Laporan Hais Tw I 2018.docx

  • Uploaded by: Muhammad Zidane Dhaifullah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Hais Tw I 2018.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,778
  • Pages: 22
PROGRAM SURVEILANS HAIs TRIWULAN I TAHUN 2018 I. PENDAHULUAN Surveilans adalah pengumpulan data kesehatan yang penting secara terus menerus sistematis, analisis dan interpretasi dan dideminasikan kepada pihakpihak yang berkepentingan secara berkala untuk digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu tindakan pelayanan kesehatan. Salah satu dari program PPI adalah kegiatan surveilans. Kegiatan surveilans merupakan aktifitas yang penting dan luas dalam program PPI. Kegiatan surveilans harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan program PPI. Kegiatan surveilans harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan program PPI. Surveilans digunakan untuk mencari masalah yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan keselamatan pasien. National Nosocomial Infection Surveillance System ( NNIS ) dilakukan sejak 1970 oleh CDC. Kegiatan surveilans dapat menurunkan rate infeksi nosokomial. II.

LATAR BELAKANG Surveilans infeksi nosokomial merupakan salah satu tugas dari seorang

IPCN, dimana dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai surveilor IPCN melakukan kunjungan klinik ke pasien untuk melakukan pengumpulan data, data yang sudah di peroleh selanjutnya diolah, dianalisa dan diinterpretasikan untuk kemudian dievaluasi kembali dengan bantuan IPCLN. Oleh sebab itu IPCN bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan surveilans infeksi nosokomial. Surveilans dibutuhkan untuk mengukur hasil jadi ( outcome ) dalam proses perawatan secara menyeluruh dan penyampaian kondisi yang ditemukan dalam upaya perbaikan. Selain itu merupakan komponen penting dalam menekan angka kejadian tidak diinginkan misalnya infeksi rumah sakit. Surveilans juga diperlukan untuk mendapatkan gambaran kuantitatif jumlah kejadian secara tepat sehingga dapat menilai kemajuan yang ada.

III. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS. A.

Tujuan Umum. Untuk mendapatkan data HAIs yang akurat sehingga dapat diambil tindakan untuk pelaksanaan selanjutnya

B. Tujuan Khusus 1. Menurunkan angka infeksi spesifik dirumah sakit (insidens atau prevalens) 2. Mendapatkan data dasar infeksi di rumah sakit 3. Mengidentifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB) 4. Untuk mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI di rumah sakit 5. Meningkatkan mutu pelayanan pada pasien IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN. A.

Kegiatan Pokok. Mengurangi angka infeksi yang terjadi di Jeumpa Hospital seperti : o Infeksi Saluran Kemih (ISK) o Hospital Acquired Pneumonia (HAP) o Ventilator Associated Pneumonia (VAP) o Infeksi Daerah Operasi (IDO) o Flebitis o Dekubitus

B.

Rincian Kegiatan  IPCN dibantu IPCLN menghitung dan mencatat kejadian ISK, HAP, VAP, IDO, Flebitis dan dekubitus serta infeksi rumah sakit lainnya baik jumlah hari pemasangan maupun jumlah pasien yang terkena kemudian data direkap.  Setiap infeksi mempunyai kriteria tersendiri dan rumus yang digunakan.

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN. 1. Setiap hari IPCN dibantu IPCLN mencatat kejadian IADP, ISK, HAP, VAP, IDO, Flebitis dan dekubitus. 2. Perhitungan IADP, ISK, HAP, VAP, IDO, Flebitis dan dekubitus setiap bulan 3. Laporan setiap triwulan 4. IPCN membuat evaluasi program pelaksanakan surveilans setahun sekali. VI. SASARAN 1. Infeksi Saluran Kemih 3. Hospital Acquired Pneumonia 4. Ventilator Associated Pneumonia 5. Flebitis 6. Infeksi Daerah Operasi 7. Dekubitus VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN BULAN NO KEGIATAN 1 Pengolahan data 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

×

×

×

×

×

×

×

×

tiap triwulan Evaluasi

hasil

surveilance dan 2

12

laporan

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Hasil surveilance akan dievaluasi akhir tahun oleh IPCN untuk dilaporkan kepada Ketua komite PPI.

IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN Hasil yang dievaluasi akan dilaporkan Ketua Panitia PPI kepada Direktur .

LAPORAN PELAKSANAAN SURVEILANS HAIs TRIWULAN I ( JANUARI - MARET ) TAHUN 2018 I.

PENDAHUALUAN Surveilans adalah pengumpulan data kesehatan yang penting secara terus menerus sistematis, analisis dan interpretasi dan didesiminasikan kepada pihak pihak yang berkepentingan secara berkala untuk digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu tindakan pelayanan kesehatan Salah satu dari Program PPI adalah kegiatan surveilens. Kegiatan surveilens merupakan aktifitas yang penting dan luas dalam program PPI. Kegiatan surveilens harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan program PPI. Surveilans digunakan untuk mencari masalah yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan Keselamatan Pasien / Patient Safety. National Nosocomial Infection Surveillance System (NNIS) dilakukan sejak 1970 oleh CDC. Kegiatan surveilens dapat menurunkan rate infeksi nosokomial.Di AS rate infeksi turun sekitar 32 % dengan surveilans. Surveilans dibutuhkan untuk mengukur hasil jadi (outcome) dalam proses perawatan secara menyeluruh dan penyampaian kondisi yang ditemukan dalam upaya perbaikan

Selain itu merupakan

komponen penting dalam menekan angka Kejadian tidak Diinginkan/KD (adverse events) misal : infeksi RS / Healthcare-associated Infections HAIs. Surveilan juga diperlukan untuk mendapatkan gambaran kuantitatif jumlah kejadian secara tepat sehingga dapat menilai kemajuan yang ada. II.

PELAKSANAAN KEGIATAN Yang disurvey dalam PPI adalah kejadian IADP, ISK, HAP, VAP, IDO, Flebitis dan dekubitus. Survey ini dilakukan setiap hari oleh IPCLN kemudian direkap oleh IPCN dan dihitung setiap bulannya untuk dilaporkan dan dibuat grafik bulanan, triwulan dan tahunan.

A.

Surveilens ISK



Pengumpulan data kejadian infeksi saluran kemih akibat penggunaan alat kateter urine secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang di desiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan.



Infeksi Saluran Kemih (ISK) menurut CDC: Infeksi Saluran Kemih atau Urinary Tract Infection (UTI) adalah infeksi pada urethra dan permukaan kandung kemih atau organ-organ pendukung s.kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga perinefrik).



Dari penentuan Panitia mutu RS, target angka kejadian ISK minimal



Untuk menentukan ISK maka perlu ditandai oleh kriteria berikut : Tanda infeksi sebagai akibat dari pemasangan kateter > 48 jam Pyuria >10 leukosit/LPB sedimen urin atau >10 leukosit/mL atau >3 leukosit/LPB dari urine tanpa dilakukan sentrifus Nitrit dan/atau leukosit esterase positip dengan carik celup (dipstick) erdapat koloni mikroorganisme pada hasil pemeriksaan urine kultur >105 cfu / Ml



Dokter yang merawat menyatakan adanya ISK dan diberi pengobatan antimikroba.



Cara perhitungannya: Angka Kejadian ISK

: Jumlah ISK X 1000 = ‰ Hari pemakaian kateter urin

B.

Surveilens IADP



pengumpulan data kejadian infeksi aliran darah akibat penggunaan alat intravaskuler secara sistematik, analisis dan interpretasi yang terus menerus untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan yang di desiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan.



IADP atau Infeksi Aliran Darah Primer adalah ditemukannya organisme dari hasil kultur darah semi-kuantitatif/kuantitatif disertai tanda klinis yang jelas serta tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat lain dan/atau dokter yang merawat menyatakan telah terjadi infeksi,akibat pemasangan kateter intra vaskuler, setelah > 48 jam. ( Buku Pedoman Surveilans Kemkes 2011)



Dari penentuan panitia mutu RS, target angka kejadian IADP minimal



Kriteria IADP : 1.

Terdapat kuman pathogen yang diketahui hasil satu kali atau lebih dari biakan darah, dengan salah

2.

satu gejala klinis seperti: demam >38’C, menggigil, hipotensi

3.

Pada pasien berumur < 1 tahun paling sedikit satu dari tanda-tanda : demam >38’C, hipotermia <37’C, apneu, bradikardia

4.

Dokter yang merawat menyatakan infeksi

5.

Cara perhitungan: Angka Kejadian IADP : Jumlah Kasus IADP X 1000 = ‰ Hari pemakaian CVL (central vena line)

C. Surveilans VAP/ HAP  Pengumpulan data kejadian pneumonia akibat pemakaian ventilasi mekanik lebih dari 48 jam, data dikumpulkan secara sistematik, dianalisa dan diinterpretasi

untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi kemudian di desiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan 

Pneumonia adalah suatu peradangan jaringan atau parenkim paru-paru. 2 jenis Pneumonia yang berhubungan dengan HAIs,



Pneumonia akibat perawatan yang lama dikenal sebagai Hospital Acquired Pneumonia (HAP)



Pneumonia akibat pemakaian ventilasi mekanik dikenal sebagai Ventilator Associated Pneumonia (VAP).



Dari penentuan panitia mutu RS, target angka kejadian VAP/HAP minimal ……..



Kriteria VAP:  Klinikal : Demam, Temperature > 38 0 C atau < 35 C,  Sputum purulent 

X ray

:

Infiltrat baru persisten atau progresif

 Laboratorium : leukosit > 12000/mm3 atau < 4000/mm3  Kultur aspirasi trakheal ≥ 10 5 ppm/ ml 

Angka infeksi VAP: Jumlah kasus infeksi VAP x 100 0 = Angka Kejadian : Jumlah Kasus vap/hap X 1000 = Hari pemakaian ventilator/tirah baring

‰ ‰

D. Surveilans IDO Pengumpulan data infeksi area insisi akibat suatu tindakan pembedahan dan faktor resiko terjadinya infeksi, analisis dan interpretasi yang terus menerus, untuk digunakan dalam perencanaan dan evaluasi suatu tindakan yang didesiminasikan secara berkala, kepada pihak-pihak yang memerlukan. Infeksi Daerah Operasi (IDO) adalah Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan) akibat suatu tindakan pembedahan. Surveilans IDO dilakukan

selama 30-90 hari atau sampai 1 tahun untuk pasien dengan implant. Dari penentuan panitia mutu RS, target angka kejadian IDO minimal < 2 %. Kriteria IDO : Keluar cairan purulen dari luka insisi, Kultur positif dari cairan yang keluar atau jaringan yang diambil secara aseptik, Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri, bengkak lokal, kemerahan, kecuali bila hasil kultur negatif

Dokter yang menangani menyatakan infeksi

Berdasarkan : 

Klasifikasi jenis operasi (kategori operasi) : Bersih, Bersih tercemar, Tercemar dan Kotor.



Klasifikasi kondisi pasien ASA 1 : Pasien sehat ASA 2 : Pasien dengan gangguan sistemik ringan – sedang ASA 3 : Pasien dengan gangguan sistemik berat ASA 4 : Pasien dengan gangguan sistemik berat yg mengancam kehidupan ASA 5 : Pasien tidak diharapkan hidup walaupun dioperasi atau tidak.

Durasi operasi Sesuai dengan waktu yg ditentukan nilai } 0 Lebih dari waktu yg ditentukan nilai } 1 Angka Kejadian

: Jumlah Kasus IDO JML PASIEN OP

X 1000 =



E.

Surveilans infeksi RS lainnya adalah pengumpulan data flebitis  Flebitis adalah peradangan vena disebabkan oleh kateter atau iritasi kimiawi zat dan obat-obatan yang diberikan secara intra vena.  Dari penentuan panitia mutu RS, target angka kejadian flebitis  Secara

klinis

:

Ada

nyeri,

nyeri

tekan,

bengkak,

pengerasan,eritema dan hangat pada vena  Jika infeksi : Kemerahan, demam, sakit, bengkak, adanya pus atau kerusakan pada kulit , hasil kultur positip  Jenis Flebitis: a.

Flebitis Kimiawi

Terjadi karena : - pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem pH ↓, osmolaritas ↑ - Mikropartikel yang terlarut yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran pemberian obat intravena menggunakan filter 1 sampai 5 µm. Pemilihan material kateter intravaskuler yang digunakan silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding politetrafluoroetilen (Teflon) b.

Flebitis Bakterial

Terjadi karena :  Hand hygiene tidak dilakukan, Hand Hygiene yang tidak tepat dan benar  Preparasi kulit tidak baik sebelum pemasangan infus  Teknik aseptik tidak baik saat akan pemberian obat atau cairan  Kateter dipasang terlalu lama

 Tempat tusukan kateter tidak/ jarang diinspeksi secara visualAlat – alat yang di gunakan rusak atau bocor atau kadaluarsa  Larutan infus terkontaminasi karena teknik aseptik yang kurang baik pada saat pencampuran larutan  Faktor virulen instrinsik dari mikroorganisme itu sendiri c.

Flebitis Kimiawi  Penempatan kateter intravaskuler yang tidak tepat  Ukuran kateter intravaskuler yang tidak sesuai dengan ukuran vena  Cara pemasangan, pengawasan dan perawatan yang kurang baiK  Laju pemberian yang tidak sesuai

Angka Kejadian : Jumlah Kasus plebitis X 100 = jml seluruh pasien yang terpasang infus

F.

%

Surveilans infeksi RS lainnya adalah 

pengumpulan data decubitus Wolf. Weitzel & Fuerst

(1989: 354) ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena kurangnya aliran darah di daerah yang bersangkutan 

Dari penentuan mutu RS, target angka kejadian

dekubitus minimal < 5% 

Kriteria dekubitus : 

Pasien paling tidak mempunyai 2 gejala dan

tanda berikut yang tidak diketahui penyebab lainya :

kemerahan, sakit atau pembengkakan di tepian luka decubitus 

Minimal ditemukan 1 dari bukti berikut hasil

kultur positif dari cairan atau jaringan yang diambil secara benar 

Dalam mengidentifikasi risiko dekubitus, ada beberapa

skala pengkajian risiko tersebut, yaitu Skala Braden. 

Tahap Perkembangan Dekubitus: Tingkat/stadium I :Adanya eritma atau kemerahan pada kulit setempat yang menetap, atau bila ditekan dengan jari, tanda eritma atau kemerahan tidak kembali. Tingkat/stadium II :Adanya kerusakan pada epitel kulit yaitu lapisan epidermis dan, atau dermis. Kemudian dapat ditandai dengan adanya luka lecet, atau melepuh. Tingkat/stadium III Kerusakan pada semua lapisan kulit atau sampai jaringan subkutan, dan mengalami nekrosis dengan tanpa kapisitas yang dalam. Tingkat/stadium IV Adanya kerusakan pada ketebalan kulit dan nekrosis hingga sampai ke jaringan otot bahkan tulang atau tendon dengan kapasitas yang dalam.



Angka infeksi decubitus :

Angka Kejadian : Jumlah Kasus plebitis X 100 = jml seluruh pasien yang terpasang infus

%

III.

HASIL SURVAILENS 1. HASIL SURVEILAN TRIWULAN I ( JANUARI) 2018 0.25

0.2 0.15 0.1 0.05 0 ICU IADP



PLEBITIS

SAKURA ISK

VAP/HAP

MELATI

TULIP

ILO

DEKUBITUS

ANGGREK

ANALISA : Berdasarkan gambar diatas dapat dianalisa angka HAIs,

bahwa angka HAIs tertinggi diruang ICU sebesar 0,23 %, Ruangan tulip 0,80 %, Ruangan sakura 0,89 %, melati 0,05 %, anggrek 0 % 

REKOMENDASI :



Menggunakan jarum yang sesuai ukuran vena pasien.



Perhatikan prinsip pemberian obat

2. RENCANA TINDAK LANJUT 

Melakukan sosialisasi tentang pemasangan infus yang benar.



Melakukan sosialisasi tentang penyuntikan yang aman



Melakukan sosialisasi bundle HAIs

3. HASIL SURVEILANS HAIs TRIWULAN I ( FEBRUARI ) 2018

HAIs Februari 2019 0.2 0.18 0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 ICU

IADP



PLEBITIS

SAKURA

ISK

VAP/HAP

MELATI

TULIP

ILO

DEKUBITUS

ANGGREK

ANALISA : Berdasarkan gambar diatas dapat dianalisa angka HAIs,

bahwa angka HAIs tertinggi diruang ICU sebesar 0,23 %, Ruangan tulip 0,80 %, Ruangan sakura 0,89 %, melati 0,05 %, anggrek 0 % 

REKOMENDASI :



Menggunakan jarum yang sesuai ukuran vena pasien.



Perhatikan prinsip pemberian obat

4. RENCANA TINDAK LANJUT



Melakukan sosialisasi tentang pemasangan infus yang benar.



Melakukan sosialisasi tentang penyuntikan yang aman



Melakukan sosialisasi bundle HAI

EVALUASI TINDAKLANJUT SURVEILANS HAIs TAHUN 2018 I. PROSES EVALUASI Proses evaluasi dilakukan dengan mengisi formulir surveilans infeksi nosokomial harian yang dilakukan oleh setiap perawat dan IPCLN di setiap masing-masing unit kemudian dilakukan audit setiap bulan dan pengolahan data tiap triwulan oleh IPCN. II. HASIL EVALUASI Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang salah satunya adalah melaksanakan surveilans, yang dilakukan secara kontinu di rumah sakit, data tersebut antara lain : IDO, VAP, HAP, ISK, Plebitis dan decubitus. Dalam melaksanakan program surveilans didapatkan : 

Analisa :

1) Melihat dari gambar diatas, angka kejadian infeksi tertinggi adalah Plebitis, yakni 2) Faktor terjadinya Phlebitis terjadi karena : Lama hari rawat dan pemasangan infus pada pasien dengan usia lanjut Pemakaian cairan osmolitas tinggi melalui vena perifer Pemasangan infus yang tidak sesuai SPO 

Rencana Tindak Lanjut :

a. Melakukan sosialisasi perawatan pasien menggunakan bundle pemasangan infus perifer pada minggu ke –IV di bulan Februari 2018 b. Melakukan audit hand Hagiene dan penggunaan APD

BUKTI PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT A. FOTO

B. CONTOH BUNDEL HAIS

AUDIT BUNDLE ISK RUANG RAWAT

:

TANGGAL SUPERVISI

:

INSERSI BUNDLE NO KRITERIA 1

YA

MAINTENANCE BUNDLE TIDAK NO KRITERIA YA

Kaji kebutuhan Pemasangan oleh petugas yang terlatih Kebersihan tangan

2 3 4

Tehnik Steril

1

Kebersihan tangan

2

Pemeliharaan kateter

3

Perawatan kateter

4

Lepas kateter bila tidak dibutuhkan

TOTAL

Keterangan Ya

:

: Bila dikerjakan

Tidak

: Bila tidak dikerjakan

Kepatuhan

: Ya/Ya + tidak x 100 = ………%

TOTAL

TIDAK

AUDITOR

(. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ) AUDIT BUNDLE PHLEBITIS RUANG RAWAT

:

TANGGAL SUPERVISI

:

INSERSI BUNDLE NO KRITERIA 1

Kaji kebutuhan

2

Kebersihan tangan

YA

MAINTENANCE BUNDLE TIDAK NO KRITERIA YA Kebersihan 1 tangan 2

3

Tehnik Steril

3

4

Petugas terampil

4

5

Desinfeksi area Insersi TOTAL

Keterangan Ya

:

: Bila dikerjakan

Tidak

: Bila tidak dikerjakan

Kepatuhan

: Ya/Ya + tidak x 100 = ………%

Perawatan insersi

area

Kaji kebutuhan setiap hari, jika tidak perlu segera dilepas Penggantian administrasi set Edukasi

TOTAL

TIDAK

AUDITOR

AUDIT BUNDLE IDO RUANG RAWAT

:

TANGGAL SUPERVISI

:

NO ELEMEN YANG DI AUDIT PRE – OPERATION

YA

1 2 3 4 5

Hindari Pencukuran rambut Antibiotika Gula darah normal Temperatur tubuh normal Mandi sore dan pagi hari dengan cairan antiseptic / plain soap INTRA OPERATION 1 Surgical hand antiseptic 2 Steril Instrumen 3 Antiseptic skin preparation 4 Surgical technique 5 Strict personil 6 Lingkungan (Suhu, tekanan, kelembaban, ventilasi PASCA OPERATION 1 2 3

Rawat luka teknik steril dengan cairan NaCl Luka ditutup 24-48 jam, kecuali ada rembesan atau infeksi Berikan nutrisi sesuai kebutuhan TOTAL

Keterangan : Ya : Bila dikerjakan Tidak

: Bila tidak dikerjakan

Kepatuhan

: Ya/Ya + tidak x 100 = ………% AUDITOR

TIDAK

(. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . )

C. CONTOH FORM HAIs

PEMERINTAH PROPINSI SULAWESI SELATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG RAKYAT KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI Jalan Pahlawan No. 1000. Kelurahan bulurokeng, kecamatan biringkanaya, Makassar, 90243 telp. (0411)362991 Website : http://rsudsr.sulselprov.go.id, email : [email protected]

BULAN

: JANUARI 2019

FORM MONITORING HAIs

RUANGAN : ICU NO NAMA PASIEN

UC

1 PUTRI S 2 DIAN PRATIWI 3 MUH SALDI 4 ALDO 5 DARMAN 6 MUH FAIZ 7 TN IWAN S 8 MUH ASDAR 9 DG LALANG 10 HJ. HARE 11 MAULANA 12 HALIJA 13 AMIR DAUD

TINDAKAN IVL CVL √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

ETT

VAP

INFEKSI RUMAH SAKIT HAP ISK PLEBITIS √

IADP

DEKUBITUS





IPCN

HERAWATI, S.Kep, NS

KET

Related Documents

Tw. I 2017.docx
April 2020 8
Tw
December 2019 37
Tw
October 2019 38
Tw
October 2019 43

More Documents from ""