LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR MAXILLA
Nama : Sema Ekyrohni K.P NIM : 201810461011029
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018
1. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang utuh. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur maxilla adalah kerusakan pada tulang maxilla yang seringkali terjadi akibat adanya trauma, periodonitis (reaksi peradangan pada jaringan sekitar gigi yang terkadang berasal dari peradangan gingivitis di dalam periodontium) maupun neoplasia. 2. Etiologi Fraktur maxilla dapat disebabkan oleh trauma atau karena proses patologis yaitu : a. (Traumatic Fracture) atau fraktur yang disebabkan oleh pukulan saat 1) Perkelahian 2) Kecelakaan 3) Tembakan b. (Pathologic Fracture) atau fraktur yang disebabkan oleh keadaan patologis dimana tulang dalam keadaan sakit, tulang tipis atau lemah, sehingga bila ada trauma ringan seperti berbicara, makan dan mengunyah dapat terjadi fraktur yang terjadi karena : 1) Penyakit tulang setempat a) Kista b) Tumor tulang jinak atau ganas c) Keadaan dimana resorpsi tulang sangat besar sekali sehingga dengan atau tanpa trauma dapat terjadi fraktur, misalnya pada osteomyelitis 2) Penyakit umum yang mengenai tulang sehingga tulang mudah patah a) Osteomalacia b) Osteoporosis c) Atrofi tulang secara umum
3. Klasifikasi Fraktur a. Single Fracture yaitu fraktur dengan satu garis fraktur b. Multiple Fracture yaitu terdapat dua atau lebih garis fraktur yang tidak berhubungan satu sama lain a) unilateral yaitu jika kedua garis fraktur terletak pada satu sisi b) bilateral yaitu jika satu garis fraktur pada satu sisi dan garis fraktur lain pada sisi lain c. Communited Fracture yaitu tulang hancur atau remuk menjadi beberapa fragmen kecil 1 atau berkeping- keping, misalnya symphis mandibularis dan di daerah anterior maxilla d. Complicated Fracture yaitu terjadi suatu dislokasi/displacement dari tulang sehingga mengakibatkan kerusakan tulang-tulang yang berdekatan, gigi dan jaringan lunak yang berdekatan e. Complete Fracture yaitu tulang patah semua secara lengkap menjadi dua bagian atau lebih f. Incomplete Fracture yaitu tulang tidak patah sama sekali, tetapi hanya retak juga penyatuan tulang tidak terganggu. Dalam keadaan seperti ini, lakukan dengan bandage dan rahang diistirahatkan 1-3 minggu g. Depressed Fracture atau bagian tulang yang fraktur masuk ke dalam satu rongga sering pada fraktur maxilla yaitu pada permukaan fasial dimana fraktur tulang terdorong masuk ke sinus maxillaris h. Impacted Fracture merupakan dimana fraktur yang satu didorong masuk kef ragmen tulang lain sering pada tulang zygomaticus 4. Manifestasi Klinis a. Nyeri pembengkakan b. Tidak dapat menggunakan dagu bawah c. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, penganiayaan, tertimpa benda berat, trauma olah raga) d. Deformitas e. Kelainan gerak f. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain
5. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Rontgen : Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma b. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI : Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak c. Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vascular dicurigai d. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress normal setelah trauma e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal f. Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple atau cedera hati 6. Penatalaksanaan Medik a. Konservatif : Imobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur b. Operatif : Dengan pemasangan Traksi, Pen, Plate, Screw, Wire 7. Komplikasi Komplikasi terbagi dua pada saat kecelakaan atau luka dan setelah penatalaksanaan atau operasi. Pada saat kecelakaan komplikasi yang terjadi syok dan tekanan pada saraf, ligamen, tendon, otot, pembuluh darah atau jaringan sekitarnya. Komplikasi post operatif berhubungan dengan penatalaksanaan fraktur rahang termasuk maloklusi, osteomyelitis, sequester tulang, penundaan union, non union, deformitas wajah, fistula oronasal dan berbagai macam abnormalitas bentuk gigi. 8. Discharge Planning a. Meningkatkan masukan cairan b. Dianjurkan untuk diet lunak terlebih dahulu c. Dianjurkan untuk istirahat yang adekuat d. Kontrol sesuai jadwal e. Minum obat seperti yang diresepkan dan segera periksa jika ada keluhan f. Menjaga masukan nutrisi yang seimbang g.Aktivitas sedang dapat dilakukan untuk mencegah keletihan karena mengalami kesulitan bernapas h. Hindari trauma tulang
9. Patway Trauma langsung
Trauma tidak langsung
Kondisi patologis
Fraktur
Diskontinuitas Tulang
Pergeseran fragmen tulang
Pembedahan
Post operasi Perubahan jaringan sekitar
Nyeri akut
Luka insisi
Deformitas Inflamasi bakteri
Gangguan fungsi pergerakan
Hambatan mobilitas fisik
Resiko infeksi
Kerusakan integritas kulit
10. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol, dengan kriteria hasil : 1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) 2) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 3) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang No Intervensi Rasional 1. Kaji skala nyeri dengan PQRST. Identifikasi karakteristik nyeri dan factor 2.
3.
Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperti : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, perubahan frekuensi jantung/pernapasan, tekanan darah Ajarkan teknik distraksi/pengalihan nyeri
4.
Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang
5.
Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan dapat menurunkan edema/pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri kolaborasi dalam pemberian analgetik Analgetik dapat memblok nyeri sehingga
6.
Berikan penjelasan kepada keluarga dan pasien jika nyeri tersebut muncul segera melaporkan kepada petugas kesehatan pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat menurunkan beratnya serangan Kolaborasi dalam pemberian analgetik Analgetik dapat memblok nyeri sehingga
7.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil : 1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaanya 3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 4) Jumlah leukosit dalam batas normal 5) Menunjukkan perilaku hidup sehat
No 1. 2.
Intervensi Rasional Pantau tanda dan gejala infeksi Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan
3.
Pantau suhu. Catat adanya menggigil dan takikardi dengan atau tanpa demam
4. 5.
Amati eritema/cairan luka Indikator infeksi local Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka
6.
Berikan perawatan kulit, perianal, oral dengan cermat
7.
Dorong perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam
8. 9.
Tingkatkan masukan cairan adekuat Berikan penjelasan kepada keluarga dan pasien agar mencuci tangan yang baik dan benar
10
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi
11.
Berikan antiseptik topikal, antibiotic sistemik
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1 dan 2. Jakarta : Media Aesculapius Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : MedAction Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Ed.6, volume 1&2. Jakarta : EGC Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta : EGC Suardi, NPEP & AA GN Asmara Jaya. 2012. Fraktur pada Tulang Maksila. Bagian Ilmu Bedah RSUP Sanglah : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana