Laporan Pendahuluan Rbd.docx

  • Uploaded by: Desy Dwi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Rbd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,444
  • Pages: 15
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJ SURAKARTA Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Keperawatan Jiwa I Dosen Pengampu: Christin Wiyani, S.kep.,Ns.,MSN

Disusun Oleh : Nama

: Siti Umaiyah

NIM

: 14130101

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2016

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJ SURAKARTA

DisusunOleh : Nama

: Siti umaiyah

NIM

: 14130101

Mengetahui :

Pembimbing Klinik

(

PembimbingAkademik

)

(

)

Mahasiswa

(

)

RESIKO BUNUH DIRI

A. PENGERTIAN Bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja untuk mengakhiri kehidupan. Individu secara sadar berkeinginan untuk mati sehingga melakukan tindakantindakn untuk mewujudkan keinginan tersebut. (Kelliat, dkk, 2010). Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. (Hartoyo, 2010). Definisi bunuh diri adalah suatu upaya yang di dasari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat percobaan atau ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian luka atau menyakiti diri sendiri. Prilaku bunuh diri merupakan salah satu gangguan respon protektif diri menurut (Stuart 2009). Jadi bunuh diri adalah suatu upaya seseorang melukai dirinya sendiri yang dpat mengakhiri hidupnya.

B. TANDA DAN GEJALA Menurut Stuart (2009) tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien dengan resiko bunuh diri yaitu: 1. Data Subyektif a. Menyatakan ingin bunuh diri atau ingin mati saja, tak ada gunanya hidup. b. Menyatakan hidupnya tak berguna lagi c. Ingin mati d. Menyatakan pernah mencoba bunuh diri. e. Mengancam bunuh diri.

2. Data Obyektif a. Adanya isyarat bunuh diri b. Ada ide bunuh diri

c. Pernah mencoba bunuh diri d. Keputusasaan e. Agitasi dan gelisah f. Menarik diri dari lingkungan sosial g. Kelainan afektif h. Alkoholisme

C. PENYEBAB 1. Faktor Predisposisi a. Faktor biologis dan genetic Faktor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya rsiko bunuh diri. b. Faktor psikologis Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri. c. Faktor sosial budaya Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori, yaitu a) Egoistic Orang yang tidak terintegrasi pada kelompok sosial. b) Atruitik Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat c) Anomic Suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor.

2. Faktor Presipitasi Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yng dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pncetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri.

D. AKIBAT Tindakan resiko bunuh diri ataupun bunuh diri jelas berujung kematian. Namun bila bunuh diri digagalkan maka banyak hal yang dapat terjadi pada pasien. Hal yang kemungkinan dapat terjadi adalah ekspresi keputusasaan, penurunan BB, depresi, upaya bunuh diri selanjutnya. Menarik diri dari lingkungan sosial dan HDR, sehingga masalah-masalah yang ditimbulkan akibat bunuh diri perlu diperhatikan oleh perawat jiwa. Jangan sampai masalahmasalah tersebut justru memudahkan untuk bunih diri lagi (Hartoyo, 2010)

E. PSIKOPATOLOGI Menurut Yosep (2007), semua perilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori : 1. Ancaman bunuh diri Peningkatan verbal atau non verbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. 2. Upaya bunuh diri Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. 3. Bunuh diri Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung mati mungkin jika mati tandatanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

F. DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA Masalah keperawatan utama resiko bunuh diri

G. PENATALAKSANAAN Strategi pelaksanaan pasien resiko bunuh diri. Ada beberapa penatalaksanaan lain pada pasien dengan resiko bunuh diri yaitu: 1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri, dengan cara : a. Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah. b. Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social

yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan. 2. Berikan lingkungan yang aman (safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi: a. Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang

perawatan yang mudah di monitor oleh perawat. b. Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan klien

misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya. 3. Membantu meningkatkan harga diri klien a. Tidak menghakimi dan empati b. Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya c. Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain d. Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls

yang rendah. e. Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.

4. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social a.

Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan social yang adekuat.

b.

Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses.

c. Dorong klien untuk melakukan aktivitas social

5. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip. a.

Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif.

b.

Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.

c.

Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri.

d.

Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping

e.

Explorasi perilaku alternative

f.

Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai

H. FOKUS INTERVENSI 1. Tindakan mandiri SP I a. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien b. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien c. Melakukan kontrak treatment d. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri e. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri SP II a. Mengidentifikasi aspek positif pasien. b. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri. c. Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagaiindividu yang berharga.

SP III a. Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien. b. Menilai pola koping yang biasa dilakukan. c. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif. d. Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif. e. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian.

SP IV a. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien b. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis

c. Member dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis.

2. Tindakan modalitas a. Libatkan pasien dalam terapi kerja. b. Terapi aktivitas kelompok. c. Terapi kognitif sesuai dengan kemampuan dan bakat.

3. Tindakan kolaboratif a. Membantu klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan wahamnya. b. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengendalikan waham. c. Bantu klien untuk memastikan bahwa klien minum obat sesuai program dokter. d. Observasi tanda dan gejala terkait dengan efek samping obat (Keliat, dkk, 2010)

I. DAFTAR PUSTAKA 1. Durkheim, Emile. 2007. Suicide (1897). Reprint edition. New York: TFPress 2. Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika 3. Kelliat, B A. 2007. Buku Keperawatan Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Jiwa. Jakarta : EGC. 4. Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Refika Aditama. 5. Stuart dan Sudden. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. 6. Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksana Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

J. JENIS Menurut Durkheim (2007) bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Bunuh diri egoistic (Faktor dalam diri seseorang) Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah 2. Bunuh diri altruistic (Terkait kehormatan seseorang) Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya. 3. Bunuh diri anomik (Faktor lingkungan dan tekanan) 4. Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya. Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Isyarat Bunuh Diri Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

2. Ancaman Bunuh Diri. Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya. 3. Percobaan Bunuh Diri. Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat tinggi.

STRATEGI PELAKSANAAN : RESIKO BUNUH DIRI

A. Kondisi Klien Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar Klien sering melukai tubuhnya sendiri Klien mengatakan ingin mengakhiri hidupnya.

B. Diagnosa Keperawatan Resiko Bunuh diri

C. Tujuan Tujuan tindakan untuk pasien meliputi: 1) Pasien dapat mengontrol rasa ingin bunuh diri 2) Pasien dapat berfikir positif terhadap dirinya.

D. Strategi Pelaksanaan Tind akan Keperawatan SP 1 Pasien : Mengidentifikasi benda yang membahayakan, Mengajar mengendalikan dorongan bunuh diri, Melatih mengendalikan dorongan bunuh diri.

ORIENTASI: ”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan yang akan merawat bapak Nama saya Siti Umaiyah, biasa dipanggil Maya. Nama bapak siapa? Bapak Senang dipanggil apa?” ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini” ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang masalah yang bapak alami ? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA: ” Bagaimana perasaan bapak setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini bapak paling merasa menderita di dunia ini ? Apakah bapak pernah kehilangan kepercayaan diri?” ”Apakah bapak merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?” ”Apakah bapak merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri ?”.

”Apakah Bapak sering mengalami kesulitan berkonsentrasi ?” ”Apakah Bapak berniat unutuk menyakiti diri sendiri?” Ingin bunuh diri atau berharap bapak mati ?” ”Apakah Bapak pernah mencoba bunuh diri? ” Apa sebabnya, bagaimana caranya?” Apa yang Bapak rasakan?” ”Baik Pak, sekarang saya akan mengajarkan kepada bapak untuk mengontrol rasa ingin bunuh diri bapak.” Jika bapak sedang merasa kesal atau marah bapak bisa melakaukan teknik relaksasi nafas dalam.” ”Jadi caranya seperti ini ya paka ? Bapak tarik nafas lewat hidung, tahan 1-3 detik kemudian hembuskan lewat mulut.” Sekarang coba bapak contohkan ?” ”Bagus sekali Bapak bisa melakukannya. Jadi jika rasa ingin bunuh diri itu muncul bapak bisa melakukan relaksasi nafas dalam yang saya ajarkan.”

TERMINASI: ”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau rasa itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?. Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan rasa ingin bunuh diri dengan cara yang kedua? Jam berapa pak ? Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih ? Dimana tempatnya” ”Baiklah, hari ini saya rasa cukup, besok kita berjumpa lagi.”

SP 2 Pasien : Mendorong pasien untuk berfikir fositif dan menghrgai diri sebagai individu yang berharga. Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah rasa itu masih ada ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Apakah berkurangkan ? Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol rasa ingin bunuh diri dengan cara mendorong bapak menghargai diri sendiri. Kita akan latihan selama 20 menit. Bapak mau di mana? Di sini saja?

Kerja: “Coba bapak ceritakan pada saya apa saja dalam hidup bapak yang perlu disyukuri ?” Siapa yang akan sedih jika bapak tidak ada ?”

” Sekarang coba bapak ceritakan yang baik dalam kehidupan bapak ?” Keadaan bagaimana yang menbuat bapak puas ?” ”Bagus pak ! Ternyata kehidupan bapak banyak yang bisa disyukuri. Cob sebutkan kegiatan apa yang masih bapak bisa lakukan ?” Bagimana kalau bapak mencoba melakukan kegitan tersebut ?

Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah rasa ingin bunuh diri ? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak merasa ingin bunuh diri. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu rasa itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu menilai koping yang bisa dilakukan? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Menilai pola koping yang biasa dilkukan dan mengidentifikasi pola koping yang konstruktif Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah rasa ingin bunuh diri yaitu melakukan menilai pola koping yang biasa dilakuakan. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

Kerja: “Coba ceritakan siatuasi apa yang membuat bapak ingin bunh diri ? Selain bunuh diri apa lagi jalan keluar yang biasa bapak lakukan. Nan coba bapak sebutkana kerugian jika bapak bunuh diri ?” Apa keuntungannya ?” ”Seekarang mari kita pilih cara mengatasi masalah yang menguntungkan ?” Menurut bapak caranya bagaimana ?” Ya bagus sekali. Baik pak , marilah kita buat rencana kegiatan untuk masa depan.”

Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah bunuh diri? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah bunuh diri. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!” ”Saya rasa hari ini cukup sekian dulu, besok saya akan menemui bapak lagi. Sampai jumpa.”

Related Documents


More Documents from "Dwi suci rhamdanita"