1. Definisi Penyakit Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten diatas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali, tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring (Barbadero, 2005). Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang interminten atau terus-menerus diatas 140/90 mmHg karena fluktuasi tekanan darah terjadi antar individu dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan ansietas (Marrelli. 2008). Sedangkan menurut Graber (2005) hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik yang menetap diatas atau sama dengan 140mmHg atau tekanan darah diastolik yang menetap diatas atau sama dengan 90 mmHg. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. 2. Etiologi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Nanda NIC NIC 2015), yaitu: a. Hipertensi primer (essensial) Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu genetik, lingkungan, hiperaktifitas
saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na+Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko yaitu obesitas, merokok, alkohol dan polistemia. b. Hipertensi sekunder Penyebabnya yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi 2 yaitu: a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140mmHg dan tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90mmHg. b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90mmHg. Penyebab hipertensi pada orang dengan usia lanjut adalah terjadinya perubahan-perubahan pada: a. Elastisitas dinding aorta menurun b. Katub jantung menbal dan menjadi kaku c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinik a. Mengeluh sakit kepala. b. Lemas, kelelahan c. Sesak nafas d. Gelisah e. Mual f. Muntah g. Epistaksis h. Kesadaran menurun 5. Klasifikasi Kategori
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Optimal
<120
< 80
Normal
120-129
80-84
130 – 139
85-89
Stage 1 (ringan)
140 – 159
90 – 99
Stage 2 (sedang)
160 – 179
100 – 109
Stage 3 (berat)
180 – 209
110-119
>210
>120
Normal tinggi Hipertensi:
Grade 4 (sangat berat)
6. Pemeriksaan diagnostik a. Pemeriksaan Laboratorium 1. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia. 2. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. 3. Glukosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. 4. Urinalisa: darah, protein, glukosa menandakan disfungsi ginjal dan ada DM. b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral dan encelopati c. EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. d. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal dan perbaikan ginjal. e. Rontgen: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup dan pembesaran jantung. 7. Penatalaksanaan Umum Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : a. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi diet, latihan fisik, edukasi psikologis dan pendidikan kesehatan (penyuluhan). b. Terapi dengan Obat Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. 8. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri atau sakit kepala b/d peningkatan tekanan vascular serebral b. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/dmasukan berlebihan kebutuhan metabolic
c. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload dan vasokontriksi 9. Intervensi Diagnosa
Perencanaan
Nyeri atau sakit kepala 1. Mempertahankan
Rasional 1. Meminimalkan
berhubungan
dengan
tirah baring selama
stimulasi/meningkatk
peningkatan
tekanan
fase akut.
an relaksasi.
vascular serebral
2. Berikan
tindakan 2. Tindakan
yang
nonfarmakologi
menurunkan tekanan
untuk
vaskuler serebral dan
menghilangkan
yang memperlambat.
sakit
kepala 3. Aktivitas
(kompres
dingin
meningkatkan
dan
tehnik
vasokontriksi
relaksasi
menyebabkan
3. Minimalkan aktivitas
yang
sakit
kepala. 4. Menurunkan
atau
vasokontriksi yang
mengontrol nyeri dan
dapat
menurunkan rangsang
meningkatkan sakit
sistem saraf simpatis.
kepala
(mengejan
Diagnosa
Perencanaan
Rasional
saat BAB, batuk dan membungkuk). 4. Kolaborasi dengan tim Dokter dalam pemberian analgetik. Intoleransi berhubungan kelemahan fisik
aktivitas 1. Kaji respon pasien 1. Menyebutkan dengan
terhadap aktivitas. 2. Instruksikan pasien tentang
tekhnik
parameter membantu dalam
mengkaji
respon
fisiologi
penghematan energi
terhadap
(duduk saat gosok
aktivitas dan bila ada
gigi, atau menyisir
merupakan
rambu)
dari kelebihan kerja
dan
melakukan aktivitas
yang
dengan perlahan.
dengan
3. Dorongan
untuk
stress
indicator
berkaitan tingkat
aktivitas.
melakukan aktivitas 2. Tehnik
menghemat
atau perawatan diri
energy
mengurangi
bertahap,
penggunaan
berikan
energy,
Diagnosa
Perencanaan bantuan
Rasional
sesuai
kebutuhan.
juga
membatu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 3. Kemajuan bertahap
aktivitas mencegah
penningkatan
kerja
jantung tiba-tiba. 4. Memberikan bantuan hanya kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam
melakukan aktivitas Gangguanperubahan pola nutrisi
lebih
kebutuhan berhubungan masukan
dari
1. Kaji
pemahaman 1. Kegemukan
pasien
tentang
tubuh
hubungan
antara
dengan
hipertensi
dan
berlebihan
kebutuhan metabolik
kegemukan. 2. Bicarakan tentang pentingnya
adalah
resiko tambahan pada tekana
darah
tinggikarena disproporsi
antara
kapasitas aorta dan peningkatan
massa
Diagnosa
Perencanaan
Rasional
menurnkan
tubuh.
masukan kalori dan 2. Kesalahan kebiasaan batasi
lemak,
makan
menunjang
garam, gula sesuai
terjadinya
atero
indikasi.
sklerosis
dan
3. Tetapkan keinginan
kegemukan, pasien
merupakan
menurunkan berat
predisposisi
badan.
hipertensi
4. Kaji
ulang
masukan
yang
untuk dan
komplikasinya.
kalori 3. Motivasi
untuk
harian dan pilihan
penurunan
berat
diet.
badan adalah internal.
5. Kolaborasi dengan 4. Individu ahli
gizi
indikasi.
sesuai
harus
berkeinginan
untuk
menurunkan
berat
badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil. 5. Mengidentifikasi
Diagnosa
Perencanaan
Rasional kekuatan
atau
kelemahan
dalam
program diit terakhir, membantu menentukan kebutuhan untuk
individu
penyesuaian
atau penyuluhan 6. Memberikan konseling dan bantuan dnegan
memenuhi
kebutuhan
diet
individual. Risiko tinggi terhadap
1. Pantau
tekanan 1. Perbandingan
penurunan curah jantung
darah
berhubungan
evaluasi awal.
peningkatan
dengan afterload
dan vasokontriksi
untuk
denyutan
sentral dan perifer. 3. Auskultasi
tekanan memberikan gambaran yang lebih
2. Catat keberadaan, kualitas
dari
lengkap
tentang
keterlibatan/bidang masalah vascular.
tonus 2. Denyutan
karotis,
Diagnosa
Perencanaan
Rasional
jantung dan bunyi
jugularis, radialis dan
nafas.
femoralis
4. Berikan
mungkin
teramati/terpalpasi.
lingkungan tenang,
S4
nyaman,
pasien
kurang
terdengar
hipertensi
aktivitas/keributan
berat
lingkungan
hipertropi
5. Berikan
krena
yang
ada atrium
(penigkatan
lingkungan
pada
volume
atau tekanan atrium),
tenang,
nyaman,
perkembangan
kurangi
aktivitas
menunjukkan
S3
atau keributan dan
hipertropi
batasi
atau kerusakan fungsi.
pengunjung
jumlha
ventrikel
dan 3. Membantu
lamanya tinggal.
untuk
menurunkan rangsang simpatis. 4. Membantu menurunkan rangsang simpatis meningkatkan
dan
Diagnosa
Perencanaan
Rasional relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA 1. Aisah (2012). Konsep Sehat Sakit. diakses tanggal 25 Juni 2016 2. Barbadero, (2008). Klien gangguan kardiovskuler: seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC. 3. Farah, V.B.,(2013). WHO: 1 dari 3 Orang Dewasa Terkena Tekanan 4. Darah Tinggi. http://health.detik.com. diakses tanggal 25 Juni 2016 5. Huda Amin, Kusuma Hardi (2015). NANDA NIC-NOC Jilid 2. MediAction. Jogjakarta
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
Disusun Oleh: NURYATI SEPTIANINGSIH AKX.16.087
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN KONSENTRASI ANESTESI DAN GAWAT DARURAT MEDIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG