Laporan Akhir Cek Effluent Ipald.pdf

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Akhir Cek Effluent Ipald.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 9,571
  • Pages: 61
Dinas Perumahan dan Permukiman Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan 2018

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka pencapaian target universal akses sanitasi pada Kabupaten Lampung Selatan, Dinas Perumahan dan Permukiman sebagai leading sector bagi program infrastruktur sanitasi mendapat dukungan dari pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Khusus dalam mendorong tersedianya infrastrukstur sanitasi yaitu berupa pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD). Sejak tahun 2017 Dinas Perumahan dan Permukiman telah membangun IPALD di kawasan permukiman, diantaranya di kawasan permukiman pada Desa Pisang dan Desa Tanjung Heran (Kecamatan Penengahan), serta Desa Kecapi (Kecamatan Kalianda) dengan masingmasing akses layanan mencapai 25 sambungan rumah (SR). Sebagai bentuk tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan melalui tupoksi pada Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Lampung Selatan terhadap kualitas infrastruktur yang telah terbangun wajib untuk dilakukan evaluasi bagi fungsi dan sistem operasionalnya untuk memastikan bahwa infrastruktur tersebut bermanfaat dan tidak mencemari lingkungan. Oleh karena itu, pengecekan kualitas effluent (zat keluaran) hasil proses pada IPALD bersistem komunal yang telah terbangun di tahun 2017 tersebut akan dilakukan sebagai bentuk komitmen pemerintah daerah dalam rangka menjalankan program tata kelola sanitasi aman. Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya Laporan Pengecekan Effluent IPALD ini, sehingga dokumen ini dapat bermanfaat dalam pembangunan sanitasi di Kabuapaten Lampung Selatan.

Kalianda,

Desember 2018

Plt. Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Lampung Selatan

BURHANUDDIN, S.H. Pembina Utama Muda NIP. 19610817 199101 1 003

i

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………………….. Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………………. Daftar Tabel …..……………………………………………………………………………………………………. Daftar Gambar …..………………………………………………………………………………………………….

i ii iii iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………….….. 1.2. Maksud dan Tujuan …………………….……………………………..…………………………..…. 1.3. Dasar Hukum ……………..………….……………………………………..…………………………... 1.4. Lokasi Pekerjaan …..……………….……………………………………..…………………………... 1.5. Ruang Lingkup Pekerjaan ..…….……………………………………..…………………………... 1.6. Sistematika Penulisan …………………………………………………………………………………

I-1 I-2 I-3 I-3 I-3 I-4

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN 2.1. Profil Singkat Kecamatan Penengahan ……………..……………….…….………………… 2.2. Profil Singkat Kecamatan Kalianda ……………………...…………………………………….

II-1 II-7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi ………………………………………..……..…… 3.2. Anaerobic Baffled Reactor (ABR) .…………..……..…………………………………………. 3.3. Anaerobic Filter (AF) …………………………………………………………………………………. 3.3. Pemantauan Air Limbah Domestik …………………………………………………………….

III-1 III-3 III-6 III-8

BAB IV METODOLOGI STUDI 4.1. Tahapan Studi ………………………………..………………..………………………………………… 4.2. Lokasi Studi ……………………………………..…..……………………………………….…………… 4.3. Data Yang Diperlukan ……………………………………………………………………………….. 4.4. Analisis Data ……………………………………………………………………………………………….

IV-1 IV-2 IV-5 IV-6

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Kualitas Effluent IPALD …..………………………………………………………………..………… V-1 5.2. Evaluasi Kinerja IPALD .…..………….………………………………….…………………………… V-4 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan …………………………………….………………..………………………………………… VI-1 6.2. Saran ……………………………………………….…..……………………………………….…………… VI-2 Daftar Pustaka Lampiran

ii

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4. Tabel 2.5. Tabel 2.6. Tabel 5.1.

Jumlah SD, SLTP, dan SLTA di Desa Tanjung Heran, 2017 Pentahapan Keluarga Sejahtera di Desa Tanjung Heran, 2017 Jumlah SD, SLTP, dan SLTA di Desa Pisang, 2017 Pentahapan Keluarga Sejahtera di Desa Pisang, 2017 Jumlah SD, SLTP, dan SLTA di Desa Kecapi, 2017 Pentahapan Keluarga Sejahtera di Desa Kecapi, 2017 Hasil Uji Effluent SPALD Desa Tanjung Heran, Pisang dan Kecapi

II-4 II-4 II-6 II-6 II-10 II-10 V-3

iii

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3. Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 4.3. Gambar 4.4. Gambar 4.5. Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar 5.1. Gambar 5.2. Gambar 5.3. Gambar 5.4.

Peta Wilayah Kecamatan Penengahan dan Desa Tanjung Heran Peta Wilayah Kecamatan Penengahan dan Desa Pisang Peta Wilayah Kecamatan Kalianda dan Desa Kecapi Tipikal Bangunan Anaerobic Baffled Reactor (ABR) Tipikal Bangunan Anaerobic Upflow Filter (AUF) Diagram Alir Studi Sketsa dan Peta Lokasi IPALD Desa Tanjung Heran IPALD Desa Tanjung Heran Sketsa dan Peta Lokasi IPALD Desa Pisang IPALD Desa Pisang Sketsa dan Peta Lokasi IPALD Desa Kecapi IPALD Desa Kecapi Titik Pengambilan Sampel Effluent IPALD Desa Tanjung Heran Titik Pengambilan Sampel Effluent IPALD Desa Pisang Titik Pengambilan Sampel Effluent IPALD Desa Kecapi IPALD Komunal 25 KK

II-3 II-5 II-9 III-3 III-6 IV-1 IV-2 IV-3 IV-3 IV-4 IV-4 IV-5 V-1 V-2 V-3 V-7

iv

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Dalam rangka pencapaian target universal akses sanitasi di Kabupaten Lampung

Selatan, Dinas Perumahan dan Permukiman sebagai leading sector bagi program infrastruktur sanitasi mendapat dukungan dari pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam mendorong tersedianya infrastrukstur sanitasi, yaitu berupa pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD). Sejak tahun 2017 Dinas Perumahan dan Permukiman telah membangun IPALD di beberapa kawasan permukiman. Pembangunan tersebut dilakukan pada beberapa titik lokasi sebagai berikut: (1) di kawasan permukiman pada Desa Pisang dan Desa Tanjung Heran, Kecamatan Penengahan, serta Desa Kecapi, Kecamatan Kalianda dengan masing-masing akses layanan mencapai 25 sambungan rumah (SR). Air limbah domestik yang dihasilkan dari skala rumah tangga dan usaha dan/atau kegiatan berpotensi mencemari lingkungan, sehingga perlu dilakukan pengolahan air limbah sebelum dibuang ke media lingkungan. Dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, disebutkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan air limbah domestik wajib melakukan pengolahan air limbah domestik yang dihasilkannya. Selanjutnya, dalam Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Menteri tersebut juga dinyatakan bahwa pengolahan air limbah domestik, baik secara tersendiri maupun terintegrasi, wajib memenuhi baku mutu air limbah. Oleh karenanya, sebagai bentuk tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan melalui tugas pokok dan fungsi pada Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Lampung Selatan terhadap kualitas infrastruktur yang telah terbangun wajib untuk dilakukan evaluasi bagi fungsi dan sistem operasionalnya untuk memastikan bahwa infrastruktur tersebut bermanfaat dan tidak mencemari lingkungan. Oleh karena itu, pemantauan kualitas effluent (zat keluaran) hasil proses pada IPALD

I-1

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

bersistem komunal yang telah terbangun di tahun 2017 tersebut akan dilakukan sebagai bentuk komitmen pemerintah daerah dalam rangka menjalankan program tata kelola sanitasi aman. Hal ini juga sejalan dengan ketentuan yang tertuang dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/ Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, dimana disebutkan bahwa terhadap pengolahan air limbah domestik, wajib dilakukan pemantauan untuk mengetahui pemenuhan ketentuan baku mutu air limbah. Penyusunan dokumen Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) ini diharapkan mampu memberikan gambaran awal mengenai kinerja IPALD yang telah beroperasi di Desa Tanjung Heran, Desa Pisang dan Desa Kecapi, khususnya dalam hal kualitas effluent IPAL yang dihasilkan dan memberikan informasi awal apakah IPAL tersebut beroperasi dengan baik dan tidak mencemari lingkungan, khususnya Badan Air Penerima-nya.

1.2

MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari pelaksanaan pekerjaan Pengecekan Effluen IPALD yang berlokasi di

Desa Tanjung Heran, Desa Pisang dan Desa Kecapi ini adalah untuk memberikan gambaran awal mengenai kinerja IPALD yang telah beroperasi dan sebagai informasi untuk rencana evaluasi kinerja yang lebih detail dan teknis, termasuk juga terkait pelaksanaan pengelolaan IPALD agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan tujuan dari dilaksanakannya pekerjaan Pengecekan Effluen IPALD yang berlokasi di Desa Tanjung Heran, Desa Pisang dan Desa Kecapi ini adalah: 1. untuk mengetahui nilai effluent dari hasil pemrosesan air limbah domestik pada IPALD Komunal yang dibangun oleh masyarakat. 2. Untuk mengetahui apakah kualitas nilai effluent tersebut masuk ke dalam kualitas baku mutu air limbah domestik yang disyaratkan dalam ambang batas sesuai dengan aturan yang berlaku 3. Mendapatkan rekomendasi dari hasil pemantauan apabila nilai effluent ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan.

I-2

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

1.3

DASAR HUKUM Landasan hukum bagi pelaksanaan pekerjaan pengecekan effluent IPALD yang

berlokasi di Desa Tanjung Heran, Desa Pisang dan Desa Kecapi, antara lain: a) Undang – Undang •

Undang – Undang

RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup b) Peraturan Pemerintah •

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.



Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.



Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

1.4

LOKASI PEKERJAAN Pengecekan Kualitas Effluen dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik

(IPALD) di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan dilakukan pada lokasi dimana telah dibangun IPALD menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Sanitasi pada tahun 2017 yang lalu, yaitu sebagai berikut: a) IPALD Desa Tanjung Heran, Kecamatan Penengahan; b) IPALD Desa Pisang, Kecamatan Penengahan; dan c) IPALD Desa Kecapi, Kecamatan Kalianda.

1.5

RUANG LINGKUP PEKERJAAN Ruang lingkup pekerjaan Pengecekan Kualitas Effluen Instalasi Pengolahan Air

Limbah Domestik (IPALD), meliputi: •

Pengumpulan data dan studi literatur terkait dengan pengecekan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD).



Survei lokasi IPALD untuk menentukan titik sampling yang tepat.



Melakukan pengambilan dan pengujian sampel air sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga diperoleh data yang valid dan akuntabel.

I-3

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)



Melakukan analisa atas hasil uji laboratorium yang diperoleh sebagai bentuk evaluasi awal atas kinerja IPALD.



Melakukan penyusunan Laporan Pengecekan Effluen Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) berdasarkan hasil studi yang dilakukan.

1.6

SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan

Air Limbah Domestik (IPALD) ini, meliputi: Bab I

Pendahuluan,

memuat: Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Dasar

Hukum, Lokasi Pekerjaan, Ruang Lingkup Pekerjaan, dan Sistematika Penulisan. Bab II

Gambaran Umum Lokasi Kegiatan, memuat: Profil Singkat lokasi kegiatan yaitu di Desa Tanjung Heran dan Desa Pisang, Kecamatan Penengahan serta Desa Kecapi, Kecamatan Kalianda.

Bab III

Tinjauan Pustaka, memuat: uraian umum mengenai metode pengolahan biologi yang digunakan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik, yaitu Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobil Filter, serta tinjauan singkat tentang Pemantauan Kualitas Air Limbah Domestik.

Bab IV

Metodologi Studi, memuat: Metode dan pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pengecekan kualitas effluen IPALD, yang berlokasi di Desa Tanjung Heran, Desa Pisang dan Desa Kecapi.

Bab V

Pembahasan, memuat: hal-hal terkait dengan hasil pengecekan kualitas effluen IPALD dan tinjauan secara umum evaluasi dari kinerja IPALD tersebut.

Bab VI

Kesimpulan dan Saran, memuat: kesimpulan dan saran rekomendasi dari hasil pengecekan kualitas effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik.

I-4

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN

2.1. PROFIL SINGKAT KECAMATAN PENENGAHAN Kecamatan Penengahan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang terletak di sebelah selatan kota Kalianda, ibukota Kabupaten. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Palas dan kecamatan Sragi, di sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Bakauheni, di sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Ketapang, dan di sebelah Barat dengan Kecamatan Kalianda. Luas Kecamatan Penengahan secara keseluruhan adalah 97,59 Km2 dengan desa Penengahan sebagai desa terluas, yaitu 9,28 Km2. Sedangkan desa dengan luas terkecil adalah desa Sukajaya, yaitu 1,65 Km2. Kecamatan Penengahan terdiri dari 22 desa, dengan pusat pemerintahan terletak di desa Pasuruan. Wilayah kecamatan Penengahan berada di kaki gunung Rajabasa, terletak di antara 105° 30’ - 105° 40’ Bujur Timur dan 5° 42’ - 5° 54’ Lintang Selatan. Adapun batas-batasnya sebagai berikut : •

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Palas dan Kecamatan Sragi



Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bakauheni



Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ketapang



Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kalianda dan Kecamatan Rajabasa

Dengan letak geografis yang demikian, seperti pada umumnya daerah di Indonesia kecamatan Penengahan merupakan wilayah tropis. Alam kecamatan Penengahan pada umumnya termasuk wilayah yang subur sehingga memungkinkan tanaman tumbuh dan selalu berbuah setiap tahunnya. Keadaan alam kecamatan Penengahan terdiri dari perbukitan dan dataran rendah dengan lahan sawah sekitar 1700 Ha dan lahan perkebunan 8200 Ha. Ketinggian ratarata di wilayah kecamatan Penengahan ialah 127 mdpl. Semenjak dimekarkannya kecamatan Bakauheni, maka kecamatan Penengahan tidak memiliki garis pantai.

II-1

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Dengan gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk kecamatan Penengahan bermata pencaharian sebagai petani. Pada awalnya sebagian besar penduduk kecamatan Penengahan adalah penduduk asli Lampung. Kemudian seiring digalakkannya transmigrasi oleh pemerintah, perlahanlahan para pendatang mulai banyak yang mendiami wilayah kecamatan Penengahan. Dari segi etnis mereka pada umumnya berasal dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selain itu, dalam jumlah yang relatif lebih sedikit terdapat warga dari suku Batak, Padang, Semendo, dsb. Dari total 22 desa, paling tidak 13 desa berpenduduk mayoritas Lampung. Etnis Sunda dan Banten menjadi penduduk mayoritas di enam desa yakni desa Belambangan, Rawi, Padan, Way Kalam, Kampung Baru dan desa Tanjung Heran. Sedangkan pendatang dari Jawa Tengah dan Yogyakarta kebanyakan berada di desa Pasuruan, Kelaten, Gandri serta sebagian Kuripan dan Penengahan. Kawasan Potensi kepariwisataan di Kecamatan Penengahan masih cukup tinggi, namun masih perlu ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai serta diperlukan profesionalisme dalam pengelolaannya. Dengan posisi wilayah yang berada di dataran tinggi, sebagian desa di kecamatan Penengahan memiliki panorama pegunungan yang asri, misalnya perbukitan Merambung di wilayah desa Padan. Terdapat dua air terjun yang sering menjadi tujuan wisatawan lokal, yakni air terjun Way Kalam (berlokasi di desa Way Kalam) dan Curug Jati (berlokasi di desa Tanjung Heran). Selain itu kecamatan Penengahan juga memiliki objek wisata rohani. Paling tidak ada dua makam yang sering menjadi tujuan para peziarah. Makam tersebut merupakan makam dari dua tokoh besar Lampung ketika masih berbentuk kerajaan, yakni Makam Pahlawan Nasional Raden Intan II (berlokasi di desa Gedungharta) dan Makam Ratu Darah Putih (berlokasi di desa Kuripan).

II-2

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

2.1.1. Profil Singkat Desa Tanjung Heran Desa Tanjung Heran merupakan salah satu desa dari Kecamatan Penengahan yang berada di bagian selatan kecamatan, dimana berbatasan dengan: Utara

: Desa Pisang

Timur

: Desa Penengahan

Selatan

: Kecamatan Bakauheni

Barat

: Desa Way Kalam

(a) Batas Wilayah Kec. Penengahan

(b) Batas Wilayah Desa Tanjung Heran

Gambar. 2.1. Peta Wilayah Kecamatan Penengahan dan Desa Tanjung Heran Desa ini berjarak sekitar 7,0 km dari ibukota Kecamatan Penengahan (yaitu: Pasuruan) dan berjarak sekitar 19,0 km dari ibukota kabupaten (Kalianda). Struktur pemerintahan sampai tingkat terendah di Desa Tanjung Heran ini terdiri atas 3 (tiga) dusun dan 6 Rukun Tetangga (RT). Perangkat Desa Tanjung Heran meliputi 1 orang Kepala Desa, yang dibantu oleh 1 orang Sekretaris Desa dan 6 orang Kepala Urusan (Kaur), serta 3 orang Kepala Dusun (Kadus). Desa Tanjung Heran memiliki luas wilayah 5,20 Km2 atau sebesar 5,33% dari total luas Kecamatan Penengahan. Sebagian besar lahan di Desa Tanjung Heran Kecamatan Penengahan merupakan lahan bukan sawah, dengan luas sekitar 403 Ha. Sedangkan, 117 Ha termasuk dalam lahan sawah. Jumlah penduduk Desa Tanjung Heran berdasarkan data tahun 2017 yaitu berjumlah 1.419 jiwa, yang terdiri atas 778 laki-laki dan 642 perempuan. Dengan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin tersebut maka diketahui bahwa sex

II-3

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

ratio penduduk di Desa Tanjung Heran sebesar 1,212. Untuk tingkat kepadatan penduduk, dengan luas wilayah 4,72 Km2 dan jumlah penduduk sekitar 1.419 jiwa, maka kepadatan penduduk Desa Tanjung Heran adalah sebesar 272,94 orang/Km2. Untuk sarana kesehatan di Desa Tanjung Heran terdapat 1 unit Poskesdes dan 1 unit Posyandu yang akan melayani penduduk Desa Tanjung Heran dalam hal pelayanan kesehatan dan pengobatan. Untuk puskesmas induk berada di ibukota kecamatan yaitu Desa Pasuruan. Selain itu, tenaga kesehatan yang ada di Desa Tanjung Heran terdiri atas 1 (satu) orang bidan dan 3 (tiga) orang dukun bayi. Terkait gambaran kondisi pendidikan, jumlah sarana prasarana pendidikan (sekolah) yang terdapat di Desa Tanjung Heran dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Jumlah SD, SLTP dan SLTA di Desa Tanjung Heran, 2017 JUMLAH SEKOLAH (unit) SD/MI

SLTP/MTs

SLTA/MA

2

1

-

(Sumber: Kantor Kecamatan Penengahan dalam Penengahan dalam Angka 2018)

Untuk kondisi ekonomi, dapat dilihat dari jumlah keluarga prasejahtera s.d. sejahtera yang terdapat di Desa Tanjung Heran. Pentahapan keluarga sejahtera di Desa Tanjung Heran tercantum pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Pentahapan Keluarga Sejahtera di Desa Tanjung Heran, 2017 JUMLAH (keluarga) Prasejahtera

Sejahtera I

Sejahtera II

Total

144

77

63

284

(Sumber: PLKB Kecamatan Penengahan dalam Penengahan dalam Angka 2018)

II-4

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

2.1.2. Profil Singkat Desa Pisang Desa Pisang merupakan salah satu desa dari Kecamatan Penengahan yang berada di bagian selatan kecamatan, dimana berbatasan dengan: Utara

: Desa Sukabaru

Timur

: Desa Sukabaru

Selatan

: Desa Tanjung Heran

Barat

: Desa Way Kalam

(a) Batas Wilayah Kec. Penengahan

(b) Batas Wilayah Desa Pisang

Gambar. 2.2. Peta Wilayah Kecamatan Penengahan dan Desa Pisang Desa ini berjarak sekitar 6,0 km dari ibukota Kecamatan Penengahan (yaitu: Pasuruan) dan berjarak sekitar 18,0 km dari ibukota kabupaten (Kalianda). Struktur pemerintahan sampai tingkat terendah di Desa Pisang ini terdiri atas 4 (empat) dusun dan 4 Rukun Tetangga (RT). Perangkat Desa Pisang meliputi 1 orang Kepala Desa, yang dibantu oleh 1 orang Sekretaris Desa dan 6 orang Kepala Urusan (Kaur), serta 4 orang Kepala Dusun (Kadus). Desa Pisang memiliki luas wilayah 3,10 Km2 atau sebesar 3,18% dari total luas Kecamatan Penengahan. Sebagian besar lahan di Desa Pisang Kecamatan Penengahan merupakan lahan bukan sawah, dengan luas sekitar 285 Ha. Sedangkan, 25 Ha termasuk dalam lahan sawah. Jumlah penduduk Desa Pisang berdasarkan data tahun 2017 yaitu berjumlah 905 jiwa, yang terdiri atas 440 laki-laki dan 465 perempuan. Dengan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin tersebut maka diketahui bahwa sex ratio penduduk di Desa

II-5

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Pisang sebesar 0,946. Untuk tingkat kepadatan penduduk, dengan luas wilayah 3,10 Km2 dan jumlah penduduk sekitar 905 jiwa, maka kepadatan penduduk Desa Pisang adalah sebesar 291,79 orang/Km2. Untuk sarana kesehatan di Desa Pisang terdapat 1 unit Poskesdes dan 1 unit Posyandu yang akan melayani penduduk Desa Pisang dalam hal pelayanan kesehatan dan pengobatan. Untuk puskesmas induk berada di ibukota kecamatan yaitu Desa Pasuruan. Selain itu, tenaga kesehatan yang ada di Desa Pisang terdiri atas 1 (satu) orang bidan dan 1 (satu) orang dukun bayi. Terkait gambaran kondisi pendidikan, jumlah sarana prasarana pendidikan (sekolah) yang terdapat di Desa Pisang dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Jumlah SD, SLTP dan SLTA di Desa Pisang, 2017 JUMLAH SEKOLAH (unit) SD/MI

SLTP/MTs

SLTA/MA

1

1

-

(Sumber: Kantor Kecamatan Penengahan dalam Penengahan dalam Angka 2018)

Untuk kondisi ekonomi, dapat dilihat dari jumlah keluarga prasejahtera s.d. sejahtera yang terdapat di Desa Pisang. Pentahapan keluarga sejahtera di Desa Pisang tercantum pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Pentahapan Keluarga Sejahtera di Desa Pisang, 2017 JUMLAH (keluarga) Prasejahtera

Sejahtera I

Sejahtera II

Total

103

45

45

193

(Sumber: PLKB Kecamatan Penengahan dalam Penengahan dalam Angka 2018)

II-6

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

2.2. PROFIL SINGKAT KECAMATAN KALIANDA Kecamatan Kalianda adalah satu bagian dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan yang merupakan ibukota Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Kalianda terletak di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 188.138/1737/PUOD tanggal 17 Juni 1999 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1999 dan Surat Keputusan Gubernur/ KDH.Tk.1 Lampung tanggal 13 Agustus 1999 Nomor 81 Tahun 1999, meresmikan Kecamatan Kalianda sebagai Ibukota dari Kabupaten Lampung Selatan yang meliputi 4 kelurahan dan 25 desa. Kecamatan Kalianda berbatasan dengan : •

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sidomulyo;



Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rajabasa;



Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda;



Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Penengahan dan Palas; Secara topografis wilayah Kecamatan Kalianda dengan luas lebih kurang 226,06

Km2, dengan daerah daratan yang merupakan daerah pertanian padi palawija, dengan status tanah kawasan hutan produksi dan tanah marga. Penggunaan tanah dalam wilayah Kecamatan Kalianda merupakan lahan kering peladangan, sawah tadah hujan, hutan negara dan perkebunan rakyat. Penduduk merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pem-bangunan, karena dengan kemampuannya mereka dapat mengelola sumber daya alam se-hingga mampu memenuhi kebutuhan hidup bagi diri dan keluarga secara berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh karena itu, dalam menangani ma-salah kependudukan, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk, tapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Kelurahan Way Urang memiliki jumlah penduduk terbanyak, diikuti Kelurahan Kalianda. Hal ini dapat disebabkan karena Kelurahan Way Urang merupakan daerah yang bersentuhan langsung dengan ibukota Kabupaten Lampung Selatan.

II-7

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Penduduk yang berdomisili di Kecamatan Kalianda, secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu penduduk asli Lampung dan penduduk pendatang. Sebagian kecil penduduk asli Lampung menyebar di hampir semua desa, akan tetapi dalam jumlah yang relatif kecil. Sementara penduduk pendatang sebagai mayoritas, sebagian besar berasal dari Pulau Jawa (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta). Selain itu ada juga yang berasal dari Bali, Sulawesi (Bugis), dan juga dari propinsi lain di Pulau Sumatera, seperti Sumatera Barat (Minang), Sumatera Utara (Batak), Sumatera Selatan (Semendo), dan lain-lain serta terdapat penduduk WNI keturunan Asing (Cina). Pertambahan Penduduk sebagian besar karena faktor alami dan sebagian lagi pendatang baru, mengingat daerah Kalianda merupakan Ibukota Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Kalianda memiliki luas wilayah 22.606 Ha terdiri dari lahan sawah seluas 6.358 Ha dan sisanya 16.248 Ha adalah lahan bukan sawah yang terdiri dari lahan pertanian non sawah dan lahan bukan pertanian (misalnya rumah, bangunan, jalan, sungai, danau, dll). Lahan sawah yang ada di Kecamatan Kalianda sebesar 25 % adalah sawah tadah hujan yang sebagian besar hanya ditanami satu kali. Dengan luasnya areal pertanian yang ada di Kecamatan Kalianda, tanaman pangan seperti padi (padi sawah dan padi ladang), jagung dan ubi kayu merupakan komoditi unggulan pada sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari luas panen dan produksi yang relatif besar dari ketiga komoditi tersebut dibandingkan luas panen tanaman pangan lainnya seperti kedelai, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar . Kecamatan Kalianda juga memiliki potensi pariwisata yang cukup menjanjikan. Daerah Tujuan Wisata di Kecamatan Kalianda pada umumnya masih bersifat alami, karena banyak yang belum dikelola secara profesional, diantaranya: (a) Pemandian Way Belerang di Desa Buah Berak; (b) Pemandian Way Belerang Simpur di Desa Kecapi; (c) TPI Bom Kalianda Bawah; (d) Wisata Pantai Laguna, Way Urang; (e) Wisata Grand Elty Krakatoa, Merak Belantung; (f) Wisata Pantai Marina, Merak Belantung; dan (g) Wisata Batu Kapal, Maja.

II-8

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

2.2.1. Profil Singkat Desa Kecapi Desa Kecapi merupakan salah satu desa dari Kecamatan Kalianda yang berada di bagian selatan kecamatan, dimana berbatasan dengan: Utara

: Desa Canggu

Timur

: Desa Babulang

Selatan

: Kecamatan Rajabasa

Barat

: Desa Pematang

(a) Batas Wilayah Kec. Kalianda

(b) Batas Wilayah Desa Kecapi

Gambar. 2.3. Peta Wilayah Kecamatan Kalianda dan Desa Kecapi Desa ini berjarak sekitar 5,5 km dari ibukota Kecamatan Kalianda (yaitu: Kalianda) dan berjarak sekitar 8,0 km dari ibukota kabupaten (Kalianda). Struktur pemerintahan sampai tingkat terendah di Desa Kecapi ini terdiri atas 3 (tiga) dusun dan 12 Rukun Tetangga (RT). Perangkat Desa Kecapi meliputi 1 orang Kepala Desa, yang dibantu oleh 1 orang Sekretaris Desa dan 5 orang Kepala Urusan (Kaur), serta 3 orang Kepala Dusun (Kadus). Desa Kecapi memiliki luas wilayah 5,85 Km2 atau sebesar 2,59% dari total luas Kecamatan Kalianda. Sebagian besar lahan di Desa Kecapi Kecamatan Kalianda merupakan lahan bukan sawah, dengan luas sekitar 460 Ha. Sedangkan, 125 Ha termasuk dalam lahan sawah. Jumlah penduduk Desa Kecapi berdasarkan data tahun 2017 yaitu berjumlah 1.488 jiwa, yang terdiri atas 770 laki-laki dan 718 perempuan. Dengan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin tersebut maka diketahui bahwa sex ratio

II-9

2018

Laporan Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

penduduk di Desa Kecapi sebesar 1,072. Untuk tingkat kepadatan penduduk, dengan luas wilayah 5,85 Km2 dan jumlah penduduk sekitar 1.488 jiwa, maka kepadatan penduduk Desa Kecapi adalah sebesar 254,37 orang/Km2. Untuk sarana kesehatan di Desa Kecapi terdapat 1 unit Poskesdes dan 2 unit Posyandu yang akan melayani penduduk Desa Kecapi dalam hal pelayanan kesehatan dan pengobatan. Untuk puskesmas induk berada di ibukota kecamatan. Selain itu, tenaga kesehatan yang ada di Desa Kecapi terdiri atas 1 (satu) orang bidan. Terkait gambaran kondisi pendidikan, jumlah sarana prasarana pendidikan (sekolah) yang terdapat di Desa Kecapi dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5. Jumlah SD, SLTP dan SLTA di Desa Kecapi, 2017 JUMLAH SEKOLAH (unit) SD/MI

SLTP/MTs

SLTA/MA

2

-

-

(Sumber: Kantor Kecamatan Kalianda dalam Kalianda dalam Angka 2018)

Untuk kondisi ekonomi, dapat dilihat dari jumlah keluarga prasejahtera s.d. sejahtera yang terdapat di Desa Kecapi. Pentahapan keluarga sejahtera di Desa Kecapi tercantum pada Tabel 2.6. Tabel 2.6. Pentahapan Keluarga Sejahtera di Desa Kecapi, 2017 JUMLAH (keluarga) Prasejahtera

Sejahtera I

Sejahtera II

Total

20

266

181

467

(Sumber: PLKB Kecamatan Kalianda dalam Kalianda dalam Angka 2018)

II-10

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR SECARA BIOLOGI Yang dimaksud dengan Pengolahan Limbah Cair secara Biologi yaitu pengolahan (treatment)

air

limbah

dengan

mendayagunakan

mikroorganisme

untuk

mendekomposisi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air limbah menjadi bahan yang kurang menimbulkan potensi bahaya (misalnya: keracunan, kematian biotik akibat penurunan DO, maupun kerusakan ekosistem). Dalam istilah lainnya, pengolahan biologis adalah penguraian bahan organik yang terkandung dalam air limbah oleh jasad renik/bakteri sehingga menjadi bahan kimia sederhana berupa unsur-unsur dan mineral yang siap dan aman dibuang ke lingkungan. Pengolahan secara biologi seringkali merupakan pengolahan tahap kedua (secondary treatment) dalam sebuah IPAL. Tujuan pengolahan air limbah secara biologis adalah untuk menghilangkan dan menstabilkan zat-zat pencemar organik terlarut yang dilaksanakan oleh jasad renik, berupa bakteri, kapang, algae, protozoa, dan lain – lain. Prinsip kerja pengolahan limbah cair secara biologi biasanya disediakan media penunjang sebagai tempat hidup mikroorganisme, baik secara melekat maupun tersuspensi sehingga mereka dapat hidup secara optimal dan menguraikan sampah organik pada air limbah tersebut. Proses pengolahan air limbah secara biologis dapat dilakukan pada kondisi aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses biologis aeorobik biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi. Pengolahan air limbah secara biologis secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam.

III-1

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air dan mikroorganime yang digunakan dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara lain: proses lumpur aktif standar/konvesional (standard activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended aeration, oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan lainnya. Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses pengolahan limbah dimana mikroorganisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Proses ini disebut juga dengan proses film mikrobiologis atau proses biofilm. Beberapa contoh teknologi pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain: trickling filter, biofilter tercelup, reaktor kontak biologis putar (rotating biological contactor, RBC), contact aeration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnnya. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikroorganisme yang tumbuh secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukan proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond). Proses dengan sistem lagoon tersebut kadang – kadang dikategorikan sebagai proses biologis dengan biakan tersuspensi. Terkait dengan pemantauan kualitas effluen pada objek studi, diketahui berdasarkan dokumen Laporan Perencanaan (Detailed Engineering Design) yang telah disusun bahwa Sistem Pengolahan yang digunakan pada IPALD di Desa Tanjung Heran, Desa Pisang dan Desa Kecapi menggunakan sistem pengolahan biologi berupa kombinasi Anaerobic Baffle Reactor (ABR) dengan Anaerobic Filter. Oleh karenanya, selanjutnya akan dibahas secara singkat mengenai kedua teknologi tersebut.

III-2

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

3.2. ANAEROBIC BAFFLED REACTOR (ABR) Anaerobic Baffled Reactor (ABR) merupakan sistem pengolahan tersuspensi anaerob, dalam biorektor berpenyekat. Pertumbuhan tersuspensi (suspended (suspended growth) growth lebih menguntungkan dibanding pertumbuhan melekat (attached (attached growth) growth karena tidak membutuhkan media pendukung serta tidak mudah tersumbat. t

Gambar 3.1. .1. Tipikal Bangunan Anaerobic Baffled Reactor (ABR) Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dikembangkan oleh McCarty dan rekan-rekannya rekan di Universitas Stanford. ABR merupakan UASB (Upflow (Upflow Anaerobic Sludge Blanket) Blanket yang pasang secara seri, namun mun tidak membutuhkan butiran (granule) ( ) dalam operasinya, sehingga memerlukan periode start-up start up lebih pendek. Serangkaian sekat vertikal dipasang dalam ABR membuat limbah cair mengalir secara under and over dari inlet menuju outlet, sehingga terjadi kontak antara limbah cair dengan biomassa aktif. Profil kosentrasi senyawa organik bervariasi sepanjang ABR sehingga menghasilkan pertumbuhan populasi mikroorganisme berbeda pada masing-masing masing masing kompartemen tergantung pada kondisi lingkungan spesifik yang dihasilkan dihasilkan oleh senyawa hasil penguraian. Bakteri dalam bioreaktor mengapung dan mengendap sesuai karakteristik aliran dan gas yang dihasilkan, tetapi bergerak secara horisontal ke ujung reaktor secara perlahan sehingga meningkatkan cell retention time. Limbah cair berkontak dengan biomassa aktif selama mengalir dalam reaktor, sehingga efluen terbebas dari padatan biologis (biological solids). ). Konfigurasi tersebut mampu menunjukkan tingkat penyisihan COD yang tinggi.

III-3

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

ABR terdiri dari beberapa bak, dimana bak pertama untuk menguraikan air limbah yang mudah terurai dan bak berikutnya untuk menguraikan air limbah yang lebih sulit, demikian seterusnya. ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa reaktor baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan aliran air keatas (upflow) melalui beberapa seri reaktor selimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini memberikan waktu kontak yang lebih lama antara biomasa anaerobic dengan air limbah sehingga akan meningkatkan kinerja pengolahan. Teknologi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan memaksa air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif sehingga cocok untuk pengolahan air limbah bersama beberapa rumah (komunal). Kriteria desain ABR berdasarkan Sasse (1998) adalah sebagai berikut: •

Up flow velocity : < 2 m/jam



Panjang : 50-60% dari ketinggian



Removal COD : 65-90%



Removal BOD : 70-95%



Organic loading : < 3 kg COD/m3.hari



Hydraulic retention time : > 8 jam Berdasarkan aspek proses biokimia yang berlangsung, teknologi Anaerobic Baffled

Reactor (ABR) memiliki beberapa kelebihan, yaitu: 1. ABR mampu memisahkan proses asidogenesis dan metanogenesis secara longitudinal yang memungkinkan reaktor memiliki sistem dua fase (two stage), tanpa adanya masalah pengendalian dan biaya tinggi. 2. Desainnya sederhana, tidak memerlukan pengaduk mekanis, biaya konstruksi relatif murah, biomassa tidak memerlukan karakteristik pengendapan tertentu, lumpur yang dihasilkan rendah, SRT tinggi dicapai tanpa media pendukung serta tidak memerlukan sistem pemisahan gas. Peningkatan volume limbah cair tidak masalah, bahkan memungkinkan operasional intermitten, selain itu ABR stabil terhadap adanya beban kejut hidrolik dan organik (hyhraulic and organik shock loading). Selain itu konfigurasi ABR melindungi biomassa dari senyawa toksik dalam influen.

III-4

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

3. Selain itu, pola hidrodinamik ABR dapat mereduksi terbuangnya bakteri (bacterial washout) dan mampu menjaga biomassa tanpa penggunaan fixed media. Pemisahan dua fase menyebabkan peningkatan perlindungan terhadap senyawa toksik dan memiliki ketahanan terhadap perubahan parameter lingkungan seperti pH, temperatur dan beban organik. Sedangkan kelemahan dari desain reaktor bersekat adalah bioreaktor harus dibangun cukup rendah untuk mempertahankan aliran ke atas (upflow) cairan maupun gas. Untuk meningkatkan kinerja ABR, perlu dipertimbangkan beberapa aspek yang berkaitan dengan struktur mikroorganisme yang akan terbentuk dalam reaktor, yaitu: kecepatan aliran permukaan, waktu kontak, laju pembebanan organik, karakteristik limbah cair, jenis bibit lumpur yang digunakan, suhu, pH dan alkalinitas, serta keberadaan polimer dan kation seperti Ca, Mg dan Fe. Variasi modifikasi ABR telah banyak dikembangkan guna untuk meningkatkan kinerjanya, diantaranya: melalui perubahan desain sekat, menerapkan reaktor hibrid, unit pengendap digunakan untuk mengendapkan dan meresirkulasi padatan, modifikasi media yang digunakan, dan integrasi ABR dengan proses elektrokimia. Dari aspek praktis / penerapannya, teknologi Anaerobic Baffled Reactor (ABR) memiliki kelebihan, yaitu: •

Luas lahan yang dibutuhkan sedikit karena dibangun di bawah tanah;



Biaya pembangunan kecil;



Biaya pengoperasian dan perawatan murah dan mudah; dan



Efluen dapat langsung dibuang ke badan air penerima.

Sedangkan, kekurangannya, yaitu: •

Diperlukan tenaga ahli untuk desain dan pengawasan pembangunan, salah satunya diperlukan tukang ahli untuk pekerjaan plester berkualitas tinggi untuk konstruksi beton.



Efisiensi pengolahan rendah



Tidak boleh terkena banjir



Memerlukan sumber air yang konstan



Perlu dilakukan pengurasan berkala setiap (2-3 tahun).

III-5

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

3.3. ANAEROBIC FILTER (AF) Anaerobic Filter adalah sebuah fixed-bed bioloigical reaktor. Anaerobic Filter biasanya digunakan sebagai secondary treatment dalam skala rumah tangga yang mana didalamnya terdapat media sebagai tempat perlekatan bakteria yang berfungsi untuk mensuspensi TSS yang terdapat pada Blackwater dan Greywater dengan kata lain membentuk biofilm. Dengan begitu, bisa memulihkan biogas pada air limbah yang dihasilkan sehingga bisa meminimalisir pencemaran lingkungan.

Gambar 3.2. Tipikal Bangunan Anaerobic Upflow Filter (AUF) Biasanya media yang digunakan adalah batu, plastik raschig ring, flexi ring, plastic ball, cross flow dan tubular media, kayu, bambu atau yang lainnya untuk perlekatan bakteri. Media biasanya dipasang secara random atau acak dengan tiga mode operasi upflow, downflow dan fluidized bed. Anaerobic Filter didasarkan pada kombinasi pengolahan physical dan biologi, dimana didalamnya terdapat area yang kedap air yang terdiri dari beberapa lapis media yang berfungsi sebagai tempat bakteria mendegradasi padatan yang terdapat pada air buangan. Anaerobic Filter sangat cocok digunakan untuk mengolah air limbah yang memiliki persentase padatan tersuspensi yang rendah, seperti dalam skala rumah tangga. Kriteria desain Anaerobic Filter berdasarkan Sasse (1998), yaitu: •

Luas permukaan media : 90-300 m2/m3



Removal BOD : 70-90%



Jenis media : kerikil, batu (5-10 cm), plastik, arang (5-15 cm)



Organic loading : 4-5 kg COD/m3.hari



Hydraulic retention time : 1,5-2 hari

III-6

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Untuk memungkinkan pembentukan biofilm yang diperlukan untuk pengolahan anaerob, maka perlu pembibitan pada awal proses pengolahan seperti pada septic tank dan anaerobic baffled reactors. Pembibitan dapat dilakukan dengan penyemprotan lumpur aktif (misalnya dari sebuah tangki septik) pada bahan saringan sebelum memulai operasi kontinyu. Selanjutnya, ketika efisiensi pada anaerobic filter menurun, filter yang digunakan harus dibersihkan dengan pembilasan kembali dari air limbah atau dengan menghapus massa filter untuk membersihkan di luar reaktor. Seperti dengan tangki septik, penyedotan dari ruang pengolahan utama harus dilakukan secara berkala. Kedua, penyedotan dan pembersihan bahan filter dapat membahayakan kesehatan manusia karena anaerobic filter menghasilkan biogas sehingga perlu adanya tindakan pencegahan keselamatan yang tepat. Dari aspek praktis / penerapannya, teknologi Anaerobic Filter memiliki kelebihan, yaitu: •

Tahan terhadap getaran yang ditimbulkan oleh bahan organik dan hidrolik.



Dapat mereduksi BOD dan TSSl serta lumpur yang dihasilkan rendah.



Tidak membutuhkan energi listrik sehingga bisa menghemat biaya.



Dapat dibangun dan diperbaiki dengan bahan-bahan lokal yang tersedia serta panjang umurnya. Material filter dapat menggunakan bahan lokal atau pabrikan.



Tidak ada masalah dengan lalat atau bau, jika dioperasionalkan dengan benar.



Luas lahan yang dibutuhkan sedikit karena dibangun di bawah tanah.



Biaya pengoperasian dan perawatan murah dan mudah.



Efisiensi pengolahan limbah relatif lebih tinggi.



Efluen dapat langsung dibuang ke badan air penerima.

Sedangkan, kekurangannya adalah: •

Diperlukan tenaga ahli untuk desain dan pengawasan pembangunan, salah satunya tukang ahli untuk pekerjaan plester berkualitas tinggi.



Membutuhkan waktu start-up yang cukup lama.



Pori-pori filter mudah tersumbat apabila masih ada padatan terbawah setelah pengolahan primer. Tidak boleh terendam banjir.



Perlu dilakukan pembersihan filter secara berkala setiap (2-3 tahun).

III-7

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

3.4. PEMANTAUAN AIR LIMBAH DOMESTIK Yang dimaksud dengan air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Air limbah domestik yang dihasilkan dari skala rumah tangga dan usaha dan/atau kegiatan berpotensi mencemari lingkungan, sehingga perlu dilakukan pengolahan air limbah sebelum dibuang ke media lingkungan. Dalam hal pemantauan kualitas air limbah domestik ini harus mengacu pada ketentuan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri tersebut diatas, diatur bahwa terhadap pengolahan air limbah domestik, wajib dilakukan pemantauan untuk mengetahui pemenuhan ketentuan baku mutu air limbah. Dalam Pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa pemantauan yang dilakukan untuk memenuhi ketentuan persyaratan teknis, antara lain: a. menjamin seluruh air limbah domestik yang dihasilkan masuk ke instalasi pengolahan air limbah domestik; b. menggunakan instalasi pengolahan air limbah domestik dan saluran air limbah domestik kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah domestik ke lingkungan; c. memisahkan saluran pengumpulan air limbah domestik dengan saluran air hujan; d. melakukan pengolahan air limbah domestik, sehingga mutu air limbah domestik yang dibuang ke sumber air tidak melampaui baku mutu air limbah domestik; e. tidak melakukan pengenceran air limbah domestik ke dalam aliran buangan air limbah domestik; f. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji air limbah domestik dan koordinat titik penaatan; dan g. memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah domestik di titik penaatan. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik bahwa pengolahan air limbah domestik, baik secara

III-8

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

tersendiri maupun terintegrasi, wajib memenuhi baku mutu air limbah. Yang dimaksud dengan baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan. Berdasarkan Lampiran I Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, baku mutu air limbah domestik tersendiri yaitu: Parameter

Satuan

Kadar Maksimum*

-

6–9

BOD

mg/L

30

COD

mg/L

100

TSS

mg/L

30

Minyak Lemak

mg/L

5

Amoniak

mg/L

10

Jumlah / 100mL

3000

L/orang/hari

100

pH

Total Coliform Debit

Keterangan: * = Rumah susun, penginapan, asrama, pelayanan kesehatan, lembaga pendidikan, perkantoran, perniagaan, pasar, rumah makan, balai pertemuan, arena rekreasi, permukiman, industri, IPAL kawasan, IPAL permukiman, IPAL perkotaan, pelabuhan, bandara, stasiun kereta api,terminal dan lembaga pemasyarakatan.

III-9

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

BAB IV METODOLOGI STUDI

4.1. TAHAPAN STUDI Tahapan studi diawali dengan tinjauan literatur terkait dengan pengolahan air limbah domestik dan pemantauan kualitas efluen air limbah domestik; dilanjutkan dengan melakukan pengumpulan data sekunder, khususnya data perencanaan awal pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD); melakukan survei lapangan untuk mengetahui kondisi titik sampling IPALD yang akan dipantau; melakukan pengambilan dan pengujian sampel effluen IPALD; dan melakukan pembahasan terhadap hasil analisa pengujian yang diperoleh untuk selanjutnya merumuskan kesimpulan dan rekomendasi. Adapun tahapan studi yang dilakukan diilustrasikan pada Gambar. 4.1. berikut.

Gambar 4.1. Diagram Alir Studi

IV-1

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

4.2. LOKASI STUDI Kegiatan Pengecekan Effluent IPAL Domestik ini dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik yang telah dibangun pada tahun 2017 yang lalu, yang berada pada 3 (tiga) lokasi, lokasi yaitu: •

IPALD Desa Tanjung Heran, Kecamatan Penengahan IPALD ini berada pada titik koordinat: 5°47'39.30"S dan 105°42'8.40"E. 105°42'8.40"E

Gambar 4.2. Sketsa dan Peta Lokasi IPALD Desa Tanjung Heran

IV-2

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Gambar 4.3. IPALD Desa Tanjung Heran •

IPALD Desa Pisang, Kecamatan Penengahan IPALD ini berada pada titik koordinat: 5°46'53.40"S dan 105°42'6.10"E.

Gambar 4.4. 4. Sketsa dan Peta Lokasi IPALD Desa Pisang

IV-3

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Gambar 4.5. IPALD Desa Pisang •

IPALD Desa Kecapi, Kecamatan Kalianda IPALD ini berada pada titik koordinat: 5°43'59.90"S dan 105°37'15.30"E. 105°37'15.30"E

Gambar 4.6. 4. Sketsa dan Peta Lokasi IPALD Desa Kecapi

IV-4

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Gambar 4.7. IPALD Desa Kecapi

4.3. DATA YANG DIPERLUKAN Data yang diperlukan dalam Studi Pengecekan Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) pada Desa Tanjung Heran, Desa Pisang dan Desa Kecapi, terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan adalah data hasil pengujian kualitas effluen IPAL tersebut. Untuk memperolah data tersebut, dilakukan pengambilan sampel dan dilanjutkan dengan pengujian sampel tersebut di laboratorium. Terkait hal tersebut, untuk memperolah data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan maka pengambilan dan pengujian sampel dilakukan oleh salah Laboratorium yang Terakreditasi di Provinsi Lampung, yaitu UPTD Laboratorium Lingkungan – Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Lampung. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan berupa data kondisi/profil lokasi studi dan data perencanaan awal IPAL (dalam hal ini hanya terdapat data Detailed Engineering Design). Data tersebut diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti BPS, Kantor Desa dan Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Lampung Selatan.

4.4. ANALISIS DATA Analisis data dalam Studi Pengecekan Effluent IPAL di Desa Tanjung Heran dan Desa Pisang, Kecamatan Penengahan; dan Desa Kecapi, Kecamatan Kalianda dilakukan untuk mengolah data-data yang diperoleh dari pengumpulan data sekunder dan data

IV-5

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

primer hasil analisa laboratorium terhadap effluent IPAL Domestik. Analisis data yang akan dilakukan, yaitu: a. Membandingkan hasil analisa laboratorium atas effluent IPAL tersebut dengan baku mutu air limbah domestik, sebagaimana diatur dalam Lampiran I Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. b. Melakukan evaluasi sederhana berdasarkan hasil pemantauan yang diperoleh dan hasil observasi lapangan dengan mengacu pada literatur sebagai bahan kajian awal evaluasi peningkatan kinerja IPAL Domestik tersebut.

IV-6

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. KUALITAS EFFLUENT IPALD Pengambilan dan pengujian sampel s kualitas Effluent IPALD yang berlokasi di Desa Tanjung Heran, Desa Pisang dan Desa Kecapi dilakukan oleh UPTD Laboratorium Lingkungan – Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Lampung. Pengambilan sampel tersebut dilakukan pada Hari Sabtu tanggal 10 November 2018, pada titik – titik pantau sebagai berikut: a. Titik Pantau SPALD Desa Tanjung Heran: 5°47'39.30"S dan 105°42'8.40"E. 105°42'8.40"E

Gambar 5.1. Titik Pengambilan Sampel Effluent SPALD Desa Tanjung Heran Effluent IPALD Desa Tanjung Heran ini semestinya diambil pada titik akhir (outlet) saluran buangan dari IPALD tersebut. Akan tetapi dikarenakan titik outlet saluran berada di saluran drainase dan posisinya terendam maka tidak dapat dilakukan pengambilan sampel pada lokasi tersebut. Oleh karenanya, pengambilan sampel dilakukan pada Bak Anaerobic Filter yang terakhir yaitu bak AF3, AF seperti terlihat pada Gambar 5.1. 5 diatas.

V-1

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

b. Titik Pantau SPALD Desa Pisang: 5°46'53.40"S dan 105°42'6.10"E. Effluent SPALD Desa Pisang diambil pada lokasi outlet SPALD yang berada dekat dengan Badan Air Penerima, seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 5.2.. Titik Pengambilan Sampel Effluent SPALD Desa Pisang

c. Titik Pantau SPALD Desa Kecapi: 5°43'59.90"S dan 105°37'15.30"E. 105°37'15.30"E

Gambar 5.3.. Titik Pengambilan Sampel Effluent SPALD Desa Kecapi Effluent IPALD Desa Kecapi ini semestinya diambil pada titik akhir (outlet) saluran buangan dari IPALD tersebut. Akan tetapi dikarenakan pada saat sampling, di titik outlet saluran tersebut tidak ada aliran air yang keluar maka pengambilan sampel dilakukan pada Bak Anaerobic Filter yang terakhir yaitu bak AF3, AF seperti terlihat pada Gambar 5.3. 5. diatas.

V-2

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Dari hasil pengambilan dan pengujian sampel kualitas Effluent IPALD di Desa Tanjung Heran, Desa Pisang dan Desa Kecapi yang dilakukan oleh UPTD Laboratorium Lingkungan – Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Lampung diperoleh hasil analisa laboratorium sebagai berikut: Tabel 5.1. Hasil Uji Effluent SPALD Desa Tanjung Heran, Pisang dan Kecapi Parameter

Satuan

pH BOD COD TSS Minyak Lemak Amoniak (NH3-N) Total Coliform Debit

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Jumlah / 100mL L/orang/hari

Baku Mutu PerMenLHK P.68/2016* 6–9 30 100 30 5 10 3000 100

Hasil Uji Effluent SPALD Tanjung Pisang Kecapi Heran 7 11 20 16 <1 3 1900 -

7 7 14 16 <1 4 2000 -

7 13 26 16 <1 4 2100 -

Sumber: Data Primer, Hasil Analisa UPTD Laboratorium Lingkungan Provinsi Lampung Keterangan: * = Rumah susun, penginapan, asrama, pelayanan kesehatan, lembaga pendidikan, perkantoran, perniagaan, pasar, rumah makan, balai pertemuan, arena rekreasi, permukiman, industri, IPAL kawasan, IPAL permukiman, IPAL perkotaan, pelabuhan, bandara, stasiun kereta api,terminal dan lembaga pemasyarakatan.

Dari hasil uji laboratorium tersebut diatas dapat dilihat bahwa dari ketiga IPALD tersebut tidak terdapat parameter uji yang melebihi baku mutu sebagaimana diatur dalam Lampiran I Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Hal ini menunjukkan bahwa effluent/buangan dari ketiga IPALD tersebut tidak mencemari lingkungan (masih dibawah baku mutu lingkungan). Akan tetapi, untuk parameter debit tidak dapat dilakukan pengukuran. Hal ini dikarenakan tidak terdapat alat ukur debit pada saluran outlet di ketiga IPALD tersebut. Selain itu, untuk di IPALD Desa Tanjung Heran, saluran outletnya malah terendam di saluran

drainase

permukiman.

Oleh

karenanya,

untuk

kedepannya,

perlu

dipertimbangkan untuk melakukan pemasangan alat ukur debit yang sesuai dengan spesifikasi IPALD tersebut.

V-3

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

5.2. EVALUASI KINERJA IPALD Hasil uji laboratorium terhadap effluen ketiga IPALD (IPALD Desa Tanjung Heran, IPALD Desa Pisang dan IPALD Desa Kecapi) yang dibuang ke Badan Air Penerima walaupun memperoleh hasil yang masih dibawah baku mutu, akan tetapi tidak serta merta menunjukkan bahwa kinerja ketiga IPALD tersebut sudah baik. Untuk melihat kinerja suatu pengolahan, yang paling sederhana adalah membandingkan kualitas influent dengan kualitas effluent dari proses pengolahan yang berlangsung. Dikarenakan pada studi ini tidak dilakukan pengecekan pada kualitas influent IPAL maka nilai kinerja ketiga IPALD tersebut tidak dapat diketahui. Akan tetapi, untuk memberikan gambaran dalam rangka peningkatan kinerja dari ketiga IPALD tersebut maka evaluasi kinerja IPALD dilakukan berdasarkan hasil observasi atas ketiga IPALD tersebut dan membandingkannya dengan teori – teori ataupun hasil penelitian, sebagaimana hasil dari studi literatur yang telah dilakukan. Adapun beberapa hal terkait evaluasi kinerja ketiga IPALD tersebut yaitu: A. Aspek Teknis dan Desain IPALD Berdasarkan Laporan Detailed Engineering Design (DED) yang diperoleh dari Dinas Perumahan dan Permukiman diketahui bahwa ketiga IPALD yang dibangun di Desa Tanjung Heran, Desa Pisang dan Desa Kecapi memiliki tipikal yang sama, yaitu IPAL Komunal untuk layanan 25 KK dengan menggunakan teknologi Kombinasi Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic Filter, sebagaimana terlihat pada Gambar 5.4. Dari desain IPALD tersebut, diketahui bahwa IPALD tersebut terdiri atas: 1. Bak Inlet Komunal, sebanyak 1 (satu) unit. Bak ini berfungsi untuk menampung influent IPAL dan menseragamkan debit dan beban pengolahan. Bak semacam ini juga dikenal sebagai bak ekualisasi. 2. Bak Pengendap (Settling Chamber), sebanyak 1 (satu) unit. Bak ini berfungsi untuk mengendapkan partikel – partikel kasar, seperti pasir, kotoran, dll. Pada tahap ini sudah terjadi pengolahan limbah secara fisik yaitu proses sedimentasi. Lumpur yang dihasilkan pada bak ini akan relatif cukup banyak dan berukuran besar karena merupakan pengendapan dari partikel – partikel yang kasar.

V-4

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

3. Bak Anaerobic Baffled Reactor, sebanyak 3 (tiga) unit. Anaerobic Baffled Reactor (ABR) merupakan sistem pengolahan tersuspensi anaerob, dalam biorektor berpenyekat. Teknologi ini termasuk dalam teknologi pengolahan limbah secara biologi. Pada umumnya penerapan sistem ABR digunakan untuk air limbah dengan beban organik rendah atau pengolahan awal air limbah. Dikarenakan air limbah yang akan diolah oleh IPAL ini adalah air limbah domestik, yaitu blackwater dan greywater, yang termasuk dalam limbah yang biodegradable maka pemilihan teknologi ini telah sesuai. Akan tetapi, berdasarkan gambar DED yang ada, jika diperhatikan lebih detail, dari bentuk baffle yang digunakan sepertinya bukan berupa sekat melainkan hanya berupa pipa panjang yang dipasang ke bawah bak, sehingga aliran influen mengalir dari bak sebelumnya menuju bagian bawah bak dan selanjutnya mengalir ke atas untuk pindah ke bak berikutnya. Hal ini secara hidrodinamika akan mempengaruhi kondisi keseragaman aliran dan mempengaruhi tingkat kinerja dari unit ABR tersebut. Untuk lebih lanjut sebaiknya dilakukan evaluasi kinerja IPALD untuk tiap unit pengolahan, sehingga tingkat kinerja ABR dapat optimal sesuai dengan kriteria desain yang umum berlaku, yaitu 70 – 95% penyisihan BOD dan 65 – 90% penyisihan COD. 4. Bak Anaerobic Filter, sebanyak 4 (empat) unit. Anaerobic filter (AF) adalah reaktor biofilm jenis packed-bed. Biomass membentuk lapisan film di permukaan media. Proses pengolahan zat organik terjadi dengan cara mengalirkan air limbah di antara media yang dilapisi biofilm tersebut. Meskipun aliran dapat disusun secara upflow maupun downflow, cara upflow adalah yang paling sering digunakan. Berdasarkan gambar DED yang ada, aliran air pada IPALD yang dibangun di Desa Tanjung Heran, Desa Pisang dan Desa Kecapi tampaknya merupakan aliran yang disusun secara downflow, dimana media filter yang digunakan adalah ijuk, batu krokos dan batu pasir. Untuk mengetahui tingkat kinerja bak Anaerobic Filter ini sebaiknya dilakukan evaluasi kinerja IPALD untuk tiap unit pengolahan, sehingga tingkat kinerja AF dapat optimal sesuai dengan kriteria desain yang umum berlaku, yaitu 70 – 90% penyisihan BOD.

V-5

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

V-6

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Gambar 5.4. IPALD Komunal 25 KK Terkait dengan teknis operasional dan pemantauan dari kinerja IPALD yang telah dibangun, perlu dilakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan, terutama

V-7

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

terkait dengan keberadaan sarana prasarana untuk pemantauan kualitas effluen IPALD agar tidak mencemari lingkungan, antara lain: a. Menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji air limbah domestik dan koordinat titik penaatan. Beberapa ketentuan praktis yang perlu diperhatikan dalam penetapan titik penaatan, antara lain: •

Setiap titik penaatan, baik pada titik pantau influent maupun effluent, harus diberi plang atau tanda agar diketahui oleh petugas pengambil contoh uji. Jika memungkinkan juga ditentukan titik pantau di Badan Air Penerima, yaitu pada bagian hulu dan hilir badan air.



Titik penaatan harus pada posisi yang mudah dijangkau dan tidak tercampur dengan air limbah lainnya. Terkait dengan hal ini, perlu adanya perbaikan pada saluran outlet IPALD yang berada di Desa Tanjung Heran, mengingat saluran outletnya terendam di saluran drainase permukiman.

b. Memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah domestik di titik penaatan. Jenis alat ukur debit yang digunakan dan dipasang pada titik penaatan harus disesuaikan dengan saluran atau pipa yang digunakan dalam mengalirkan effluen ke Badan Air Penerima. c. Menyusun dan menerapkan Prosedur Operasional Standar (POS) pengolahan air limbah domestik dan sistem tanggap darurat. Dengan operasional IPALD sesuai dengan POS yang telah ada maka menjamin kinerja pengolahan akan terjaga.

B. Aspek Pengelolaan IPALD Terkait dengan pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik guna meningkatkan kinerjanya, terdapat hal – hal yang perlu dilakukan evaluasi, yaitu: 1. Pemanfaatan IPALD untuk pengolahan black water, tidak sekedar mengolah grey water. Yang dimaksud dengan black water adalah air limbah yang berasal dari closet/jamban. Sedangkan, grey water yaitu limbah cair hasil aktivitas dapur, pencucian pakaian, kamar mandi (selain tinja), dan lain sebagainya, yang berasal rumah, sekolah, maupun perkantoran.

V-8

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga sekitar sebagai penerima manfaat dari keberadaaan ketiga IPALD tersebut diketahui bahwa influent yang masuk dalam IPALD tersebut hanya berupa grey water saja, yaitu air limbah yang berasal dari air bekas mandi dan cuci. Sedangkan, jika mengacu kepada teori yang ada, dengan adanya kombinasi teknologi Anaerobic Baffle Reactor – Anaerobic Filter (ABR – AF) maka teknologi ini mampu untuk melakukan pengolahan air limbah (termasuk juga black water). Hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan sebagai perbaikan kedepan jika memang pembangunan IPALD Komunal tersebut ditujukan bagi Rumah Tangga yang telah memiliki jamban/WC tetapi bukan berupa septic tank. 2. Pemantauan Kinerja IPALD Berdasarkan informasi yang diperoleh, terkait pengelolaan (operasional dan perawatan) IPALD dilakukan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Untuk itu KSM Pengelola IPALD tersebut harus diberi pembekalan agar memahami pengelolaan IPALD tersebut. Adapun hal – hal yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh pengelola IPALD, yaitu: a. menjamin seluruh air limbah domestik yang dihasilkan masuk ke instalasi pengolahan air limbah domestik; b. menggunakan instalasi pengolahan air limbah domestik dan saluran air limbah domestik kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah domestik ke lingkungan; c. memisahkan saluran pengumpulan air limbah domestik dengan saluran air hujan; d. melakukan pengolahan air limbah domestik, sehingga mutu air limbah domestik yang dibuang ke sumber air tidak melampaui baku mutu air limbah domestik; e. tidak melakukan pengenceran air limbah domestik ke dalam aliran buangan air limbah domestik; f. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji air limbah domestik dan koordinat titik penaatan; dan g. memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah domestik di titik penaatan.

V-9

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

Terkait dengan ketentuan diatas, dikarenakan keterbatasanya, untuk hal – hal yang tidak dapat dilakukan oleh KSM maka sebaiknya KSM dapat berkoordinasi dengan instansi terkait. Selain itu, sehubungan dengan pelaksanaan pemantauan sebagaimana diatur dalam

Peraturan

Menteri

Lingkungan

Hidup

dan

Kehutanan

Nomor

P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, maka sebaiknya KSM juga dapat berkoordinasi dengan instansi pemerintah yang membidangi hal ini, yaitu UPTD Pengelolaan Limbah - Dinas Perumahan dan Permukiman. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan pemantauan terhadap pengolahan air limbah harus dilakukan: pemantauan dan penyampaian laporan pemantauan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan kepada bupati/walikota, yang memuat: a. catatan air limbah domestik yang diproses harian; b. catatan debit dan pH harian air limbah domestik; dan c. hasil analisa laboratorium terhadap air limbah domestik yang dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

V-10

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari Studi Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) yang berlokasi di Desa Tanjung Heran dan Desa Pisang, Kec. Penengahan; dan Desa Kecapi, Kec. Kalianda ini antara lain: a. Hasil analisa laboratorium atas effluen IPALD Desa Tanjung Heran menunjukkan: nilai pH adalah 7 (baku mutu : 6 – 9); konsentrasi BOD 11 mg/L (baku mutu 30 mg/L); konsentrasi COD 20 mg/L (baku mutu 100 mg/L); konsentrasi TSS 16 mg/L (baku mutu 30 mg/L); konsentrasi minyak lemak < 1 mg/L (baku mutu 5 mg/L); konsentrasi Amonia 3 mg/L (baku mutu 10 mg/L) ); dan jumlah total coliform 1900 mg/L (baku mutu 3000 mg/L). b. Hasil analisa laboratorium atas effluen IPALD Desa Pisang menunjukkan: nilai pH adalah 7 (baku mutu : 6 – 9); konsentrasi BOD 7 mg/L (baku mutu 30 mg/L); konsentrasi COD 14 mg/L (baku mutu 100 mg/L); konsentrasi TSS 16 mg/L (baku mutu 30 mg/L); konsentrasi minyak lemak < 1 mg/L (baku mutu 5 mg/L); konsentrasi Amonia 4 mg/L (baku mutu 10 mg/L) ); dan jumlah total coliform 2000 mg/L (baku mutu 3000 mg/L). c. Hasil analisa laboratorium atas effluen IPALD Desa Kecapi menunjukkan: nilai pH adalah 7 (baku mutu : 6 – 9); konsentrasi BOD 13 mg/L (baku mutu 30 mg/L); konsentrasi COD 26 mg/L (baku mutu 100 mg/L); konsentrasi TSS 16 mg/L (baku mutu 30 mg/L); konsentrasi minyak lemak < 1 mg/L (baku mutu 5 mg/L); konsentrasi Amonia 4 mg/L (baku mutu 10 mg/L); dan jumlah total coliform 2100 mg/L (baku mutu 3000 mg/L). d. Berdasarkan hasil analisa laboratorium atas effluen IPALD yang berlokasi di Desa Tanjung Heran, Desa Pisang, dan Desa Kecapi menunjukkan bahwa semua parameter kimia dan biologi (pH, BOD, COD, TSS, Minyak Lemak, Amonia (NH3-N), dan Total Coliform), yang dipersyaratkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016

VI-1

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, masih memenuhi baku mutu lingkungan; dan e. Terkait parameter debit, tidak dapat dilakukan pengukuran dikarenakan IPALD tersebut belum dilengkapi dengan alat ukur debit. Selain itu, saluran outlet pada IPALD Desa Tanjung Heran posisinya terendam pada saluran drainase permukiman.

6.2. SARAN Untuk meningkatkan kinerja dan mengoptimalkan pemanfaatan IPALD yang telah dibangun, terdapat beberapa hal yang perlu disarankan, yaitu: a. Walaupun effluennya masih dibawah baku mutu lingkungan, akan tetapi nilai/persentase kinerja pengolahan dari ketiga IPALD tersebut belum dapat diketahui, mengingat dalam studi ini tidak dilakukan pengecekan kualitas inffluent yang masuk IPALD. Oleh karena itu untuk kedepannya disarankan agar dapat dilakukan studi lebih lanjut terkait dengan kinerja pada masing – masing unit pengolahan pada IPALD tersebut. b. Melengkapi IPALD tersebut dengan menempatkan plang atau tanda sebagai lokasi titik koordinat penaatan untuk pengambilan contoh uji air limbah domestik. Jika memungkinkan juga ditetapkan titik pantau pada bagian hulu dan hilir sungai (Badan Air Penerima) agar diperoleh data terkait kualitas lingkungan di sekitar IPALD. c. Memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah domestik di titik penaatan, yang disesuaikan dengan saluran atau pipa yang digunakan dalam mengalirkan effluen ke Badan Air Penerima. d. Agar pihak pengelola IPALD, dalam hal ini Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), selalu berkoordinasi dengan instansi terkait (Dinas Perumahan dan Permukiman) sehubungan dengan pelaksanaan pemantauan Instalasi Pengolahan Air Limbah sebagaiamana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

VI-2

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2018. Kecamatan Kalianda Dalam Angka 2018. BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2018. Kecamatan Penengahan Dalam Angka 2018. BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2015. Statistik Daerah Kecamatan Penengahan 2015. BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2016. Statistik Daerah Kalianda 2016. Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Lampung Selatan, 2017. Gambar Kerja Pekerjaan Pembangunan MCK Kombinasi + IPAL Komunal Desa Tanjung Heran (25 SR) Kec. Penengahan. Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Lampung Selatan, 2017. Gambar Kerja Pekerjaan Pembangunan MCK Kombinasi + IPAL Komunal Desa Pisang (25 SR) Kec. Penengahan. Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Lampung Selatan, 2017. Gambar Kerja Pekerjaan Pembangunan MCK Kombinasi + IPAL Komunal Desa Kecapi (25 SR) Kec. Kalianda. Said, Nusa Idaman. Bagian 1 – C Teknologi Pengolahan Limbah Cair dengan Proses Biologis. Indriani, Tika dan Herumurti, Welly. Jurnal Ilmiah: Studi Efisiensi Paket Pengolahan Grey Water Model Kombinasi ABR-Anaerobic Filter. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016. Buku 3 Pembangunan Infrastruktur SANIMAS IDB (Islamic Development Bank). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68/Menlhk/Setjen/ Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. https://azwarali.wordpress.com/2012/08/24/anaerobic-baffled-reactor-abr/ http://personal.its.ac.id/files/pub/5510-razif-its-Artikel%20Seminar%20Pasca.pdf http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132231624/IPAL%20Alternatif%20Negara%20B erkembang.pdf https://www.academia.edu/30075091/Kinerja_Sistem_Instalasi_Pengolahan_Air_Limba h_dengan_Seri_Unit_Anaerobic_Baffled_Reactor_Abr_Dan_Anaerobicbiofilter_Pa da_Rusunawa JAAN

2018

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

DOKUMENTASI PEKERJAAN

Gambar 1. Survei dan Pengambilan Sampel SPALD Desa Tanjung Heran

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

DOKUMENTASI PEKERJAAN

Gambar 2. Survei dan Pengambilan Sampel SPALD Desa Pisang, Kec. Penengahan

2018

Laporan Pengecekan Kualitas Effluent Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD)

DOKUMENTASI PEKERJAAN

Gambar 3. Survei dan Pengambilan Sampel SPALD Desa Kecapi, Kec. Kalianda

2018

Related Documents

Laporan Akhir
August 2019 66
Laporan Akhir
May 2020 42
Laporan Akhir 3.docx
December 2019 32