Laporan Bencana Selesai (cek Lagi).docx

  • Uploaded by: Erma Nurmawati
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Bencana Selesai (cek Lagi).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,014
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa manusia (Nugroho.dkk, 2009). Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam geologi yang dapat menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar, seperti terjadinya pendangkalan, terganggunya jalur lalu lintas, rusaknya lahan pertanian, pemukiman, jembatan, saluran irigasi, dan prasarana fisik lainnya. Pengertian tanah longsor itu sendiri adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau ke luar lereng. Tanah longsor terjadi kerena ada gangguan kestabilan pada tanah atau batuan penyusun lereng. Gangguan kestabilan lereng tersebut dapat dikontrol oleh kondisi morfologi (terutama kemiringan lereng), kondisi batuan atau tanah penyusun lereng, dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mepengaruhi kondisi material sendiri sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material.

B.

Tujuan 1.

Tujuan Umum Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan pada kondisi bencana terutama Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana yang telah dilakukan.

1

2.

Tujuan Khusus Setelah mengikuti kegiatan praktik belajar klinik Keperawatan Bencana mahasiswa mampu : 1.

Menguasai konsep dan prinsip penanganan korban bencana massal.

2.

Melaksanakan manajemen penanggulangan bencana sebelum, saat, dan setelah bencana.

3.

Melaksanakan manajemen psikososial pada korban bencana tanah longsor.

C.

Manfaat 1.

Mahasiswa mengetahui konsep dan prinsip penanganan korban bencana massal.

2.

Mahasiswa mengetahui dan memahami manajemen penanggulangan bencana sebelum, saat dan setelah bencana.

3.

Mahasiswa mengetahui dan memahami manajemen psikososial pada korban bencana tanah longsor.

2

BAB II MANAJEMEN BENCANA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Bencana 2.2.1 Batu Tulis Kelurahan Batu Tulis adalah salah satu kelurahan yang berada di Kota Bogor bagian Selatan. Secara geografis, kelurahan Batu Tulis memiliki luas 66 Ha, dengan jumlah RT sebanyak 43 RT dan jumlah RW sebanyak 10 RW. Letak kondisi geografis Kelurahan Batu Tulis berada 300 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata pertahun 400 mm dan suhu rata-rata 36-38oc. Batas-batas wilayah Kelurahan Batu Tulis : a. Sebelah utara

: Kelurahan Empang

b. Sebelah selatan

: Kelurahan Lawanggintung

c. Sebelah barat

: Kelurahan Rangga Mekar

d. Sebelah timur

: Kelurahan Sukasari

Ahli Spasial Klimatologi Institut Pertanian Bogor mengatakan bahwa Bogor merupakan daerah rawan bencana hidroklimatologi. Resiko angin kencang biasanya banyak muncul pada saat terjadi peralihan musim karena perbedaan tekanan. Kota Bogor dengan struktur kawasan yang berkontur atau tidak datar menjadi salah satu pemicu terjadinya puting beliung. 2.2.2 Cimapag Cisolok Sukabumi Desa Sirna Resmi adalah salah satu desa adat yang masih melestarikan budaya pertanian tradisional. Bertani merupakan mata pencaharian pokok warga Desa Sirna Resmi. Seluruh prosesnya masih dijalankan secaara tradisional sesuai ajaran leluhur. Benih padi yang ditanam di Desa Sirna Resmi hanya jenis padi lokal (Pare Asal) sehingga pada desa ini tidak dapat ditemukan padi hasil budi daya. Pemangku adat berada pada posisi pemegang otoritas pemeliharaan benih. Setiap Incu

3

Putu (anggota masyarakat adat) hanya boleh menanam benih yang telah diberikan dan mendapat restu dari Pupuhu Adat Kasepuhan Sinar Resmi, yang pada saat ini dipegang oleh Abah Asep Nugraha. Dengan demikian, keberlangsungan pemeliharaan benih lokal tetap terjaga hingga saat ini terdapat sekitar 68 jenis varietas padi lokal yang ditanam di wilayah Kasepuhan Sinar Resmi, terdiri dari padi huma dan padi sawah. Pada masyarakat adat ini juga berlaku aturan untuk tidak menjual hasil panen padi atau disebut pamali. Seluruh hasil panen padi dimanfaatkan oleh warga lokal dengan disimpan di Leuit (Lambung Tradisional) maupun untuk keperluan ritual adat. Secara Geografis Kampung Cimapag, yang berada di Kasepuhan Sinar Resmi berada di lereng dekat dengan perbatasan Banten dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Daerah yang masuk Kampung Sinar Resmi merupakan bagian dari desa wisata yang berkontur daerah bergunung-gunung, terletak di ketinggian 300-600m dpl dan berjarak 23 km dari kecamatan utama, Cisolok. kecamatan Cisolok terletak berada di bagian barat laut Kabupaten Sukabumi dengan morfologi sebagian besar merupakan lautan/pesisir. Daratan dan perbukitan sampai pegunungan, dengan batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kebandungan b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cikakak Luas Kecamatan Cisolok berdasarkan data dari KSDA 2010 potensi desa tahun 2010 adalah 16.058 Ha. Kecamatan Cisolok terdiri dari 11 desa, yaitu : Desa Pasir Baru, Desa Cikahuripan, Desa Cisolok. Desa Karangpapak, Desa Sirnaresmi, Desa Cicadas, Desa Cikelat, Desa Gunung Kramat, Desa Gunung, Desa Caringin, dan Desa Sukarame. Pada dasarnya, Sukabumi merupakan daerah yang rawan longsor, dan bencana itulah yang paling sering terjadi selama 10 tahun terakhir.

4

Termasuk daerah Cimapag ini, juga banyak dari daerah di Sukabumi yang berasal dari material gunung api muda yang belum mengalami pemadatan sehingga bertanah gembur dan rawan longsor. 2.2 Jenis Bencana 2.2.1 Bencana Puting Beliung Daerah Indonesia sering kali terkena bencana angin puting beliung. Puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Walaupun terjadi cukup singkat, angin ini mampu menghancurkan apa saja yang ada di depannya. Benda-benda yang ada di depannya akan terbawa dan terlempar begitu saja. Sampai saat ini kejadian puting beliung sering terjadi. Angin puting beliung yang cukup besar bahkan sampai merusak rumah-rumah warga, pohon, alat transportasi dan menimbulkan korban jiwa. Bencana angin puting beliung biasanya terjadi ketika memasuki musim pancaroba, bisa terjadi saat siang ataupun sore hari. Fase terjadinya puting beliung memiliki kaitan yang erat dengan fase tumbuh awan cumulonimbus. Adapun fase terjadinya puting beliung yaitu: a.

Fase Tumbuh: dalam fase ini, didalam awan sedang terjadi arus udara yang naik ke atas dengan tekanan sangat kuat. Pada fase ini proses terjadinya hujan belum turun karena titik air serta kristal es masih tertahan oleh arus udara yang bergerak naik menuju puncak awan.

b. Fase Dewasa: pada fase ini, titik air yang sudah tidak bisa lagi ditahan oleh udara akan naik menuju puncak awan. Lalu hujan akan turun dan menyebabkan adanya gaya gesek antara arus udara yang naik dan turun. Didalam fase ini juga, temperatur massa udara yang turun mempunyai suhu udara yang lebih dingin jika dibandingkan udara yang ada di sekelilingnya. Saat arus udara naik dan turun akan menimbulkan arus geser yang memutar lalu membentuk pusaran. Semakin lama, arus udara akan semakin cepat dan membentuk

5

sebuah siklon yang “menjilat” bumi. Itulah yang disebut angin puting beliung. c.

Fase Punah: dalam fase ini, tidak ada massa udara yang naik namun massa udara akan meluas di seluruh awan. Seiring berjalan, massa ini akan berhenti dan pertumbuhan awan akan berakhir.

2.2.2 Bencana Longsor Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktorfaktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh: 1. Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungaisungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam. 2. Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat. 3. Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut. 4. Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu. 5. Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir. 6. Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.

6

Longsor berlangsung di tempat kejadian pada pukul 17.30 WIB, pada tanggal 31 Desember 2018. Longsor yang terjadi di Kampung Cimapag ini diawali oleh kemunculan hujan yang menimbulkan keretakan pada tanah. Setelah terjadinya keretakan, maka mulailah terjadi kelongsoran dari mahkota longsor, menerjang, dan terus menuruni perbukitan. Keretakan yang terjadi disana telah lama muncul sejak 24 Desember 2018. Semakin banyaknya air yang tertahan, maka longsor pun tak terhindarkan, mengikuti gaya gravitasi turun, dengan mahkota longsor 800 meter dan tebal ada yang mencapai 10 meter. Menurut warga yang diwawancarai BBC, hujan deras terjadi sebelum longsor, dan menjelang salat magrib terdengar bunyi mendengung. Begitu dilihat telah terjadi longsor.

2.3 Kelompok Rentan 2.3.1 Kelompok Rentan Bencana Puting Beliung Pada pengkajian di RT 02 RW 06 terdapat 2 kelompok rentan, dintaranya lansia dan anak-anak. Terdapat 4 orang lansia dan 5 orang anak-anak, diantaranya: 

Tn. S (65 tahun)



Ny. R (73 tahun)



Ny. S (69 tahun)



Tn. S (85 tahun)



An. K (4 tahun/P)



An. F (2 tahun/P)



An. M (2 tahun/P)



An. Z (5 tahun)



An. Fa (2 tahun)

7

2.3.2 Kelompok Rentan Bencana Longsor Sebanyak 29 rumah dengan 30 KK dan 100 jiwa juga lahan pertanian terdampak longsor. Diawal evakuasi, pada 1 Januari 2019 didapati 2 orang meninggal dunia, 3 orang luka-luka, 41 orang belum ditemukan dan yang lainnya selamat. Perkembangan pada Sabtu, 5 Januari 2019 pada penanganan hari ke 6 Humas dan Protokoler Basarnas Jawa Barat mencatat bahwa korban meninggal 31 orang, 3 orang luka-luka,64 orang yang selamat, 2 orang dinyatakan hilang atau dalam pencarian. Sementara kompas.com memberitakan pada 6 Januari 2019 diakhir masa tahap tanggap darurat operasi pencarian mencatat bahwa 32 orang berhasil ditemukan dengan kondisi meninggal dunia dan 1 orang dinyatakan hilang.

8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Proporsi Masalah 3.1.1 Batu Tulis Pada hari Rabu, 27 Februari pukul 09:00 WIB kelompok melakukan pengkajian ke RT 02 RW 06 Kelurahan Batu Tulis, Kecamatan Bogor Selatan. Pengkajian dilakukan dengan sasaran 24 KK. Dari 24 KK, ada 10 KK yang rumahnya mengalami kerusakan. Diantaranya: 1.

Ny. N (60 tahun). Rumah Ny. N mengalami kerusakan, bagian asbes rumah beliau berayun-ayun.

2.

Ny. S (53 tahun). Bagian atas rumah beliau rusak.

3.

Ny. S (63 tahun). Bagian lantai 2 rumah beliau mengalami kerusakan.

4.

Tn. S (65 tahun). Atap rumah beliau terbawa angin.

5.

Ny. E (58 tahun). Atap rumah bagian ruang tengah beliau terbang dan berayun-ayun.

6.

Tn S (85 tahun). Bagian luar rumah beliau mengalami kerusakan.

7.

Ny. M (46 tahun). Sisi rumah beliau mengalami kerusakan.

8.

Ny. S (40 tahun). Bagian luar rumah, serta beberapa kamar dirumah beliau mengalami kerusakan.

9.

Ny. A (56 tahun). Atap rumah beliau terbawa angin.

10. Tn. R (26 tahun). Bagian lantai 2 rumah beliau mengalami kerusakan. Dari 24 KK, ada 20 orang yang mengalami masalah psikososial dan masalah kesehatan. Diantaranya: 1.

Ny. S (53 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan & marah. Jika beliau mengingat kejadian bencana kemarin, beliau merasa marah dan takut jika sudah mulai hujan angin.

9

2.

Ny. S (63 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan. Beliau suka terbangun di malam hari jika mendengar suara angin kencang serta takut jika sedang hujan angin.

3.

Tn. S (65 tahun). Beliau memiliki masalah kesehatan fisik, yaitu mengalami pusing selama 2 bulan belakangan ini.

4.

Ny. A (56 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan dan depresi sedang. Setelah kejadian, beliau terkadang berteriak jika mengingat kejadian bencana kemarin.

5.

An. K (4 tahun/P). An. K memiliki masalah kecemasan. Jika ia sedang bermain lalu turun hujan, ia akan berlari menghampiri ibunya sambil menangis.

6.

Tn. R (26 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan. Saat hujan angin beliau merasa cemas serta di malam hari beliau kadang terbangun.

7.

An F (2 tahun/P). An. K memiliki masalah trauma dan kecemasan. Ia akan menangis ketakutan jika angin mulai kencang serta hujan angin.

8.

An. M (2 tahun/L). Ia memiliki masalah ketakutan.

9.

Tn. Y (54 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan dan gangguan pola tidur.

10. Ny. M (45 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan, gangguan pola tidur serta hipertensi. 11. An Z (5 tahun/P). Ia memiliki masalah ketakutan. 12. Ny. R (73 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan, gangguan pola tidur serta hipertensi. 13. Ny. Y (50 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan, gangguan pola tidur serta hipertensi. 14. Tn. M (56 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan dan hipertensi 15. Ny. Y (40 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan dan hipertensi. 16. Ny. E (58 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan.

10

17. An Fa (2 tahun/P). Ia mengalami masalah ketakutan. 18. Ny. S (69 tahun). Beliau mengalami masalah kecemasan dan hipertensi 19. Ny. M (46 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan. 20. Tn S (85 tahun). Beliau memiliki masalah kecemasan serta mengalami luka dibagian kuping saat terjadi bencana.

3.1.2 Cimapag Cisolok Sukabumi Pada hari sabtu, 2 maret 2019 pukul 10.00 kelompok melakukan pengkajian kerumah korban bencana longsor Cisolok, Sukabumi. Pengkajian dilakukan kepada Ibu Lia yang merupakan istri dari Bapak Armin, Ibu Lia berumur 26 tahun, berasal dari Suku Sunda, tinggal di Kampung Cimapag Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok. Saat ini beliau tinggal dirumah warga bersama anak dan suaminya selama 2 bulan setelah kejadian bencana longsor yang menimpanya pada tanggal 31 Desember 2018. Pendidikan terakhir beliau yaitu Sekolah dasar, saat ini beliau tidak bekerja atau menjadi Ibu Rumah Tangga dan suaminya bekerja sebagai petani di sawah dengan pendapatan tak tentu namun dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Saat kejadian tanggal 31 Desember 2018 tepatnya pada saat malam pergantian tahun, korban berada di dalam rumahnya dan segera berlari untuk menyelamatkan diri saat bencana longsor mulai terjadi. Namun meskipun sudah berusaha menyelamatkan diri korban dan anggota keluarganya mengalami luka-luka pada tubuhnya akibat tertimpa bendabenda akibat longsor. Selain luka-luka, rumah dan barang-barang korban hancur serta korban kehilangan keluarga yaitu bibi dari korban. Setelah kejadian dalam 1 bulan terakhir ada beberapa hal yang membuat korban menjadi stress, seperti selalu terbayang-bayang dan bermimpi tentang bencana longsor yang menimpanya, merasa takut dan cemas akan terulang kembali kejadian serupa, jantung berdebar saat teringat bencana longsor, sering merasa sulit tidur, pusing, nyeri ulu hati, dan gelisah pasca kejadian bencana longsor.

11

3.2 Tindakan Yang Dilakukan 3.2.1 Batu Tulis Setelah melakukan pengkajian pada korban, didapatkan masalah paling banyak terjadi yaitu kecemasan, gangguan pola tidur serta hipertensi. Kami melakukan tindakan kepada kelompok usia dewasa yang dapat membuat korban menjadi lebih rileks seperti melakukan pemeriksaan kesehatan yaitu mengukur tekanan darah, setelah itu melakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam, pertama-tama kelompok memperagakan cara yang baik dan benar untuk melakukan teknik nafas dalam dan menjelaskan manfaat dari teknik nafas dalam tersebut, setelah itu memberikan kesempatan kepada korban untuk mengulang gerakan atau cara melakukan teknik nafas dalam dengan baik dan benar. Dan yang terakhir kelompok memberikan penyuluhan tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana angin puting beliung yang didalamnya menjelaskan tanda-tanda terjadinya longsor. Kepada kelompok usia anak, kami melakukan tindakan yaitu mengajak bermain dan menggambar.

3.2.2 Cimapag Cisolok Sukabumi Setelah melakukan pengkajian pada korban yang bernama Ibu Lia, didapatkan masalah yang terjadi yaitu kecemasan. Kelompok melakukan tindakan yang dapat membuat korban menjadi lebih rileks seperti melakukan pemeriksaan kesehatan yaitu mengukur tekanan darah, setelah itu melakukan Teknik Nafas Dalam, pertama-tama kelompok memperagakan cara yang baik dan benar untuk melakukan teknik nafas dalam dan menjelaskan manfaat dari teknik nafas dalam tersebut, setelah itu memberikan kesempatan kepada korban untuk mengulang gerakan atau cara melakukan teknik nafas dalam dengan baik dan benar. Dan yang terakhir kelompok memberikan penyuluhan tentang longsor yang didalamnya menjelaskan pengertian longsor, tanda-tanda terjadinya longsor, masalah kesehatan yang dapat terjadi, dan hal-hal yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana-bencana-pasca bencana.

12

3.3 Ketidaksesuaian 3.3.1 Batu Tulis Saat dilakukan wawancara, korban tidak dapat menceritakan secara rinci perihal kejadian bencana dikarenakan waktu kejadian sudah cukup lama 3.3.2 Cimapag Cisolok Sukabumi Saat dilakukan wawancara, Ibu Lia dalam menjawab pertanyaan terlihat masih bersedih atas kejadian yang menimpa keluarganya. 3.4 Faktor Pendukung 3.4.1 Batu Tulis Pada saat melakukan pengkajian kelompok diantar oleh kepala daerah untuk menemui korban, pada saat itu juga korban sedang berada dirumah. Hal itu memudahkan mahasiswa untuk mengkaji langsung kepada korban. Korban kooperatif saat dilakukan wawancara. 3.4.2 Cimapag Cisolok Sukabumi Pada saat melakukan pengkajian kelompok diantar oleh warga kerumah korban, sebelumnya pak RT sudah memberitahukan kepada korban bahwa akan ada mahasiswa yang datang untuk melakukan pengkajian terkait bencana longsor yang telah dialaminya beberapa bulan yang lalu. Korban kooperatif saat dilakukan wawancara. 3.5 Faktor Penghambat 3.5.1 Batu Tulis Pada saat akan dilakukan wawancara beberapa kepala daerah terlihat belum ada persiapan yaitu memberitahu pihak korban untuk diwawancara oleh mahasiswa sehingga kepala daerah masih tampak kebingungan untuk memilih keluarga mana yang akan diwawancara oleh mahasiswa, hal itu menyebabkan berkurangnya waktu wawancara yang cukup lama bagi mahasiswa. 3.5.2 Cimapag Cisolok Sukabumi Untuk melakukan pengkajian kepada korban bencana longsor kami harus menempu jarak jauh sekitar 4 km dari tempat singgah kami yaitu

13

Kasepuhan Sinarresmi. Pada saat sampai di lokasi korban yang terkena bencana longsor sudah mulai menyebar melakukan kegiatan masingmasing sehingga kelompok tidak dapat melakukan terapi kelompok pada korban benca longsor, akhirnya kelompok melakukan pengkajian dan terapi individu ke rumah korban. 3.6 Solusi/Rencana Tindak Lanjut 3.6.1 Batu Tulis Sebaiknya pemerintah memberikan bantuan lebih kepada korban yang rumahnya mengalami kerusakan berat, karena masih ada beberapa korban yang sampai saat ini rumahnya masih belum diperbaiki akibat tidak adanya biaya perbaikan rumah. 3.6.2 Cimapag Cisolok Sukabumi Sebaiknya para korban bencana longsor mendapatkan bantuan lebih banyak lagi untuk membuat rumah yang baru, karena rumah korban sudah hancur akibat bencana longsor.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya batuan atau gumpalan besar tanah. Pada hari Senin 31 Desember 2018 pukul 17.00 WIB telah terjadi longsor di Kampung Cimapag Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Sukabumi dengan jumlah 29 rumah, 30 KK, 100 jiwa, 64 orang selamat, 32 orang meninggal dan 1 orang tidak ditemukan. Salah satu korban yang selamat dari bencana tanah longsor yaitu Bapak arnin. Beliau dan keluarga selamat dari bencana tanah longsor, namun rumahnya hancur. Saat ini beliau sangat tabah dan iklas menghadapi semua ini 4.2 Saran Karena umumnya bahaya bencana dapat terjadi dimana saja dengan sedikit atau tanpa peringatan, maka sangat penting bersiaga terhadap bahaya

14

bencana untuk mengurangi risiko dampaknya. Melalui pendidikan masyarakat, dapat dilakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko bencana. Selain itu, agar masyarakat mengetahui langkah-langkah penanggulangan bencana sehingga dapat mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat bila terjadi ancaman, menyelamatkan diri, memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi agar menjadi masyarakat yang aman, mandiri, dan berdaya tahan terhadap bencana.

15

Related Documents


More Documents from "Husna Mawardah Halim"

Sop Nebulizer.docx
December 2019 7
Format Lp Dan Sp.docx
June 2020 8
Chapter 5
November 2019 76
Chapter 9
November 2019 65