Laporan Pelayanan Pmkp Manajemen Resiko 2018_hasil.docx

  • Uploaded by: mariadian
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pelayanan Pmkp Manajemen Resiko 2018_hasil.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,140
  • Pages: 28
LAPORAN “PELATIHAN MANAJEMEN RESIKO PADA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT” TANGGAL 30 MEI S.D 31 MEI 2018 DI RSUD ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT

RSUD ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT Jalan Lang Sesat , Taliwang -Sumbawa Barat

2018

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN “PELATIHAN MANAJEMEN RESIKO PADA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT” TANGGAL 30 MEI S.D 31 MEI 2018 DI RSUD ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT Disusun oleh

Ketua Diklat,

Amril Nurman, S.KM NIP. 19761123 200003 1 003

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

......................................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................2 SUSUNAN PANITIA ...................................................................................................................3 PROPOSAL KEGIATAN ...............................................................................................................4 JADWAL KEGIATAN .....................................................................................................................9 UNDANGAN ................................................................................................................................12 DAFTAR HADIR PESERTA ......................................................................................................13 HASIL KEGIATAN .......................................................................................................................19 PENUTUP ...................................................................................................................................25 LAMPIRAN 1 MATERI LAMPIRAN 2 DOKUMENTASI KEGIATAN

SUSUNAN PANITIA PELAKSANA SUSUNAN PANITIA “PELATIHAN MANAJEMEN RESIKO PADA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT” TANGGAL 30 MEI S.D 31 MEI 2018 DI RSUD ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT

Penanggung Jawab

: dr. Carlof

Ketua Pelaksana

: Amril Nurman, S.KM

Sekertaris

: Joko Purwanto S.KM Juriah, S.E Dwi Suci Pratiwi, Amd.

Seksi Implementasi

: Veny Fitrianty, S.KM Maria Dian Nurfita Amd Kep

Seksi Dokumentasi

: Yuli Farinda, S.KM Arif SE

Seksi Peralatan

: Dena Capriliatra, S.Pd Ade Akbar

TOR (TERM OF REFERRENCE) “PELATIHAN MANAJEMEN RESIKO PADA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT” TANGGAL 30 MEI S.D 31 MEI 2018 DI RSUD ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT

A. Latar belakang Rumah Sakit merupakan tempat kerja dengan berbagai macam ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan dan kecelakaan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Rumah Sakit , tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Rumah Sakit. Potensi bahaya banyak terdapat di Rumah Sakit dan mengakibatkan kerugian baik dari kerugian pada rumah sakit, karyawan, pasien, pengunjung maupun masyarakat sekitar. Selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Rumah Sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Manajemen Risiko pada Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Rumah Sakit ini bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan secara terpadu kepada para peserta untuk melakukan Risk Assessment berwawasan baik melalui Risk Register, FMEA maupun serta melakukan kegiatan investigasi resiko lainnya yang diperlukan oleh setiap rumah sakit. Semakin kompleksnya resiko yang dihadapi oleh perusahaan disebabkan semakin pesatnya

perkembangan

lingkungan internal dan

eksternal

perusahaan.

penerapan

manajemen resiko secara terstruktur dan terintegrasi perlu dilakukan oleh perusahaan agar mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan bisnis. Jika dapat dilaksanakan dengan baik, maka manajemen risiko menjadi kekuatan vital bagi corporate governance, sehingga merupakan hal mendesak yang harus diterapkan perusahaan Bedasarkan fakta di atas, maka Bagian Pendidkan dan Pelatihan RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat berencana melaksanakan kegiatan “Pelatihan Manajemen Resiko pada Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit ”demi mensukseskan kelancaran pelayanan kesehatan RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat. B. Tujuan Tujuan Umum Meningkatkan ketrampilan staf dalam pelayanan darah sehingga terwujudnya pelayanan yang bermutu sesuai dengan prinsip patient safety Tujuan Khusus

1. Memahami pentingnya manajemen risiko 2. Memahami konsep mendasar tentang proses manajemen risiko 3. Mengaplikasikan manajemen risiko diperusahaan C. Peserta 1. Manajemen RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat 2. Anggota Komite PMKP dan PIC data PMKP 3. Staf penunjang Medik dan Penunjang Sarana Medik RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat 4. Staf Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat

D. Waktu dan tempat pelaksanaan Hari

: Rabu-Kamis

Tanggal

: 30 Mei - 31 Mei 2018

Tempat

: Ruang Pertemuan Lantai 3 RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat

E. Biaya Jumlah

Jenis

Harga @

Total

96

Nasi Kotak

25.000

2.400.000

192

Snack Kotak

15.000

2.880.000 5.280.000

HASIL KEGIATAN “PELATIHAN MANAJEMEN RESIKO PADA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT” TANGGAL 30 MEI S.D 31 MEI 2018 DI RSUD ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT

GAMBARAN UMUM, STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, SERTA ELEMEN PENILAIAN Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin keselamatan pasien maka rumah sakit perlu mempunyai program peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) yang menjangkau ke seluruh unit kerja di rumah sakit. Untuk melaksanakan program tersebut tidaklah mudah karena memerlukan koordinasi dan komunikasi yang baik antara kepala bidang/divisi medis, keperawatan, penunjang medis, administrasi, dan lainnya termasuk kepala unit/departemen/instalasi pelayanan. Rumah sakit perlu menetapkan komite/tim atau bentuk organisasi lainnya untuk mengelola program peningkatan mutu dan keselamatan pasien agar mekanisme koordinasi pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat berjalan lebih baik. Standar ini menjelaskan pendekatan yang komprehensif untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang berdampak pada semua aspek pelayanan. Pendekatan ini mencakup: 

setiap unit terlibat dalam program peningkatan mutu dan keselamatan pasien;



rumah sakit menetapkan tujuan, mengukur seberapa baik proses kerja dilaksanakan, dan validasi datanya;



menggunakan data secara efektif dan fokus pada tolok ukur program;



dan bagaimana menerapkan dan mempertahankan perubahan yang telah menghasilkan perbaikan. Agar peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat berjalan baik, Direktur Rumah Sakit, para kepala bidang/divisi, serta kepala unit dan departemen di rumah sakit:



wajib mendorong pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP);



berupaya mendorong pelaksanaan budaya mutu dan keselamatan (quality and safety culture);



secara proaktif melakukan identifikasi dan menurunkan variasi;



menggunakan data agar fokus kepada prioritas isu;



berupaya menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan. Mutu dan keselamatan sejatinya berakar dari pekerjaan sehari-hari dari seluruh staf di unit pelayanan seperti staf klinis melakukan asesmen kebutuhan pasien dan memberikan pelayanan. Standar PMKP ini membantu mereka untuk memahami bagaimana melakukan peningkatan nyata dalam memberikan asuhan pasien dan menurunkan risiko. Demikian pula staf nonklinis dapat memasukkan standar dalam pekerjaan sehari-hari mereka untuk memahami bagaimana suatu proses dapat lebih efisien, sumberdaya dapat digunakan dengan lebih bijaksana, dan risiko fisik dapat dikurangi.

Standar PMKP ini mempunyai kegiatan dengan spektrum yang sangat luas pada rumah sakit termasuk kerangka untuk meningkatkan kegiatan dan menurunkan risiko yang terkait dengan munculnya variasi (ketidakseragaman) dalam proses pelayanan. Dengan demikian, kerangka yang ada dalam standar ini sangat sesuai dengan berbagai variasi dalam struktur program dan pendekatan yang kurang formal terhadap peningkatan mutu serta keselamatan pasien. Kerangka standar ini juga dapat terintegrasi dengan program pengukuran yang sudah dilaksanakan seperti hal-hal yang terkait dengan kejadian yang tidak diantisipasi (manajemen risiko) dan pemanfaatan sumberdaya (manajemen utilisasi). Seiring berjalannya waktu maka rumah sakit yang mengikuti kerangka ini akan mengembangkan 

dukungan Direktur dan Kepala Bidang/Divisi serta Kepala Unit/Instalasi pelayanan terhadap program keseluruhan rumah sakit;



melatih dan melibatkan lebih banyak staf;



menetapkan prioritas yang lebih jelas tentang apa yang yang akan diukur dan dievaluasi;



membuat keputusan berdasar atas pengukuran data; dan



melakukan perbaikan berdasar atas perbandingan dengan rumah sakit lainnya, baik nasional dan internasional. Fokus area standar peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah :



pengelolaan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien;



pemilihan, pengumpulan, analisis, dan validasi data indikator mutu;



pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien;



pencapaian dan mempertahankan perbaikan;



manajemen risiko. Program manajemen risiko berkelanjutan digunakan untuk melakukan identifikasi dan mengurangi cedera serta mengurangi risiko lain terhadap keselamatan pasien dan staf. Ada beberapa kategori risiko yang dapat berdampak pada rumah sakit. Katagori ini antara lain dan tidak terbatas pada risiko 

strategis (terkait dengan tujuan organisasi);



operasional (rencana pengembangan untuk mencapai tujuan organisasi);



keuangan (menjaga aset);



kepatuhan (kepatuhan terhadap hukum dan peraturan);



reputasi (image yang dirasakan oleh masyarakat). Rumah sakit perlu memakai pendekatan proaktif untuk manajemen risiko. Salah

satu caranya adalah dengan program manajemen risiko formal yang komponen-komponen pentingnya meliputi 1. identifikasi risiko; 2. prioritas risiko; 3.

pelaporan risiko;

4. manajemen risiko;

5. invesigasi kejadian yang tidak diharapkan(KTD); 6. manajemen terkait tuntutan(klaim). Elemen penting manajemen risiko adalah analisis risiko, misalnya proses untuk mengevaluasi near miss (KNC) dan proses berisiko tinggi lainnya karena kegagalan proses tersebut dapat menyebabkan kejadian sentinel. Satu alat/metode yang dapat menyediakan analisis proaktif semacam itu terhadap proses kritis dan berisiko tinggi adalah failure mode effect analysis (analisis efek modus kegagalan). Rumah sakit dapat pula mengidentifikasi dan menggunakan alat-alat serupa untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko, seperti hazard vulnerability analysis (analisis kerentanan terhadap bahaya). Untuk menggunakan alat ini atau alat-alat lainnya yang serupa secara efektif maka direktur rumah sakit harus mengetahui dan mempelajari pendekatan tersebut, menyepakati daftar proses yang berisiko tinggi dari segi keselamatan pasien dan staf, kemudian menerapkan alat tersebut pada proses prioritas risiko. Setelah analisis hasil maka pimpinan rumah sakit mengambil tindakan untuk mendesain ulang proses-proses yang ada atau mengambil tindakan serupa untuk mengurangi risiko dalam proses-proses yang ada. Proses pengurangan risiko ini dilaksanakan minimal sekali dalam setahun dan di dokumentasikan pelaksanaannya. Dalam menerapkan manajemen risiko rumah sakit perlu memperhatikan prosesproses berisiko yang dapat terjadi pada pasien, antara lain meliputi  manajemen pengobatan;     

risiko jatuh; pengendalian infeksi; gizi; risiko peralatan;dan risiko sebagai akibat kondisi yang sudah lama berlangsung. Dalam menyusun daftar risiko diharapkan rumah sakit agar memperhatikan ruang

lingkup manajemen risiko rumah sakit yang meliputi beberapa hal, namun tidak terbatas pada 1. pasien; 2. stafmedis; 3. tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang bekerja di rumah sakit; 4. fasilitas rumah sakit; 5. lingkungan rumah sakit;dan 6. bisnis rumah sakit.

Pemetaan Manajemen Resiko Rumah Sakit Uraian Tugas 1. Melakukan

Wewenang

monitoring 1. Mengelola

perencanaan

risk

manajemen 2. Melakukan

tim 1. Terlaksananya

manajemen risiko RS

program

manajemen risiko rumah sakit

2. Melakukan pengawasan 2. Terpenuhinya monitoring

pelaksanaan program 3. Melakukan pendidikan / edukasi

Tanggung Jawab

staf

tentang

dan

melaksanakan

manajemen seluruh

risiko

unit

di

kerja



prosedur

prosedur

pelaksanaan

layanan

yang

dan

menjamin

pelaksanaan risiko di rumah sakit 3. Terkendalinya kondisi – kondisi

rumah sakit

manajemen risiko rumah 3. Memberi masukan dan

yang berpotensi membahayakan

sakit

pasien, staf, maupun pengunjung

rekomendasi

4. Monitoring

Direktur

kepada

rumah

sakit

insiden/kecelakaan

dengan tugas kegiatan

karena fasilitas

manajemen risiko

serta

mendukung

pelaksanaan

manajemen risiko dirumah sakit 4. Terjaganya komitmen karyawan

5. Melakukan evaluasi dan

terhadap manajemen risiko

di

rumah sakit

revisi program secara berkala 6. Memberikan

laporan

tahunan kepada pemilik RS tentang pencapaian program 7. Melakukan pengorganisasian pengelolaan konsisten

dan secara

dan

terus

menerus

Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan menggambarkan diagram sebab akibat atau diagram tulang ikan (fish-bone). Diagram tulang ikan adalah alat untuk menggambarkan penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci. Diagram tersebut memfasilitasi proses identifikasi

masalah

sebagai

langkah

mengembangkan ide pengumpulan data,

awal

untuk

menentukan

fokus

perbaikan,

mengenali penyebab terjadinya masalah dan

menganalisa masalah tersebut (Koentjoro, 2007). Diagram tulang ikan diperlihatkan pada gambar 1.

Gambar 4.1. Diagram Tulang Ikan Langkah-langkah menggambarkan diagram tulang ikan: 1. Masalah yang akan dianalisis diletakkan disebelah kanan (kepala tulang ikan) 2. Komponen struktur dan proses masalah diletakkan pada sirip ikan (manusia, mesin/peralatan, metode, material, lingkungan 3. Kemudian dilakukan diskusi untuk menganalisa penyebab masalah pada setiap komponen struktur dan proses tersebut. Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang diproduksi.

Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian kualitas

kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan (quality of customer’s satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di Rumah Sakit Umum Daerah Ende. Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus pengendalian (control cycle) dengan memutar siklus “Plan-Do-Study-Action” (P-D-S-A) = Relaksasi (rencanakan – laksanakan – periksa –aksi). Pola P-D-S-A ini dikenal sebagai “siklus Shewart”, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewhart beberapa puluh tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis P-D-S-A lebih sering disebuit “siklus Deming”. Hal ini karena Deming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya dan memperluas penerapannya. Dengan nama apapun itu disebut, P-D-S-A adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus menerus (continous improvement) tanpa berhenti. Konsep P-D-S-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk proses perbaikan kualitas (quality improvement) secara terus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi, seperti tampak pada gambar 2. Dalam gambar 2 tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan pencarian sebab-sebabnya serta penetuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada fakta. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional. Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai patokan perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan standar pelayanan.

Gambar 4.2. Siklus dan Proses Peningkatan PDSA Hubungan pengendalian kualitas pelayanan dengan peningkatan perbaikan berdasarkan siklus P-D-S-A (Relationship between Control and Improvement under P-D-S-A Cycle) diperlihatkan dalam gambar 3. Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-S-A hanya dapat berfungsi jika sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat dijabarkan dalam enam langkah seperti diperlihatkan dalam gambar 4.

Plan

Study

Do

Action

Followup

Corrective Action

Improvement

Gambar 4.3. Relationship Between Control and Improvement Under P-D-C-A Cycle (1) Plan Action Menentukan (6) n (2) Mengambil

Tujuan dan sasaran

Menetapkan

tindakan

Metode untuk

yang tepat (5)

Menyelenggarakan Mencapai tujuan Pendidikan dan

Study

Memeriksa akibat pelaksanaan

(4)

latihan Melaksanakan pekerjaan

Gambar 4.4 Siklus PDSA

(3) Do

Keenam langkah P-D-S-A yang terdapat dalam gambar 4 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran → Plan Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Kepala RS atau Kepala Divisi. Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi. Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi. b. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan → Plan Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan. c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan → Do Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan. d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan →Do Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan. e. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan →Study Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. Hal yang harus disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.

f. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat →Action Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam pengendalian kualitas pelayanan. Konsep PDSA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses. Partisipasi semua karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri atau menolak cara berfikir dan berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis. Dalam sikap kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya sasaran yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk mencapai sasaran tersebut. Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua jenis kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap outcome, tetapi terhadap hasil setiap proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama untuk menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses. Meningkatkan dan Mempertahankan Mutu dan Keselamatan Pasien: Manajemen Risiko Peningkatan mutu dan Keselamatan Pasien dilakukan dengan menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan manajemen risiko di semua unit/bagian Rumah Sakit. Analisis risiko merupakan proses untuk mengenali bahaya (hazard) yang mungkin terjadi dan bagaimana potensi kegawatan dari bahaya tersebut. Langkah-langkah manajemen risiko: 1) Identifikasi Risiko 2) Menetapkan prioritas risiko 3) Analisis risiko 4) Pengelolaan risiko 5) Evaluasi

Langkah manajemen risiko seperti yang digambarkan dibawah ini:

Gambar 5.1 Diagram Manajemen Risiko

Alat-alat manajemen risiko yang digunakan antara lain: 1. Non statistical tools: untuk mengembangkan ide, mengelompokkan, memprioritaskan dan memberikan arah dalam pengambilan keputusan. Alat-alat tersebut meliputi Fish bone, Bagan alir, RCA, FMEA 2. Statistical tools seperti Diagram parato, lembar periksa (check sheet)

A. Root Causes Analysis (RCA) Langkah-langkah melakukan RCA: 1.

Investigasi kejadian

2.

Rekonstruksi kejadian

3.

Analisis sebab :mengidentifikasi penyebab masalah

4.

Menyusun rencana tindakan

5.

Melaporkan proses analisis dan temuan

B. Bagan alir/diagram alur/flow chart: Digunakan untuk menggambarkan urutan langkah dari suatu proses spesifik yang dipakai untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah serta menentukan “ideal path” dalam perencanaan perbaikan. Simbol-simbol yang digunakan pada Bagan Alir ditunjukan pada gambar dibawah ini:

Awal/ akhir proses

Penghubun g

Kegiatan Keputus an

Gambar 5.2 Simbol yang digunakan C. FMEA (Failure Mode and Cause Analysis) Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci dan mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan dan mencari solusi dengan melakukan perubahan disain/prosedur. Delapan tahap FMEA (JCAHO, 2005) 1. Memilih proses yang berisiko tinggi dan membentuk tim 2. Membuat diagram proses atau alur proses dengan flow chart yang rinci 3. Untuk setiap kemungkinan kegagalan (failure mode), identifikasi efek yang mungkin terjadi ke pasien (the effect) 4. Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari efek tersebut ke pasien (RPN) 5. Melakukan root cause analysis dari failure mode 6. Desain ulang proses 7. Analisa dan ujicobakan proses yang baru 8. Terapkan dan awasi proses yang sudah didesain ulang tadi Tabel 5.1 Risk Priority Numbers (RPN) S O Severity (Keparahan) Occurence (Keseringan) 1. Minor 1. Hampir tidak pernah 2. Moderate terjadi 3. Minor Injury 2. jarang 4. Mayor Injury 3. kadang-kadang 5. Terminal injury/death 4. sering 5. sangat sering dan pasti

D Detectable (Terdeteksi) 1. selalu terdeteksi 2. sangat mungkin terdeteksi 3. Mungkin terdeteksi 4. Kemungkinan kecil terdeteksi 5. Tidak mungkin terdeteksi Risiko adalah “peristiwa atau keadaan yang mungkin terjadi yang dapat

berpengaruh negatif terhadap perusahaan.” (ERM) Pengaruhnya dapat berdampak terhadap kondisi :  Sumber Daya (human and capital)  Produk dan jasa , atau

 Pelanggan,  Dapat juga berdampak eksternal terhadap masyarakat,pasar atau lingkungan. Risiko adalah “fungsi dari probabilitas (chance, likelihood) dari suatu kejadian yang tidak diinginkan, dan tingkat keparahan atau besarnya dampak dari kejadian tersebut.

Risk = Probability (of the event) X Consequence Risiko di Rumah Sakit:  Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan pasien yang bermutu tinggi, aman dan efektif. 

Risiko non klinis/corporate risk adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai korporasi.

Kategori risiko di rumah sakit ( Categories of Risk ) :

 Patient care care-related risks  Medical staff staff-related risks  Employee Employee-related risks  Property Property-related risks  Financial risks

 Other risks Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya. Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian, analisis dan pengelolaan semua risiko yang potensial dan kejadian keselamatan pasien. Manajemen risiko terintegrasi diterapkan terhadap semua jenis pelayanan dirumah sakit pada setiap level Jika risiko sudah dinilai dengan tepat, maka proses ini akan membantu rumah sakit, pemilik dan para praktisi untuk menentukan prioritas dan perbaikan dalam pengambilan keputusan untuk mencapai keseimbangan optimal antara risiko, keuntungan dan biaya. Dalam praktek, manajemen risiko terintegrasi berarti:  Menjamin bahwa rumah sakit menerapkan system yang sama untuk mengelola semua fungsi-fungsi manajemen risikonya, seperti patient safety, kesehatan dan keselamatan kerja, keluhan, tuntutan (litigasi) klinik, litigasi karyawan, serta risiko keuangan dan lingkungan.  Jika dipertimbangkan untuk melakukan perbaikan, modernisasi dan clinical governance, manajemen risiko menjadi komponen kunci untuk setiap desain proyek tersebut.  Menyatukan semua sumber informasi yang berkaitan dengan risiko dan keselamatan, contoh: “data reaktif” seperti insiden patient safety, tuntutan litigasi klinis, keluhan, dan insiden kesehatan dan keselamatan kerja, “data proaktif” seperti hasil dari penilaian risiko;

menggunakan pendekatan yang konsisten untuk pelatihan, manajemen, analysis dan investigasi dari semua risiko yang potensial dan kejadian aktual.  Menggunakan pendekatan yang konsisten dan menyatukan semua penilaian risiko dari semua jenis risiko di rumah sakit pada setiap level.  Memadukan semua risiko ke dalam program penilaian risiko dan risk register  Menggunakan informasi yang diperoleh melalui penilaian risiko dan insiden untuk menyusun kegiatan

mendatang

dan

perencanaan

strategis.

Identifikasi

risiko

adalah

usaha

mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian secara finansial. Identifikasi akan membantu langkah-langkah yang akan diambil manajemen terhadap risiko tersebut.

Instrument: 1. Laporan Kejadian Kejadian (KTD+KNC+Kejadian Sentinel+dan lain-lain) 2. Review Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa dan mencari penyimpanganpenyimpangan pada praktik dan prosedur) 3. Pengaduan (Complaint) pelanggan 4. Survey/Self Assesment, dan lain-lain

Pendekatan terhadap identifikasi risiko meliputi:  Brainstorming  Mapping out proses dan prosedur perawatan atau jalan keliling dan menanyakan kepada petugas tentang identifikasi risiko pada setiap lokasi.  Membuat checklist risiko dan menanyakan kembali sebagai umpan balik Penilaian risiko (Risk Assesment) merupakan proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya risiko yg dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko risiko. Rumah Sakit harus punya Standard yang berisi Program Risk Assessment tahunan, yakni Risk Register: 1. Risiko yg teridentifikasi dalam 1 tahun 2. Informasi Insiden keselamatan Pasien, klaim litigasi dan komplain, investigasi eksternal & internal, external assessments dan Akreditasi 3. Informasi potensial risiko maupun risiko aktual (menggunakan RCA&FMEA) Penilaian risiko Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk Pasien dan publik dapat terlibat bila memungkinkan. Area yang dinilai:  Operasional  Finansial  Sumber daya manusia  Strategik  Hukum/Regulasi  Teknologi

Manfaat manajemen risiko terintegrasi untuk rumah sakit 1. Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko terhadap pasien dapat dinilai dengan tepat. 2. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko yang lain. 3. Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi untuk semua risiko, yaitu menggunakan RCA. 4. Membantu RS dalam memenuhi standar-standar terkait, serta kebutuhan clinical governance. 5. Membantu perencanaan RS menghadapi ketidakpastian, penanganan dampak dari kejadian yang tidak diharapkan, dan meningkatkan keyakinan pasien dan masyarakat.

Risk Assessment Tools yang digunakan dalam menangani risiko yang terjadi :

 Risk Matrix Grading  Root Cause Analysis  Failure Mode and Effect Analysis A. Identifikasi Risiko dan Penilaian Risiko (Risk Assessment) Dalam hal ini, risiko dapat dibedakan menjadi risiko potensial (dengan pendekatan pro-aktif) dan insiden yang sudah terjadi (dengan pendekatan reaktif / responsif). Risiko potensial dapat diidentifikasi dari berbagai macam sumber, misalnya: a. Informasi internal (rapat bagian / koordinasi, audit, incident report, klaim, komplain) b. Informasi eksternal (pedoman dari pemerintah, organisasi profesi, lembaga penelitian) c. Pemeriksaan atau audit eksternal

Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading) dengan memperhatikan: 1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood) 2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)

Pengukuran kualitatif frekuensi /kemungkinan (likehood)

Pengukuran kualitatif konsekuensi / dampak

Identifikasi Dampak

Nilai RENDAH

SEDANG

TINGGI

EKSTRIM

SKOR 1-4

SKOR 4-6

SKOR 8-12

SKOR 15-25

Contoh risiko potensial berdasarkan area pelayanan : NO AREA RESIKO 1

Akses Pasien:

1. Proses pemulangan pasien lama 2. Pasien pulang paksa 3. Kegagalan merujuk pasien 4. Ketidaktersediaan tempat tidur 5. Proses transfer pasien yang tidak baik

2

Kecelakaan

1. Tersengat listrik 2. Terpapar dengan bahan berbahaya 3. Tertimpa benda jatuh 4. Tersiram air panas 5. Terpeleset

3

Asesmen dan

1. Kesalahan identifikasi pasien

Terapi

2. Reaksi transfusi darah 3. Kesalahan pelabelan spesimen laboratorium 4. Kegagalan konsultasi interdisiplin pasien 5. Code blue

4

Masalah

1. Kesalahan estimasi biaya

Administrasi

2. Pengenaan tagihan yang sama 2 x

Keuangan

3. Kesalahan input data tagihan

Pasien

4. Perbedaan tarif dan tagihan 5. Transaksi tidak terinput

5

Kejadian Infeksi

1. Kegagalan / kontaminasi alat medis 2. Infeksi luka operasi 3. Needlestick injury 4. Kesalahan pembuangan limbah medis 5. Infeksi nosokomial

6

Rekam Medik

1. Kegagalan memperoleh informed consent 2. Kesalahan pelabelan rekam medik 3. Kebocoran informasi rekam medik 4. Ketidaklengkapan catatan dalam rekam medik 5. Kehilangan / kesalahan penyimpanan rekam medic

7

Obat

1. Penulisan resep yang tidak baik 2. Riwayat alergi obat tidak teridentifikasi 3. Kesalahan dosis obat 4. Obat rusak / expired 5. Kesalahan identifikasi pasien dalam pemberian obat 6. Kegagalan memonitor efek samping obat

8

Keamanan

1. Pencurian 2. Pasien hilang 3. Lingkungan yang tidak aman

B. Analisis Risiko Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola / mengendalikan risiko / insiden tersebut termasuk dalam kategori hijau / kuning /ungu/ merah.

Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko / insiden dengan kategori hijau dan kuning maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan untuk kategori ungu dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root cause analysis – reaktif / responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect analysis – proaktif) C. Evaluasi Risiko 1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading yang didapat dalam analisis. SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG 2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan meliputi proses berikut : a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan suatu skor b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko 3. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap. a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang akan mengidentifikasi bahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko. b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang akan melakukan verifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana tindakan untuk mengatasi risiko. D. Kelola Risiko Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengelolaan risiko atau insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga ke level terendah (risiko sisa) dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi. E. Investigasi Sederhana Dalam pengelolaan risiko / IKP yang masuk dalam kategori hijau dan kuning, maka tindak lanjut evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi sederhana, melalui tahapan: 1. Identifikasi insiden dan di-grading 2. Mengumpulkan data dan informasi: - observasi

- Telaah dokumen - Wawancara 3. Kronologi kejadian 4. Analisa dan evaluasi sederhana: a. penyebab langsung: - individu - peralatan - lingkungan tempat kerja - prosedur kerja b. penyebab tidak langsung: - individu - tempat kerja 5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI “PELATIHAN MANAJEMEN RESIKO PADA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT” TANGGAL 30 MEI S.D 31 MEI 2018 DI RSUD ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT

KESIMPULAN 1. Risiko adalah “peristiwa atau keadaan yang mungkin terjadi yang dapat berpengaruh negatif terhadap perusahaan. perusahaan.” (ERM) Pengaruhnya dapat

berdampak

terhadap kondisi : 

Sumber Daya (human and capital)



Produk dan jasa , atau



Pelanggan,



Dapat juga berdampak eksternal terhadap masyarakat,pasar atau lingkungan.

2. Risiko adalah “fungsi dari probabilitas (chance, likelihood) dari suatu kejadian yang tidak diinginkan, dan tingkat keparahan atau besarnya dampak dari kejadian tersebut. Risk = Probability (of the event) X Consequence 3. Risiko di Rumah Sakit: 

Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan pasien yang bermutu tinggi, aman dan efektif.



Risiko non klinis/corporate risk adalah semua issu yang dapat berdampak terhadap tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai korporasi.

4. Kategori risiko di rumah sakit ( Categories of Risk ) : 

Patient care care-related risks



Medical staff staff-related risks



Employee Employee-related risks



Property Property-related risks



Financial risks



Other risks

5. Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian, analisis

dan

pengelolaan semua risiko yang potensial dan kejadian keselamatan pasien. Manajemen risiko terintegrasi diterapkan terhadap semua jenispelayanan dirumah sakit pada setiap level. 6. Jika risiko sudah dinilai dengan tepat, maka proses ini akan membantu rumah sakit, pemilik dan para praktisi untuk menentukan prioritas dan perbaikan dalam pengambilan keputusan untuk mencapai keseimbangan optimal antara risiko, keuntungan dan biaya. 7. Dalam praktek, manajemen risiko terintegrasi berarti: 

Menjamin bahwa rumah sakit menerapkan system yang sama untuk mengelola semua fungsi-fungsi manajemen risikonya, seperti patient safety, kesehatan dan

keselamatan kerja, keluhan, tuntutan (litigasi) klinik, litigasi karyawan, serta risiko keuangan dan lingkungan. 

Jika dipertimbangkan untuk melakukan perbaikan, modernisasi dan

clinical

governance, manajemen risiko menjadi komponen kunci untuk setiap desain proyek tersebut. 

Menyatukan semua sumber informasi yang berkaitan dengan risiko dan keselamatan, contoh: “data reaktif” seperti insiden patient safety, tuntutan litigasi klinis, keluhan, dan insiden kesehatan dan keselamatan kerja, “data proaktif” seperti hasil dari penilaian risiko; menggunakan pendekatan yang konsisten untuk pelatihan, manajemen, analysis dan investigasi dari semua risiko yang potensial dan kejadian aktual.



Menggunakan pendekatan yang konsisten dan menyatukan semua penilaian risiko dari semua jenis risiko di rumah sakit pada setiap level.



Memadukan semua risiko ke dalam program penilaian risiko dan risk register



Menggunakan informasi yang diperoleh melalui penilaian risiko dan insiden untuk menyusun kegiatan mendatang dan perencanaan strategis.

8. Analisis akar masalah (RCA) dilakukan untuk melakukan identifikasi apabila ditemukan permasalahan dalam pemenuhan indikator mutu dan manajerial serta pengelolaan insiden. 9. Proses mengurangi risiko dilakukan paling sedikit satu kali dalam setahun dan dibuat dokumentasinya, dengan menggunakan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). Proses yang dipilih adalah proses dengan risiko tinggi.

REKOMENDASI 1. Pemetaan Resiko Di bawah Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit 2. Membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) di bawah Komite PMKP sehingga Resiko bias dicegah 3. Rumah Sakit memastikan bahwa seluruh staf yang terkait mampu melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa masalah tersebut terjadi untuk kemudian menyusun rencana tindak lanjutnya. 4. Manajemen memastikan seluruh staf yang mengikuti pelatihan ini melaksanakan proses manajemen resiko dnegan out[put berupa daftar resiko/ risk potensial 5. Menetapkan strategi Penanganan Resiko, tapi strategi ini juga tidak bisa digunakan sebagai cara utama karena kita mungkin melewatkan keuntungan besar dari risiko yang kita hadapi. Jadi kita harus tahu secara jelas bagaimana karakteristik dari risiko tersebut dan telah mengujinya dengan beberapa cara lain. 6. Setiap Peserta Pelatihan Wajib menginformasikan atau membagi pengetahuan kembali hasil Pelatihan Manajemen Resiko PMKP di Rumah Sakit Kepada Unitnya

7. Aktivitas pengendalian Resiko berupa pembuatan kebijakan dan prosedur, pengamanan kekayaan organisasi, delegasi wewenang dan pemisahan fungsi, serta supervisi atasan harus segera dilaksanakan. Proses ini berperan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif.

Ketua Diklat,

Amril Nurman, S.KM NIP. 19761123 200003 1 003

DOKUMENTASI KEGIATAN “PELATIHAN MANAJEMEN RESIKO PADA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT” TANGGAL 30 MEI S.D 31 MEI 2018 DI RSUD ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT

Related Documents


More Documents from "Selyna Catalia"