LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA FORMULASI DAN STABILITAS SEDIAAN BODY SCRUB BEDDA LOTONG DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN
BIDANG KEGIATAN (FARMASI) Diusulkan Oleh: NURUL FAHMI ALI (PO.71.325.115.1.030) NURUL PUTRI MASHITA ANWAR (PO.71.325.115.1.046) ST. RAHMAH SYAM (PO.71.325.116.1.092)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN FARMASI 2018 i
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji dan sanjungan kesempurnaan hanya teruntuk Sang Maha Sempurna, Tuhan pemilik segala alam semesta dan segala yang terhampar di dalamnya atas limpahan rahmat, taufik, dan nikmat-Nya selama ini kepada penulis sehingga atas izin kemudahan dan keberkahan-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan Penelitian Mahasiswa dengan judul “Formulasi dan Stabilitas Sediaan Body Scrub Bedda Lotong dengan Variasi Konsentrasi Trietanolamin” yang merupakan pengalaman berharga bagi penulis dan juga merupakan
salah satu program penelitian
mahasiswa di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makassar. Tak lupa pula penulis kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita keluar dari masa jahiliyah menuju era serba maju saat ini. Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi – tingginya, terutama kepada Bapak Hendra Stevani, S.si., M.Kes., Apt. selaku pembimbing penelitian mahasiswa yang telah meluangkan waktu, pikiran, perhatian, motivasi dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama proses penelitian dan penyelesaian penelitian mahasiswa.
iii
Pada kesempatan ini pula dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Bapak Ir. Agustian Ipa, M.Kes selaku Direktur baru di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makassar. 2. Bapak Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makassar atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi mahasiswa Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makassar. 3. Bapak Raimundus Chaliks, S.Si., M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi D3 Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makassar yang telah mengelola program studi di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makassar dan sebagai Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan motivasi dan nasehat selama penulis menuntut ilmu di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makassar. 4. Bapak dan Ibu Dosen, serta Para Laboran yang telah membantu memberikan dukungan dan arahan selama penulis mengikuti pendidikan. 5. Staf Tata Usaha yang telah banyak membantu mulai dari administrasi pendidikan sampai penyelesaian tugas akhir. 6. Sahabatku yang membantu dalam penelitian ini sebagai rekan kerja tim Adinda Nurul Putri Mashita dan Adinda St Rahma yang selalu membantu,
iv
mendoakan dan memberi support, serta senantiasa memberikan kasih sayang, penuh candaan, menjadi penghibur, mengajarkan arti persaudaraan dan persahabatan yang hakiki. 7. Seluruh teman seperjuangan 3 tahun lamanya Extracta A ‘Kacipo Andalanku’ terima kasih banyak atas kenangannya selama 3 tahun dikampus, kebersamaannya dan solidaritasnya selama ini. 8. Seluruh
teman
seperjuanganku
Extracta
2015
atas
persaudaraan,
kebersamaan, dan solidaritasnya selama ini. 9. Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu – persatu, terima kasih karena telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian mahasiswa ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian. Penelitian Mahasiswa ini dipersembahkan untuk semua orang yang ingin, mau, dan terus berusaha untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, namun disadari bahwa penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk karya tulis ini sangat penulis harapkan. Akhirulkalam, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya untuk kemajuan ilmu farmasi.
Makassar, Juni 2018
Tim Penulis
v
ABSTRAK Bedda lotong merupakan produk alami dari suku bugis dengan bahan dasar beras putih, temulawak dan jeruk nipis yang terbukti secara preklinik berkhasiat sebagai antioksidan, namun dalam penggunaannya masih secara empiris sehingga tidak efisien dan tidak tahan lama. Penelitian ini bertujuan untuk menformulasikan sediaan body scrub bedda lotong dan untuk mengetahui stabilitas dan mutu fisik sediaan tersebut. body scrub bedda lotong diformulasikan dengan variasi konsentrasi trietanolamin 2%, 3%, dan 4%, pengujian mutu fisik dilakukan sebelum dan sesudah pengujian stabilitas dipercepat yang meliputi pengamatan organoleptis, uji homogenitas, pengukuran pH dan pengukuran daya sebar. Hasil penelitian menunjukkan bedda lotong dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan cream body scrub dengan variasi konsentrasi trietanolamin dan memiliki stabilitas dan mutu fisik yang memenuhi syarat. Pada konsentrasi trietanolamin 3% sediaan body scrub bedda lotong memiliki konsistensi yang paling baik. Kata kunci : Body Scrub, Bedda Lotong, mutu fisik.
vi
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPULi HALAMAN PENGESAHANii KATA PENGANTARiii ABSTRAKvi DAFTAR ISIvii DAFTAR TABEL.viii DAFTAR GAMBARix DAFTAR LAMPIRANx BAB I PENDAHULUAN1 A. Latar Belakang1 B. Rumusan Masalah3 C. Tujuan Penelitian3 D. Manfaat Penelitian3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA4 A. Penuaan 4 B. Radikal Bebas 5 C. Bedda Lotong6 D. Sediaan Body Scrub7 E. Uraian Bahan9 BAB III METODE PENELITIAN17 A. Jenis Penelitian17 B. Tempat dan Waktu Penelitian17 C. Alat dan Bahan17 D. Populasi dan Sampel18 E. Prosedur kerja18 F. Uji Stabilitas20 G. Evaluasi Mutu Fisik20 H. Pengumpulan Data21 I. Analisis Data22 J. Penarikan Kesimpulan22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN23 A. Hasil Penelitian23 B. Pembahasan25 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN30 A. Kesimpulan30 B. Saran30 DAFTAR PUSTAKA31 LAMPIRAN33
vii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Formula Sediaan Body Scrub Bedda Lotong dengan Variasi Konsentrasi Trietanilamin 19 Tabel 4.1 Hasil Pengujian Organoleptis23 Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas24 Tabel 4.3 Hasil Pengukuran pH24 Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Daya Sebar25
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Beras Putih disangrai sampai hangus berwarna hitam 33
Gambar 2
Formula body scrub sebelum dan sesudah pengujian stabilitas dipercepat 35
Gambar 3
Pengujian Stabilitas dipercepat menggunakan Climatic Chamber 38
Gambar 4
Konsistensi Formula body scrub bedda lotong 38
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Skema Kerja32
Lampiran 2
Perhitungan Bahan 33
Lampiran 3
Gambar Penelitian34
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan adalah akumulasi perubahan progresif seiring waktu yang berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap penyakit dan kematian seiring pertambahan usia dan jumlah kerusakan akibat reaksi radikal bebas yang terus-menerus terhadap sel dan jaringan. Dengan kata lain, kerusakan struktur dan fungsi mencirikan penuaan. Kerusakan ini menyebabkan kondisi patologis dan dapat berakhir pada kematian (Marta L.Z dkk, 2016). Proses penuaan sebenarnya masih bisa diperlambat yaitu dengan menjaga pola hidup dan diperlukan kosmetik untuk perawatan kulit wajah. Akhir-akhir ini banyak dikembangkan penelitian yang berfokus pada bahan alam, termasuk penelitian dibidang industri kosmetik. Manfaat bahan alam yang dapat diambil antara lain sifat antioksidannya yang dapat menghambat radikal bebas sehingga antioksidan digunakan untuk mencegah penuaan dini (Lasmida, 2012). Salah satu bahan alam yang mengandung antioksidan yaitu bedda lotong. Bedda Lotong adalah produk alami dari suku bugis yang telah ada sejak zaman dahulu, bedda lotong terbuat dari bahan dasar alami yaitu beras putih hingga hangus sampai berwarna kehitaman yang disangrai diatas api kemudian diramu dengan rempah-rempah alami seperti temulawak, dan jeruk nipis hingga berubah warna hitam mengental, mengeluarkan aroma khas yaitu aroma kopi gosong dan rempah serta butiran scrub yang khas dari beras tersebut. Bedda lotong terbuat dari beras putih yang mengandung gamma 1
2
oryzanol, sterols, squalene, tokoferol dan tokotrienol. Oryzanol merupakan salah satu senyawa fenolik yang tersusun dari campuran ester sterol asam ferulat dan alkohol triterpen. Oryzanol memiliki aktivitas yang sangat efektif dalam aktifitas antioksidan dengan cara mencegah oksidasi dan mampu memerangkap radikal bebas yang lebih efektif dibandingkan vitamin E (Fauziah N, 2016). Temulawak bermanfaat bagi kesehatan yaitu sebagai analgesik, antibakteri, antijamur, antidiabetik, antioksidan dan lain-lain karena mengandung senyawa aktif, antara lain kurkuminoid, germacrene, xanthorrhizol, alpha-betha-curcumena ( Susilowati T, 2010). Kandungan utama jeruk nipis adalah flavonoid yang memberikan aktivitas farmakologi diantaranya adalah antibakteri, antifungal, antioksidan, antikanker (Silvia S.P., 2017). Bedda lotong dalam penggunaannya masih digunakan secara empiris oleh masyarakat dan tidak efesien, sehingga untuk penggunaan yang efesien maka dibuatlah bedda lotong dalam bentuk body scrub. Body scrub merupakan sediaan kosmetik pembersih kulit yang dapat mengangkat sel-sel kulit mati. Sedangkan, Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar (Putri W, 2016) maka dari latar belakang tersebut akan dilakukan penelitian formulasi dan stabilitas sediaan body scrub bedda lotong dengan variasi konsentrasi trietanolamin.
3
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah formulasi dan stabilitas sediaan body scrub bedda lotong dengan variasi konsentrasi trietanolamin ? C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum a. Untuk memformulasikan sediaan body scrub bedda lotong dengan variasi konsentrasi trietanolamin.
2. Tujuan Khusus a. Untuk menguji stabilitas mutu fisik sediaan body scrub bedda lotong dengan variasi konsentrasi trietanolamin. b. Untuk mengetahui sediaan terbaik dalam uji stabilitas mutu fisik dari ketiga formulasi dengan perbedaan konsentrasi trietanolamin. D. Manfaat Penelitian 1.
Dapat menghasilkan produk body scrub bedda lotong.
2.
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang farmasi khususnya dalam pembuatan sediaan body scrub bedda lotong.
3.
Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penuaan Penuaan adalah akumulasi perubahan progresif seiring waktu yang berhubungan dengan peningkatan kerentanan terhadap penyakit dan kematian seiring pertambahan usia dan jumlah kerusakan akibat reaksi radikal bebas yang terus-menerus terhadap sel dan jaringan. Dengan kata lain, kerusakan struktur dan fungsi mencirikan penuaan. Kerusakan ini menyebabkan kondisi patologis dan dapat berakhir pada kematian (Marta L.Z dkk, 2016). Penuaan secara umum dapat didefinisikan sebagai kemunduran progresif efisiensi biokimia dan proses fisiologis setelah fase reproduksi kehidupan. Kontribusi radikal bebas terhadap proses penuaan terjadi sejak awal kehidupan yang makin meningkat seiring pertambahan usia. Pajanan pada tingkat sel ataupun jaringan tubuh sejak awal kehidupan ditambah dengan reaksi metabolik pada usia dewasa hingga lanjut usia berhubungan dengan terjadinya penyakit-penyakit terkait usia lanjut seperti penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit neurodegeneratif, atau diabetes. Penuaan merupakan proses multifaktorial. Sebagian besar hipotesis mengenal mekanisme dasar proses penuaan adalah perubahan homoeostatis metabolik, inflamasi, dan atau proses redoks pada sel dan jaringan (Marta L.Z dkk, 2016).
4
5
B. Radikal bebas Radikal bebas merupakan sebuah atom elemen hidrogen dengan satu proton dan satu elektron. Radikal bebas dapat juga berupa nitrogen atau karbon, tetapi O2 merupakan bentuk radikal bebas yang berperan penting pada organisme aerobik.radikal bebas yang mayoritas menyebabkan kerusakan sistem biologi adalah oxygenfree radikal atau yang lebih dikenal sebagai reactive oxygen species (ROS). Radikal bebas bertanggung jawab terhadap kerusakan tingkat sel dan jaringan terkait usia. Pada kondisi normal, terjadi keseimbangan antara oksidan, antioksidan, dan biomolekul. Radikal bebas berlebih menyebabkan antioksidan seluler natural kewalahan, memicu oksidasi, dan berkontribusi terhadap kerusakan fungsional seluler. Radikal bebas merupakan penyebab utama terkait proses penuaan, dianggap sebagai satu-satunya proses utama, dimodifikasi oleh genetik dan faktor lingkungan; oksigen radikal bebas bertanggungjawab terhadap kerusakan tingkat sel dan jaringan terkait usia. Akumulasi radikal oksigen pada sel dan modifikasi oksidatif molekul biologi (lipid, protein, dan asam nukleat) berperan pada penuaan dan kematian sel (Marta L.Z dkk., 2016). C. Bedda Lotong Bedda Lotong adalah produk alami dari suku bugis yang telah ada sejak zaman dahulu, bedda lotong terbuat dari bahan dasar alami yaitu beras putih hingga hangus sampai berwarna kehitaman yang disangrai diatas api kemudian diramu dengan rempah-rempah alami seperti temulawak, dan jeruk nipis hingga berubah warna hitam mengental, mengeluarkan aroma khas yaitu
6
aroma kopi gosong dan rempah serta butiran scrub yang khas dari beras tersebut. Bedda lotong terbuat dari beras putih, temulawak dan jeruk nipis. Beras putih mengandung gamma oryzanol, sterols, squalene, tokoferol dan tokotrienol. Oryzanol merupakan salah satu senyawa fenolik yang tersusun dari campuran ester sterol asam ferulat dan alkohol triterpen. Oryzanol memiliki aktivitas yang sangat efektif dalam aktifitas antioksidan dengan cara mencegah oksidasi dan mampu memerangkap radikal bebas yang lebih efektif dibandingkan vitamin E. Tokoferol dan tokotrienol yaitu vitamin E alami. Vitamin E telah dikenal luas sebagai zat yang bermanfaat sebagai zat yang bermanfaat sebagai anti-oksidan yang baik untuk kesehatan. Gammaoryzonal adalah senyawa yang bermanfaat juga sebagi zat anti-oksidan, melindungi kulit dari UV, dan dipercaya juga sebagai bahan antipenuaan (Fauziah N, 2016). Rimpang temulawak bermanfaat bagi kesehatan yaitu sebagai analgesik, antibakteri, antijamur, antidiabetik, antioksidan dan lain-lain karena mengandung senyawa aktif, antara lain kurkuminoid, germacrene, xanthorrhizol, alpha-betha-curcumena. Kapasitas antioksidan temulawak disebabkan
oleh
komponen
senyawa
fenolik
termasuk
didalamnya
kurkuminoid. Kurkuminoid memiliki kapasitas antioksidan karena ada gugus OH fenolik yang terdapat pada rantai sampignya. Kurkuminoid peka terhadap radikal bebas dan dapat bereaksi selama atom H dilepaskan. Senyawa fenol bisa berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya meniadakan
7
radikal-radikal bebas dan radikal peroksida sehingga efektif dalam menghambat oksidasi lipid (Susilowati T, 2010). Jeruk nipis memiliki kandungan flavonoid yang memberikan aktivitas farmakologi
diantaranya
adalah
antibakteri,
antifungal,
antioksidan,
antikanker. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reddy (2012), daun jeruk nipis memiliki kemampuan sebagai antioksidan dengan menghambat aktivitas oksidasi radikal 50%. Kandungan dari jeruk nipis yang memberikan adanya aktivitas antioksidan adalah alkaloid, fenol, saponin, tanin, steroid, dan flavonoid (Silvia S.P, 2017). D. Sediaan Body Scrub 1.
Kosmetik Kosmetik berasal dari kata yunani ‘kosmetikos’ yang berarti keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Mentri Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan, gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Desi S.N, 2014).
2.
Krim Body Scrub Krim merupakan suatu bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (FI Edisi IV). Mengandung air tidak kurang dari
8
60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar tubuh (FI Edisi III). Krim merupakan bentuk emulsi dengan konsistensi semisolida sehingga mempunyai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan likuida. Pada umumnya sediaan krim dibagi menjadi dua tipe emulsi yaitu tipe minyak dalam air(O/W) terdiri dari tetes-tetes kecil minyak yang terdispersi dalam air, dan sebaliknya pada krim air dalam minyak (W/O). Krim dengan basis minyak dalam air memiliki sifat yang lebih nyaman dan cenderung disukai oleh masyarakat, karena memberikan konsistensi yang berminyak dan cenderung lengket, akan tetapi banyak bahan aktif yang bersifat hidrofobik yang pelepasannya lebih mudah, dan meningkatkan konsentrasi bahan larut air. Krim tipe air dalam minyak sering digunakan untuk memberikan efek emolien pada kulit, digunakan sebagai ointment dan lebih mudah menyebar saat dioleskan (Putri W, 2016). Sedangkan, body scrub merupakan sediaan kosmetik pembersih kulit yang dapat mengangkat sel-sel kulit mati. Scrubbing merupakan teknologi yang bertujuan untuk mengangkat sel-sel kulit mati dari permukaan kulit dengan maksud memperbaiki penampilan kulit (Andriani P, 2013). Formulasi krim body scrub yang akan dibuat akan menggunakan
variasi
konsentrasi
trietanolamin
(TEA),
dimana
trietanolamin berguna sebagai bahan pengemulsi anionik dengan konsentrasi yang bisa digunakan untuk emulgator adalah 2-4%.
9
3.
Stabilitas Krim body scrub Untuk memperoleh nilai kestabilan suatu sediaan farmasetika atau kosmetik dalam waktu yang singkat, maka dapat dilakukan uji stabilitas dipercepat menggunakan metode freeze thaw dimana pengujian dilakukan berdasarkan pengaruh suhu (freeze thaw) dimana sebagai kontrol bedda lotong disimpan pada suhu 25oC dan untuk siklus freeze thaw sediaan krim body scrub bedda lotong disimpan pada suhu 4oC pada 48 jam perma dan suhu 40oC pada 48 jam berikutnya. Siklus freeze thaw terdiri dari satu rentang waktu penyimpanan pada suhu 4oC dan satu rentang waktu penyimpanan pada suhu 40oC, dilanjutkan selama sediaan masih baik secara fisik. Sediaan dikatakan stabil apabila telah melewati 6 siklus dan tidak terjadi perubahan pada sediaan dengan menguji mutu fisik sediaan meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, pengukuran pH, dan pengukuran daya sebar sebelum dan sesudah pengujian stabilitas dipercepat (Chory A dkk, 2015).
E. Uraian Bahan 1) Asam stearat (Rowe et al., 2016) Nama Resmi
: ACIDUM STEARICUM
Nama Lain
: Asam stearat
Pemerian
: Zat padat, keras, mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P (FI IV, 1995). Mudah larut
10
dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter, larut dalam etanol, heksan dan propilen glikol, praktis tidak larut dalam air. Titik Lebur
: 69.6oC
Kegunaan
: Emulsifying agent (Pengemulsi)
Konsentrasi
: Dalam
sediaan
topikal,
konsentrasi
yang
umum digunakan adalah 1-20%. Inkompatabilitas
: Inkomapatibil dengan hampir semua
logam
hidroksida dan zat pengoksidasi. Stabilitas
: Asam stearat merupakan bahan terutama
dengan
penambahan
yang
stabil
antioksidan.
Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
2) Aquadest (Rowe et al., 2016) Nama Resmi
: AQUA DESTILLATA
Nama Lain
: Aquadest
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kegunaan
: Pelarut
Inkompatabilitas
: Dalam
formulasi
farmasi,
air
dapat
bereaksi dengan obat- obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dikeberadaan air atau uap air) di kamar dan ditinggikan suhu. Air dapat bereaksi dengan logam alkali dan cepat dengan logam alkali dan oksida mereka, seperti kalsium oksida dan
11
magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan dengan tertentu organik bahan dan kalsium karbida. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
3) Cetyl alcohol (Rowe et al., 2016) Nama Resmi
: CETYL ALKOHOL
Nama Lain
: Alkohol cetylicus, ethal, ethol
Pemerian
: Serpihan putih
atau
granul
seperti
lilin,
berminyak, memiliki bau dan rasa yang khas. Kelarutan
: Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutannya meningkatkan dengan peningkatan temperature, serta tidak larut dalam air.
Titik Lebur
: 49oC
Stabilitas
: Setil alcohol stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan udara sehingga tidak menjadi tengik.
Kegunaan
: Setil alkohol dapat meningkatkan viskositas krim dan meningkatkan kestabilan sediaaan pada emulsi minyak dalam air (sebagai emollien dan pengemulsi).
Inkompatabilitas
: Ketidak campuran dengan bahan pengoksida yang kuat.
Konsentrasi
: Sebagai
bahan
pengemulsi
digunakan
konsentrasi 2-5% dan sebagai bahan pengeras konsentrasi umum yang digunakan adalah 2-10%.
12
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, ditempat yang sejuk dan kering.
4) Parafin Cair (Rowe et al., 2016) Nama Resmi
: PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama Lain
: Parafin Cair
Pemerian
: Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Kegunaan
: Parafin dalam sediaan topikal digunakan untuk meningkatkan titik leleh atau meningkatkan pengerasan (bahan pengeras).
Konsentrasi
: Dalam sediaan topikal,
konsentrasi
yang
umum digunakan adalah 1,0 – 32,0%. Inkompatabilitas
: Inkompatibil
dengan
bahan
yang
dapat
mengoksidasi (oksidator kuat) (Pharmaceutikal Exipient Edisi III). Stabilitas
: Mengalami oksidasi ketika dipanaskan dan saat terkena cahaya; reaksi oksidasi membentuk senyawa peroksida yang akan merubah katalis untuk reaksi oksidasi selanjutnya; hasil oksidasi berupa aldehid dan asam organik yang akan merubah rasa serta bau.
Titik Didih
: 300o C
13
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
5) Methyl paraben (Rowe et al., 2016) Nama Resmi
: METHYLIS PARABENUM
Nama Lain
: Metil Paraben, Nipagin M
Pemerian
: Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak berasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan
: Larut dalam 550 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P; eter P; dan dalam larutan alkali hidroksida.
Titik Lebur
: 125oC
Kegunaan
: Zat pengawet antimikroba
Konsentrasi
: Dalam sediaan topikal, konsentrasi yang umum digunakan adalah 0,02-0,3%.
Inkompatabilitas
: Inkompatibilitas
dengan
bahan
lain,
seperti bentonit, magnesium trisilikat, bedak, tragakan,
natrium
alginat,
minyakesensial,
sorbitol, dan atropin, telah dilaporkan. Dapat juga bereaksi dengan berbagai gula dan alkohol gula terkait. Methylparaben berubah warna dengan adanya besi dan hidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat. Stabilitas
: Larutam metilparaben pada pH 3 – 6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120oC selama 20 menit, tanpa penguraian. Larutan ini stabil selama kurang lebih 4 tahun dalam suhu
14
kamar, sedangkan pada pH 8 atau lebih dapat meningkatkan laju hidrolisis. Penyimpanaan
: Methylparaben harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang sejuk dan kering.
6) Natrium lauril sulfat (Rowe et al., 2016) Nama Resmi
: SODIUM LAURYL SULFATE
Nama Lain
: Laurel sulfas natrii; sodium dodesil sulfat; natrium n-dodesil sulfat; natrium laurilsulfate; natrium monododecyl sulfat; sodium monolauril sulfat; SDS; SLS; Texapon K12P.
Pemerian
: Hablur, kecil, berwarna putih atau kuning muda, agak berbau khas.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, membentuk larutan opalesen.
Kegunaan
: Surfaktan anionik; deterjen; agen pengemulsi; penetran kulit; tablet dan kapsul pelumas.
Konsentrasi
: Dalam sediaan topikal, konsentrasi yang umum digunakan adalah 0,5-2,5%.
Inkompatabilitas
: Inkompatibilitas dengan garam
ion
logam
polivalen, seperti aluminium, timah, timah atau seng, dan endapan dengan garam kalium. Larutan natrium lauril sulfat (pH 9,5- 10,0) yang agak korosif terhadap baja ringan, tembaga, kuningan, perunggu, dan aluminium. Stabilitas
: Stabil dalam kondisi penyimpanan normal, dalam larutan dengan pH 2,5 atau kurang akan hidrolisis.
15
Penyimpanan
: Disimpan dalam wadah tertutup baik, jauh dari agen pengoksidasi kuat di tempat yang sejuk dan kering.
7) Propil Paraben (Rowe et al., 2016) Nama Resmi
: PROPYLIS PARABENUM
Nama Lain
: Nipasol; Propil Paraben
Pemerian
: Serbuk putih atau hablur kecil; tidak berbau; dan tidak berasa.
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, sukar larut dalam air mendidih.
Titik Lebur
: 95oC.
Kegunaan
: Zat pengawet antimikroba.
Konsentrasi
: Dalam sediaan topikal,
konsentrasi
yang
umum digunakan adalah 0,01-0,6%. Inkompatabilitas
: Inkompatibilitas dengan senyawa magnesium trisiklat, magnesium silikat.
Stabilitas
: Kelarutan
dalam
air
pada
pH 3-6
bisa
disterilkan dengan autoclaving tanpa mengalami penguaian, pada pH 3-6 kelarutan dalam air stabil (Penguraian kecil dari 10%). Penyimpanan
: Disimpan dalam wadah tertutup baik.
8) Trietanolamin (Rowe et al., 2016) Nama Resmi
: TRIAETHANOLAMINUM
Nama Lain
: TEA; trihydroxytriethylamine; triethylolamine Tealan; tris (Hidroksietil) amina; trolaminum.
16
Pemerian
: Cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat; bau lemah mirip amoniak; higroskopik.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P.
Titik Lebur
: 21oC
Kegunaan
: Agen alkalizing; agen pengemulsi. Konsentrasi yang biasanya digunakan untuk emulsifikasi adalah 2-4% v/v dari trietanolamina dan 2-5 kali dari asam lemak.
Konsentrasi
: Konsentrasi
yang
biasa
digunakan
untuk
emulgator adalah 2-4%. Inkompatibilitas
: Triethanolamine akan bereaksi dengan asam mineral untuk membentuk garam kristal dan ester.
Dengan
asam
lemak
lebih
tinggi,
trietanolamina membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki karakteristik sabun. Triethanolamine juga akan bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks. Triethanolamine dapat bereaksi dengan reagen seperti tionil klorida untuk menggantikan gugus hidroksi dengan halogen. Produk reaksi ini sangat beracun. Stabilitas
: TEA dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan udara dan cahaya.
Penyimpanan
: Triethanolamine dapat berubah coklat pada paparan udara dan cahaya. Triethanolamine harus disimpan dalam wadah kedap udara terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium dengan desain penelitian Pretest-posttest control group design, untuk menformulasi krim body scrub bedda lotong dan menguji stabilitas mutu fisiknya yang meliputi organoleptik, uji homogenitas, pengukuran pH, dan pengukuran daya sebar sebelum dan sesudah pengujian stabilitas dipercepat. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2018 di Laboratorium Teknologi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar. C. Alat dan Bahan 1.
Alat yang digunakan Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Batang Pengaduk, Timbangan Digital, Gelas Ukur 100mL, Beaker Gelas 50mL, Lumpang, Penangas, Lumpang dan alu, pH meter, Cawan Porselin, Gelas Arloji, Pipet Tetes, Climatic Chamber.
2.
Bahan yang digunakan Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan krim yaitu Air suling, Asam stearat, Parafin cair, Setil alkohol, Trietanolamin, Natrium lauryl sulfat, Nipasol, Nipagin, Bedda Lotong. Sedangkan bahan yang
17
18
digunakan dalam pembuatan bedda lotong adalah Beras putih, Temulawak, dan Jeruk Nipis. D. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan body scrub bedda lottong.
2.
Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan body scrub bedda lotong dengan variasi konsentrasi Trietanolamin.
E. Prosedur Kerja 1.
Pembuatan Bedda Lotong Proses
pembuatan
Bedda
Lotong
dilakukan
dengan
cara
menimbang Beras putih 600 g, temulawak 200 g, dan jeruk nipis 200 g. Temulawak dan jeruk nipis dibersihkan dan dikupas kulitnya, kemudian temulawak diiris tipis-tipis dan ditumbuk hingga halus sedangkan jeruk nipis dipotong kemudian diperas diambil air perasan jeruk nipisnya. Kemudian temulawak diramu dengan perasan jeruk nipis dan diaduk sampai homogen. Beras putih dicuci hingga bersih setelah itu disangrai diatas api langsung hingga hangus dan berwarna hitam. Beras putih yang telah disangrai sampai hangus dimasukkan kedalam campuran perasan jeruk nipis dan temulawak kemudian diaduk sampai homogen dan mengembang. Diamkan selama 24 jam hingga Bedda Lotong menjadi lembut.
19
2.
Perhitungan Formulasi
Tabel.3.1. Formula sediaan body scrub bedda lotong dengan variasi konsentrasi trietanolamin.
No
Bahan
Konsentrasi (%) Pharmaceutical Exipient
Konsentrasi (%)
. F1 70
F2 70
F3 70
30
30
30
Parafin Cair
2
2
2
1,0 - 32,0
Setil Alkohol
2,5
2,5
2,5
2–5
Asam Stearat
10
10
10
1 – 20
Trietanolamin (TEA)
2
3
4
2–4
Natrium Lauryl Sulfat
4
4
4
0,5 – 2,5
Methyl Paraben
0,2
0,2
0,2
0,02 - 0,3
Propil Paraben
0,2
0,2
0,2
0,01 - 0.6
Aquadest
9,1
8,1
7,1
≥ 60
1.
Bedda Lotong
2.
Krim terdiri dari
3.
:
Prosedur Penelitian Bahan yang merupakan fase minyak yaitu asam stearat, setil alkohol, propil paraben, dan parafin cair dipanaskan didalam cawan pada suhu 70oC secara berurutan sesuai tingkat leburnya. Kemu dian fase air yaitu aquadest, metil paraben, trietanolamin dan natrium lauryl sulfat dipanaskan pada suhu 70oC. Setelah melebur fase air dan fase minyak tersebut dicampurkan pada suhu 70oC, diaduk menggunakan lumpang
20
panas sampai membentuk massa krim. Setelah massa krim terbentuk maka tambahkan bedda lotong ke dalam lumpang sedikit-demi sedikit kemudian digerus hingga homogen dan membentuk body scrub. F. Uji Stabilitas Evaluasi mutu fisik sediaan krim body scrub dari bedda lotong dilakukan untuk mengetahui kestabilan fisik krim body scrub dengan metode stabilitas dipercepat baik sebelum maupun sesudah dilakukan pengujian kemudian dibandingkan hasinya. Uji ini dilakukan berdasarkan pengaruh suhu (freeze thaw) dimana sebagai kontrol sediaan bedda lotong disimpan pada suhu 25˚C dan untuk siklus freeze thaw sediaan krim body scrub dari bedda lotong disimpan pada suhu 4˚C pada 48 jam pertama dan suhu 40˚C pada 48 jam berikutnya. Siklus freeze thaw terdiri dari satu rentang waktu penyimpanan pada suhu 4˚C dan satu rentang waktu penyimpanan pada suhu 40˚C (Chory A dkk, 2015). G. Evaluasi Mutu Fisik 1.
Pengamatan Organoleptis Krim body scrub dianalisis melalui pengamatan visual meliputi warna, bau dan bentuk (Uce L dkk, 2017).
2.
Uji Homogenitas Pada pengujian homogenitas yang diamati secara visual dengan menggunakan dua buah kaca objek, dimana salah satu kaca dioleskan krim body scrub secara tipis dan merata, kemudian diamati dibawah sinar ultraviolet atau dibawah cahaya matahari langsung (Uce L dkk, 2017).
21
3.
Pengukuran pH Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) sampai menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling dan dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Nunik K, 2016).
4.
Pengukuran daya sebar Sebanyak 0,5 g sediaan ditimbang diletakkan ditengah alat kaca, dan kaca penutup yang mula-mula sesudah ditimbang bobotnya, kemudian diletakkan diatas basis, dibiarkan selama 1 menit. Diameter penyebaran krim diukur setelah satu menit dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi, beban ditambahkan sebesar 20 g kemudian dilakukan pengukuran kembali setelah 1 menit, dilakukan penambahan bobot tiap 20 g sampai bobot yang ditambahkan kurang dari 150 g, dicatat diameter penyebaran setiap penambahan bobot (Putri W, 2016).
H. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah hasil pengujian sebelum dan sesudah penelitian dilakukan.
22
I.
Analisis Data Data dianalisis dengan membandingkan data sebelum pengujian dan sesudah pengujian apakah memiliki perubahan atau tidak.
J.
Penarikan Kesimpulan Formulasi dapat disimpulkan stabil jika tidak terjadi perubahan fisik sebelum dan sesudah pengujian stabilitas dipercepat menggunakan metode freeze thow.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.
Perhitungan Formulasi Formula sediaan body scrub bedda lotong dengan variasi konsentrasi trietanolamin. Konsentrasi (%)
No
Konsentrasi (%) Pharmaceutical Exipient
Bahan
.
F1
F2
F3
70
70
70
30
30
30
Parafin Cair
2
2
2
1,0 - 32,0
Setil Alkohol
2,5
2,5
2,5
2–5
Asam Stearat
10
10
10
1 – 20
Trietanolamin (TEA)
2
3
4
2–4
Natrium Lauryl Sulfat
4
4
4
0,5 – 2,5
Methyl Paraben
0,2
0,2
0,2
0,02 - 0,3
Propil Paraben
0,2
0,2
0,2
0,01 - 0.6
Aquadest
9,1
8,1
7,1
≥ 60
1.
Bedda Lotong
2.
Krim terdiri dari
:
23
24
2.
Hasil Pengujian Mutu Fisik a.
Pengamatan Organoleptis Tabel 4.1. Hasil pengujian organoleptis yang meliputi tekstur, bau dan warna pada sediaan body scrub bedda lotong, sebelum dan sesudah penyimpanan stabilitas dipercepat selama 5 siklus menggunakan alat climatic chamber. Maka diperoleh hasil yang disajikan pada tabel dibawah ini :
No
1.
Formula
Formula I
Jenis
Sebelum
Sesudah
pemeriksaan
pengujian
pengujian
Tekstur
3.
Formula III
Kental
Berscrub
Hitam Pekat
Hitam Pekat
Khas
Khas
Tekstur
Kental Berscrub
Kental Berscrub
Warna Bau
Hitam Pekat Khas
Hitam Pekat Khas
Tekstur
Sangat
Bau Formula II
Kental Agak
Berscrub Warna
2.
Agak
Warna Bau
Kental Sangat
Kental
Berscrub
Berscrub
Hitam Pekat
Hitam Pekat
Khas
Khas
Keterangan : Formula I
: Konsentrasi Trietanolamin 2%
Formula II
: Konsentrasi Trietanolamin 3%
Formula III
: Konsentrasi Trietanolamin 4%
25
b.
Uji Homogenitas Tabel 4.2. Hasil pengujian homogenitas pada sediaan body scrub bedda lotong, sebelum dan sesudah penyimpanan stabilitas dipercepat selama 5 siklus menggunakan alat climatic chamber. Maka diperoleh hasil yang disajikan pada tabel dibawah ini :
No Formula
1.
Formula I
Homogenitas Sebelum Sesudah pengujian pengujian Homogen Homogen
2.
Formula II
Homogen
Homogen
3.
Formula III
Homogen
Homogen
Persyaratan
Sediaan menunjukkan susunan yang homogen.
Keterangan :
c.
Formula I
: Konsentrasi Trietanolamin 2%
Formula II
: Konsentrasi Trietanolamin 3%
Formula III
: Konsentrasi Trietanolamin 4%
Pengukuran pH Tabel 4.3. Hasil pengukuran pH pada sediaan body scrub bedda lotong, sebelum dan sesudah penyimpanan stabilitas dipercepat selama 5 siklus menggunakan alat climatic chamber. Maka diperoleh hasil yang disajikan pada tabel dibawah ini :
No Formulasi
Nilai pH Sebelum Sesudah pengujian pengujian 6,95 6,87
1.
Formula I
2.
Formula II
6,40
6,40
3.
Formula III
7,00
7,32
Persyaratan
4,5 – 6,5
26
d.
Pengukur Daya Sebar Tabel 4.4. Hasil pengukuran daya sebar pada sediaan body scrub bedda lotong, sebelum dan sesudah penyimpanan stabilitas dipercepat selama 5 siklus menggunakan alat climatic chamber. Maka diperoleh hasil yang disajikan pada tabel dibawah ini :
No
Formulasi
Daya Sebar Sebelum Sesudah pengujian pengujian 3,1 2,8
1.
Formula I
2.
Formula II
2,6
2,6
3.
Formula III
2,5
2,5
Keterangan : Formula I
: Konsentrasi Trietanolamin 2%
Formula II
: Konsentrasi Trietanolamin 3%
Formula III
: Konsentrasi Trietanolamin 4%
B. Pembahasan Pada penelitian ini telah dibuat body scrub dengan menggunakan bahan aktif bedda lotong karena kandungan dari bahan alami dalam bedda lotong dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai anti penuaan. Body scrub bedda lotong dibuat agar memudahkan masyarakat dalam penggunaannya dan dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama. Penelitian ini dibuat body scrub bedda lotong dengan menvariasikan konsentrasi trietanolamin 2%, 3%, dan 4%. Trietanolamin dalam formula
27
berperan sebagai basis yang digunakan dalam pembuatan body scrub bedda lotong untuk menghasilkan stabilitas yang baik. Sediaan body scrub bedda lotong dilakukan pengujian stabilitas dipercepat pada suhu 5oC selama 4 jam dan pada suhu 35oC selama 4 jam dengan kelembapan tetap sebanyak 5 siklus menggunakan alat climatic chamber dengan parameter-parameter yang diukur yaitu evaluasi mutu fisik meliputi pengamatan organoleptis, uji homogenitas, pengukuran pH, dan pengukuran daya sebar. Sediaan body scrub ini dinyatakan memenuhi syarat mutu fisik apabila sebelum dan sesudah pengujian stabilitas dipercepat memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Pengamatan organoleptis sediaan body scrub bedda lotong yang meliputi tekstur, bau dan warna. Hasil data uji organoleptis pada ketiga formula yaitu dengan konsentrasi trietanolamin 2%, 3% dan 4% sebelum penyimpanan diperoleh hasil bau khas dan hitam pekat tidak transparan, sedangkan pada tekstur ada perbedaan pada setiap konsentrasi yaitu untuk konsentrasi trietanolamin 2% teksturnya agak kental berscrub, konsentrasi trietanolamin 3% kental berscrub, dan konsentrasi trietanolamin 4% sangat kental berscrub hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan. Variasi konsentrasi trietanolamin tidak berpengaruh terhadap warna dan bau dari sediaan, tetapi berpengaruh terhadap konsistensi sediaan body scrub dimana semakin tinggi konsentrasi trietanolamin maka makin mengental pula konsistensi setiap sediaan. Setelah penyimpanan selama 5 siklus, ketiga
28
formula tersebut tidak menunjukkan perubahan organoleptis sehingga dapat dikatakan sediaan body scrub bedda lotong stabil dari segi organoleptik. Uji homogenitas merupakan salah satu uji yang penting dalam melakukan formulasi sediaan farmasetik, tujuannya untuk mengetahui apakah bahan-bahan dalam formulasi tersebut tercampur homogen atau tidak. Pengujian ini penting dilakukan agar dapat mengetahui bahwa zat aktif terdistribusi merata dalam sediaan dan tidak ada partikel yang menggumpal sehingga menghasilkan efek maksimal. Pada pengamatan uji homogenitas ini di oleskan sediaan body scrub pada kaca transparan dibawah cahaya. Sediaan body scrub ketiga formula sebelum penyimpanan menunjukkan homogenitas yang baik, dan tidak menunjukkan perubahan homogenitas sehingga dapat dikatakan sediaan body scrub bedda lotong stabil. Uji pH bertujuan untuk mengetahui keamanan suatu sediaan, terutama sediaan topikal. Idealnya sediaan topikal mempunyai nilai pH yang sama dengan pH kulit agar tidak terjadi iritasi pada permukaan kulit. Data hasil uji pH sediaan body scrub bedda lotong menunjukkan bahwa selama pengujian sebelum dan sesudah penyimpanan sedikit menunjukkan perubahan pH, untuk F1 terjadi perubahan pH dari pH 6,70 ke pH 6,69 dan untuk F3 terjadi perubahan pH dari pH 7,00 ke pH 7,32 sedangkan untuk F2 tidak terjadi perubahan pH yaitu tetap pada pH 6,40. Sehingga pH yang dapat dikatakan stabil adalah F2 yaitu trietanolamin 3% karena menunjukkan pH yang stabil pada penyimpanan dan memenuhi syarat pH pada kulit.
29
Pada pengukuran daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan untuk menyebar pada lokasi pemakaian apabila dioleskan pada kulit. Dari data hasil uji daya sebar menurun. Penurunan kemampuan daya menyebar ini seiring dengan peningkatan viskositas sediaan body scrub, apabila tekanan yang diberikan sama pada setiap pengujian formula body scrub bedda lotong, maka semakin kental sediaan tersebut dan kemampuan menyebarnya semakin kecil. Pada F1 mengalami perubahan daya sebar sedangkan F2 dan F3 tidak memiliki perubahan daya sebar. Dari ketiga formula yang diujikan, Formula 2 merupakan formula yang paling baik dibandingkan F1dan F3 karena formula 2 yaitu trietanolamin 3% memenuhi persyaratan stabilitas yang baik dari semua pengujian mutu fisik yang dilakukan yaitu pengamatan organoleptis, uji homogenitas, pengukuran pH, dan pengukuran daya sebar.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : 1.
Bedda lotong dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan body scrub bedda lotong dengan variasi konsentrasi trietanolamin.
2.
Ketiga formula yang dibuat memiliki stabilitas dan mutu fisik yang memenuhi syarat sesuai dengan literatur yang ada.
3.
Dari ketiga formulasi yang dibuat, sediaan body scrub bedda lotong yang terbaik adalah sediaan dengan kosentrasi trietanolamin 3%.
B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disarankan untuk : 1. Dilakukan pengujian khasiat untuk melihat efektivitas sediaan body scrub bedda lotong pada kulit dan dilakukan pengujian viskositas untuk melihat kualitas kekentalan dari sediaan body scrub bedda lotong. 2. Formulasi body scrub bedda lotong yang dihasilkan dapat dikembangkan menjadi produk body scrub yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena penggunaannya yang efesien dan tahan lama.
30
DAFTAR PUSTAKA Andriyanti P., Indrianti D., Wardatun S,. (2013). Uji Antioksidan Sediaan Sugar Body Scrub yang Mengandung Katekin Gambi(Uncaria gambir Roxb)dan Essensial Oil Jeruk Nipis(Citrus aurantifolia L.) dengan Metode DPPH. Artikel Ilmiah pada Program Studi Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan Bogor. Chory A,. Dwi I,. Bina L.S,. (2015). Efektivitas Sugar Body Scrub Yang Mengandung Katekin Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb) Dan Minyak Esensial Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia L.). Artikel Ilmiah pada Program Studi Farmasi FMIPA. Universitas Pakuan Bogor Desi S.N. (2014). Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan krim Anti-Aging Ekstrak Etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia magostana L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphentyl 1-2-Picril Hydrazil). Artikel Ilmiah pada Program studi Farmasi Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Fauziah N,. (2016). Uji Kandungan Fitokimia dan Perbandingan Uji potensi Antioksidan, Antiaging pada berbagai konsentrasi sediaan sediaan Ekstrak Etanol Beras Putih (Oryza Sativa L.). Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha. Lasmida A,. (2012). Aktifitas Antioksidan dan Stabilitas Fisik Gel Anti-Aging Yang Mengandung Ekstrak Air Kentang Kuning (Solanum tuberosum L.). Artikel Ilmiah pada Program Ekstensi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Marta, L.Z., Agustinus, R. Dan Rizaldy, T. (2016). Proses Menua, Stress Oksidatif, dan Peran Antioksidan. Artikel Fakultas Kedokteran. Universitas Kristen Duta Wacana: Yogyakarta. Nunik K,. (2016). Formulasi Sediaan Krim Tipe M/A Ekstrak Biji Kedelai (Glycine max L) : Uji Stabilitas Fisik Dan Efek Pada Kulit. Artikel Ilmiah pada Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Putri W,. (2016). Uji Stabilitas Fisik Dan Kimia Sediaan Krim Ekstrak Etanol Tumbuhan Paku (Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr.). Artikel Ilmiah pada Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
31
32
Rowe, R. C., Paul, J. S., dan Marian, E. Q. (2016). Handbook of Pharmaceutical Excipients 8th Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Assosiation. Silvia S.P,. (2017). Kandungan Dan Aktivitas Farmakologi Jeruk Nipis ( Citrus auranfolia S.). Artikel Ilmiah pada Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran. Susilowati T,. (2010). Kapasitas Antioksidan dan Kadar Kurkuminoid pada Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Menggunakan Pelarut Air dengan Variasi Proporsi Pelarut dan Metode Pemanasan. Artikel Ilmiah pada Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Uce L., Faizar F., Putri M.S,. (2017). Formulasi Dan Uji Sifat Fisik Lulur Body Scrub Arang Aktif Dari Cangkan Sawit (Elaeis Guineensis J.) Sebagai Detoksifikasi. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi.
33
Lampiran I SKEMA KERJA
Pembuatan Bedda Lotog
Fase Minyak : Asam Stearat, Setil Alkohol, Propil Paraben, dan Parafin Cair
Fase Air : Metil paraben, Trietanolamin, Natrium lauryl Sulfat, dan Aquadest
Dilebur pada suhu 70oC
Bedda Lotong
Formula I Basis TEA 2%
Formula II
Formula III
Basis TEA 3%
Basis TEA 4%
Pengujian Stabilitas sediaan dengan menggunakan metode stabilitas dipercepat, dan evaluasi mutu fisik meliputi : 1. 2. 3. 4.
Pengamatan Organoleptis Uji Homogenitas Pengukuran pH Pengukuran daya sebar
PENGUMPULAN & PENGOLAAN DATA
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
34
Lampiran II Perhitungan bahan formula sediaan body scrub bedda lotong 70
1.
Bedda Lotong 10%
: 100 x 100 g = 70 g
2.
Basis Krim
: 100 x 100 g = 30 g
30
2
Parafin Cair
: 100 x 30 g
Setil Alkohol
:
Asam Stearat
: 100 x 30 g
Trietanolamin
: TEA 2% =
2,5 100
= 0,6 g
x 30 g
= 0,75 g
10
= 3g 2
x 30 g
= 0,6 g
TEA 3% = 100 x 30 g
= 0,9 g
100 3
4
TEA 4% = 100 x 30 g 4
Natrium Lauryl Sulfat : 100 x 30 g 0,2
= 1,2 g
Methyl Paraben
: 100 x 30 g
Propil Paraben
: 100 x 30 g
Aquades
: TEA 2% = Ad 30 mL
0,2
= 0,06 g = 0,06 g
TEA 3% = Ad 30 mL TEA 4% = Ad 30 mL
= 1,2 g
35
Lampiran III Gambar Penelitian
Gambar 1 Beras Putih disangrai sampai hangus berwarna hitam.
Gambar 2 Bahan dan Alat dalam pembuatan Body Scrub Bedda Lotong.
36
Gambar 3 Menformulasikan sediaan body scrub bedda lotong.
Gambar 4 Pengujian stabilitas dipercepat sediaan body scrub bedda lotong.
37
Gambar 5 Pengujian pH pada sediaan body scrub bedda lotong
Gambar 6 Formula body scrub sebelum dan sesudah pengujian stabilitas dipercepat.
38
Nilai Kontrak No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 2 3 4 5 6 7 8
URAIAN Peralatan Penunjang 25% Enumerator 1: Pembuatan Formulasi Enumerator 2: Pengujian Stabilitas Cawan Porselin 75 ml Pipet Tetes Panjang Batang Pengaduk Panjang Sendok Tanduk Spatel Lap Kasar Lap Halus Pot 100 gram Beaker 100 ml Baskom Plastik Sedang Spatula Besi Toples Kaca Pisau Spon Cuci Piring Buku catatan Gunting besar Label Kertas Stiker Pulpen Penjepit Kertas Besar Penjepit Kertas Kecil Map Plastik Materai 6000 Bahan Habis Pakai 35% Beras Putih Temulawak Jeruk Nipis TEA 1000 ml Paraffin Cair 500 ml Asam stearat 500 gram Cetyl alcohol 500 gram Natrium Lauryl Sulfat 500 gram
Nilai
5.000.000 Jumlah
200.000 200.000 90.000 24.000 25.000 62.500 16.000 14.000 11.000 60.000 45.000 45.000 25.000 50.000 20.000 5.500 5.000 15.000 3.000 36.000 12.000 11.000 6.000 60.000 84.000 Sub Total
1.125.000
40.000 15.000 10.000 334.500 70.000 65.000 275.000 62.500
39
9 10 11 12 13 14 15 16.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Methyl Paraben 500 gram Propil Paraben 500 gram Kertas Perkamen Air Suling Sabun Sunlight Gas LPG 3 Kg Konsumsi 1 Konsumsi 2 Perjalanan 25 % Perjalanan ke Direktorat Mengantar Proposal Perjalanan untuk Seminar Proposal Perjalanan Membeli Bahan Bedda Lotong Perjalanan Membeli Peralatan Penunjang Perjalanan Membeli ATK Perjalanan Mengantar Laporan Kemajuan Perjalanan Membayar Kode Etik Perjalanan Mengambil Kode Etik Perjalanan Mengantar Laporan Akhir Perjalanan Mengantar Log Book Perjalanan untuk Seminar Hasil Perjalanan mengantar Perbaikan Laporan Akhir Perjalanan mengantar Perbaikan Log Book Admin, Publikasi, Seminar, Laporan (15%) Print, fotocopy, dan jilid usulan proposal Print, fotocopy, dan jilid perbaikan proposal Print, fotocopy, dan jilid protocol penelitian Print, fotocopy, dan jilid laporan kemajuan Print, fotocopy, dan jilid laporan akhir Print, fotocopy, dan jilid perbaikan laporan akhir Print, fotocopy, dan jilid log-book Print Stiker Kemasan Fotocopy Slip Pembayaran Kode Etik Print, fotocopy, dan jilid perbaikan log-book Pembayaran Kode Etik Penelitian
Jumlah Pajak 10% Jumlah
165.000 165.000 10.000 100.000 5.000 18.000 120.000 120.000 Sub total
1.575.000
80.000 150.000 90.000 85.000 45.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 150.000 75.000 75.000 Sub Total
1.125.000
80.400 80.400 49.600 71.600 90.800 90.800 78.400 3.000 1.000 79.000 50.000 Sub Total
675.000 4.500.000 500.000 5.000.000
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49