Laporan Pendahuluan Hemoroid.docx

  • Uploaded by: Diana Nadia
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Hemoroid.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,054
  • Pages: 18
LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID A. Konsep Teori 1. Definisi Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot disekitar anorektal (Felix, 2006). Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). 2. Klasifikasi a. Hemoroid Internal Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat atau diraba.Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit syaraf di daerah rektum.Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air besar.Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar dan keluar ke bibir anus yang menyebabkan kesakitan.Ambeien yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu : 1) Derajad 1 a) Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi b) Tanpa disertai rasa nyeri 1

c) Tidak terdapat prolaps d) Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang menonjol ke dalam lumen 2) Derajad 2 a) Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi b) Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan) 3) Derajad 3 a) Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi b) Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong dengan jari (reposisi manual) 4) Derajad 4 a) Terdapat perdarahan sesudah defekasi b) Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah direposisi akan keluar lagi) b. Hemoroid Eksternal Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik.Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri 3. Etiologi Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya adalah : a. Penuaan b. Kehamilan c. Hereditas d. Konstipasi atau diare kronik e. Penggunaan toilet yang berlama – lama f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama 2

Menurut

Mutaqqin

(2011),

kondisi

hemoroid

biasanya

tidak

berhubungan dengan kondisi medis atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid seperti berikut: a. Perubahan hormon (kehamilan) b. Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram c. Berdiri terlalu lama d. Banyak duduk e. Sering mengangkat beban berat f. Sembelit diare menahun (obstipasi) g. Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah) h. Keturuna penderita wasir (genetik) 4. Patofisiologi Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena.dilatasi tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu : a. Interna (dilatasi sebelum spinter) Bila membesar baru nyeri Bila vena pecah, BAB berdarah anemia b. Eksterna (dilatasi sesudah spingter) Nyeri Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran,

peradangan,

atau

prollaps.Diet

rendah

serat

menyebabkan bentuk feses menjadi kecil yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan gengguan oleh venous return (Muttaqin, 2011). 3

4

5. Manifestasi Klinis a. Timbul rasa gatal dan nyeri b. Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi c. Pembengkakan pada area anus d. Nekrosis pada area sekitar anus e. Perdarahan/porlaps (Tambayong, 2000) 6. Penatalaksanaan a. Hemoroid Eksterna Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada anal verge.Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz baths, dan pelunak feses.Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi lokal dianjurkan.Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan memerlukan

waku

hanya

beberapa

menit

dan

segera

menghilangkan gejala. Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid.Kulit dipotong berbentuk elips menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep. b. Hemoroid Interna Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya. Hemoroid Interna Derajat

Berdarah

Prolaps

Reposisi

I

+





II

+

+

Spontan

5

III

+

+

Manual

IV

+

Tetap

Irreponibel

Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya.Tetapi hemorroid eksterna selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri. 1) Hemoroid derajat I dan II Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan.Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan. 2) Hemoroid Derajat III dan IV Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu dilakukan hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis.Tidak dipakai secara luas

karena

mukosa

yang

dibekukan

(nekrosis)

sukar

ditentukan luasnya. Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun dan mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV). Ada

3

prinsip

dalam

melakukan

hemoroidektomi

yaitu

pengangkatan pleksus dan mukosa, pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus.

6

Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 3 metode : a) Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung risiko pembentukan

jaringan

parut

sirkuler

yang

biasa

menimbulkan stenosis. b) Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu, sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali. c) Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang dibandingkan dengan metode yang lain. 7. Pemeriksaan Penunjang a. rektaltouche (colok dubur) Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. b. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.Penderita

dalam

posisi

litotomi.

Anoskop

dan 7

penyumbatnya penyumbat

dimasukkan diangkat

dan

dalam

anus

sedalam

mungkin,

disuruh

bernafas

penderita

panjang.Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan. c. Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. d. frontgen (colon inloop) dan kolonoskopi e. pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding). 8. Komplikasi Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu : a. Perdarahan, dapat sampai anemia. b. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) c. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. d. Luka dan infeksi

8

B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma pada servikal merupakan hal yang penting diwaspadai. a. Anamnesa Tanggal MRS

:

Tanggal Pengkajian

:

No. Registrasi

:

Diagnose Medis

:

Pengumpulan data b. Identitas Nama Pasien

:

Usia

:

Jenis Kelamin

:

Alamat

:

Pendidikan

:

Agama

:

c. Keluhan utama Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB.Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi. d. Riwayat penyakit 1) Riwayat penyakit sekarang Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes. 2) Riwayat penyakit dahulu Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD. 9

e. Pemeriksaan Fisik Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada tempat tidur. a. Inspeksi a) Pada inspeksi lihat ada benjolan sekitar anus. b) Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi. c) Warna benjolan terlihat kemerahan. d) Benjolan terletak di dalam ( internal ). b. Palpasi Dilakuakan

dengan

menggunakan

sarung

tangan

ditambah vaselin dengan melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus.Dan ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan. 2. Diagnosa a. Nyeri

akut

berhubungan

dengan

agen

injuri

fisik

(insisi

pembedahan) b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan, imunitas tubuh primer menurun c. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan, penyakitnya, nyeri d. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi post pembedahan 3. Intervensi Menurut Arif Muttaqin (2008) tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup perbaikan pola pernapasan, perbaikan mobilitas, pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan retensi urine, perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi.

10

Diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan

RENCANA

NOC : · Pain Level, · pain control, · comfort level Setelah dilakukan DS: tinfakan keperawatan · Laporan secara verbal selama …. Pasien DO: tidak mengalami · Posisi untuk menahan nyeri, dengan kriteria nyeri hasil: · Tingkah laku berhati- · Mampu mengontrol hati nyeri (tahu penyebab · Gangguan tidur (mata nyeri, mampu sayu, tampak capek, menggunakan tehnik sulit atau gerakan nonfarmakologi untuk kacau, menyeringai) mengurangi nyeri, · Terfokus pada diri mencari bantuan) sendiri · Melaporkan bahwa · Fokus menyempit nyeri berkurang (penurunan persepsi dengan menggunakan waktu, kerusakan manajemen nyeri proses berpikir, · Mampu mengenali penurunan interaksi nyeri (skala, intensitas, dengan orang dan frekuensi dan tanda lingkungan) nyeri) · Tingkah laku · Menyatakan rasa distraksi, contoh : nyaman setelah nyeri jalan-jalan, menemui berkurang orang lain dan/atau · Tanda vital dalam aktivitas, aktivitas rentang normal berulang-ulang) · Tidak mengalami · Respon autonom gangguan tidur (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas,

INTERVENSI NIC : · Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi · Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan · Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan · Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan · Kurangi faktor presipitasi nyeri · Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi · Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin · Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……… · Tingkatkan istirahat · Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur · Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

11

nadi dan dilatasi pupil) · Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) · Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) · Perubahan dalam nafsu makan dan minum Risiko infeksi Faktor-faktor risiko : · Prosedur Infasif · Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan · Malnutrisi · Peningkatan paparan lingkungan patogen · Imonusupresi · Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) · Penyakit kronik · Imunosupresi · Malnutrisi · Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit,

NOC : · Immune Status · Knowledge : Infection control · Risk control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Ø Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Ø Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Ø Jumlah leukosit dalam batas norm Ø Menunjukkan

NIC : · Pertahankan teknik aseptif · Batasi pengunjung bila perlu · Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan · Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung · Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum · Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing · Tingkatkan intake nutrisi · Berikan terapi antibiotic · Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal · Pertahankan teknik isolasi k/p · Inspeksi kulit dan

12

trauma jaringan, gangguan peristaltik)

Konstipasi berhubungan dengan · Fungsi:kelemahan otot abdominal, Aktivitas fisik tidak mencukupi · Perilaku defekasi tidak teratur · Perubahan lingkungan · Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, privasi · Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan mental · Farmakologi: antasid, antikolinergis, antikonvulsan, antidepresan, kalsium karbonat,diuretik, besi, overdosis laksatif, NSAID, opiat, sedatif. · Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid, gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pasca bedah, abses

perilaku hidup sehat Ø Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas norma

NOC: · Bowl Elimination · Hidration Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. konstipasi pasien teratasi dengan kriteria hasil: · Pola BAB dalam batas normal · Feses lunak · Cairan dan serat adekuat · Aktivitas adekuat · Hidrasi adekuat

membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase · Monitor adanya luka · Dorong masukan cairan · Dorong istirahat · Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi · Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam NIC : Manajemen konstipasi · Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi · Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis · Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien · Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising usus · Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap · Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi · Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang lama · Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan · Dorong peningkatan aktivitas yang optimal · Sediakan privacy dan keamanan selama BAB

13

rektum, tumor · Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis makanan, penurunan motilitas gastrointestnal, dehidrasi, intake serat dan cairan kurang, perilaku makan yang buruk DS: · Nyeri perut · Ketegangan perut · Anoreksia · Perasaan tekanan pada rektum · Nyeri kepala · Peningkatan tekanan abdominal · Mual · Defekasi dengan nyeri DO: · Feses dengan darah segar · Perubahan pola BAB · Feses berwarna gelap · Penurunan frekuensi BAB · Penurunan volume feses · Distensi abdomen · Feses keras · Bising usus hipo/hiperaktif · Teraba massa

14

abdomen atau rektal · Perkusi tumpul · Sering flatus · Muntah

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan DS : - Mengalami perasaan belum mampu beraktifitas - Mengungkapkan perasaan masih takut untuk bergerak - Mengungkapkan penolakan bergerak

Noc : - Energy conservation - Activity Tolerace - Self Care : ADLs

Kriteria Hasil - Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR - Mampu melakukan aktifitas sehari hari secara mandiri - Tanda tanda vital DO : normal - Tidak ada dukungan - Energy psikomotor keluarga - Level kelemahan - Afek tumpul - Mampu berpindah - Tampak hanya dengan atau tanpa berbaring atau tidak bantuan alat bergerak - Status - Aktivitas lebih banyak cardiopulmonary dibantu keluarga dan adekuat perawat - Sirkulasi status baik - Status respirasi adekuat

Nic : Activity Therapy - Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi yang tepat - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial. - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperluakn untuk aktivitas yang diinginkan - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, atau kruk - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai - Bantu klien membuat jadwal latihan diwaktu luang - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas - Bantu pasien mengembangkan motivasi diri dan penguatan - Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

15

4. Implementasi Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan 5. Evaluasi Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut : a. Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan)

dapat

dipakai

untuk

mendokumentasikan

evaluasi dan pengkajian ulang. b. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen utama dalam catatan perkembangan yang terdiri atas: 1) S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia. 2) O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan. 3) A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan pengkajian

16

ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan. 4) P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun

yang

akan

datang

(hasil

modifikasi

rencana

keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan. 5) I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi harus dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan. 6) E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria

evaluasi

tidak

tercapai,

harus

dicari

alternatif

intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai. 7) R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan.

17

DAFTAR PUSTAKA

Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2. Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa : Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC. Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley.2006.At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr.Vidia Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, Sjamsuhidajat, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, 2004. Buku Ajaran Ilmu Bedah, Ed.2.jakarta. EGC, Gouda m. ellabban, 2010., Stapled Hemorrhoidectomy versus Traditional Hemorrhoidectomy for the Treatment of Hemorrhoids, World Journal of Colorectal Surgery. Huda, Amin. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis, Jilid 1. Jogjakarta: MediAction Publishing

18

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"