Askep Hidrosefalus.docx

  • Uploaded by: Yustika Cahyati
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Hidrosefalus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,124
  • Pages: 13
TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN ANAK “ ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN HYDROCEPHALUS” DOSEN PENGAMPU : ZURRIYATUN THOYIBAH,NERS.,M.KEP.

OLEH : KELOMPOK 4

1. YUSTIKA CAHYATI 2. RISHA MULIYANA P.

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG DIII MATARAM 2019

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... 1 DAFTAR ISI........................................................................................................ 2 BAB I PEMBAHASAN A. Pengetian .......................................................................................................... 3 B. Etiologi ............................................................................................................. 5 C. Klasifikasi Hidrodefalus................................................................................... 6 D. Manifestasi Klinis ............................................................................................ 6 E. Fisiologi............................................................................................................ 7 F. Patofisiologi ..................................................................................................... 9 G. komplikasi ........................................................................................................ 11 H. pemeriksaan penunjang .................................................................................... 11 I. Penatalaksanaan ............................................................................................... 12 BAB II Asuhan keperawatan A. Pengkajian ....................................................................................................... 14 B. Diagnosa ......................................................................................................... 15 C. Intervensi......................................................................................................... 16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................................... 19 B. Saran ................................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

BAB I KONSEP MEDIS 1. DEFINISI HIDROSEFALUS Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan didalam otak (cairan serebro spinal).Penyakit ini juga dapat ditandai dengaan dilatasi ventrikel serebra, biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinal didalam kranium; secara tipikal, ditandai dengan pembesaran kepala, menonjolnya dahi, atrofi otak, deteriorasi mental, dan kejang-kejang (Sudarti, 2010). Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut: 1. Waktu Pembentukan a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006). 2. Proses Terbentuknya Hidrosefalus a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal) b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007) 3. Sirkulasi Cairan Serebrospinal a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar dari ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu. b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikelventrikel otak (Anonim, 2003). c. Proses Penyakit d. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges). e. Ex-Vacuo,

yaitu

kerusakan

otak

yang disebabkan

oleh

stroke

atau

cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim, 2003).

2.ETIOLOGI HIDROSEFALUS Gangguan aliran cairan yang menyebabkan cairaan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak disekitarnya, khususnya pusat-pusat syaraf yang vital. Menurut lembaga Nasional instutie of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), Gangguan aliran cairan otak ada tiga jenis yaitu: a. Gangguan aliran adanya hambatan sirkulasi Contoh: tumor otak yang terdapat di dalam ventrikel akan menyumbat aliran cairan otak b. Aliran cairan otak tidak tersumbat, tetapi sebaliknya cairan itu diproduksi berlebihan, akibatnya cairan itak bertambah banyak. Contoh: tumor ganas di sel-sel yang memproduksi cairan otak c. Cairan otak yang mengalir jumlahnya normal dan tidak ada sumbatan, tetapi ada gangguan dalam proses peyerapan cairan ke pembuluh darah balik, sehingga otomatis jumlah cairan akan meningkat pula.

3. FISIOLOGI CAIRAN CEREBRO SPINALIS a. Pembentukan CSF Normal CSF diproduksi + 0,35 ml / menit atau 500 ml / hari dengan demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSF ternyata berkurang + 0, 30 / menit. CSF di bentuk oleh PPA; 1. Plexus choroideus (yang merupakan bagian terbesar 2. Parenchym otak 3. Arachnoid b. Sirkulasi CSF Melalui pemeriksaan radio isotop, ternyata CSF mengalir dari tempat pembentuknya ke tempat ke tempat absorpsinya.CSF mengalir dari II ventrikel lateralis melalui sepasang foramen Monro ke dalam ventrikel III, dari sini melalui aquaductus Sylvius menuju ventrikel IV.Melalui satu pasang foramen Lusckha CSF mengalir cerebello pontine dan cisterna prepontis.Cairan yang keluar dari foramen Magindie menuju cisterna magna.Dari sini mengalir kesuperior dalam rongga subarachnoid spinalis dan ke cranial menuju cisterna infra tentorial.Melalui cisterna

di supratentorial dan kedua hemisfere cortex cerebri.Sirkulasi berakhir di sinus Doramatis di mana terjadi absorbsi melalui villi arachnoid.

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS 4. PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikeS l serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV

melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 –8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian. Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

Pathway HIDROSEFALUS

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS

5. MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS a. Ubun-ubun besar bayi akan melebar dan menonjol b. Pembuluh darah di kulit kepala makin jelas

c. Gangguan sensorik-motorik d. Gangguan pengelihatan (buta) e. Gerakan bola mata terganggu (juling) f. Terjadi penurunan aktivitas mental yang progresif g. Bayi rewel,kejang,muntah-muntah,panas yang sulit dikendalikan h. Gangguan pada pungsi vital akibat peninggian tekanan dalam ruang tengkorak yang berupa pernafasan lambat,denyut nadi turun dan naiknya tekanandarah sinsorik.

6. KOMPLIKASI HIDROSEFALUS a. Peningkatan tekanan intrakranial b. Kerusakan otak c. Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak. d. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik. e. Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus. f. Kematian

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS 1. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal 2. Skan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma, kista, malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial) 3. Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial, mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan pengaliran). 4. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolic 5. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala 6. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak tanpa kena radiasi

8. PENTALAKSANAAN Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni: 1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal. 2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid 3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: a. Drainase ventrikule-peritoneal b. Drainase Lombo-Peritoneal c. Drainase ventrikulo-Pleural d. Drainase ventrikule-Uretrostomi e. Drainase ke dalam anterium mastoid f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis. g. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar. h. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi pintas / “shunting“:

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS BAB II ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS 1. Pengkajian a. Anamnesa Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat. b. Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama c. Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,kontriksi penglihatan perifer. d. Kaji Riwayat Perkembangan Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak.Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur. e. Riwayat Biopsikososial Spiritual Anak tinggal bersama ibu, lingkungan rumah bersih atau tidak. f. Pemeriksaan Fisik 1.

Inspeksi -

Anak dapat melihat keatas atau tidak.

-

Adanya Pembesaran kepala.

-

Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.

2. Palpasi : -

Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

-

Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

3. Pemeriksaan Mata : -

Akomodasi.Gerakan bola mata.

-

Luas lapang pandang

-

Konvergensi.

Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

g. Pemeriksaan penunjang

a. CT-Scan b. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolic c. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala d. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak tanpa kena radiasi

h. Terapi a. Terapi medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairaan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya b. Terapi diuretik: -

Acetazolamide

-

Furosemide

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS 1. Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan. 2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan. 3. Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan. 4. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidakmampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

C. Asuhan Keperawatan NO

DIAGNOSA

NOC

NIC

KEPERAWATAN 1.

Resiko cidera

Setelah

dilakukan

kunjungan1.

Kendalikan

lingkungan

dengan

:

selama 3x diharapkan keluarga Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mampu menciptakan lingkungan mengurangi potensial cedera akibat jatuh kondusif dengan kriteria hasil: 

Keselamatan

fisik

ketika

misalnya

menggunakan

penyanggah tempat tidur, usahakan posisi dapat tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan

dipertahankan 

tidur

malam hari siapkan lampu panggil

Adanya pelindung dan alat2. Jelaskan pada keluarga pentingnya bantu untuk klien keselamatan pada anak dan cara pencegahan untuk cidera. 3. Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala aktifitas klien yang membahayakan keselamatan. 4. Beri alat bantu misal:tongkat

2.

Resiko gangguan

Setelah

dilakukan

nutrisi : kurang dari

selama 3x diharapkan keluarga protein.

kebutuhan tubuh

mampu

melakukan

kunjungan 1.

perawatan 2.

Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi

Berikan klien makan dengan posisi semi

sederhana dirumah dengan kriteria fowler dan berikan waktu yang cukup untuk hasil:

menelan.

·

Berat badan ideal

3.

Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman

·

Tidak muntah

dan terhindar dari bau – bauan yang tidak

·

Tidak terjadi malnutrisi

enak.. 4. Timbang berat badan bila mungkin. 5. Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene) 6.

Berikan makanan ringan diantara waktu makan

7.

Beri penjelasan pada keluarga tentang makanan yang baik dikonsumsi anak

3.

Deficit self care

Setelah

dilakukan

kunjungan1. Kaji ketidakmampuan klien dalam perawatan

selama 3x diharapkan keluarga diri dapat

menciptakan

lingkungan2. Kaji tingkat fungsi fisik

kondusif dengan kriteria hasil: 

Klien

3.

perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi melakukan lingkungan diri dengan4. Jelaskan pada keluarga pentingnya

dapat

perawatan

mandiri atau dibantu 

Kaji hambatan dalam berpartisipasi dalam

Klien bersih dan tidak bau

kebersihan diri 5.

Jelaskan dan ajarkan cara perawatan diri meliputi:mandi, toileting , berpakaian.

4.

Perubahan fungsi

Setelah dilakukan kunjungan

keluarga b.d situasi

selama 3x diharapkan Keluarga

krisis ( anak dalam

menerima keadaan anaknya,

catat fisik )

mampu menjelaskan keadaan penderita dengan kriteria hasil: ·

1.

penderita, prosedur, terapi dan prognosanya. 2.

3.

Keluarga berpartisipasi dalam

keluarga dapat mengerti tentang penyakit anaknya.

Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti

merawat anaknya dan secra verbal 4. ·

Jelaskan secara rinci tentang kondisi

Klarifikasi

kesalahan

asumsi

dan

misskonsepsi Berikan bertanya.

kesempatan

keluarga

untuk

DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek.(2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:Mosby. Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of America:Mosby. Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012 Nursalam.2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika. Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC. Riyadi.2009. Asuhan Keperawatan pada Anak.Yogyakarta: Graha Ilmu Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012 Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus.J. Neurol, 2000 ; 247 : 5-14.

Related Documents

Askep
October 2019 90
Askep
July 2020 51
Askep
May 2020 71
Askep Malaria.docx
April 2020 6
Askep Parkinson.pptx
November 2019 14

More Documents from ""

Askep Hidrosefalus.docx
November 2019 20
Gadar Evakuasi.docx
November 2019 19
Judul Bismillah.docx
May 2020 13
Cover.docx
May 2020 16
Keputusan Investasi.docx
October 2019 25