Lap Distek Dekomposisi Kain Any Polos.docx

  • Uploaded by: hwang jea
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lap Distek Dekomposisi Kain Any Polos.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,700
  • Pages: 12
LAPORAN PRAKTIKUM DISAIN TEKSTIL 1 DEKOMPOSISI KAIN

Disusun Oleh: Nama : Aqilla Nursukma Rismayandi NPM : 18040006 Group : 1G5 Dosen : Dra. Ae Kusna Assisten : Pratiwi W

POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2017

1. Maksud dan Tujuan 1.1. Maksud Untuk Menguraikan kain dengan ditiras atau dilihat dengan lup kearah lusi dan pakan untuk mengetahui konstruksi kain tersebut,kemudian mengukur dan menghitung beratnya.

1.2. Tujuan 

Mengetahui konstruksi kain, meliputi anyaman, tetal benang lusi dan pakan, dan nomer benang lusi dan pakan.



Mengetahui cara menentukan arah lusi dan pakan.



Mengetahui cara menghitung tetal benang dalam kain.



Mengetahui cara menghitung nomor benang.



Mengetahui cara menghitung kebutuhan benang lusi dan benang pakan.

2. Teori Dasar 2.1 Pengertian Dekomposisi Kain Dekomposisi kain merupakan suatu cara menganalisis kain contoh, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diperoleh data-data yang dapat dipakai untuk membuat kembali kain yang sesuai dengan contoh tersebut proses praktik dekomposisi yang telah dilakukan untuk pengujian komposisi pada kain contoh tetal , berat panjang , nomor benang , jenis anyaman dan lain lain. Dekomposisi kain ditunjukan agar bisa membuat kain dengan ukuran ataupun berat yang sama dengan kain contoh : 2.1.1 Anyaman Polos Anyaman ini paling sederhana, paling tua dan paling banyak dipakai orang Penyilangan yang terjadi antara benang lusi dan pakan dilakukan

secara

bergantian (selang-seling Bekerjanya benang benang lusi dan pakan paling sederhana, yaitu: 1-naik, 1-turun). Anyaman ini juga Mempunyai rapot yang paling kecil dari semua jenis anyaman, selain itu anyaman ini memiliki silangan yang paling banyak

bila dibandingkan dengan jenis anyaman - anyaman

lainnya, karena itu anyaman ini relative paling kokoh dan tidak mudah berubah tempat. Hanya pada kain ini, kemungkinan jumlah benang setiap inchinya relatif

lebih sedikitdari pada anyaman lain, karena apabila benang yang digunakannya terlalu banyak, maka akan menghasilkan kain yang kaku. Namun anyaman polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis dengan hasil yang memuaskan daripada menggunakkan anyaman yang lain. Beberapa hal yang diperlukan dalam pembuatan selembar kain (dekomposisi kain pada anyaman polos) yang digunakan untuk membantu kelancaran percobaan, dapat dilakukan dengan melihat

ciri-ciri dan karakteristik dari anyaman polos

tersebut, yaitu: 

Ulangan rapot ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah 2 helai pakan. Ke arah vertical (panjang kain) atau ke arah lusi, diulangi sesudah 2 helai lusi.



Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor konstruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.K



Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran (range) yang lebih besar daripada anyaman lain, yaitu berkisar antar200 helai/inchi. Demikian pula dengan perpencaran berat kain pada anyaman polos yang lebih besar daripada jenis anyaman lain, yaitu berkisar antara 0,25 oz/yds2-52 oz/yds2.



Anyaman polos lebih sesuai/mampu untuk diberi rupa (appearance) yang lain dengan jalan mengadakan ubah-ubah design, baik structural design maupun surface design apabila dibandingkan dengan anyaman lain. Pada umumnya kain dengan anyaman polos, daya penutupan kainnya (fabric cover) berkisar antara 25% - 75%. Banyak gun yang digunakkan pada saat pertenunan minimum 2 gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi, maka digunakkan 4 gun atau lebih.Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan kontruksi medium, dengan fabric cover 51%-75%. Penutupan lusi dan pakan berkisar 31%-50%. Jenis kain ini misalnya : kain yang diprint, sheetings, dll. Anyaman polos untuk kain padat (close construction), biasanya menggunakan benang pakan yang lebih kasar daripada benang lusi.Dari pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa anyaman polos adalah anyaman yang memiliki raport terkecil yang terdiri dari satu kali lusi naik dan satu kali lusi turun pada jajaran lusi pertama dan sebaliknya pada jajaran lusi berikutnya.

3. Percobaan 3.1. Alat – Alat

1. Loupe 2. Gunting 3. Penggaris 4. Jarum layar 5. Alat tulis 6. Timbangan dengan skala gram dan miligram

3.2. Bahan

Kain Contoh Uji (Anyaman polos)

3.4. Cara Kerja

1. Menentukan arah lusi dan pakan Menentukan arah lusi dan pakan pada kain uji dengan cara melihat kain ke arah cahaya. Dapat juga dengan melihat kain yang telah ditiras dimana tetal kain lusi lebih banyak dibandingkan tetal pakan. Setelah menemukan arah lusi, arah lusi diberi tanda panah.

2. menentukan tetal lusi dan pakan 

Dengan menggunakan loupe -

Pastikan kain rata tanpa tegangan.

-

Hitung jumlah lusi atau pakan setiap 1 inchdengan kaca pembesar (loupe) dibantu dengan jarum layar.

-

Pengujian dilakukan paling sedikit di 5 (lima) tempat yang berbeda secara merata.



Hitung rata-rata tetal lusi dan tetal pakan.

Dengan Cara Urai atau Cara Tiras -

Gunting kain dengan ukuran 1 inch x 1 inch.

-

Keluarkan atau tiras benang lusi dan benang pakan kemudian kelompokan.

-

Hitung jumlah masing-masing benang lusi dan benang pakan.

-

Ulangi langkah diatas paling sedikit tiga kali pada tempat yang berbeda (dengan posisi diagonal).



Hitung rata-rata tetal lusi dan tetal pakan.

3. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm, kemudian catat beratnya. 4. Mengambil benang lusi dari 2 (dua) sisi yang berbeda pada kain contoh uji tersebut sebanyak 5 (lima) helai – 5 (lima) helai, sehingga total

benang

yang

diperolehnya

sebanyak

10

helai,

Lalu

menimbangnya. Demikian pula untuk benang pakannya. 5. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-ratakan (diluruskan), lalu mencatat panjang dari masing-masing benang tersebut. Demikian pula untuk benang pakannya, lalu nilai yang telah diperoleh dari 10 (sepuluh) benang tersebut dirata-ratakan. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung mengkeret lusi dan pakan.

6. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing dari data yang sudah diperoleh. 7. Melakukan perhitungan terhadap berat lusi dan pakan untuk memperoleh selisih berat. 8. Menggambar anyaman dari hasil yang diuji (contoh uji). Gambar anyaman polos

4. Data Percobaan

P lusi No (cm) 1 10, 2 10,2 3 10,1 4 10,1 5 10,1 6 10,1 7 10,1 8 10 9 10 10 10

P pakan (cm) 10,1 10,1 10 10 10 10 10 10,1 10,1 10,1

Tetal lusi 84 86 88 = 86

Tetal pakan 48 48 48 = 48

data pengamatan : - panjang 10 helai lusi = 10,07 cm - panjang 10 heai pakan = 10,06 cm - berat 10 helai lusi = 0,0157 gr - berat 10 helai pakan = 0,0131 gr 

rata rata

- tetal lusi = 86 helai/inch - tetal pakan = 48 helai/inch - panjang kain 10 x 10 cm - berat kain 10 x 10 cm = 0,7418 gr  Mengkeret (Pb − Pk)

Lusi M

=

x 100% Pb (10,07 −10)

x 100% = 0,6951 %

= 10,07 (Pb − Pk)

Pakan M

=

x 100% Pb (10,06 −10)

= 10,06

x 100% = 0,5660 %

 Nomor Benang 

Lusi a. Nm = =

𝑃 𝐵 1,006

= 64,076 0,0157 1000 b. Tex = = 15,606 64,076 9000 c. Td = = 140,45 64,076 d. Ne1 = 0,59 x 64,076 = 37,801 

Pakan a. Nm = =

𝑃

𝐵 1,007

= 78,870 0,0131 1000 b. Tex = =13,0089 76,87 9000 c. Td = = 17,080 76,87 d. Ne1 = 0,59 x 76,87 = 45,353

 Gramasi berat kain dalam 1 m² 1. Dengan cara menimbang Berat kain =

Berat sample x ukuran kain ukuran contoh uji

Berat sample x ( = 0,7418 x (

1m x 1m 10 x 10

)

100 cm x 100 cm

= 74,18 gram/m2

10 x 10

)

(B1)

 Dengan cara perhitungan

Nm =



P

=B =

B

33,85 𝑥 100 𝑥 100 𝑥(

339,51 6407,6 Pakan

= =

100% ) 100−𝑚𝑙𝑢𝑠𝑖

𝑁𝑚 𝑙𝑢𝑠𝑖 𝑥 100

=



B

Lusi

=



P

= 52,9863 gram/m2

18,89 𝑥 100 𝑥 100 𝑥(

100% ) 100−𝑚𝑙𝑢𝑠𝑖

𝑁𝑚 𝑙𝑢𝑠𝑖 𝑥 100 189,884 7687

(B2)

= 24,696 gram/m2

Selisih

Bb − Bk x 100% Bb 77,6823 − 74,18 x 100% 77,6823

Gambar anyaman polos

= 4,50%

(B3)

5. Diskusi Dekompsisi kain adalah salah satu cara untuk mengetahui konstruksi kain. Cara ini dilakukan apabila kita akan membuat kain tanpa disertai dengan catatan tentang konstruksi kain tersebut yang ada hanya kain contoh dengan ukuran yang tidak sebenarnya. Dari proses dekomposisi kain tersebut, kita akan memperoleh data-data konstruksi kain. Sehingga dari data tersebut, kita dapat membuat rencana tenun, rencana

kebutuhan

bahan

baku

dan

proses,

atau

bahkan

mengembangkan konstruksi kain tersebut. Untuk memperoleh data-data tersebut, maka atau praktikkan melakukan praktikum dekomposisi kain, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat praktik karena dapat mempengaruhi hasilnya, diantaranya adalah: 

Penimbangan dan pengukuran

Ketika kita menimbang dan mengukur, baik itu kain maupun benang, dibutuhkan ketelitian ekstra agar penimbangan dan pengukuran yang kita lakukan benar-benar akurat, begitu juga dengan ketetilitian peralatannya. Sebab hasil penimbangan itu sangat berpengaruh terhadap persentase selisih berat kain / m2 antara hasil penimbangan dengan hasil perhitungan, juga terhadap nomor dari benang lusi dan benang pakan.  .

Perhitungan tetal lusi dan tetal pakan

Ketika menghitung tetal lusi dan tetal pakan, diperlukan ketelitian, kesabaran, dan konsentrasi ekstra agar mendapatkan hasil yang tepat. Apalagi bagi praktikkan yang mempunyai gangguan pada indera pengelihatannya. Untuk mempermudah proses penghitungan tetal, kita dapat menguraikan benang lusi dan pakan satu per satu (tentunya setelah diberi batasan 1 inchi). Walaupun memakan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya dapat lebih akurat. Kesalahan terhadap perhitungan

tetal, baik itu lusi ataupun pakan, akan berpengaruh pada selisih berat kain / m2 (antara hasil penimbangan dengan hasil perhitungan). 

Pemotongan kain contoh

Sebelum kain contoh dipotong 10 x 10 cm, kain diberi batasan dengan ukuran 10 x 10 cm dengan dilebihkan 0,5 cm di setiap sisinya. Hal ini bertujuan untuk memberikan spasi yang lebih luas bagi kain yang akan dipotong. Setelah itu, pakan dan lusinya diurai sampai mendapatkan kain dengan ukuran 10 x 10 cm. Setelah itu, sisa-sisa benang lusi dan pakan dipotong sesuai dengan ukuran kain (10 x 10 cm)

6.

Kesimpulan Dari hasil percobaan praktikum danperhitungan data pengamatan dari kain contoh uji yang merupakan kain polos, maka diperoleh : 

Rata-rata tetal lusi adalah 86 helai/inchi dan rata-rata tetal pakan adalah 48 helai/inchi.



Mengkeret benang lusi (Ml) adalah 0,69 % dan mengkeret benang pakan (Mp) adalah 0,56 %.



Nomor benang lusi adalah Nm = 64 dan nomor benang pakan adalah Nm = 76



Berat lusi setelah perhitungan adalah 77,68 gram/m2 dan berat pakan setelah perhitungan adalah 24,696 gram/m2.



Selisih kain contoh uji mula-mula dengan kain contoh uji yang telah dilakukan perhitungan, diperoleh selisih berat sebesar 4,50 %.

7. Daftar Pustaka 

https://www.pdfcoke.com/doc/235551872/Dekomposisi-Kain



Jurnal Praktikum, 2015

Related Documents

Kain Perca.docx
October 2019 18
Kain Perca.docx
October 2019 21
Kain Songket
December 2019 40

More Documents from "Mozais Mozalina"