Laporan-pendahuluan-hil.docx

  • Uploaded by: hakim tanjung
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan-pendahuluan-hil.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,734
  • Pages: 11
LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS 1. DEFINISI. Hernia adalah suatu tonjolan dari organ dan sebagian organ intra abdominal keluar kavum abdomen melalui lakus minoris ( facial defek ) dinding abdomen dan masih meliputi peritoneum ( Puruhito ; 1993). Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang melalui analus inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui analus inguinalis eksternus ( Henderson ; 1992).

2. ETIOLOGI a. Kongenital. Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan annulus inguinalis yang cukup lebar. b. Didapat. Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk timbulnya hernia: -

Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.

-

Peninggian tekanan intra abdomen: 

Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.



Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.

3. TANDA DAN GEJALA  Ada benjolan pada daerah selangkangan / kemaluan / lipat paha.  Nyeri pada saat mengejan, mengangkat benda.  Mual dan kembung, tidak flatus / BAB

4. PATOFISIOLOGI Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor kongenita lyaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalisinguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batukkronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanalingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.

 PATWAY PRE OPERASI faktor congenital (kegagalanpenutpanproses usvaginalispadawaktukeha 5. milan)

Faktor di dapat (batukkronis, mengejansaatdefekasi, pekerjaanmengankatbendaberat)

Peningkatantekanan intra abdomen

Masuknyaisironggaperutmalaluikanalisinguinalis

Jikacukuppanjangakanmenonjolkeluardarianalusinguinaliseksternus

Tonjolanakansampaikespektrum

hernia Tidak papa ttimbul secara spontan Tindak pembedahan

Dapattimbulsecaraspontan (manual)

Post operasi hernia Adanya luka insisi

System irigasi

Keseimbangan cairan

Kekurangan volume cairan

Penurunanf ungsiusus

Diskontinuitasj aringan

Perawatanluka yang kurang Resikoinfeksi

Deficit cairan

nyeri

Nutrisiinade kuat

Kebutuhannutrisikuran gdarikebutuhantubuh

Gangguaninte gritaskulit

Ketidaknyama nan/keterbata sangerak

Aktifitasterganggu

Imobilitasfisik Kuranginformasi Kurangpengetahuan

 PATWAY POST OPERASI

Proximal prosesus vaginalis

Gagal menutup

Membentuk kantung hernia

Pembedahan

nyeri

Resiko infeksi

5. MANIFESTASI KLINIS -

Benjolan dilipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita berdiri, batuk, bersin, mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang saat penderita berbaring.

-

Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.

6. KOMPLIKASI  Muntah.  Perdarahan.  Shok.  Kembung.  Radang paru.  Retensio urine.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Foto Abdomen Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus terlokalisis. 2. Urinalisis Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi. 3. Elektrolit Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah jantung. 4. AGD (Analisa Gas Darah) Mengevaluasi status pernafasan terakhir. 5. ECG (Elektrocardiograf) Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian untuk memberikan anestesi. 6. Pemeriksaan Laboratorium: darah lengkap.

7. PENATALAKSANAAN Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus. Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis : 

Untuk memperoleh keberhasilan maka factor-faktor yang menimbulkan terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor, asites,dll) dan defek yang ada di rekonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.



Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang semestinya, pada lkebanyakan hernia orang dewasa, dasar inguinal juga harus direkonstuksi.



Hernia rekuran yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukan adanya refair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua tahun atau lebih cenderung di sebabkan oleh timbulnua kelemahan yang progresif pada fasia pasien. Tindakan bedah pada hernia adalah herniotimi dan herniorafi. Pada bedah elektif, kanalis

dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty atau teknik yang lain untuk memperkkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, perinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan kerongga perut, sedangkan bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.

8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Anamnesa. 1. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung jawab, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa. 2.

Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama 2) Riwayat kesehatan sekarang 3) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami) Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll). 4) riwayat kesehatan keluarga Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor resiko terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC, Epilepsi, dll. 5) Keadaan psikologis Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual, Pola pemecahan masalah, Daya ingat.

b. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan Umum. 2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi. 3) Sistem Pencernaan Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll. 4) Sistem Pernafasan Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada, frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll. 5) Sistem cardiovaskuler Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.

6) Sistem integumen Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna, dll.) 7) Sistem persyarafan Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll. 8) Sistem endokrin Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll. 9) Sistem muskuloskeletal Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot, deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll. 10) Sistem reproduksi Laki-laki: penis skrotum, testis, dll. Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll. 11) Sistem perkemihan Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang, inkontinensia, retensi urine, dll.

2. DIAGNOSA 1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan. 2. Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak. 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi. 4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan deficit cairan. 5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/drainase. 6. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman. 7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.

3. INTERVENSI DX 1 : Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan. Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang Kriteria hasil : - Pasien melaporkan nyeri hilang /terkontrol - Wajah rileks – Skala nyeri ringan 1-3 Intervensi : a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0 – 10) Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi. b. Pantau tanda-tanda vital Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan pernafasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan nyeri. c. Dorong Ambulasi diri Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang perstaltik dan lelancaran flaktus. d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi Rasional : Meningkatkan ostirahat, memusatkankembali perhatian dapat meningkatkankoping. e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat

DX 2 : Immobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak Tujuan : Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman Kriteria hasil : - Menunjukkan mobilitas yang aman - Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit Intervensi : a. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien Rasional : Imbolitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan. b. Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan pasien Rasional : Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien. c. Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian pasien

Rasional : Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi d. Kolaborasi dalam pemberian obat Rasional : Obat dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien selama melakukan aktivitas.

DX 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi. Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi. Kriteria hasil : - Menunjukkan penyembuhan luka tepat - Menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan penyembuhan, mencegah komplikasi. Intervensi : a. Lihat semua insisi. b. Evaluasi proses penyembuhan. c. Kaji ulang penyembuhan terhadap penyembuhan dengan pasien d. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltic usus Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda bahwa fungsi defekasi hilang. DX 4 : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan deficit cairan.

DX 5: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/ drainase.

DX 6 : Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman. Tujuan : Tidak terjadi infeksi Kriteria Hasil : - Tanda-tanda vital dalam batas normal - Luka kering tidak ada pus Intervensi : a. Pantau tanda-tanda vital Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah karakteristik infeksi.

b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan c. Pertahankan keperawatan luka aseptic Rasional : Lindungi pasien dari kontaminasi selama pengantian d. Pertahankan balutan kering Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu penyerapan kontaminasi. e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi Rasional : Diberikan untuk mengatasi nyeri-nyeri

DX 7 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya. Tujuan : Keluarga dan pasien mengetahui dan memahami tentang penyakitnya. Kriteria Hasil : - Pasien dan keluarga mengungkapkan pamahaman tentang proses penyakitnya. Intervensi a. Tinjau ulang pengetahuan pasien dan keluarga Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dan keluarga fapat membuat pilihan berdasarkan informasi. b. Libatkan keluarga dalam proses penyembuhan Rasional : Keluarga dapat melakukan perawatan sepulang dari RS c. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas berat Rasional : Aktivitas berat dapat memperparah keadaan hernia. d. Kaji ulang proses penyakit, factor penyebab terjadinya Rasional : Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk membuat pilihan tentang masa depan dan control penyakit kronis.

More Documents from "hakim tanjung"