BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Perkembangan Farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman Belanda, sehingga semisolid sebagai salah satu bagian dari ilmu farmasi yang mengalami dinamika yang begitu cepat. Semisolid adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara mengubah sediaan bahan menjadi obat yang berbentuk sediaan setengah padat maupun cair. Dalam praktikum semisolid kita dapat mempelajari tentang obat dalam bentuk sediaan apapun, seperti suspensi, cream, emulsi, salep dan lain-lain. Dalam semisolid kita akan mempelajari sedian cair dan sediaan setengah padat. Di sini kita akan membahas sediaan obat berupa emulsi. Emulsi merupakan sediaan yang tidak asing lagi kita gunakan, biasanya Emulsi merupakan sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam ciran yang lain dalam bentuk tetesan kecil dan untuk menutupi bau dan rasa yang kurang enak pada obat. Dalam praktek di sini kita akan mempelajari bagaimana cara pembuatan emulsi yang baik, selain itu alasan dilakukan praktek yaitu penerapan dari teori yang sudah didapat.
B. TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan dari praktikum ini adalah: 1. Mahasiswa dapat membuat rancangan sediaan 2. Mahasiswa dapat membuat fomulir pengkajian praformulasi 3. Mahasiswa dapat membuat prosedur tetap 4. Mahasiswa dapat membuat intruksi kerja 5. Mahasiswa dapat melaksanakan intruksi krja pembuatan suspensi dengan baik 6. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan 7. Mahasiswa dapat membuat sediaan yang baik 8. Mahasiswa dapat menyusun laporan pembuatan emulsi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TEORI EMULSI 1. Definisi Emulsi Menurut FI III : Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Menurut FI IV : Sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispers dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Dapat disimpulkan bahwa emulsia adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok. Menurut Depkes RI, 1966 : Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emulsi yang baik dan stabil apabila sediaan emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama.
2. Tipe Tipe Emulsi
Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.
Tipe emulsi w/o atau a/m : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal.
3. Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai berikut : a. Flokulasi dan Creaming Creaming merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapisan cairan, dimana masingmasing lapisan mengandung fase dispers yang berbeda. b. Koalesen dan Pecahnya Emulsi (Cracking atau Breaking) Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena : Peristiwa Kimia : Penambahan alkohol, perubahan pH Peristiwa Fisika : Pemanasan, pendinginan, penyaringan Peristiwa Biologi : Fermentasi bakteri, jamur, ragi. c. Inversi, adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau sebaliknya sifatnya irreversible.
4. Macam - Macam Sediaan Emulsi
a) Oral Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna. b) Topikal Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal. - Lotion : lotion lebih disukai dari pada krim dalam aplikasi tertentu. Lotion di definisikan sebagai krim encer lotion juga termasuk emulsi tetapi mengandung lilin dan minyak yang lebih sedikit dibandingkan dengan krim sehingga terasa ringan dan tidak lengket.
Bentuk lotion digunakan untuk produk seperti lotion kulit dan wajah. Dibandingkan dengan krim, umumnya lotion lebih mudah diproduksi karena lebih encer, waktu pemanasan dan pendinginanya lebih cepat. - Shampo : Sediaan kosmetik yang digunakan untuk maksud keramas rambut hingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih dan sedapat mungkin rambut menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau. Shampo emulsi mudah dituang karena konsistensinya tidak begitu kental. Pada dasarnya shampo emulsi dapat dibuat dari deterjen cair jernih yang dicampur dengan zat pengemulsi. c) Injeksi Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.
5. Komponen Sediaan a) Bahan Aktif b) Bahan Pengemulsi atau Emulgator Bahan pengemulsi menstabilkan dengan cara : -
Menempati permukaan tetesan dan fase eksternal dengan pembuatan batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi.
-
Mengurangi tegangan antar permukaan antara 2 fase sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.
Jenis bahan yang umumnya digunakan sebagai zat pengemulsi yaitu : a. Bahan Karbohidrat Contohnya : Akasia atau gom, tragakan, agar, kondrus, dan pectin. b. Protein Contohnya : Gelatin, kuning telur, kacein. c. Alkohol dengan bobot molekul tinggi Contohnya : Cteryl alcohol, cetyl alcohol, griserol mono stearat. d. Zat-zat pembasah
Bersifat Anionik, contoh: Trietanol amin (TEA), natrium lauryl sulfat.
Bersifat Kationik, contoh: Benzalkoinum klorida.
Bersifat Non Ionik, contoh : Sorbitol mono oleat (span80)
c) Zat Tambahan Pemilihan zat tambahan tergantung dari karakter zat aktif dan karakter sediaan yang akan dibuat, Macam-macam zat tambahan yang biasa dipakai yaitu:
Zat Pewarna Digunakan untuk menutupi penampilan yang tidak menarik serta meningkatkan penerimaan pasien. Yang harus diperhatikan pemilihan zat warna yaitu: kelarutan, stabilitas, ketercampuran, konsentrasi zat warna dalam zat warna campuran sesuai dengan rasa sediaan, pH sediaan.
Zat Pengawet Zat pengawet yang digunakan yang tidak toksik, tidak berbau, stabil, dan dapat bercampur dengan komponen lain didalam formula, potensi antibakterianya luas. Ditambahkan untuk semua jenis emulsi terutama emulsi minyak dalam air karena kontaminan fase dan air mudah terjadi. Contoh: -
Tipe Asam : Asam sorbat, asam benzoat
-
Ester : Nipagin, nipasol
-
Aldehid : Vanilin
-
Fenol : Fenol, kresol, klorbutanol
-
Senyawa kuartener : Benzalkonium klorid
d) Anti Oksidan Terjadinya AutoOksidasi minyak dapat menimbulkan bau tengik. Contoh: asam galat, tokoferol, asam askorbat, BHT, BHA.
6. Teori Emulsifikasi 1. Teori Tegangan Permukaan
Teori ini menjelaskan bahwa emulsi terjadi bila ditambahkan suatu substansi yang maenurunkan tegangan antar muka diantara dua cairan yang tidak bercampur. 2. Teori Orientasi Baji Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi dengan dasar adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang bersifat suka terhadap air atau mudah larut dalam air (hidrofil) dan ada bagian yang suka dengan minyak atau larut dalam minyak (lifofil) 3. Teori Film Plastik Teori ini menjelaskan bahwa emulgator ini mengendap pada permukaan masing- masing butir tetesan dispersi dalam bentuk film plastik. Surfaktan dapat membantu pembentukan emulsi dengan mengabsorpsi antar muka, dengan menurunkan tegangan iterfasiat dan bekerja sebagai pelindung agar butir-butir tetesan tidak bersatu. Emulgator membantu terbentuknya emulsi dengan 3 jalan, yaitu: 1. Penurunan tegangan antar muka (stabilitas termodinamika). 2. Terbentuknya film antar muka yang kaku (pelindung mekanik terhadap koalesen). 3. Terbentuknya lapisan ganda listrik, merupakan pelindung listrik dan partikel. 7. Cara Pembuatan Emulsi 1) Metode Gom Basah (Metode Inggris) Yaitu dengan membuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambahkan minyak sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi terlalu kental, ditambahkan air sedikit demi sedikit agar mudah diaduk dan diaduk lagi ditambah sisa minyak. Bila semua minyak sudah masuk ditambahkan air sambil diaduk sampai volume yang dikehendaki. Cara ini digunakan terutama bila emulgator yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan dahulu dengan air. Contoh: kuning telur, methyl selulosa.
2) Metode Gom Kering Metode ini disebut juga metode 4:2:1 (4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom). Selanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan caranya ialah 4 bagian minyak dan 1 bagian gom diaduk dan dicampur dalam mortir yang kering dan bersih sampai tercampur benar, lalu ditambahkan 2 bagian air sampai terjadi corpus emulsi. Tambahkan sirup dan tambahkan sisa air sedikit demi sedikit, bila ada cairan alkohol hendaklah setelah diencerkan sebab alkohol dapat merusak emulsi. 3) Metode Baudrimont Menggunakan perbandingan minyak : gom air = 10:5:7,5 dalam pembuatan corpus emulsi.
8. Evaluasi Sediaan Organoleptis Meliputi:
Warna
: menggunakan mata
Bau
: menggunakan hidung
Rasa
: menggunakan lidah
pH Viskositas Uji Homogenitas
PERUMUSAN KARAKTER SEDIAAN Nama sediaan jadi : Emulsi Minyak Ikan Nama sediaan dasar : Emulsi
Karakter umum sediaan dasar : 1. Sistem 2 fase 2. Salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain 3. Fase terdispersi dalam bentuk tetesan kecil 4. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan air sebagai pembawa sistem ini disebut minyak dalam air dan sebaliknya 5. Dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar yang akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah 6. Ketidakstabilan emulsi dapat menyebabkan agregasi dan terjadi creaming 7. Ukuran tetesan 8. Konsistensi beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga krim setengah padat 9. Umunya dibuat dengan pemanasan untuk menurunkan tegangan antarmuka 10. Memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah pertumbuhan mikroorganisme 11. Memerlukan antioksidan karena minyak mudah teroksidasi
Syarat Umum Sediaan Dasar: No Parameter 1. Homogenitas
2.
Sifat Alir
3.
Ukuran partikel
4.
Tipe emulsi
5.
Viskositas
6. 7.
9.
Laju pemisahan Keseragaman Sediaan Efektivitas pengawet Stabilitas
10
Kelarutan
8.
Satuan
µm
Syarat Farmakope homogenitas
Syarat Lain Terdispersi bila diberi gaya
Pseudoplastis, tiksotropik
Pseudoplastis, tiksotropik
0,25-10 µm
0,25-10 µm
Minyak dalam air/ M/A
Minyak dalam air/ M/A
Cm/s -
Stabil bila disimpan ditempat tertutup, dingin dan kering. Praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, larut dalam minyak bumi ringan, tidak larut dalam kloroform,eter, karbodisulfit, etil asetat, dan cahaya minyak bumi
Karakter umum sediaan jadi : 1. Sistem fase 2. Salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain 3. Mengandung minyak ikan 4. Tipe emulsi minyak dalam air
5. Ukuran partikel 0,25µm-10µm 6. Organoleptis 7. Rasa manis 8. Bau jeruk 9. Warna kuning
Mengandung bahan tambahan 1. Pengawet 2. Antioksidan 3. Pewarna 4. Pengaroma 5. Perasa 6. Viskositas tinggi 7. Pengunaan oral 8. Wadah 9. Inert 10. Tidak tembus cahaya 11. Botol
Syarat umum sediaan jadi
No
Parameter
Satu an
Syarat farmakope
Syarat lain
1. 2.
Kadar bahan aktif Rasa
%
67 % Manis
Agak Manis
3.
Bau
Bau khas
Jeruk
4.
Warna
Kuning pucat
Kuning
5.
Viskositas
6.
Efektifitas pengawet
Cps
7.
Laju sedimentasi
Cm/ s
8.
Tipe emulsi
9.
Homogenitas
-
10.
Viskositas
Cps
11.
Ukuran partikel
µm
0,25-10 µm
12.
Bj
g/ml
0,9`8-0,927
13.
Keseragaman sediaan
-
Terdispers
14.
Stabilitas: Fisika
Minyak dalam air
Minyak dalam air
Homogen
0,25-10 µm
Tidak mengalami koalesensi Tidak teroksidasi Tidak ditumbuhi mikroba
Kimia Mikrobiologi
15.
Indikasi
16.
Sifat aliran
17.
Kemasan dan penandaan Bentuk wadah
Volume wadah Kemasan Penandaan kemasan
Logo
Menjaga daya tahan tubuh dan meningkatkan pertumbuhan
Menjaga daya tahan tubuh dan meningkatkan pertumbuhan Tiksotropik, pseudoplastis (Lachmann) Botol plastik putih kedap cahaya > 100 ml Kardus kocok dahulu indikasi komposisi aturan pakai No. Reg No. Batch Tgl kadarluasa
FORMULIR PENGKAJIAN PRAFORMULASI NO
Parameter
masalah
1
Bentuk sediaan
Bentuk sediaan
2
Pengawet
Bagaimana Meninglatkan Stabilitas dan Menjaga stabilitas
3
Pewarna dan pewangi
4
Emulgator
6
wadah
Bagaimana merubah zat yang tidak 6. beraroma menjadi beraroma Bagaimana memperlambat pengendapan Wadah yang cocok ?
Alternatif Formula Sirup pencampuran Emulsi suspensi Senywa efektivitas Amonium pengawet Asam askorbat Licorice pencampuran
Proses pelarut
keputusan Uji mutu Emulsi
Pelarut
uji
Asam askorbat
7.
Pelarut
Essensi yellow fcf
Essensi yellow fcf
Cmc -Na Gom arab PGA Botol plastik Botol kaca coklat
pembuat corpus emulsi
Emulgator
PROSES UMUM PEMBUATAN SEDIAAN EMULSI 1. Penyiapan alat dan bahan 2. Penimbangan 3. Pengukuran volume 4. Pencampuran bahan-bahan yang larut dalam fase minyak 5. Pencampuran bahan-bahan yang larut dalam fase air 6. Pemanasan masing-masing fase 7. Pembuatan larutan emulgator 8. Emulsifikasi 9. Pencampuran 10. Pengadukan 11. Penambahan volume pembawa sampai volume tertentu
PGA
Botol kaca coklat
12. Pengisian ke dalam wadah 13. Evaluasi
PENGAWASAN MUTU SEDIAAN IN COMMING CONTROL
No.
Parameter Yang Diperiksa/Diuji
1.
Ketersediaan bahan BJ Bahan Kadar Bahan Kadar Cemaran Bobot Cemaran Mikroba bahan Kelarutan organoleptik Ketersediaan alat
2.
Timbangan Wadah bahan Pembakar bunsen Lumpang Termometer Pengaduk Wadah pencampuran Wadah penyimpanan Mesin pengisi Corong Gelas ukut Viskometer Brookfield pH meter piknometer label
3.
Metode / teori
4.
Ketersediaan SDM
Satuan
g/ml % % gram -
Cara Pemeriksaan/Pengujian
IK evaluasi IK evaluasi IK evaluasi IK penimbangan FI IV hal 847-854
IN PROCESS CONTROL Parameter Yang No. Diperiksa/Diuji 1. 2. 3. 4. 5.
Organoleptis Penimbangan Pengukuran volume Pendispersian Emulgator Pelarutan bahan tambahan
Satuan
Cara Pemeriksaan/Pengujian
g ml -
IK Evaluasi no IK Evaluasi no IK Evaluasi no IK Evaluasi no IK Evaluasi no
END PROCESS CONTROL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Parameter Yang Diperiksa/Diuji Organoleptik Homogenitas Pengukuran pH keseragaman sediaan Uji viskositas Efektivitas Pengawet Uji isi minimum Uji tipe emulsi Volume terpindahan
Satuan % % Cps g/ml %
Cara Pemeriksaan/Pengujian IK Pembuatan IK Pembuatan IK Pembuatan IK Pembuatan IK Pembuatan IK Pembuatan FI IV hal 854-855 IK Pembuatan IK Pembuatan
KOMPONEN UMUM SEDIAAN 1. Oleum Ieucoris selli / minyak ikan Pemerian : Cairan kuning pucat, bau khas, agak manis tidak tengik, rasa khas.
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) P ; mudah larut dalam kloroform P , .
. .
dalam eter P dan dalam eter m inyak tanah P. Bobob molekul : 0.9179 – 0.9249
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Dn terlindung dari cahaya.
Khasiat : Sumber vitamin A dan vitamin D.
2. PGA (pulvis Gom Arabica) Sinonim : Gom arab/ Gom akasia Pemerian : hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lender. Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus . . . . cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%)P. Khasiat : Emulgator 3. Asam Askorbat Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning oleh pengaruh cahaya, lambat . . laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering stabil diudara dalam larutan . . . cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190oC Kelarutan : Agak sukar larut dalam etarol ; tidak larut dalam kloroform . . . . . . . . . eter dan benten. penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya pH
: 3 dan pH 6.
4. Essensi yellow fcf Pemerian : serbuk kuning kemerahan, larutan cairan berwarna .. . . orange terang.
Rumus empiris : C16H10N2Na2O7S2Berat molekul : 452.37 5. Aquadest Nama resmi Nama lain
: AQUADESTILLATA : Air suling, Aquadest
Rumus kimia : H2O Berat molekul : 18,02
.
Pemerian :cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai . . . rasa. Penyimpanan
: dalam wadah tertutup.
TAHAPAN UMUM PEMBUATAN SEDIAAN 1. Timbang zat yang akan diperlukan dengan seksama 2. Penyiapan fase 3. Penyiapan fase minyak 4. Emulgator 5. Penyiapan fase air 6. Kembangkan acasia sebagai emulsifying agent 7. Larutkan zat aktif dengan semulsifying agent ad larut, beri gaya atau kocok kuat 8. Bla perlu dengan pemanasan 9. Larutkan bahan tambahan dengan pelarut yang sesuai 10. Penambahan bahan tambahan dan sisa air ad volume 100ml 11. Masukan kedalam botol yang telah dikalibrasi, beri etiket, brosur, dikemas dan disimpan dalam tempat terlindung dari cahaya.
BAB III METODE PRAKTIKUM
NO
Parameter
masalah
1
Bentuk sediaan
Bentuk sediaan
2
Pengawet
Bagaimana Meninglatkan Stabilitas dan Menjaga stabilitas
3
Pewarna dan pewangi
Bagaimana merubah zat yang tidak 8. beraroma menjadi beraroma Bagaimana memperlambat pengendapan Wadah yang cocok ?
4
Emulgator
6
wadah
Alternatif Formula Sirup pencampuran Emulsi suspensi Senywa efektivitas Amonium pengawet Asam askorbat Licorice pencampuran
Proses pelarut
Pelarut
Pelarut
keputusan Uji mutu Emulsi
uji
Asam askorbat
9.
Essensi yellow fcf
Essensi yellow fcf
Cmc -Na Gom arab PGA Botol plastik Botol kaca coklat
pembuat corpus emulsi
Emulgator
PGA
Botol kaca coklat
DATA FORMULASI BAHAN 1. Oleum Ieucoris selli / minyak ikan Pemerian : Cairan kuning pucat, bau khas, agak manis tidak tengik, rasa khas.
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) P ; mudah larut dalam kloroform P , . dalam eter P dan dalam eter m inyak tanah P. Bobob molekul : 0.9179 – 0.9249
. .
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Dn terlindung dari cahaya.
Khasiat : Sumber vitamin A dan vitamin D.
2. PGA (pulvis Gom Arabica) Sinonim : Gom arab/ Gom akasia Pemerian : hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lender. Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus . . . . cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%)P. Khasiat : Emulgator 3. Asam Askorbat Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning oleh pengaruh cahaya, lambat . . laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering stabil diudara dalam larutan . . . cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190oC Kelarutan : Agak sukar larut dalam etarol ; tidak larut dalam kloroform . . . . . . . . . eter dan benten. penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya pH
: 3 dan pH 6.
4. Essensi yellow fcf Pemerian : serbuk kuning kemerahan, larutan cairan berwarna .. . . orange terang. Rumus empiris : C16H10N2Na2O7S2Berat molekul : 452.37 5. Aquadest Nama resmi Nama lain
: AQUADESTILLATA : Air suling, Aquadest
Rumus kimia : H2O Berat molekul : 18,02
.
Pemerian :cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai . . . rasa. Penyimpanan
: dalam wadah tertutup.
FORMULA LENGKAP NAMA Minyak ikan PGA Asam Askorbat Essensi yellow fcf Aquadest
JUMLAH 30 % q.s q.s 5% Ad to 100 ml
. PERHITUNGAN BAHAN
1. 2. 3. 4. 5.
Minyak ikan
30 gram
PGA
x 30 g = 10 gram
Asam askorbaat
= x 100ml=0.10gram
Esensi jeruk Aquadest Aquadest untuk melarutkan PGA
5 ml ad 100 ml 1.5 x 10 = 15 ml
PERHITUNGAN BAHAN UNTUK 2 BOTOL Oleum Lecoris 30 gram X 2 = 60 gram PGA 10 gram X 2 = 20 gram Asam askorbat 10 gram X 2 = 20 gram Aquadest ad 100 ml X 2 = ad 200 ml Aquadest untuk melarutkan PGA 15 ml X 2 = 30 ml
KEGUNAAN Sumber vitamin A dan D Emulgator Pengawet Flavouring Agent Pelarut
PROSEDUR TETAP PROSEDUR TETAP LAB. ISTN PEMBUATAN EMULSI Disusun Oleh: Diperiks Disetuju 1. Tria putri a Oleh: i Oleh: utami 2. Feby ramdhon y 3. Ananda arya Tgl. Tgl. pratama 4. Henriko suryo windiarto
Hal. 01 Dari 03 No. Tanggal Berlaku: Pengganti
Tgl.
Penanggung Jawab
PROSEDUR 1. PERSIAPAN Penimbangan botol Penimbangan bahan
-
2. PROSEDUR KERJA o Disediakan alat dan bahan Disetarakan timbangan Ditimbang semua bahan dan ditara botol ad 100 ml tandai Dipanaskan aquadest yang digunakan untuk melarutkan PGA Setelah panas, dimasukan aquadest tersebut kedalam mortar. Tunggu hingga PGA mengembang, herus homogen( hingga terbentuk musilago yang kental dan jernih) Ditambahkan minyak ikan sedikit demi sedikit hingga terbentuk korpus emulsi Dilarutkanasam benzoate, dan asam askorbat masing-masing menggunakan aquadest, gerus homogen Lalu ditambahkan masing- masing larutan tersebut kedalam mortar, Gerus homogeny Diamkan kedalam botol obat. Ad aquadest hingga tanda 100 ml Dikocok homogen
BAB IV PEMBAHASAN Pada umumnya emulsi disebut Sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispers dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emulsi yang baik dan stabil apabila sediaan emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka waktu yang lama. Tipe- tipe emulsi yaitu dibagi menjadi dua diantaranya :
Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.
Tipe emulsi w/o atau a/m : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal.
Untuk membuat emulsi minyak ikan digunakan bahan tambahan seperti emulgator untuk.menstabilkan sediaan yaitu gummi arabicum, bahan pembawa atau pendispersi yaitu aquadestillata, bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yaitu glycerollum, bahan pengaroma untuk memberikan aroma pada sediaan, serta menutupi bau yang tidak enak yaitu dengan menggunakan oleum citric, bahan pemanis untuk memberikan rasa manis pada sediaan yaitu oleum cinnamomi, bahan antioksidan untuk mencegah reaksi oksidasi pada zat aktif yaitu tokoferol. Bahan tambahan emulgator digunakan untuk penurunan tegangan antar muka (stabilitas termodinamika), terbentuknya film antar muka yang kaku (pelindung mekanik terhadap koalesen), terbentuknya lapisan ganda listrik, merupakan pelindung listrik dari partikel. Bahan Emulgator yang digunakan adalah Gom arab/acasia.
Bahan pengawet digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroba karena pengawet sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan alam, atau bila mengandung
larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh mikroba). Bahan pengawet yang digunakan adalah glycerollum. Bahan tambahan pemanis digunakan untuk memperbaiki rasa tidak enak dari sediaan karena zat aktif minyak ikan itu sendiri beraroma amis. Bahan pemanis yang digunakan adalah oleum citrus. Bahan tambahan pewangi digunakan untuk menutupi bau yang tidak enak serta agar menarik saat diminum serta stabil dalam penyimpanan . Bahan tambahan yang digunakan adalah oleum cinnamomi. Bahan tambahan yang selanjutnya adalah pendispers atau zat pembawa yang digunakan untuk sediaan emulsi minyak ikan. Zat pembawa yang digunakan adalah air atau aquadestillata. Emulsi Minyak ikan yang dihasilkan sediaannya kurang bagus,Hal ini bisa disebabkan dari faktor bahannnya sendiri maupun dari mahasiswa yang melakukan praktikum itu sendiri. Yaitu seharusnya pada pembuatan emulsi minyak ikan adalah tipe minyak dalam air atau M/A, setelah praktikum berlanjut tipe sediaan berubah menjadi air didalam minyak disinilah terjadi Ketidakstabilan Emulsi yang disebut Invers adalah proses berubahnya tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau sebaliknya. Pada Emulsi minyak ikan terjadi kendala karena seharusnya bahan Antioksidan diberikan tokoferol namun ketersediaan di lab tidak ada, akhirnya diganti dengan BHT kemungkinan tidak berhasilan emulsi dikarenakan bahan antioksidan yang tidak sesuai dengan fungsinya atau bertolak belakang dengan khasiat yang semestinya. Sediaan emulsi minyak ikan setelah pencampuran antara emulgator dengan minyak terjadi kurang stabil kemungkinan karena lumpang dan alu kurang panas dan kemungkinan karna penggerusan yang kurang kuat dan kencang sehingga emulsi kurang stabil dan rusak Sediaan emulsi setelah diberi air untuk menambahkan sesuai tanda batas setelah dilakukan pengocokan setelah didiamkan emulsi tersebut mempunyai 2fase lapisan antara air dan minyak terpisah dan ada minyak yang mengambang-ngambang atas dipermukaan sediaan tersebut. Ada beberapa evaluasi yang dilakukan, diantara nya Uji Organoleptis, Homogenitas, viskositas (kekentalan), volume terpindahkan, dan penentuan pH. Pada uji organoleptis, hasil yang didapat sesuai dengan yang diinginkan, mulai dari warna rasa dan bau
Pada Uji homogenitas Emulsi menunjukan kurang homogenitas karena masih terdapat partikel-partikel kecil ketika di usap ditangan Pada Uji Tipe Emulsi (Dengan Pengenceran) : Emulsi menunjukan tipe A/M, terjadi perubahan tipe emulsi seharusnya tipe emulsi M/A namun dalam kenyataan berubah menjadi A/M . Pada uji pH, pH yang diinginkan yaitu 7 dan pH yang didapat adalah 7. Pengujian pH bisa disimpulkan bahwa pH yang diinginkan dan pH yang didapat yaitu sesuai.
Pada Uji Viskositas
RP M
Faktor
Kec.geser
Visk
Gaya
0,5
2K
0,0083
200
1,66
1
1K
0,0167
100
1,67
2
500
0,0333
75
2,4975
2,5
400
0,0416
60
2,496
4
250
0,0666
37,5
2,4975
5
200
0,0833
32
2,6656
10
100
0,1666
210
34,986
20
50
0,3333
100
33,33
50
20
0,8333
60
49,998
100
10
1,6666
50,5
84,166
Pada uji viskositas (kekentalan) hasil yang didapat yaitu seperti data diatas. Syarat berdasarkan Martindale yaitu 1800-2000 Cps, yang berarti bahwa viskositas yang didapat tidak memenuhi syarat, yang disebabkan karena adanya kemungkinan kurang tepatnya dalam jumlah sediaan yang digunakan serta kombinasi dalam penggunaan zat tambahan yang digunakan. Pada uji volume terpindahkan, dilakukan uji menggunakan 5 botol. Pada botol pertama, volume terpindahkan yang didapat yaitu 110 ml. Pada botol kedua, volume terpindahkan yang
didapat yaitu 110 ml. Pada botol ketiga volume terpindahkan yang didapat yaitu 98 ml. Pada botol keempat dan kelima volume terpindahkan 100ml. Pada pengujian ini bisa disimpulkan bahwa sediaan yang dihasilkan tidak terlalu kental sehingga sediaan mudah dituang. Volume Sediaan 1. 2. 3. 4.
110ml 110ml 98ml 100ml
Kriteria Tidak kurang dari 100% dan tidak kurang dari 95%
Hasil Pangamatan Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil
BAB V PENUTUP Kesimpulan Minyak ikan merupakan emulsi yang pada umumnya tipe minyak dalam air, karena untuk menutupi aroma amis atau tidak enak dari minyak ikan tersebut karena kebanyakan orang yang mengkonsumsi minyak ikan ini adalah anak-anak yang berguna untuk daya tahan tubuh, sumber vitamin A dan D serta dapat menambah nafsu anak, dan juga untuk membantu proses pertumbuhan anak. Pada pembuatan emulsi minyak ikan, didapatkan Hasil dengan Uji organoleptik diantara nya berwarna putih kekuningan, berbau jeruk dan berasa jeruk. Dan pada evaluasi, didapatkan hasil : -
Homogenitas
:
kurang homogen
-
Volume terpindahkan
:
sediaan mudah dituang
-
Uji pH
:
memenuhi syarat (pH 7)
Saran
Dalam membuat suatu sediaan harus dilakukan secara teliti dan sesuai prosedur serta berdasarkan literatur, sehingga didapatkan hasil yang sesuai dan memenuhi persyaratan
Ruangan laboratorium praktikum harap diperluas agar tidak terlalu penuh dan disesuaikan dengan kapasitas mahasiswa
Agar dilengkapi dan diperbanyak alat praktikum agar tidak berebutan dan tidak menunggu giliran terlalu lama untuk melakukan praktikum
Bahan praktikum diperbanyak dan disesuaikan kebutuhan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
FARMAKOPE INDONESIA EDISI III
FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV
FARMAKOPE INDONESIA EDISI V
MARTINDALE
ISO
LACHMAN
FARMASI FISIK
ANSEL
PENGANTAR BENTUK SEDIAAN FARMASI