Laopran_aka_3.docx

  • Uploaded by: Elsa Septiana
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laopran_aka_3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,747
  • Pages: 8
. LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SUSPENSI ”CHOLRAMPHENICHOLI SUSPENSIO”

Disusun oleh : Aka Nugraha

PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH BEKASI 2014

Tujuan Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar kita selaku tenaga farmasis dapat mengetahui cara pembuatan ataupun peracikan sediaan suspensi yang ideal dan stabil sehingga pengemasan dan penandaan (pemberian etiket) sesuai dengan persyaratan farmasetika. Dasar Teori Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. (Anonim, 2004) Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. (Anief, M, 2005). Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20o, kecuali dinyatakan lain menunjukan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar. (Anief, M., 2005). Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik, jika larutan diencerkan atau dicampur. (Anonim, 1995). Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan seperti tersebut di atas dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lainlain. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa sediaan padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel yang terdispersi dalam pembawa cair yang bertujuan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam golongan ini. (Anonim, 1995). Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojok perlahanlahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojok dan dituang. Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (mixtura agitandae). Bila obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi. (Anief, 2006). Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah : 1. Ukuran partikel Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam volume yang sama ). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan

semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel. 2. Kekentalan (viscositas) Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. 3. Jumlah partikel (konsentrasi) Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat. 4. Sifat / muatan partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya. (Anonim, 2004 ) Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi: 1. Metode pembuatan suspensi Metode dispersi Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Metode praesipitasi Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hrndak dicampur dengan air. Setelah larut diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. 2. Sistem pembentukan suspensi  System flokulasi 1. partikel merupakan agregat yang bebas 2. sedimentasi terjadi capat 3.sediment terbentuk cepat 4. sediment tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula 5. wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.  System deflokulasi 1. partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain 2. sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal 3. sediment terbentuk lambat 4. akhirnya sediment akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi. (Anonim, 2004).

Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut : a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat. b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan. c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya. Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut : a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas. b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul. c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator . ( Anief, M., 1987 )

Uraian resep Monografi 1. NR NL

= Chloramphenicolum = kloramfenikol

Pemerian= hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa agak pahit. Dalam larutan asam lemah, Mantap. Kelarutan = larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,6 bagian etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform Pdan dalam eter P Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya Khasiat

2. NR NL

= antibiotikum

= Natrii Carboxymethylcellulosum = Natrium karboksimetilselulosa

Pemerian = serbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading; tidak berbau atau hampir tidak berbau; higroskopik Kelarutan = mudah mendispersi dalam air, membentuk suspense koloidal; tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam eter Pdan dalam pelarut organic lain Penyimpanan = dalam wadah tertutup rapat Khasiat

= zat tambahan

3. NR NL

= Polysorbatum-80 = polisorbat-80

Pemerian = cairan kental seperti minyak; jernih, kuning; bau asam lemah, khas Kelarutan = mudah larut dalam etanol (95%) P, dalam etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam paraffin cair P dan dalam minyak biji kapas P Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik Khasiat

4. NR

= zat tambahan

= Propylenglycolum

NL

= Propilenglikol

Pemerian

= cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis; higroskopik

Kelarutan

= dapat campur denga air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur dengan eter minyak tanah Pdan dengan minyak lemak

Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik Khasiat

5.

= zat tambahan; pelarut

NR

= Sirupus Simplex

NL

= sirop gula

Pemerian

= cairan jernih ; tidak berwarna

Penyimpanan = dalam wadah tertutup rapat ; ditempat sejuk

6. NR

= Aqua destillata

NL

= Air suling

Pemerian

= cairan jernih ; tidak berwarna ; tidak berbau ; tidak mempunyai rasa

Penyimpanan = dalam wadah tertutup baik

Perbedaan polysorbate 60 dengan polysorbate 80 Tween 60 atau Polisorbat 60 adalah hasil kondensasi stearat dari sorbitol dan anhidranya dengan

etilenoksiada,merupakan

ester

oleat

dari

sorbitol

dan

anhidrida

yang

berkopolimerisasi dengan lebih kurang 20 molekul etilena oksida untuk tiap molekul sorbitol dan anhidrida sorbitol. Polyoxyethylene 60 sorbitan monoleat atau lebih dikenal sebagai Tween 60 merupakan cairan kental, buram, kuning, bau agak harum atau bau minyak. Pada suhu lebih dari 24 derajat menjadi cairan jernih seperti minyak. Kelarutan : larut dalam air, minyak biji kapas, praktis tidak larut dalam minyak mineral, dapat campur dalam dengan aseton P dan dengan dioksan P. Bobot per milliliter kurang lebih 1,10 gram, bilangan asam tidak lebih dari 2,0. Tween 80 atau polysorbate 80 dapat digunakan sebagai zat pengemulsi, surfaktan nonionik, zat penambah kelarutan, zat pembasah, zat pendispersi atau pensuspensi dengan harga CMC adalah 0,0014. Tween 60 telah digunakan secara luas dalam bidang kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasetika baik dalam penggunaan secara peroral, parenteral maupun topikal dan tergolong zat yang nontoksik dan iritan. Menurut WHO, pemakaian perhari untuk Tween maksimal 25 mg/kg BB.

Strukture Propilen Glikol Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2 dan berat molekul 76,10. Struktur kimia propilen glikol : CH3 – CH (OH) – CH2OH Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Propilen glikol digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non toksik. Dalam formulasi atau teknologi farmasi, propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut, pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non parenteral. Propilen glikol merupakan pelarut yang baik dan dapat melarutkan berbagai macam senyawa, seperti kortikosteroid, fenol, obat-obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D), kebanyakan alkaloid dan berbagai anastetik lokal.

Resep standar R∕ Chloramfenikol Propilenglikol Carboxy methycellysalum natrium Polysorbatum 80 Sirupus simplex Aquadest

125 mg 1 gram 50 mg 25 mg 1,5 gram 5 ml

Suspensi Kloramfenikol s.f da 60 ml S. tdd Cth I

Perhitungan bahan : 1. Chloramphenicol = 60 ml/5 ml x 125 mg = 1500 mg =1,5 g x 1.74 =2.61g +0.1= 2.71 g 2. CMC-Na = 60 ml x 5 ml x 50mg = 600mg = 0.6 g + 0.1= 0.7 g Air yang dibutuhkan untuk pembuatan CMC-Na =0.7/x= 1g/ 20 ml = 14 ml 3. Polysorbatum 80 = 60 ml/ 5ml x 25mg = 300 mg = 0.3 g + 0.1= 0.4 g 4. Propylen glikol = 60 ml / 5 ml x 1 g = 12 g + 0.1 = 12.1 g 5. Syrup simplex = 60 ml / 5 ml x 1.5 g = 18 g = 18 ml + 0.1 = 18.1 ml 6. Aqua destilata = 60 ml / 5 ml x 5 ml = 60 ml + 0.1 – (2.71 + 0.7 + 14 + 0.3 + 12.1 + 18.1) = 60.1 ml – 47.91 = 12.19 ml Penimbangan : 1. Kloramfenikol palmitat : 2.71 g 2. CMC : 0.7 g 3. Air untuk CMC : 14 ml 4. Polysorbatum-80 : 0.4 g 5. Propylen glikol : 12.1 g 6. Sirup simpleks : 18.1 ml 7. Aqua dest add 60 ml

Cara pembuatan : 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Timbangan disetarakan dan kalibrasi botol 60 ml. 3. Ditimbang CMC-Na 0.7 gram , masukan ke dalam lumpang yang berisi 14 ml air dengan cara ditaburkan , tunggu sampai mengembang dan membentuk suspending agen. 4. Ditimbang kloram palmitat 2.71 g masukan dalam lumpang. 5. Tara cawan uap dan dan timbang polysorbatan 80 sebanyak 0.4 g, masukan ke dalam lumpang. 6. Dimasukan propylen glikol 12.1 ml kedalam lumpang . 7. Dimasukan syrup simplek 18.1 ml kedalam lumpang. 8. Semua bahan yang sudah dicampur dimasukan kedalam lumpang yang sudah membentuk mocilago . gerus halus . 9. Ditambahkan sisa air kedalam lumpang dan gerus hingga homogen. 10. Dimasukan dalam botol yang sudah di kalibrasi 60 ml. Tutup dan kemas.

More Documents from "Elsa Septiana"