang tinggi atau optimal tetapi dengan biaya yang rendah. Alat konstruksi atau sering juga disebut dengan alat berat. Menurut Asiyanto

(2008),

alat

berat

merupakan

alat

yang

sengaja

diciptakan/didesain untuk dapat melaksanakan salah satu fungsi/kegiatan proses konstruksi yang sifatnya berat bila dikerjakan oleh tenaga manusia seperti : mengangkut, mengangkat, memuat, memindah, menggali, mencampur, dan seterusnya dengan cara mudah, cepat, hemat dan aman. Alat-alat konstruksi yang sering dipakai dalam pelaksanaan proyek pembangunan antara lain :

15

1. Ekskavator Ekskavator adalah alat penggali hidrolis yang memiliki bucket yang dipasang di depannya. Alat penggeraknya traktor dan dengan roda ban atau crawler. Ekskavator bekerja dengan cara menggerakkan bucket ke arah bawah dan kemudian menariknya menuju badan alat, Dengan demikian, dikatakan bahwa ekskavator menggali material yang berada di bawah permukaan tempat alat tersebut berada.

Gambar 2.2 Ekskavator

2. Concrete Mixer Truck Mixer Truck adalah suatu kendaraan truk khusus yang dilengkapi dengan conrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur campuran beton ready mix, sama halnya dengan alat molen. Seperti pada gambar 2.2.

Gambar 2.3. Pengadukan Ready Mix (Concrete Mixer Truck)

16

Truck mixer atau biasa juga disebut dengan truk molen memiliki beragam jenis dengan fungsi sama, yaitu mengangkut beton dari pabrik readymix ke lokasi kontruksi dengan menjaga konsistensi beton agar tetap cair dan tidak mengeras dalam perjalanan. Truk jenis ini adalah alat transportasi khusus untuk beton cor curah siap pakai (Ready mix concrete) yang dirancang untuk mengangkut dari Batching Plant (Pabrik Olahan Beton) ke lokasi pengecoran. Biasanya truk ini digunakan dalam sebuah proyek besar. Cara Kerja Truk Mixer yaitu Truk Molen diisi dengan bahan Material kering dan air dan proses pengadukan (pencampuran) bahan material tersebut terjadi selama perjalanan menuju lokasi pengecoran. Untuk mempertahankan stabilitas kekentalan Beton Readymix yang berada di dalam truk mixer ini melalui proses agitasi atau memutar drum (Tangki yang berada diatas truk mixer) yang bagian dalam drum tersebut dilengkapi dengan spiral pisau satu arah rotasi putaran, sebagai pengaduk material beton cor selama waktu transportasi ke lokasi pengecoran. Jika Concrete Mixer pengangkut beton cor atau Truk Molen tersebut tidak bisa menjangkau area pengecoran. Truck Mixer Pengangkut Beton Cor atau Truk Molen umumnya tidak melakukan perjalanan lebih dari 2 jam. Banyak kontraktor mengharuskan Truk mixer berada di lokasi pengecoran dalam waktu 90 menit setelah pemuatan Material yang dimaksudkan untuk menghindari beton cor di dalam truk mengeras. Mayoritas Truk Mixer Pengangkut Beton Cor atau Truk Molen mempunyai kecepatan jalan terbatas, yaitu antara 56 mil per jam (90 km / h). Ada dua jenis Truk Mixer, yakni : a. Truck Mixer Mini

17

Gambar 2.4 Truck Mixer Mini Truck Mixer mini memiliki volume muat cor beton per satu kali jalan 3 m³. Tipe truck ini lebih fleksibel untuk semua medan jalan, sempit ataupun menanjak. b. Truck Mixer Standar

Gambar 2.5. Truck Mixer Standar Truck Mixer Standar digunakan untuk mengangkut beton cor dari Pabrik Beton (Batching Plant) ke lokasi pengecoran dengan daya angkut per truknya untuk satu kali jalan 7 m³. Memuat lebih banyak 4 m³ dari tipe Truck Mini. Kekurangan dari truk ini tidak bisa mengakses jalan yang sempit dan menanjak. Pada intinya, Truk Molen (Truck Mixer) adalah merupakan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut adukan beton ready mix dari tempat pencampuran beton kelokasi proyek dimana selama dalam pengangkutan mixer terus berputar dengan kecepatan 8-12 putaran permenit agar beton tetap homogen.

.

Fungsi concrete mixer truck yaitu untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk didalam alat ini adalah crusher dan concrete mixer truck. Alat yang dapat mencampur material-material di atas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses material seperti concrete batch plant dan asphalt mixing plant.

18

3. Dump Truck Dump Truck adalah sebuah kendaraan bermotor yang digunakan untuk mengangkut barang. Jenis kendaraan ini biasa disebut juga sebagai mobil barang. Kendaraan jenis ini biasa digunakan dalam bidang konstruksi. Setiap jenis truk memiliki daya angkut tersendiri tergantung kepada

beberapa

variabel,

diantaranya

jumlah

ban,

jumlah

sumbu/konfigurasi sumbu, muatan sumbu, kekuatan ban, daya dukung jalan. Dump Truck biasa digunakan untuk mengangkut barang semacam pasir, kerikil atau tanah untuk keperluan konstruksi. Truck dilengkapi dengan bak terbuka yang dioperasikan dengan bantuan hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa diangkat keatas sehingga memungkinkan material yang diangkut bisa melorot turun ke tempat yang diinginkan.Seperti pada gambar 2.3

Gambar 2.6. Dump Truck Dump truck ada dua golongan ditinjau dari besar muatannya : 1. On High Way Dump Truck, muatannya dibawah dari 20 m3. 2. Off High Way Dump Truck, muatannya diatas 20 m3 Dalam pekerjaan konstruksi dikenal 3 macam dump truck : 1. Side Dump Truck (Penumpahan ke samping) 2. Rear Dump Truck (Penumpahan ke belakang) 3. Rear and Side Dump Truck (Penumpahan ke belakang dan ke samping) 19

4. Concrete Pump Concrete Pump adalah mesin yang dilengkapi dengan pompaan lengan (boom) berfungsi untuk memompa campuran beton ready mix ke tempattempat yang sulit dijangkau. Resiko segregasi sangat kecil dan merupakan cara yang paling cepat dibandingkan dengan pembawaan material beton dengan cara lainnya. Dalam pengunaan alat ini perlu diperhatikan nilai slump dari campuran beton yang akan dipompa. Sebab jika nilai slump terlalu kecil maka kerja pompa menjadi berat. Seperti pada gambar 2.7

Gambar 2.7. Pompa Beton (Concrete Pump) Concrete pump jenis mobile berupa alat pompa beton yang menjadi satu kesatuan dengan truk sehingga lebih mudah untuk berpindah tempat. Sedangkan concrete pump jenis fxed berupa alat pompa beton yang biasanya dalam posisi menetap. 1. Pompa standar/ concrete pump standar: jenis pekerjaan peruntukan banguanbangunan rendah seperti Rumah tingga, ruko, mall dan lain-lain yang ketinggian bangunannya di bawah 20 meter dan pemakaian pipa beton di bawah 60 meter concrete pump yang digunakan adalah concrete pump yang bar betonnya atau concrete presurenya antara 4 mpa atau 40 bar s/d 7 mpa atau 70 bar. 2. Pompa longboom/ concrete pump longboom: jenis pekerjaan peruntukan untuk bangunan-bangunan tinggi seperti perkantoran ruko lantai 5 s/d 7 lantai yang ketinggian bangunanya diatas 20 meter concrete pump yang digunakan adalah 20

concrete pump yang bar betonnya atau concrete presurenya antara 8 mpa atau 80 bar s/d 40 mpa atau 400 bar, peruntukan concrete pump yang digunakan tergantung dari seberapa tinggi bangunan gedung tersebut. 3. Pompa kodok/ forteble : jenis pekerjaan untuk bangunan-bangunan seperti proyek dam/bendungan, subway pelabuhan, jety, pondasi PLN, pondasi menara dan gang/ jalan sempit yang tidak bisa dilalaui mobil pribadi yang jangkauan horizontalnya / mendatar dari 120 meter samapai 170 meter. 4. Pompa mini/ kecil / concrete pump mini : concrete pump dari jepang yaitu truck mini concrete pump alat tersebut peruntukannya untuk bangunan-bangunan yang jalannya sempit dan ada portal yang hanya bisa dilalau colt diesel.

5. Alat Getar (Concrete Vibrator) Concrete Vibrator atau alat getar adalah alat untuk memadatkan adukan beton basah pada saat dimasukkan ke dalam cetakan atau yang dikenal dengan proses pengecoran. Dengan demikian diharapkan seluruh bagianbagian yang sulit seperti di antara tulangan, dapat terisi beton dengan baik dan rapat, sehingga tidak terjadi celah-celah kosong yang akan menyebabkan beton keropos. Seperti pada gambar 2.8.

Gambar 2.8. Conrete Vibrator Melakukan Pemadatan Yang Baik Dengan Menggunakan Vibrator.

21

a) Vibrator dimasukan kedalam beton yang telah dituangkan dengan waktu yang cepat , setelahnya vibrator diangkat dengan perlahan saat proses pemadatan telah dilakukan. b) Perlu diketahui pada saat memasukan vibrator kedalam cor beton agar menghindari sentuhan alat tersebut dengan permukaan bekisting , ini mengantisipasi supaya tidak terjadi getaran tambahan yang mengakibatkan pemadatan tidak maksimal dan adanya retakan kecil setelah pemadatan selesai. c) Proses pengetaran dapat dilakukan pada jarak yang teratur dan lama waktu getaran pada setiap titik 5 sampai 15 detik lakukan secara berkala. d) Untuk menghindari terjadinya bleeding maka vibrator tidak diperkenankan untuk menambah lama waktu ataupun terlalu lama. e) Hindari vibrator supaya tidak terjadi kontak dengan besi ini berfungsi supaya pelekat besi yang satu dengan yang lain tidak rusak. f) Menyesuaikan tebal beton yang akan dituang dengan panjang batang alat getar vibrator. Untuk itu kedalaman batang vibrator harus bisa di jangkau dasar cor beton supaya tidak menyentuk permukaan bekisting. g) Pemadatan juga tidak diperbolehkan dalam keadaan singkat yang mengakibatkan beton akan menjadi kropos. h) Jaga kestabilan vibrator supaya tidak terjadi dorongan batang vibrator sewatu memasukkan kedalam cor beton. i)

Pada saat mengeluarkan batang vibrator hindari supaya penarikan batang vibrator tidak horizontal, lakukan dengan miring , agar menghindari terjadinya mortar channel ( campuram beton tersingkir dari penarikan yang dilakukan secara horizontal.

j)

Hal diatas merupakan hal yang baik dilakukan saat melakukan pemadatan dengan menggunakan alat vibrator. Menghilangkan gelembung - gelembung udara ataupun bentuk rongga-rongga yang terbentuk pada coran beton itulah makanya dilakukan pemadatan dengan menggunakan alat vibrator.

6. Bar Cutter

22

Bar cutter berfungsi untuk memotong besi tulangan sesuai dengan panjang yang dibutuhkan. Besi tulangan yang digunakan pada proyek pembangunan gedung ini berukuran 12 m, sehingga untuk ukuran yang dibutuhkan harus dipotong dengan bar cutter. Sebelum dipotong, besi tulangan terlebih dahulu ditandai pada titik yang akan dipotong sesuai dengan ukuran yang diperlukan. Untuk mendapatkan baja tulangan dengan ukuran yang sesuai dengan gambar, maka baja tulangan yang tersedia perlu dipotong, dengan alat Bar Cutter. Keuntungan dari bar cutter listrik dibandingkan bar cutter manual adalah bar cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dan dengan mutu baja cukup tinggi, disamping itu juga dapat mempersingkat waktu pengerjaan. Cara kerja dari alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan ke dalam gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam hitungan detik baja tulangan akan terpotong. Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk baja yang diameternya lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat. Bar Cutter ada dua macam : a) Bar Cutter Listrik, adalah Bar Cutter yang digerakkan dengan tenaga listrik untuk memotong baja tulangan, yang digunakan untuk memotong seluruh baja tulangan utama.

Gambar 2.9. Pemotong Baja (Bar Cutter)Listrik 23

b) Bar Cutter Manual, adalah Bar Cutter yang dioperasikan secara manual oleh pekerja untuk memotong baja tulangan tambahan di lokasi pemasangan tulangan.

Gambar 2.10. Pemotong Baja (Bar Cutter) Manual

7. Bar Bender Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja

tulangan

dalam

berbagai

macam

sudut

sesuai

dengan

perencanaan. Bar bender adalah alat / mesin yang di gunakan untuk menekuk besi ulir / beton dengan diameter yang sesuai dengan kapasitas mesin. Bar bender ada dua macam : a) Bar Bender Listrik, adalah Bar Bender yang digerakkan dengan tenaga listrik untuk membengkokkan baja tulangan, yang digunakan untuk membengkokkan seluruh baja tulangan utama

Gambar 2.11. Pembengkok Baja (Bar Bender) listrik 24

b) Bar Bender Manual, adalah Bar Bender yang dioperasikan secara manual oleh pekerja untuk membengkokkan baja tulangan tambahan di lokasi pemasangan tulangan apabila besi tulangan tidak dapat dipasang karena ukurannya tidak tepat. Seperti pada gambar 2.12.

Gambar 2. 12. Bar Bender Manual Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokkannya. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokkan yang diinginkan. Bar bender dapat mengatur sudut pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi.

8. Kereta Sorong Kereta sorong atau lebih sering dikenal dengan sebutan beko ini merupakan alat yang sederhana yang menggunakan tenaga manusia. Kereta sorong berfungsi untuk memuatkan perkakas, bahan dan alat-alat yang diperlukan pekerja seperti pasir, semen, kerikil dan batu bata. Seperti pada gambar 2.13.

Gambar 2.13. Kereta Sorong 25

9. Gergaji Multiplex (Electric Saw) Gergaji merupakan alat yang digunakan untuk memotong. Gergaji Multiplex atau electric saw merupakan alat yang digunakan untuk memotong multiplex pembuatan bekisting pelat lantai, balok, tangga, kolom, dan lain-lain. Seperti pada gambar 2.14.

Gambar 2.14. Electric Saw

10. Concrete Lifting Concrete lifting digunakan untuk mengangkut bahan material dalam jumlah yang banyak dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi seperti: adonan beton, batu bata, kayu, dan sebagainya. Alat ini digunakan untuk mempermudah dan mempercepat pengangkutan bahan material. Seperti pada gambar 2.15

Gambar 2.15. Concrete Lifting 26

Peralatan tangan yang digunakan adalah sebagai berikut: Selain alat-alat konstruksi tersebut di atas terdapat juga peralatan tangan sederhana yang sering digunakan dalam proyek bangunan gedung. Alat - alat ini dapat membantu tukang untuk pekerjaan yang ringan dan mendetail. Adapun alat-alat tersebut adalah : 1. Martil atau Palu Palu atau Martil adalah alat yang digunakan untuk memukul dan mencabut paku. Palu umumnya digunakan untuk memaku, memperbaiki suatu benda, penempaan logam dan menghancurkan suatu obyek. Palu adalah peralatan dasar untuk banyak profesi. Palu atau martil juga berfungsi untuk memukul dan mencabut paku. Seperti pada gambar 2.16.

Gambar 2.16. Martil 2. Gergaji Gergaji terbuat dari sebilah baja tipis, yang salah satu tepinya dibuat bergigi tajam dan diberi tangkai pemegang dari kayu. Gergaji merupakan alat yang digunakan untuk memotong kayu sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Ada dua macam gergaji tangan yaitu gergaji tangan pemotong dan gergaji tangan belah. Sedangkan gergaji tangan pemotong di pergunakan untuk memotong kayu, dengan arah menggergaji adalah tegak Iurus terhadap arah urat kayu, sedangkan posisi gergaji berbentuk sudut 45° terhadap permukaan kayu. Berbentuk sudut 60° terhadap permukaan kayu. Seperti pada gambar 2.17. 27

Gambar 2.17. Gergaji

3. Meteran Meteran digunakan untuk mengukur lahan yang digunakan sesuai dengan yang diinginkan. Bentuk dan jenis meteran ada berbagai jenis, antara lain meteran kayu lipat, meteran yang terbuat dari baja dan lain-lain. Seperti pada gambar 2.18.

Gambar 2.18. Meteran 4. Sendok Spesi Kegunaan dari sendok spesi adalah untuk mengambil spesi dari tempat spesi pada pemasangan bata. Alat ini terbuat dari baja tipis dengan tangkai terbuat dari kayu. Seperti pada gambar 2.19.

28

Gambar 2.19. Sendok Spesi 5. Rol Siku Siku di buat dari kayu atau logam yang digunakan untuk membuat sudut 900 antara dua buah garis atau bidang rata yang saling berpotongan. Alat ini membentuk sudut siku dan dilengkapi dengan garis-garis ukuran dalam cm. Seperti pada gambar 2.20.

Gambar 2.20. Rol Siku

6. Tang Kawat Alat ini digunakan untuk pekerjaan penulangan balok pada saat pengikatan antara tulangan sengkang dan tulangan pokok, yaitu dengan cara melilitkan kawat pengikat dengan kedua tulangan lalu mengikatkan kawat tersebut dan memutarnya, ini dibuat agar tulangan tidak mengalami pergeseran. Seperti pada gambar 2.21.

29

Gambar 2.21. Tang Kawat 7. Ember Kegunaan ember untuk mengambil air, menakar pasir atau semen dan sebagainya. Ember ada yang terbuat dari pelat baja tipis dan ada juga yang terbuat dari plastik. Seperti pada gambar 2.22.

Gambar 2.22. Ember 8. Sekop Sekop merupakan alat multi fungsi yang terbuat dari pelat baja dibentuk menyerupai sendok dan memiliki tangkai, digunakan untuk mengaduk adonan beton secara manual, mengangkat pasir, mengangkat batu bata, dan sebagainya. Sekop terbuat dari pelat baja yang diberi tangkai kayu. Seperti pada gambar 2.23.

Gambar 2.23. Sekop 30

9. Cangkul Cangkul adalah alat yang digunakan oleh para pekerja bangunan untuk mencampur adonan pasir, gamping dan semen. Alat ini bentuknya sama dengan alat pertanian cangkul, akan tetapi karena kekuatan dari alat ini berbeda maka fungsinya pun berbeda. Seperti pada gambar 2.24.

Gambar 2.24. Cangkul

31

C. Bahan Bahan yang dimaksud adalah bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan beton. Ada beberapa macam bahan yang dipakai dalam pekerjaan beton yaitu semen, agregat, air, bahan tambahan (additive dan admixture), besi tulangan, kawat baja pengikat dan kayu. Beton didefenisikan

sebagai

sebuah

bahan

yang

diperoleh

dengan

mencampurkan agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil/batu pecah), semen, air, dan bahan tambahan lain (admixtures) bila diperlukan dan telah mengeras.

Beton

harus

dirancang

proporsi

campurannya

agar

menghasilkan suatu kuat tekan rata-rata yang disyaratkan. Pada tahap pelaksanaan konstruksi, beton yang telah dirancang campurannya harus diproduksi sedemikian rupa sehingga memperkecil frekuensi terjadinya beton dengan kuat tekan yang lebih rendah dengan f’c seperti yang telah disyaratkan. Nawy (2001) mengemukakan bahwa parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah : a) Kualitas semen b) Proporsi semen terhadap campuran c) Kekuatan dan kebersihan agregat d) Interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan agregat e) Pencarnpuran yang cukup dan bahan bahan pembentuk beton f) Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton g) Perawatan beton dan h) kandungan klorida tidak melebihi 0,15 % dalam beton yang diekspos dan 1 % untuk beton terlindung. Nìlai kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tarik berkisar antara 9%-15% kuat tekannya. Kecilnya kuat tarik beton ini merupakan salah satu kelemahan 32

dan beton biasa dan untuk mengatasinya, beton dikombinasikan dengan baja yang digunakan sebagai tulangan beton. Alasan penggunaan baja sebagai tulangan beton adalah koefisien baja hampir sama dengan koefisien beton. Inilah yang disebut dengan beton bertulang. Defenisi beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dan nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa pratekan dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material (beton dan besi tulangan) bekerja bersama-sama dalam menahan beban yang diterima. Persyaratan Bahan Dalam pembuatan suatu bangunan, bahan sebaiknya mutu dan persyaratannya.

1. Semen Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air ( Tri Mulyono, 2003 : 19). Semen merupakan bahan pengikat, semen dibuat dari bahan kapur sebagai bahan utama dengan bahan-bahan tambahan, misalnya tanah liat (Djamaluddin, 1999 : 12). Adapun bahan utama yang di kandung semen adalah Kapur (CaO), Silikat (SiO2), Alumunia (Al2O3), Ferro Oksida (Fe2O3), Magnesit (MgO), serta Oksida lain dalam jumlah kecil semen juga berguna untuk menyatukan pasir, kerikil, dan air menjadi satu sehingga menjadi beton. Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting (Tri Mulyono, 2004) . Berkaitan dengan masalah keawetan (durability) beton, maka dibedakan atas lima tipe semen, yaitu seperti pada tabel 2.1.

33

Tabel 2.1. Tipe - Tipe Semen yang Berkaitan dengan Keawetan Tipe I

Semen biasa (normal) digunakan untuk beton yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan, seperti sulfat, perbedaan suhu yang ekstrim.

Tipe II

Digunakan untuk pencegahan terhadap serangan sulfat dari lingkungan, seperti untuk struktur bawah tanah.

Tipe III

Beton yang dihasilkan mempunyai waktu perkerasan yang cepat (high early strength).

Tipe IV

Beton yang dibuat akan memberikan panas hidrasi rendah, cocok untuk pekerjaan beton massa.

Tipe V

Semen ini cocok untuk beton yang menahan serangan sulfat dengan kadar tinggi.

Semen merupakan bahan bangunan yang sangat mudah menyerap air (uap atau kelembaban). Semen sebaiknya tidak disimpan di tempat yang lembab. Sedikit saja semen bersentuhan dengan udara lembab atau lingkungan berair, maka semen akan menyerap kelembaban itu dan membuatnya jadi keras dan tidak dapat digunakan. Salah satu cara untuk mencegah ini terjadi adalah dengan tidak meletakkan karung semen di atas permukaan tanah/lantai secara langsung. Biasanya menyimpan sak semen diberi alas plastik, karton, atau kayu. Ada jenis-jenis semen yang sering digunakan untuk bangunan gedung, yaitu: b. Semen Hidrolik Semen hidrolik merupakan semen yang dapat mengeras dan mengikat di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozzolan, semen terak, semen alam, semen portland, semen alumina. Contoh lainnya adalah semen portland putih, semen warna dan semen34

semen untuk keperluan khusus. Sebagian besar (65% – 75%) bahan kapur hidrolik terbuat dari batu gamping, yaitu Kalsium Karbonat beserta bahan pengikutnya berupa Silika, Alumina, Magnesia dan Oksida Besi. Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang di pakai waktu proses hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan untuk proses hidrasi hanya kira-kira 25% dari berat semennya. Penambahan jumlah air akan mengurangi kekuatan setelah mengeras. Hidrasi semen (semen Portland) adalah suatu reaksi kimia yang berurutan antara clinker, kalsium sulfat dan air sampai akhirnya suspensi semen mengeras.

c. Semen Non-Hidrolik Semen non-hidrolik merupakan semen yang tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, tetapi dapat mengeras di udara (Mulyono, Tri, 2003 : 20). Contoh utama semen non-hidrolik adalah kapur. Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis dari alam. Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung Kalsium Oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan dengan air) dan akan mengandung banyak Kalsium Hidroksida ketika telah berhubungan dengan air. Jenis semen ini jauh lebih murah daripada semen hidrolik. Namun masalah waktu pengeringan yang lama, dikombinasikan dengan ketidakmamp uannya untuk digunakan dalam lingkungan yang basah.

2. Agregat Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang digunakan yaitu agregat kasar (batu pecah) dan agregat halus (pasir). Kedua jenis agregat ini diisyaratkan sebagai berikut: a. Agregat Kasar: Agregat kasar adalah bahan batuan berupa batu pecah atau kerikil. Syarat-syarat agregat kasar menurut PBI 1971: 35

a) Agregat kasar mengandung zat – zat kimia aktif (alkali) yang dapat merusak mutu beton. b) Agregat kasar yang butirannya bervariasi antara 5 – 40 mm. c) Agregat kasar terdiri dari butiran keras, tidak rapuh, tidak pipih, tidak mengandung lumpur yang lebih dari 1 %.

b. Agregat Halus: Agregat halus adalah bahan batuan yang berupa pasir yang diperoleh dari hasil integrasi batuan. Syarat – syarat agregat halus menurut PBI 1971 : a) Ukuran butiran maksimum 4,75 mm. b) Agregat halus terdiri dari butiran yang tajam dan keras, tidak mudah pecah dan hancur akibat pengaruh cuaca. c) Tidak boleh mengandung bahan–bahan organis terlalu banyak, yang harus dibuktikan dengan percobaan warna Abraham Harder. d) Butiran-butirannya beraneka ragam. Adapun agregat kasar dan agregat halus seperti pada gambar 2.25

Gambar 2.25. Agregat Kasar dan Agregat Halus 3. Bahan tambahan (additive dan admixture) Bahan tambahan adalah bahan yang bukan air, agregat, maupun semen yang ditambahkan ke dalam campuran sesaat atau selama pencampuran. Fungsi dan bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dan beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu atau untuk 36

menghemat biaya. Jenis bahan tambahan yang paling utama adalah sebagai berikut: 1) Bahan tambahan pemercepat (accelerating addmixtures) 2) Bahan tambahan untuk air-entraining (air entraining admixtures) 3) Bahan tambahan pengurang air dan pengontrol pengeringan 4) Bahan tambahan penghalus gradasi (finely divided mineral admtixtures) 5) Bahan tambahan untuk mengurangi/menghapus slump 6) Polimer 7) Superplasticizer Bahan kimia tambahan yang ditambahkan ke dalam spesi beton ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pengerasan beton. Dengan demikian, bekisting dapat dibuka lebih cepat dari waktu yang dibutuhkan jika tanpa menggunakan bahan tambahan karena betonnya lebih cepat mengeras tanpa mengurangi mutu beton rencana.

4. Besi Tulangan Tulangan adalah suatu sistem struktur yang memberi perkuatan yang mengemban tugas menahan gaya tarik yang bakal timbu dalam sistem yang berupa batang baja. Ada dua jenis batang tulangan yang digunakan pada konstruksi gedung yaitu : 1) Tulangan Polos, adalah tulangan besi yang permukaannya polos yang berpenampang bulat persegi dan lonjong. Besi tulangan polos tersedia dalam beberapa macam diameter, tetapi karena ketentuan SNI hanya memperkenankan tulangan polos digunakan untuk sengkang dan tulangan spiral. 2) Tulangan Ulir, adalah tulangan besi yang permukaannya diberi rusukrusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang dengan rusuk. Pada konstruksi gedung, baja tulangan ulir lebih diutamakan pemakaiannya untuk batang tulangan struktur. Adapun besi tulangan seperti pada gambar 2.26. 37

Gambar 2.26. Besi Tulangan

5. Kayu, Papan dan Multiplek Kayu digunakan untuk membantu pembangunan konstruksi baik penyangga cetakan ataupun sebagai pijakan. Kayu yang dipakai harus pada kondisi yang baik, tidak cacat dan tidak lapuk. Kayu digunakan sebagai perancah dan penguat bekisting. Karena hanya sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pekerjaan tertentu dan sifatnya sementara, maka dipilih kayu dengan kelas keawetannya tidak terlalu tinggi tetapi cukup kuat menahan beban yang akan diterima. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan kayu khususnya untuk cetakan bekisting seperti, kayu harus berkualitas baik, tua tidak bergetah, kering udara, tidak pecah serta lurus, kayu yang digunakan dapat berupa balok, papan tripleks atau multiplex. Standar ukuran kayu lapis dalam perdagangan, yaitu : 

244 x 122 x 4 (tripleks)



244 x 122 x 6 (tripleks)



244 x 122 x 9 (tripleks)



213,5 x 91,5 x 4 (tripleks jati)



213,5 x 94,5 x 4 (tripleks ukuran kecil)



183 x 91,5 x 4 (tripleks ukuran kecil)



244 x 122 x 12 (multipleks)



244 x 122 x 14 (multipleks) 38



244 x 122 x 15 (multipleks)



244 x 122 x 18 (multipleks)



244 x 122 x 24 (multipleks) Kayu yang digunakan harus memenuhi syarat dan kualitas yang baik yaitu kayu yang digunakan harus lurus dan tidak terdapat cacat berupa retak-retak dimensi penampang kayu harus sesuai rencana kelas dan jenis mutu kayu . Seperti pada gambar 2.27.

Gambar 2.27. Multiplek

6. Kawat Pengikat Kawat pengikat adalah kawat yang digunakan untuk mengikat baja tulangan dan konstruksi beton bertulang. Kawat pengikat ini terbuat dan besi lunak yang terlebih dahulu dipijarkan atau tidak disepuh seng garis tengah minimum 1 mm. Kawat pengikat ini tidak boleh berkarat, harus disimpan bebas dari pengaruh air, sebab apabila kawat berkarat, maka kawat tersebut akan mudah patah dan tidak dapat lagi digunakan untuk mengikat tulangan. Kawat pengikat berfungsi untuk mengikat besi tulangan antara satu dengan yang lainnya agar menjadi kuat dan utuh. Besi tulangan yang telah dirakit ini, digunakan untuk pembuatan tulangan pondasi, sloof, kolom, tangga, pelat lantai dan sebagainya. Seperti pada gambar 2.28.

39

Gambar 2.28. Kawat Pengikat

7. Bata Ringan Bata ringan atau disebut hebel atau celcon. Bata ini cukup ringan, halus dan memiliki tingkat kerataan yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat meringankan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi serta mempercepat pelaksanaan Kelebihan bata ringan : 1) Memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat menghasilkan dinding yang rapi. 2) Tidak memerlukan siar yang tebal sehingga menghemat penggunaan perekat. 3) Lebih ringan daripada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur. 4) Pengangkutan lebih mudah dilakukan. 5) Kuat tekan yang tinggi. 6) Mempunyai ketahanan yang baik terhadap gempa bumi. Kekurangan bata ringan : 1) Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran tanggung, membuang sisa cukup banyak. 2) Perekatnya khusus. Umumnya adalah semen instan, yang saat ini sudah tersedia di lapangan. 3) Diperlukan keahlian khusus untuk pemasangan, karena jika tidak, dampaknya sangat kelihatan. 40

4) Jika terkena air, maka untuk menjadi benar-benar kering dibutuhkan waktu yang lebih lama dari bata biasa. Kalau tetap dipaksakan diplester sebelum kering maka akan timbul bercak kuning pada plesterannya, Adapun bata ringan seperti tampak pada gambar 2.29.

Gambar 2.29. Bata Ringan

8. Tahu Beton (Decking) Tahu beton digunakan untuk menjaga ketepatan selimut beton atau jarak tulangan tepi (sengkang dengan bekistingnya). Tebal tahu beton dibuat sesuai dengan selimut beton yang direncanakan, yaitu 30 mm.. Seperti pada gambar 2.30.

Gambar 2.30. Tahu Beton

41

D. Pelat Lantai 1. Pengertian Umum Lantai adalah konstruksi bangunan gedung yang terletak di atas tanah atau di atas balok. Pelat atau slab adalah elemen bidang tipis yang menahan beban – beban transversal melalui aksi lentur ke masing–masing tumpuan.. Pelat lantai ini didukung oleh balok–balok yang bertumpu pada kolom–kolom bangunan. Pelat tersebut dapat ditumpu hanya pada dua sisi yang berhadapan dan dapat pada keempat sisinya, sisi terpendek dari pelat biasanya disebut Lx dan sisi terpanjang dari pelat biasanya disebut Ly. Bentuknya juga bervariasi, tidak hanya berupa panel segi empat, bentuk panel yang tak beraturan pun telah dibuat. Seperti pada gambar 2.31. kolom

Lx

Pelat

Balok

Ly

Gambar 2.31 Pelat ditumpu Balok dan Gelagar Dalam desain, karena gaya–gaya pada pelat bekerja menurut aksi satu arah dan dua arah, dikenal adanya pelat satu arah (one way slab) dan pelat dua arah (two way slab). Pada prinsipnya, pelat satu arah serupa dengan balok lebar dengan gaya momen lentur terutama bekerja dalam satu arah. Pada pelat dua arah, momen lentur dengan intensitas yang tidak jauh berbeda, tergantung dari perbandingan panjang bentang, bekerja pada kedua arah.

42

2.

Jenis Pelat Lantai Ditinjau dari segi perbandingan bentangnya pelat lantai dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1.

Pelat Satu Arah (one way slab) Pelat satu arah merupakan suatu pelat yang ditumpu sederhana oleh balok pada sisi–sisi panjang yang saling berseberangan. Sehingga dapat dianggap hanya dipikul oleh balok–balok atau bentang terpendek saja. Syarat untuk pelat satu arah =

ly > 2,5 menurut PBI 71 lx

Pelat satu arah pada umumnya didesain dengan rasio tulangan tarik jauh di bawah rasio maksimum yang diizinkan 0,75 ρb. Ini terutama untuk pertimbangan ekonomis, hemat pemakaian baja tulangan, namun tinggi penampang optimal, karena penampang yang tipis walaupun tulangannya banyak dapat menimbulkan defleksi berlebihan. Seperti pada gambar 2.32.

Gambar 2.32. Pelat dengan Tulangan Pokok Satu Arah Pelat satu arah diasumsikan sebagai sebuah balok persegi panjang dengan perbandingan lebar dan tingginya yang besar. Tulangan pokok diletakkan sejajar dengan bentang terpendek (I.X) sedangkan tulangan pembagi dipasang pada bentang terpanjang (LY). Pelat satu arah, tulangan yang dipasang untuk menahan momen juga berguna untuk menahan dan mendistribusikan retak akibat susut dan perbedaan suhu. Karena kontraksi beton terjadi ke semua arah harus dipasang tulangan khusus untuk kontraksi susut dan perbedaan suhu yang tegak lurus 43

terhadap tulangan momen. Tulangan khusus ini sering disebut dengan tulangan susut atau temperatur (lebih dikenal dengan tulangan pembagi).

2.

Pelat Dua Arah (two way slab) Pelat dua arah adalah suatu pelat yang beban–bebannya bekerja pada dua arah atau dapat melentur dalam dua arah yaitu sisi terpanjang (Ly) ataupun sisi terpendek (Lx). Syarat untuk pelat dua arah yaitu : - Ly / Lx

2

- Ly / Lx

 2,5 menurut PBI 1971

Menurut ACI

Ada 4 metode dasar untuk menganalisis pelat jenis ini, yang termuat di dalam peraturan-peraturan standar, yaitu metode koefisien momen, metode desain langsung (direct design method), metode portal ekivalen, dan metode garis leleh. Seperti pada gambar 2.33.

Gambar 2.33. Pelat dengan tulangan pokok dua arah

44

Penempatan tulangan pada sistem pelat dua arah, sesuai dengan sifat beban dan kondisi tumpuannya, harus memenuhi ketentuan (SNI T-15-1991-03 Pasal 3.6.4) yaitu :

1. Luas tulangan pada masing–masing arah harus dihitung berdasarkan nilai momen pada penampang kritis, tetapi luas tulangan minimum untuk menahan susut dan suhu harus tetap dipenuhi. 2. Jarak antartulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih besar dari tebal pelat, kecuali untuk konstruksi pelat seluler atau pelat berusuk. 3. Tulangan momen positif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak menerus, dari bentang tepi harus dilanjutkan sampai ketepi pelat dan harus tertanam ke dalam balok spandrel, kolom, atau dinding paling sedikit 150 mm. 4. Tulangan momen negatif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak menerus harus dibengkokkan, diberi kait atau jangkar, ke dalam balok spandrel, kolom, atau dinding (Pasal 3.5 SNI) agar kemampuan menahan momen dipenuhi.

3.

Persyaratan Ketebalan Pelat Pelat lantai pada bangunan bertingkat merupakan bagian struktur yang terpasang mendatar dan berfungsi sebagai tumpuan berpijak bagi penghuninya yang ada di atasnya. Pelat lantai pada umumnya mempunyai ketebalan yang ukurannya relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan panjang dan bentangnya, sehingga sifat kaku dari pelat akan menjadi besar. Pada bangunan gedung pelat lantai ini berfungsi sebagai diafragma atau unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung kekuatan baloknya. Dari peraturan keamanan konstruksi, lendutan yang besar ini harus dicegah agar pelat lantai masih dapat berfungsi dan memberikan kenyamanan berpijak bagi penghuninya. Persyaratan yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pelat lantai adalah kegunaan 45

bangunan, lokasi bangunan, persyaratan material bahan pendukung pelat lantai tersebut. Seperti pada gambar 2.34.

Gambar 2.34. Tulangan Pokok Pelat Keterangan : T = Tebal pelat lantai t

= Jarak bersih pemasangan tulangan

minimal 2,5 cm 

= 2T



= 20 cm

Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI, 1971), pasal 9 ayat 1 ada untuk tebal pelat lantai minimal 12 cm, sedangkan untuk pelat atap tebalnya minimal 7 cm. Tulangan harus bersilangan dengan Ø8 mm dari baja lunak atau sedang. Perencanaan pelat dengan ketebalan 25 cm harus menggunakan tulangan rangkap atas bawah. Jarak tulangan sejajar minimal 2,5 cm dan maksimalnya 20 cm atau dua kali tebal pelat terkecil. Tulangan harus terbungkus beton setebal 1 cm, dengan maksud untuk menghindari terjadinya suatu karat, korosi, atau kebakaran. Pada campuran beton menggunakan 1 pc : 2 ps : 2 kr + air, campuran kedap air 1 pc : 1 ½ ps : 2 ½ kr + air.

46

4.

Pekerjaan Pelat Lantai Pekerjaan pelat lantai merupakan pekerjaan serangkaian dengan pekerjaan balok dimana pekerjaannya dilakukan secara bersamaan atau komposit, mulai dari pemasangan bekisting, pembesian dan pengecoran. Biasanya tulangan yang digunakan untuk pelat lantai berukuran Ø8 mm dengan tebal lantai 12 cm, beton ready mix K-175. Dan ukuran balok pun berbeda – beda yang diterimanya. Alat bantu yang digunakan dalam pekerjaan pelat lantai hampir sama dengan pekerjaan balok hanya ada penambahan scaffolding (tiang penyangga). Tahap– tahap pelaksanaan pekerjaan pelat lantai yaitu :

1. Penentuan ketinggian bekisting pelat lantai dengan menggunakan waterpass supaya ketinggian antara bekisting yang satu dengan yang lainnya menjadi sejajar. Untuk pemasangan bekisting lantai ini ditahan oleh alat penyangga yaitu scaffolding supaya bekisting menjadi kaku dan posisinya tidak berubah–ubah. 2. Kemudian papan bekisting yang sudah dipasang tadi dipolesi dengan pelumas oli supaya mudah dalam proses pembongkarannya. Setelah itu dilakukan penulangan yang digabungkan antara tulangan kolom, balok dan pelat lantai. Dan pada proses penulangan kolom, balok, dan pelat lantai ini dipasang beton deking (beton tahu) setebal selimut beton supaya pada waktu pengecoran tulangan tidak langsung terkena papan bekisting dan supaya tulangan tidak terlihat langsung dari luar. 3. Setelah bekisting balok dan pelat lantai ini siap untuk dicor, maka terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel adukan dari truck molen untuk diuji dengan slump test. Dengan kriteria, apabila kondisi penurunan adukan pada test ini tidak melebihi dari 12 cm maka coran tersebut dapat digunakan dan bila penurunannya melebihi dari 12 cm maka beton tersebut tidak layak untuk digunakan dan selain itu juga dilakukan pengujian dengan balok kubus dengan maksud untuk mengetahui nilai kuat tekannya dari beton yang akan digunakan, dan setelah lolos dari pengujian tersebut baru coran dapat dimasukkan ke dalam bekisting yang sudah siap dicor. Proses pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete pump supaya 47

tidak cepat terjadi pengeringan coran beton dalam pekerjaan pengecoran ini. 4. Di dalam proses pengecoran sering terjadi pemberhentian atau penyambungan beton yang sudah kering dengan beton yang baru, pada proses pemberhentian beton dilakukan pada saat kondisi ¼ dari panjang bentang dari balok tersebut karena momen yang terjadi pada titik tersebut adalah nol sehingga proses pembebanan pada saat pengecoran menjadi aman. 5. Dan pada saat proses pemberhentian coran diusahakan permukaannya dikasarkan dan dimiringkan supaya pada proses penyambungannya dapat memberikan daya lekat yang baik antara beton lama dengan beton yang baru, serta diberikan zat adiktif berupa cairan putih untuk perekat beton yaitu calbound atau lem beton. 6. Pada saat pengecoran pelat lantai tinggi jatuh pengecoran diusahakan jangan lebih dari 1,5 meter dan pada pekerjaan ini digunakan concrete pump sehingga tinggi jatuh beton dapat diperhatikan, serta untuk memudahkan proses penyuplaiannya dari daerah yang satu kedaerah yang lainnya digunakan pipa karet atau bisa disebut dengan belalai gajah dengan panjang pipanya 3 meter. 7. Selama proses pengecoran berlangsung, maka dimasukkan alat vibrator (penggetar) ke dalam coran, supaya menghasilkan mutu beton yang baik dan padat (tidak keropos) dan seluruh ruangan bekisting dapat terisi dengan baik . berikut ini adalah hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat vibrator (penggetar) diantaranya adalah : a.

Selama penggetaran belalai vibrator tidak boleh diletakkan secara horizontal, karena akan mengakibatkan pemisahan agregrat pada beton.

b.

Pada ujung belalai vibrator harus dijaga supaya tidak menyentuh papan bekisting yang dapat menyebabkan terjadinya kebocoran pada bekisting.

48

c.

Jarak antara pemasukan belalai vibrator ke dalam adukan harus diperhitungkan sedemikian rupa supaya pada proses penggetaran daerah – daerah yang akan dicor akan saling menutupi.

d.

Setelah beton kering maka untuk pembongkaran scaffolding atau tiang penyangga pada daerah pelat lantai dilakukan setelah ±21 hari dan untuk balok yang tingkat pembebanannya besar dengan jarak bentang yang panjang, maka untuk pembongkaran bekistingnya dilakukan minimal setelah 28 hari supaya kondisi pengeringan beton dapat lebih sempurna.

e.

Beton yang menggunakan bahan tambahan adiktif dapat dibongkar setelah 14 hari.

f.

Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton tersebut. Berikut ini adalah perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur. Seperti pada tabel 2.2.

Umur (hari)

3

7

14

21

28

90

365

PC biasa

0,40

0,65

0,88

0,95

1,00

1,20

1,35

PC kekuatan awal 0,55

0,75

0,95

0,95

1,00

1,15

1,20

tinggi

Tabel 2.2 Persentase kuat tekan beton terhadap umur

g.

Sifat beton yang baik adalah jika beton tersebut memiliki kuat tekan tinggi (antara 20 – 50 Mpa, pada umur 28 hari). Dengan kata lain dapat diasumsikan bahwa mutu beton ditinjau hanya dari tekannya saja. Kekuatan beton tergantung pada perbandingan factor air semennya ( FAS ) , semakin rendah nilai factor air semen maka semakin tinggi kuat tekan betonnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hampir untuk semua tujuan, beton yang mempunyai factor air semen minimal dan cukup untuk memberikan workabilitas tertentu yang dibutuhkan untuk 49

pemadatan, merupakan beton yang terbaik. Semakin tinggi mutu beton yang digunakan maka semakin kuat pula struktur bangunan tersebut. h.

Kemudian setelah beton pelat mulai mengalami pengeringan, maka dilakukan penyiraman dengan air supaya tidak terjadi getas dan retak–retak pada beton tersebut.

50

BAB III PELAKSANAAN PKLI A. Gambaran umum proyek 1.

Lokasi Proyek Lokasi pembangunan Workshop Auto 2000 Medan ini berada di Jl. Sisingamangaraja km 9,8, kelurahan Timbang Deli, Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara. Akses tansportasi dari Unimed menuju lokasi ini cukup mudah yaitu dapat ditempuh ±30 menit dengan mobil.

Gambar 3.1. Lokasi proyek (Sumber : https://www.google.co.id/maps/place/TOYOTA+MEDAN+AMPLAS) 51

2.

Data Proyek Bangunan yang dibangun oleh PT. Dutakarya Graha Mandiri terletak di Jl. Sisingamangaraja km 9,8, kelurahan Timbang Deli, Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara. Secara umum data Proyek Pembangunan Workshop ini adalah sebagai berikut : a. Data non teknis yang diperoleh dari proyek adalah sebagai berikut : 1) Nama proyek

: Pembangunan Workshop Repaint Auto 2000

2) Pemilik

: PT. Auto 2000 Amplas

3) Kontraktor

: PT. Dutakarya Graha Mandiri

4) Jenis bangunan

: Permanen

5) Lokasi

: Jl.Sisingamangaraja km 9,8, Amplas

6) Kelurahan

: Timbang Deli

7) Kecamatan

: Medan Amplas

b. Data teknik yang diperoleh dari proyek adalah sebagai berikut :

3.

609,76 m2

1) Luas bangunan

:

2) Tinggi bangunan

:

3) Section yang diamati

: Pelat Lantai

7,453 m

Struktur Organisasi Proyek a. Pemberi Tugas/ Owner

: PT. Auto 2000 Amplas

b. Kontraktor Pelaksana

: PT. Dutakarya Graha Mandiri

c. Jasa Konsultasi Managemen

: PT. Dutakarya Graha Mandiri

d. Jasa Konsultasi Quantiti Surveyor : PT. Dutakarya Graha Mandiri e. Jasa Konsultasi Arsitektur

: PT. Dutakarya Graha Mandiri

f. Jasa Konsultasi Struktur & MEP

: PT. Dutakarya Graha Mandiri

52

53

B. Penggunaan Peralatan dan Pembahasan Peralatan yang digunakan pada Proyek Pembangunan workshop Auto 2000 adalah sebagai berikut: 1.

Ekskavator Ekskavator adalah alat penggali hidrolis yang memiliki bucket yang dipasang di depannya. Alat penggeraknya traktor dan dengan roda ban atau crawler. Ekskavator bekerja dengan cara menggerakkan bucket ke arah bawah dan kemudian menariknya menuju badan alat, Dengan demikian, dikatakan bahwa ekskavator menggali material yang berada di bawah permukaan tempat alat tersebut berada.

Gambar 3.3 Ekskavator Produktivitas ekskavator pada proyek pembangunan workshop Auto 2000 Amplas : Kapasitas Bucket

(B)

: 0,50 m3

Faktor gali mengisi truk ( L )

: 0,8

Total efisiensi faktor ( E )

: 0,85

Efisiensi waktu ( Ft )

: 0,85

Faktor kedalaman galian 0,5- 2,5(Fd) : 1 Faktor Bucket ( Fb )

: 0,8

Waktu Gali

: 6 detik

Pengangkutan beban

: 5 detik

Dumping/buang

: 2 detik 54

Swing/ kembali

: 3 detik

Faktor Tanah

: 1,2

Gangguan

: 2 detik

Total waktu per siklus

: 18 detik = 18 : 60 = 0,3 menit.

Keterangan : Kapasitas mesin

: 688 HP

Kapasitas Crakcase

: 23,15 liter

Jam antara ganti oli

: 100 jam

Produksi alat berat

: 96,33m3/ jam

Waktu kerja

: 50 menit/ jam

Harga solar

: Rp. 6.000/ liter

Harga oli

: Rp. 25.000/ liter

Produktivitas ekskavator Q

= 60 x B x E x Ft x Fb x Fd x L Ws = 60 x 0,50 x 0,85 x 0,8 x 2 x 0,8 Ws = 27,744 Ws

Dimana Ws

= 0,3 x F Isi x F tanah = 0,3 x 0,8 x 1,2 = 0,288

Jadi, Q

= 27,744 0,288 = 96,33 m3/ / jam.

55

2.

Truck Mixer Alat ini digunakan sebagai alat berat pengaduk beton segar (Ready Mix) yang dibawa dari pabrik penyedia. Beton segar dihasilkan dari penakaran dan pencampuran di batching plan. Ready mix yang digunakan berasal dari PT. Kraton, yang akan diangkut menggunakan Truck Mixer. Dalam sekali perjalanan, truck mixer membawa sekitar 5 m3 beton. Dan untuk sekali pengecoran biasanya proyek akan membutuhkan 50 m3 beton. Beton yang digunakan adalah beton yang bermutu K-225 dengan F’c 19,3 Mpa. Truck Mixer yang digunakan pada proyek ini dijelaskan bahwa truck mixer mampu mengangkut beton cor sebanyak 5 m3 sampai 7 m3. dengan demikian truck mixer yang digunakan oleh proyek ini sudah sesuai persyaratan.

Gambar 3.4 Truck Mixer Produktivitas Truck mixer : Kapasitas drum pencampur, Cp = V = 5,0 m³, Tenaga mesin, Pw = 220 HP Kapasitas produksi / jam,

= Q= (V x Fa x 60) /(Ts) ;m³

V

= Kapasitas drum

= 5 m3

Fa

= Faktor efisiensi alat

V1

= Kecepatan rata – rata isi

= 15 - 25 km/ jam

V2

= Kecepatan rata – rata kosong

= 25 – 35 km/ jam 56

T1

= Waktu mengisi

= 60 menit

T2

= Waktu mengangkut

= 60 menit

T3

= Waktu kembali

= 60 menit

T4

= Waktu menumpahkan

= 5 menit

3.

Dump truck Dump truck yang digunakan dalam proyek ini adalah Toyota DA-110 yang memiliki kapasitas bak sebesar 6m3. Dump truck ini digunakan untuk mengangkut galian tanah, balok-balok kayu, bahan-bahan yang dibutuhkan proyek juga mengangkut bahan – bahan bangunan yang harus disingkarkan dari areal proyek. Seperti pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Dump Truk Identitas Dump Truck : Kapasitas bak ( B )

: 6 m3

Total efisiensi faktor ( E )

: 0,69

Efisiensi Waktu ( Ft )

: 0,75

Kecepatan dump truck bermuatan ( V1 )

: 40 km / jam

Kecepatan dump truck kosong ( V2 )

: 60 km / jam

Medan kerja kondisi baik

: t1

: 0,7

menit

t2

: 0,2

menit 57

Produktivitas dump truck : Q

= 60 x B x E x Ft = 60 x 6 m3 x 0,69 x 0,75 Ws = 186,3 Ws

Waktu siklus dump truk ( Ws ) terdiri dari : Waktu ekskavator untuk mengisi dump truk 3 bucket = 1 menit Waktu untuk mengangkut tanah V1

=

15 km x 60 = 22,5 menit 40 km / jam Waktu untuk membongkar muatan ( t1 ) = 0,7 menit Waktu untuk kembali V2 = 15 km x 60 = 15 menit 60 km / jam Waktu untuk mengatur posisi = 0,2 menit. Jumlah ( Ws ) = Waktu ekskavator + V1 + t1 + V2 + t2 = 1 menit + 22,5 menit + 0,7 menit + 15 menit + 0,2 menit = 39,4 menit. Q

= 186,3 = 4,72 m3/ jam. 39,4

4.

Pompa Beton (Concrete Pump) Pompa beton yang digunakan adalah truck mounted concrete pump. Alat ini

digunakan untuk menyalurkan beton ready mix yang datang dengan truck mixer untuk di salurkan ke tempat yang lebih tinggi. Untuk menyalurkan beton, concrete pump

58

dilengkapi dengan pipa-pipa baja yang disambungkan satu sama lain dengan menggunakan klem pipa. Seperti pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Pompa Beton (Concrete Pump )

5.

Concrete Vibrator Alat ini digunakan untuk memadatkan beton pada saat pengecoran agar adukan beton menjadi homogen dan tidak terjadi rongga pada saat pengecoran beton. Concrete vibrator digunakan dengan cara memasukkan ujung dari vibrator yang bergetar ke dalam adukan beton. menjangkau celah-celah. Gambar 3.7

Gambar 3.7. Concrete Vibrator 6.

Bar Cutter Bar cutter adalah alat yang digunakan untuk memotong besi. Alat ini dipilih karena diameter besi yang akan dipotong tidak hanya satu jenis melainkan beragam dari yang paling kecil D8 – D25. Selain itu alat ini juga dapat memenuhi kebutuhan besi dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Selain itu alat pemotong manual juga digunakan untuk memotong besi yang berlebih saat perakitan pada 59

lantai yang tinggi. Bar Cutter yang digunakan pada proyek ini seperti pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8. Pemotong Baja (Bar Cutter) 7.

Bar Bender Untuk membengkokkan besi yang akan dirakit pada proyek Rusunami,

menggunakan Bar Bender mesin. Alat ini dipilih karena lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan besi yang akan dirakit dalam jumlah.

Gambar 3.9. Pembengkok Baja (Bar Bender)

8.

Kereta Sorong Kereta sorong digunakan untuk mengangkut bahan bangunan dan hasil adukan beton ke lokasi kerja. Tidak hanya beton, material lain juga kadang diangkut menggunakan kereta sorong seperti semen. Kereta sorong yang digunakan apda proyek ini seperti pada Gambar 3.10. 60

Gambar 3.10. Kereta Sorong

9.

Gergaji Gergaji digunakan untuk memotong kayu yang akan digunakan untuk membuat bekisting balok. Gergaji yang digunakan pada proyek ini adalah gergaji tangan manual dan gergaji mesin circular. Dimana gergaji mesin circular digunakan untuk memotong triplek. Seperti pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11. Gergaji 10. Concrete Bucket Concrete bucket adalah tempat pengangkutan beton dari truck mixer concrete sampai ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan pengetesan slump dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka beton dari truck mixer concrete dituangkan ke dalam concrete bucket, kemudian pengangkutan dilakukan dengan 61

bantuan tower crane. Concrete bucket yang digunakan pada proyek ini mempunyai kapasitas sebesar 0,8 m3 dan berat concrete bucket adalah 300 kg.

Gambar 3.12. Concrete Bucket

11. Martil Martil digunakan untuk memaku paku untuk merakit bekisting balok, kolom dan pelat lantai. Martil yang digunakan adalah martil yang dilengkapi dengan pencabut paku, sehingga ketika terjadi kesalahan saat memaku dapat langsung dicabut.

Gambar 3.13. Martil

12. Air Compressor Air Compressor digunakan untuk membersihkan area yang akan dicor agar semua kotoran-kotoran yang berada di area tersebut baik debu atau potongan kayu bisa di dorong keluar. Alat ini akan mengeluarkan tekanan udara yang akan

62

mendorong kotoran. Air Compressor yang digunakan pada proyek ini seperti pada Gambar 3.14

Gambar 3.14. Air Compressor

13. Generator Set Generator Set adalah suatu mesin (motor) diesel yang berfungsi sebagai penggerak motor listrik (dinamo) sehingga dapat menghasil tenaga listrik. Energi listrik yang berasal dan generator set ini digunakan untuk power supply yang melayani berbagai keperluan seperti : kebutuhan listrik alat concrete vibrator, mesin las listrik, bar bender, bar cutter, penerangan proyek, kebutuhan listrik kantor, dan sebagainya. Seperti pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15. Generator Set 14. Scaffolding Scaffolding digunakan sebagai penahan beton yang belum mampu memikul beban sendiri pada saat pengecoran. Scaffolding sendiri terdiri dari beberapa bagian seperti jack based sebagai kaki dari scafolding, join frame untuk 63

menghubungkan main frame dan cross brace, u-head digunakan untuk menyimpan balok suri, main frame sebagai bagian utama scaffolding dan cross brace sebagai pengkaku antara main frame. Perakitan scaffolding dilakukan dengan mula-mula memasang jack base pada kaki, kemudian pasang main frame sebagai bagian utama. Seperti pada Gambar 3.16.

Gambar 3.16. Scaffolding

15. Pesawat Ukur (Waterpass Instrument) Alat ini berfungsi untuk memperhatikan kerataan dari pelat lantai supaya pelat lantai tersebut tidak bergelombang.

Gambar 3.17. Waterpass Instrument 16. Meteran Meteran digunakan untuk mengukur kayu atau besi sesuai keinginan. Meteran ini sangat banyak digunakan dalam proyek terutama untuk mengukur benda-benda yang tidak telalu panjang. 64

Gambar 3.18. Meteran 17. Tang kawat Tang kawat digunakan untuk mengikat persambungan antara tulangan pokok dan tulangan ekstra dengan cara melilitkan kawat pada persambungan tulangan dan memutarnya.

Gambar 3.19. Tang kawat 18. Bor Tangan Dalam proyek ini, Bor tangan ini digunakan untuk pemasangan penutup bondek menggunakan baut, sehingga ketika tahap pengecoran tidak terjadi kebocoran.

Gambar 3.20. Bor Tangan 19. Selang Air Selang air yang digunakan dalam proyek pembangunan Rumah Susun Sukaramai Medan, berfungsi untuk mengalirkan air ke lokasi pekerjaan dan 65

membantu proses pelaksanaan pekerjaan tukang, termasuk pekerjaan penyiraman beton setelah hasil pengecoran sudah kering (Curing).

Gambar 3.21. Selang Air 20. Roskam/ Trowel Roskam digunakan pada saat pengecoran untuk meratakan adukan beton.

Gambar 3.22. Roskam/ Trowel

66

C.

Penggunaan Bahan Penyedia (supplier) bahan bangunan sebaiknya mudah ditempuh dari lokasi

proyek sehingga akan menghemat waktu dan biaya pengangkutan. Selain itu ketersediaan bahan bangunan (stocking material) harus selalu dikontrol untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat terlambatnya pengadaan bahan bangunan. Penempatan material harus disesuaikan dengan sifat bahan sehingga resiko kerusakan bahan bangunan sebelum digunakan dapat dikurangi, terutama pada bahan bangunan yang peka terhadap kondisi lingkungan seperti semen dan baja tulangan.

1.

Multipleks (Plywood) Plywood digunakan sebagai bahan bekisting karena akan menghasilkan permukaan beton yang halus.. Supplier untuk material ini adalah PT. Bukit Intan Abadi. Multipleks yang digunakan adalah multipleks film face. Multipleks ni akan memberikan hasil permukaan beton yang licin dan merata karena semen yang menempel pada permukaan multipleks mudah dibersikan sehingga dapat digunakan beberapa kali.

Gambar 3.23 Multipleks

67

2. Besi Tulangan Baja Tulangan yang digunakan dalam proyek pembangunan Rumah Susun Sukaramai Medan, khususnya pada pengerjaan konstruksi Pelat lantai yaitu menggunakan tulangan susut atau wiremesh M7 – 150 mm. Sedangkan tulangan yang digunakan sebagai tulangan ekstra atau rebar adalah tulangan ulir yang berukuran diameter 10 mm (D10-500). Maka, baja tulangan yang digunakan dalam proyek pembangunan ini khususnya pada pekerjaan pelat lantai sudah memenuhi syarat yang baik dan layak untuk digunakan. Perusahaan penyedia baja tulangan ini adalah PT. Growth Sumatra Industri.

Gambar 3.24 Tulangan

Gambar 3.25 Wiremesh

68

3. Kawat Pengikat Dalam proyek pembangunan Workshop Auto 2000 medan pelat lantai, kawat pengikat digunakan untuk mengikat besi tulangan agar tetap pada tempatnya, sehingga tidak berubah jaraknya dan sesuai dengan konstruksi yang dikehendaki. Kawat yang digunakan pada pembangunan ini yaitu kawat beton dengan diameter 1 mm.

Gambar 3.26 Kawat Pengikat

5.

Paku Dalam proyek pembangunan proyek ini, khususnya pada pengerjaan pelat lantai, paku ataupun baut digunakan sebagai perekat dalam pembentukan perancah yang menggunakan kayu, papan, dan sebagainya. Contohnya pada pengerjaan pemasangan begisting.

Gambar 3.27 Paku 69

6. Beton Cor (Ready Mix) Ready Mix untuk pengecoran pelat lantai pada proyek ini menggunakan beton cor ready mix yang di pesan dengan cara Performance batch oleh pihak kontraktor. Performance batch yaitu pembeli menetapkan kebutuhan dari kekuatan beton, dan pabrik bertanggung jawab penuh dalam menentukan proporsi campuran yang kemudian didatangkan langsung dengan jalan Central-mixed concrete, dimana beton dicampur sepenuhnya di dalam suatu mixer dan diangkut ke proyek dengan menggunakan truk molen untuk mempercepat pekerjaan. Mutu kuat tekan beton yang digunakan dalam proyek ini adalah K-225 dengan f’c 19,3Mpa. Beton cor ini di angkut dengan truck mixer yang berkapasitas 5 m3 sekali angkut. Agregrat halus yang digunakan untuk campuran beton oleh perusahaan PT. Kraton dalam proyek pembangunan Workshop Auto 2000 Amplas. Pada pekerjaan pelat lantai adalah agregat halus ukuran butir pasir yang lewat saringan 4 mm. Berdasarkan hasil survei lapangan bahwa pasir yang digunakan pada proyek ini sudah bersih dan bebas dari kadar lumpur. Sehingga secara teori pasir yang digunakan di proyek pembangunan ini sudah memenuhi syarat dan layak digunakan untuk konstruksi. Agregrat kasar yang digunakan untuk campuran beton oleh perusahaan PT. Kraton, dan Sukses Beton dalam proyek pembangunan ini, pada pekerjaan pelat lantai adalah kerikil yang berukuran 10 – 25 mm. Air yang digunakan PT. Kraton dalam campuran beton ready mix pada proyek pembangunan Rumah Susun Sukaramai Medan ini ini merupakan air bersih yaitu tidak berbau, tidak berwarna dan tidak mengandung minyak. Maka air yang digunakan untuk proyek pembangunan Rumah Susun ini sudah memenuhi syarat air yang baik untuk campuran beton dan sudah sesuai dengan standard. Semen yang digunakan dalam proyek pembangunan ini, khususnya pada pengerjaan pelat lantai oleh PT. Kraton dalam campuran beton ready mix adalah semen portland dengan merek Semen Padang, dan Semen Andalas, yang sesuai dengan SNI 15-7064-2004. Tipe semennya menggunakan tipe semen I. 70

Dari keempat bahan yang dicampurkan dalam pembuatan beton ready mix oleh Kraton yang akan digunakan dalam proyek pembangunan ini, khususnya pada pengerjaan pelat lantai, keempat bahan tersebut rata – rata dicampur dengan perbandingan 415 Kg semen, 705 Kg agregat halus (pasir), 1015 Kg agregat kasar (kerikil), 178,5 Liter air, dengan w/c ratio 0,42 (ratio air terhadap semen) untuk 1 m3 beton guna mendapatkan kekuatan beton K-225 (f’c 19,3 Mpa), dengan nilai Slump 12±2.

Gambar 3.28 Truck Mixer PT. Kraton Sebelum menggunakan beton ready mix, terlebih dahulu pihak owner, konsultan dan kontraktor melakukan pengujian terhadap beton ready mix yang telah dipesan tersebut. Pengujian tersebut dilakukan untuk memeriksa apakah mutu beton yang dipesan sesuai dengan mutu beton yang akan diterima proyek. Adapun pengujian yang dilakukan pada beton ready mix tersebut adalah uji tekan beton pada berbagai macam umur beton antara lain 7, 28, dan 40 hari. Pengujian dilakukan di laboratorium beton masing masing Perusahaan Beton dimana campuran beton (Ready Mix) dipesan.

71

7.

Bahan Tambahan (admixture ) Dalam proyek pembangunan Woorkshop Auto 2000 Amplas, Medan Amplas khususnya pada pengerjaan pelat lantai, jenis admixture yang digunakan adalah Plastiment. Plastiment adalah sebuah admixture hasil produksi Sika. Admixture ini berfungsi memperlambat waktu setting (set retarder), dan sebagai pereduksi air (water reducer) untuk campuran beton yang berbentuk cairan. sesuai dengan A.S.T.M.C 494-92 Type D. Plastiment memilki 2 macam produk yaitu, Plastiment® P-121 R dan Plastiment® VZ. Dimana kedua Plastiment tersebut dipakai dalam proyek pembangunan Rumah Susun Sukaramai Medan, terutama pada pelat lantai. Plastiment sangat baik digunakan untuk kondisi panas atau memiliki temperature tinggi karena dapat memperlambat reaksi hidrasi dan mengontrol panas hidrasi. Lalu Plastiment juga dapat digunakan untuk mengurangi resiko retak thermal pada beton massa. Campuran beton yang sudah ditambah bahan tambahan tidak lagi menunggu waktu 28 hari untuk mengeras, Tetapi diumur 5 - 8 hari beton sudah mengeras dan sudah mencapai K-225 yang sudah di uji di lab sehingga bekisting pelat lantai bisa dibuka atau dibongkar.

Gambar 3.29 Plastimen

72

D.

Prosedur Pelaksanaan Adapun proses pelaksanaan/pengerjaan pelat latai di proyek ini Penentuan Elevasi Plat Lantai

Pembuatan Bekisting pondasi menerus Penulangan plat lantai

Pemasangan Tulangan/Wiremesh

Pengecoran pondasi menerus dan plat Lantai Pelepasan Bekisting

Perawatan Beton

Gambar 3.30. Skema Pekerjaan Pelat Lantai

1.

Pekerjaan Persiapan a) Rapat/diskusi kecil antar pelaksana di lapangan dimana rapat ini bertujuan memperjelas apa yang akan dikerjakan oleh tukang kepada mandor dan kepala tukang lalu mengarahkannya kepada tukang. Bahasan rapat harus selalu mengacu kepada time schedule karena setiap pekerjaan harus memenuhi syarat waktu dan volume pekerjaan yang direncanakan untuk setiap item pekerjaan. b) Mandor menjelaskan kepada masing-masing bagian-bagian tukang (misal tukang kayu atau tukang besi) apa saja pekerjaan yang akan dan harus selesai dalam satu hari kerja. Penjelasan ini dilakukan sebelum pekerjaan dimulai.

73

c) Peralatan yang ada di lapangan harus tersedia sesuai kebutuhan dalam artian tidak kekurangan agar pekerjaan dapat selesai dengan maksimal. Pekerjaan Bekesting. d) Penentuan Elevasi bertujuan untuk mengatur/ memastikan kerataan ketinggian pelat. Pada pekerjaan ini digunakan waterpass instrument. e) Pembuatan bekisting plat lantai dan pondasi menerus dilakukan bersamaan. Karena dalam proyek ini plat lantai dan pondasi menerus dicor bersamaan. Batako digunakan sebagai begisting permanen pondasi menerus. Tujuannya agar menambah kekuatan dan menghemat waktu pengerjaan. Dan untuk begisting pinggiran plat lantai menggunakan plywood/ multipleks. Tukang kayu akan memotong kayu sesuai ukuran bekesting rencana atau menggunakan kayu sisa bekesting lantai bawah. Adapun penamaan bekesting balok adalah bodement dan tembereng. Bodement adalah kayu multipleks yang menjadi bekesting balok bagian bawah dan tembereng adalah multipleks yang menjai bekesting balok di sisi-sisinya. f) Untuk plat, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan sesuai kebutuhan dengan bar cutter dan bar bending. Pembesian plat ada dilakukan dengan sistem pabrikasi ( wiremesh ) dan ada yang dirakit di lapangan.

2. Tahapan Pekerjaan Plat Lantai

a) Pembesian tulangan plat dilakukan langsung di atas lantai kerja yang sudah mengeras dan secara pabrikasi. Tulangan D10 digunakan untuk tulangan plat lantai disusun dan diikat dengan kawat bendrat secara horizontal dan vertikal dengan jarak 20 cm sehingga berbentuk segiempat. Penulangan pelat lantai dengan menggunakan besi wiremesh yang telah dipabrikasi sebelumnya. Tulangan wiremesh yang digunakan adalah wiremesh m7 dengan dimensi 2,1 m x 5,4 m seharga Rp. 425.000,-/ lembar. Wiremesh disusun satu lapisan dengan rapi. Sambungan tiap wiremesh diikat dengan kawat bendrat.

74

Gambar 3. 31 Pemasangan Wiremesh dan perakitan tulangan plat lantai

Setelah pemasangan besi wiremesh selesai selanjutnya adalah pemasangan kaki ayam yang diikat menggunakan kawat.Kaki ayam dibentuk seperti kursi dengan ketinggian 5 cm tujuan dari pemasangan kaki ayam adalah agar lantai kerja dan besi wiremesh tidak menyatu.

Gambar 3. 32 Pemasangan kaki ayam

75

b) Pengecoran pondasi menerus dan Pelat Lantai

1.

Pembersihan lapangan dilakukan dengan cara menyapu lantai kerja. Setelah itu dilakukan perakitan tulangan plat lantai dan meletakkan tulangan pabrikasi ( wiremesh ) di atas lantai kerja. Kaki ayam dengan ketinggian 5 cm dan 10 cm digunakan sebagai penahan tulangan plat. Sehinnga tidak terjadi lendutan yang membuat tulangan plat lantai menempel pada lantai kerja.

Gambar 3. 33 Pembersihan areal yang mau dicor 2.

Beton ready mix dipesan dari PT Keraton dengan kuat tekan K225. Campuran beton untuk pengecoran di proyek ini sudah dicoba di laboratorium USU sehingga menghasilkan nilai mix design. Oleh karena itu perhitungan mix designnya sudah ditentukan nilai slump dan diambil nilai rata-rata slumnya (12±2 ) yang artinya diantara 8 hingga 12.Di proyek ini didapat nilai slump 12. Maka beton segar sudah sesuai dengan yang direncanakan.

Gambar 3. 34 Uji Slump 3.

Beton disalurkan ke lokasi pengecoran menggunakan concrete pump melalui pipa tremi dan jalur pengecoran yang dirakit tukang dengan 76

multipleks berbentuk huruf U dengan kaki-kakinya.Pengecoran dilakukan dengan cepat. Karena beton sudah diberi bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan

Gambar 3. 35 Pengecoran 4.

Pada saat pengecoran beton harus digetar dengan concrete vibrator agar pondasi dan plat lantai yang dicor dipastikan padat.Vibrator dilakukan sampai pengecoran selesai.Tulangan juga digunakan tukang untuk memadatkan coran plat lantai dan pondasi menerus.Untuk pengecoran plat lantai dan pondasi menerus di proyek ini dibutuhkan 50 m3 setara dengan 10 unit truck mixer per 5m3

Gambar 3. 36 Pemadatan coran beton dengan Vibrator 5.

Setelah itu, dilakukan perataan dengan roskam.Roskam dibuat dengan gagang kayu panjang. Beton diratakan dengan keetinggian 15 cm dari lantai kerja.

77

Gambar 3. 37 Perataan coran beton dengan roskam c) Perawatan (Curing) Membasahi / menyiram permukaan pelat lantai dengan air agar tetap lembab. Gunanya yaitu untuk menghindari kehilangan air-semen akibat penguapan dan menjaga agar mutu beton tetap baik.

Gambar 3.38 Perawatan Coran Plat Lantai

78

E.

Kendala-Kendala yang Terjadi di Proyek Adapun kendala yang terjadi pada pengerjaan proyek pembangunan Workshop

Auto 2000 Amplas pada saat PKLI berlangsung adalah sebagai berikut :

1. Peran pengawas pada proyek ini kurang maksimal, dimana sering terjadi kesalahan pekerjaan tulangan, pemasangan dan begesting. Hal ini mengakibatkan tukang harus membongkar dan mengerjakan ulang pekerjaan tersebut. 2. Kondisi cuaca yang tidak mendukung sehingga mengalami penundaan dalam pekerjaan di lapangan, salah satunya terjadi hujan pada saat pengecoran pelat lantai, hal ini membuat pengecoran terpaksa ditunda.

79

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat penulis sampaikan dalam laporan pelaksanaan PKLI (Praktik Kerja Lapangan Industri) pada proyek pembangunan Workshop Auto 2000 Amplas adalah sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan antara struktur organisasi pada teori dan lapangan. Salah satu perbedaannya yaitu pada teori, terdapat site manager yang bertanggung jawab langsung kepada site enginer, pengendalian dan logistic pekerjaan sipil, arsitektur dan M/E. Namun pada struktur organisasi yang kami amati pada proyek, terdapat tiga penanggung jawab setara Site Manager yaitu Construkstion Manager, Site Operational MEP dan Site Adm. Manager. Masing-masing divisi memiliki tanggung jawab pada subdivisi- subdivisi dibawahnya. 2. Peralatan yang digunakan pada proyek ini sesuai dengan persyaratan kelayakan

yang tidak mengurangi produktivtas masing-masing alat. 3. Bahan-bahan yang digunakan pada proyek ini sudah sesuai dengan persyaratan SNI. Contohnya beton cor yag digunakan oleh proyek Workshop Auto 2000 Amplas ini teruji kualitasnya, dimana setiap kali akan dilakukan pengecoran terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kebenaran kuat tekan beton tersebut di laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan. Hal ini membuktikan pembelajaran di bangku kuliah sesuai dengan yang ditemui di lapangan. 4. Teknik pelaksanaan balok dan pelat lantai dimulai dari penentuan elevasi balok dan pelat lantai, pemasangan tulangan pelat lantai/wiremesh, pengecoran balok dan pelat lantai, pembongkaran begesting dan pekerjaan terakhir adalah perawatan.

80

B. SARAN Saran yang dapat penulis sampaikan berkenaan dengan kekurangan yang masih terjadi di dalam proyek pembangunan Workshop Auto 2000 Amplas ini adalah : 1. Kepada Pemilik Proyek. Sebaiknya diambil tindakan tegas bagi pihak-pihak yang kurang serius dalam pekerjaannya 2. Kepada Mandor: Sebaiknya agar lebih memperhatikan anggotanya dalam melakukan pekerjaan, agar pengawas tidak lagi menyuruh pekerja untuk membongkar pekerjaan yang sudah selesai karena terjadi kesalahan. Karena jika dibongkar lagi, maka akan memperbanyak pekerjaan anggotanya yang berdampak pada kesehatan pekerja dan kemajuan proyek. 3. Kepada mahasiswa : a.

Menyarankan kepada pihak jurusan agar menjalin kerjasama dengan pihak industri baik lewat administrasi ataupun komunikasi lewat telepon untuk memperlancarkan pelaksanaan PKLI kedepannya, dimana mahasiswa kesulitan dalam menemukan proyek yang mau menerima mahasiswa UNIMED untuk melaksanakan PKLI

b.

Aktif bertanya konsultan, kontraktor, mandor, tukang dan pekerja demi menambah wawasan tentang disiplin ilmu teknik sipil.

4. Kepada pembaca : a. Sebaiknya tidak mengutip secara bebas dari laporan teknik pelaksanaan pekerjaan pelat lantai proyek pembangunan workshop Auto 2000 Amplas ini. b. Bagi mahasiswa yang hendak melakukan PKLI, agar mengerjakan laporan seiring dengan dilakukannya PKLI agar tidak terjadi penundaan yang terus menerus.

81

DAFTAR PUSTAKA

Wulfram I. Evrianto, ( 2005 ) Manajemen Proyek Konstruksi, Yogyakarta: Andi Offeset Rostiyanti, S.F, ( 2008 ) Alat Berat Untuk Proyek Kostruksi, Jakarta: Rineka Cipta Amin, Ridwan R, ( 2015 ) Manajemen Peralatan Berat Untuk Jalan: Yogyakarta: Graha Ilmu Rudi, Gunawan Ir, ( 1967 ) Pengantar Ilmu Bangunan: Bandung: CV Pelajar Bandung. Lubis Asri, dkk, 2013. Buku Panduan Praktik Kerja Lapangan Industri. Medan: FT Unimed Medan. Mukomoko, J. A 2007. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan. Jakarta: Gaya Media Pratama A.Luthan Putri Lynna & Kemala Jeumpa. 2012. Buku Ajar Manajemen Konstruksi I, Medan : Unimed Press

82

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84

More Documents from "Joseph Gilbert"

June 2020 9
Pharma_domestic.xlsx
November 2019 6