LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA Laporan ini disusun sebagai bukti hasil tugas individu
Oleh Kurnia Istiqomah NIM. 1601300064
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR 2018 1
Kartu penyelesaian tugas individu Nama mahasiswa
: KURNIA ISTIQOMAH
NIM
: 1601300064
Kelas
: 3B
No . 1
Kegiatan yang dinilai Memilih keluarga
Kegiatan Tanggal dilakukan 11 November 2018
binaan
Hasil Identitas keluarga: 1) Nama KK: Tn R (56 th) Alamat: Jl. Airlangga, Rt 22, Desa Suko, Kec. Sumberpucung Kab. Malang. 2) Jumlah anggota keluarga: 3 orang 3) Fokus tindakan -
individu, kasus lansia dengan hipertensi dan asam urat
-
keluarga, tahap perkembangan: Keluarga dengan anggota
2
Rumusan pengkajian
11 November 2018
keluarga lanjut usia Lampirkan formulir saat tugas
3
fokus Pengkajian
11 November 2018
dikumpulkan Lampikan hasil pengkajian sesuai
keperawatan keluarga 4
Rumusan diagnosis
5
keperawatan Rencana keperawatan
formulir yang di rumuskan saat 11 November 2018
dikumpulkan Jumlah= 2 diagnosis
11 November 2018
Tipe diagnosis = aktual Lampirkan
keluarga Keterangan:
kartu ini di isi oleh mahasiswa sendiri
dikumpulkan di PJMK saatakhir semester di sertai lampiran
Blitar, Desember 2018 Mahasiswa
Kurnia Istiqomah NIM. 1601300015
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA LANSIA A. PENGKAJIAN Tanggal pengkajian I.
: 11 November 2018
Data umum
1. Kepala keluarga 2. Alamat
: Tn. M
: Jl. Airlangga, Rt 22, Desa Suko, Kec. Sumberpucung Kab.
Malang 3. Pekerjaan
: Wiraswasta
4. Pendidikan
: SMA
5. Komposisi keluarga : No
Nama
.
1.
Tn.R
Jenis
Hub.
Kelami
Denga
n
n KK
L
Kepala
Umur
Pendidik
Pekerjaa
Status
an
n
Kesehat an
63
SMA
Keluar
Wiraswa
Hiperten
sta
si, asam
ga 2.
3.
Ny.S
Tn. G
P
L
Istri
Anak
urat 56
29
SMA
SMA
Ibu
Hiperten
Rumah
si,
Tangga Wiraswa
Sehat
sta
Genogram:
Tn. G
6. Tipe keluarga
: Keluarga Inti
7. Suku bangsa
: Indonesia/Jawa
8. Agama
: Islam
9. Status sosial ekonomi keluarga
:
Penghasilan keluarga ± 500.000/bulan yang diperoleh bapak R saat sehat,
usaha
bu
S
menjual
sambel
pecel
dengan
penghasilan
±50.000/hari. Saat bapak R sakit penghasilan keluarga dibantu sang anak ±500.000/bulan. 10.
Aktivitas rekreasi keluarga
:
Keluarga Pak R jarang melakukan rekreasi saat waktu senggang biasanya diisi dengan menonton tv, sekedar duduk-duduk didepan rumah, mengobrol
dengan
tetangga
dan
sesekali
memancing
dikolam
pemancingan milik tetangnnya. II.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
11.
Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga usia tua 12.
Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Ibu S dan Tn. Melakukan tugasnya untuk saling merawat dan
membantu satu sama lain karena saling menyadari kekurangan masingmasing. Namun ada tugas keluarga usia tua yang belum terpenuhi: Keluarga belum bisa menciptakan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan antar Orangtua dan anak karena kondisi anak yang jauh ( merantau ) sehingga sangat jarang untuk pulang dan berkumpul bersama keluarga dan anak yang belum menikah sehingga mereka selalu mendambakan ingin memiliki seorang cucu. 13.
Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Tn. M pada usia muda mempunyai tekanan darah yang normal. Namun memasuki usia tua Tn. R mengidap penyakit hipertensi dengan tekanan darah sistole kisaran 180/90mmHg. Ny. S mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak usia muda kemudian menginjak umur 50 ia mulai terkena asam urat. Anak dalam keadaan sehat. 14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya Pak R adalah 2 bersaudara dan Pak R anak ke 2.
Kakak ke pak R
menderita penyakit yang sama yaitu hipertensi.. Saudara bu R dalam keadaan sehat. III.
Data lingkungan
15.
Karakteristik rumah Luas rumah yang ditempati ± , terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar
mandi dan WC, ruang tamu, dan dapur. Tipe bangunan rumah adalah permanen. Lantai terbuat dari plester, jumlah jendela samping 5, dengan ukuran 0,60m x 0,50m,barang yang tidak terpakai ditaruh di ruangan yang dulunya kamar lalu difungsikan menjadi gudang semenjak anaknya Merantau. Sumber air minum yang digunakan dari sumur. WC yang dimiliki sudah mengalir ke septik tank. Kebiasaan memasak menggunakan kompor gas dan kayu bakar di dalam rumah. Denah rumah: KM 1
KM 2
DAPUR
R. TAMU TOILET
16.
Karakteristik tetangga dan komunitasnya Tetangga sekitar rumah saling membantu satu dengan yang lainnya.
Tetangga memperhatikan keadaan pak R dengan terkadang membagikan makanan seperti jajanan karena pak R kurang suka makan nasi serta mengantar bu S jika berobat ke rumah sakit. 17.
Mobilitas geografis keluarga
Keluarga pak R pernah sempat pindah tempat tinggal waktu pertama menikah ke Jember, lalu kembali lagi ke rumahnya di Kediri setelah orangtua dari bu S meninggal dunia, lalu menempati rumah itu sampai saat ini. 18.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Bu S selalu mengikuti kegiatan masyarakat seperti arisan, tahlilan, dan
kegiatan masyarakat lainnya. Pak R juga sering mengikuti kegiatan masyarakat, kerja bakti, pengajian dan tahlilan. 19.
Sistem pendukung keluarga Pak M dirawat sendiri oleh bu S dan sebaliknya. Bu S mengatakan tidak
memiliki tabungan uang yang dapat digunakan untuk keperluan seharihari. Biaya periksa ke rumah sakit menggunakan BPJS yang biayanya dibayar oleh anaknya yang berada di luar kota. IV.
Struktur keluarga
20.
Strukur peran Pak R adalah kepala keluarga yang harus bertanggung jawab
memenuhi keperluan keluarganya tapi dengan kondisi pak R yang semakin
sering
sakit-sakitan
membuatnya
tidak
bias
bekerja
dan
mengharuskan bu S yang mencari nafkah. Ibu S berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan juga penjual sambel kacang/ sambel pecel. Anaknya bekerja sebagai wiraswasta diluar kota. 21.
Nilai dan norma keluarga Nilai dan norma keluarga menyesuaikan dengan nilai agama yang
dianut dan norma yang berlaku di lingkungannya. Bu S dan Pak R menganggap penyakit yang dideritanya adalah ujian yang diberikan oleh sang pencipta dan percaya bahwa penyakit itu wajar dialami oleh orang yang sudah lansia seperti ia dan istrinya.. 22.
Pola komunikasi keluarga Komunikasi antara Pak R dan Bu S sangat baik dan jarang sekali mengalami hambatan. Mereka juga sering menceritakan keluhannya satu
sama lain. Namun pada beberapa kondisi Pak R kerap marah-marah tanpa sebab pada ibu S sehingga menghambat komunikasi antara ibu S dan bapak R 23.
Struktur kekuatan keluarga Pak R dan Bu S, Keduanya saling berpengaruh penting didalam keluarga.
V.
Fungsi keluarga
24.
Fungsi ekonomi Menurut pengakuan bu S dan Pak R, penghasilan keluarga menurun
karena saat ini tidak bisa setiap hari berjualan sambel karena usianya juga sudah menua dan untuk berbelanja bahan jualan juga jauh dari pasar dan tidak ada yang menjaga Pak R yang sedang sakit-sakitan dirumah. 25.
Fungsi mendapatkan status sosial Keluarga pak R termasuk keluarga yang disegani oleh masyarakat
karena sudah lama tinggal di lingkungan tersebut. 26.
Fungsi pendidikan Pak R lulusan SLTA dan kemudian menjadi buruh harian. Ibu S lulusan
SLTA. Anak pertama nya lulusan SMA. 27.
Fungsi sosialisasi Keluarga Tn.R bersosialisasi dengan baik kepada warga sekitar dan
selalu berpartisipasi pada kegiatan masyarakat dan berperilaku sesuai norma dan agama yang dianut. 28.
Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan Bu S tau mengenai penyakitnya yaitu hipertensi dan asam urat, begitupun dengan Tn. R ia juga mengetahui penyakitnya yaitu hipertensi. b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan Ketika merasakan badan sudah tidak enak bu S dan pak R memeriksakan dirinya ke rumah sakit, atau diantar oleh pak R dan sebaliknya jika Pak S yang sakit.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit Bu S bisa merawat pak T ketika sakit, begitupun sebaliknya tetapi jika keduanya sama-sama sakit mereka meminta bantuan tetangga atau saudaranya yang rumahnya tidak jauh dari rumahnya. Namun bu S jarang sakit-sakitan. d. Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat Keluarga selalu membuka jendela ketika pagi hari agar matahari bisa masuk ke dalam rumah, agar suhu ruangan tidak lembab. e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan Ketika sakit keluarga pak R selalu memeriksakan diri ke rumah sakit atau bidan desa di rumahnya. 29.
Fungsi religius Tn. R dan Ibu S melaksanakan kewajibannya sebagai muslim tetapi jika
sakit mereka terkadang tidak melaksanakannya. 30.
Fungsi rekreasi Bu R terkadang mengikuti rekreasi ke tempat wisata jika ada kegiatan
arisan dengan warga sekitar, keluarga Tn. R jarang melakukan rekreasi kecuali jika ada acara keluarga bersama sanak saudaranya 31.
Fungsi reproduksi
Bu T mengatakan mengetahui bahwa ia sudah mencapai usia menopause sehingga ia tidak akan mengalami menstruasi lagi. 32.
Fungsi afeksi Bu S memberikan teguran pada anaknya apabila anaknya melakukan
kesalahan. Keluarga mengajarkan anaknya untuk selalu dan saling menghargai dan menghormati satu sama lain serta Pak R juga selalu mengingatkan anaknya untuk tidak sombong apabila ia kelak menjadi orang yang sukses. VI.
Stres dan koping keluarga
33.
Stresor jangka pendek dan panjang
Keluarga mencemaskan kesehatan dan keadaan mereka yang semakin sering sakit-sakitan karena factor usia dan penyakit yang mereka derita. 34.
Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor Keluarga sering mengeluh dan terkadang marah dengan keadannya
saat ini apalagi ketika keduanya sama-sama sedang sakit tetapi
Bu
S
selalu menyabarkan pak R untuk sabar dan menerima apapun penyakit yang sudah diberikan oleh sang pencipta. 35.
Strategi koping yang digunakan Keluarga
menerima
keadaan
dimana
kondisi
ekonomi
dan
kesehatannya sedang tidak mendukung dan selalu melibatkan anakanaknya untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk keluarga. 36.
Strategi adaptasi disfungsional
Pak R mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang terjadi kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalah yang ada. VII.
Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga a. Pak M TD: 180/90 mmHg S: 36,3⁰C N: 82x/menit
RR: 23x/menit
b. Bu T TD: 160/80 mmHg S: 36,5⁰C N: 78x/menit VIII.
RR: 20x/menit
Harapan keluarga Bu S berharap bisa menyaksikan anaknya segera pulang kampong dan menikah serta memiliki anak karena Pak R dan Ny. S sangat mengharapkan kehadiran seorang cucu.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA I. N o. 1.
Analisis dan sintesis data Data Subjektif:
Masalah
Penyebab Hipertensi
2
II. N o. 1. 2.
III. No. Dx 1.
Pak R mengalami Hipertensi sejak usia muda Objektif: Pak R sering mengalai pusing serta terasa berat ditengkunya . saat melakukan cek kesehatan tekanan darahnya 180/90 mmhg. Subjektif: Pak R mengakatakan tidak bisa lagi bekerja seperti dulu karena sering sakit kepala dan kelelahan serta sering merasa nyeri yang amat sangat dibagian persendiannya. P : asam urat Q: Tumpul R: Diarea persendian menjalar ke tulang-tulang S: 4-5 T: pada pagi hari, lebih sering pada malam hari Objektif: Pak R terbaring dikamarnya Tidak bias melakukan aktifitas berat Bengkak pada sendi di kaki
Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekatan vaskuler serebral
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
Asam Urat
Perumusan diagnosis keperawatan Diagnosa keperawatan (PES) Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekatan vaskuler serebral Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan Kriteria a. Sifat masalah:
Skor
Pembenaran
2 ×1=¿ 3
Bila tidak diatasi akan menimbulkan
2/3
b. Kemungkinan masalah dapat diubah:
1 ×2=1 2
c. Potensi masalah untuk dicegah:
2 ×1=¿ 3 2/3 d. Menonjolnya masalah:
2 ×1=¿ 1 2
masalah karena hipertensi bias menimbulkan komplikasi penyakit lain. Hal ini bias diubah dengan berusaha menjaga pola hidup dan konsumsi makanan yang sehat. Tekanan darah dapat normal apabila mau berusaha dan memiliki keinginan untuk menjaga pola hidup dan pola Hipertensi merupakan penyakit yang apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang maupun pendek yang serius.
Total skor 2.
a. Sifat masalah:
3 ×1=¿ 1 3
b. Kemungkinan masalah dapat diubah:
2 ×2=¿ 2
2
Kondisi kesehatan kurang baik karena asam urat yang dideritanya menyebabkan ia tidak dapat melakukan aktifitas seperti biasanya. Masalah ini bisa diselesaikan dengan meminum obat secara teratur tanpa putus. Tetapi masih ada
2 ×1=¿ 3
c. Potensi masalah untuk dicegah:
2/3
2 ×1=¿ 2
d. Menonjolnya masalah:
IV.
1
kemungkinan akan timbul lagi jika pola makannya tidak dijaga dan putus minum obat. Masalah ini cukup bisa dicegah dengan meminum obat secara terartur. tetapi keluarga pak R sering tidak mau konsumsi obat karena ia merasa sudah berserah diri kepada allah Masalah ini berat karena mengganggu kesehatan dan kenyamanan pak R.
Prioritas diagnosa keperawatan
Priorit
Diagnosa keperawatan
Skor
as 1.
Intoleransi aktifitas berhubungan
4 2/3
2.
dengan nyeri Gangguan rasa nyaman Nyeri
3,3
berhubungan dengan peningkatan tekatan vaskuler serebral
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Dx. Keperawatan: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri Tujuan
Kriteria
Hasil atau
intervensi
standar 1. Mengkaji Setelah dilakukan
Lansia
Lansia dapat
mobilitas
tindakan
memahami
melakukan
keperawatan
penybab
aktifitas secara
lansia nyeri
nyerinya,
normal.
padapersendian
laansia mau
berkurang dan sendi dapat digerakkan.
lansia 2. Mengajarkan lansia nafas dalam saat terjadinyeri 3. Mengajarkan
memeriksakan diri ke dokter,
lansia room
lansia mau
sesuai
mengkonsumsi
toleransi 4. Menganjurkan
obat secara teratur. Lansia
lansia untuk
mampu
control ke
menggerakkan
dokter dan
sendinya.
minum obat secara teratur serta menjaga pola hidup yg sehat 5. Berdiskusi dengan istri untuk mendukung dan membantuPak R melakukan kegiatan yang diinginkan
DX Keperawatan : Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekatan vaskuler serebral Tujuan Setelah dilakukan tindakan
Kriteria Lansia tahu bagaimana cara mengontrol
Hasil/standar Lansia bisa mengontrol nyerinya secara
Intervensi 1. Menjelaskan penyebab nyeri yang
keperawatan lansia nyeri kepala dan tengkuk hilang atau berkurang .
nyeri, mengurangi rasa nyeri, mengontrol tekanan darahnya dan meningkatkan rasa nyaman. .
mandiri.
dirasakan oleh lansia saat ini. 2. Mengajarkan tekhnik distraksi nafas dalam kepada lansia saat nyeri datang. 3. Mengajarkan pada lansia mengontrol tekanan darahnya dengan konsumsi makanan yang rendah natrium serta rajin control tekanan darahnya ke dokter.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Komplementer Yang Dibimbing Oleh Bapak Dr. Suprajitno, S.Kp., M.Kes.
Kelompok 4B : Nicesya Mariska
(1601300061)
Aisha Ariadna
(1601300063)
Kurnia Istiqomah
(1601300064)
Fetty Ahimmatul Ulya
(1601300065)
POLTEKKES KEMENKES MALANG PRODI DIII KEPERAWATAN BLITAR November 2018
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan keluarga yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Lansia” dengan tujuan untuk memenuhi tugas matakuliah Etika Keperawatan D-III Keperawatan Blitar Semester 5. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, 1. Bapak Dr. Suprajitno, S.Kp., M. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga DIII Keperawatan Blitar Politeknik Kesehatan Malang. 2. Penulis yang tulisanya dikutip sebagai bahan rujukan. 3. Pihak Perpustakaan D-III Keperawatan Blitar Politeknik Kesehatan Malang yang telah membantu penulis mendapatkan bahan–bahan yang diperlukan dalam pembuatan makalah ini. 4. Teman-teman yang telah memberikan semangat sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas makalah ini. Penulis sangat menyadari makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Kritik serta saran yang membantu selalu terbuka demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa yang membacanya. Wassalamualaikum Wr.Wb. Blitar, Desember 2018 Penulis
DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR...............................................................................................ii DAFTAR ISI...........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3
Latar Belakang.........................................................................................1 Rumusan Masalah....................................................................................1 Tujuan Penulisan......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Konsep Keluarga ....................................................................................5
2.1.1 Pengertian Keluarga .......................................................................................5 2.1.2 Tipe Keluarga .................................................................................................5 2.1.3 Fungsi Keluarga .............................................................................................6 2.1.4 Tahap Perkembangan Keluarga ......................................................................6 2.2 Konsep Lansia...................................................................................................... 2.2.1 Pengertian Lansia ...........................................................................................9 2.2.2 Batasan Umur Lansia ...................................................................................10 2.2.3 Teori Proses Menua ......................................................................................10 2.2.4 Perubahan pada Lansia .................................................................................11 2.3 Konsep Demensia ................................................................................................ 2.3.1 Pengertian Demensia ........................................................................................ 2.3.2 Penyebab Demensia .....................................................................................14 2.3.3 Gejala Demensia ..........................................................................................14 2.3.4 Terapi Penatalaksanaan Demensia ...............................................................14 2.3.5 Pencegahan Perawatan Demensia ................................................................17 2.4 Konsep Defisit Perawatan Diri ............................................................................ 2.4.1 Pengertian Defisit Perawatan Diri ................................................................17 2.4.2 Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri .....................................................18 2.4.3 Penyebab Defisit Perawatan Diri .................................................................18 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA.................20 BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................34 4.2 Saran.................................................................................................................34 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................35
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Setiadi,2008). Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas individu, setatus kesehatan dan perasaan harga diri individu. Keluarga menjadi poin penting dalam upaya mencapai peningkatan kesehatan masyarakat secara optimal karena memiliki keterkaitaan dengan masalah kesehatan masyarakat. Peran keluarga sebagai kelompok dapat melakukan aktivitas pencegahan, memelihara, memperbaiki yang ada didalam kelompok atau keluarga. Keluarga memiliki tahap perkembangan dan tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada tahapnya, khusunya pada tahap keluarga yang memiliki lansia umur >60 tahun. Banyaknya perubahan yang terjadi pada masa tua seperti bagaimana mempertahankan suasana kehidupan yang saling menyenangkan untuk itu penulis ingin menguraikan berbagai hal yang berhubungan dengan keluarag dan perkembangan pada usia lansia umur >60 tahun yag merupakan dasar untuk menentukan masalah dan melaksanakan asuhan keperawatan keluarga. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan Keperawatan keluarga dengan anggota yang memiliki lansia >60 tahun ? 1.3 Tujuan 1.3.1
tujuan Umum
mengetahui gambarang konsep umum tentang konsep dasar asuhan keperawatan keluarga yang memilik anggota keluarga lansia umur > 60 tahun. 1.3.2
Tujuan Khusus 1. Mengetahui definisi keperawatan keluarga yang memiliki anggota keluarga lansia umur >60 tahun 2. Mengetahui proses keperawatan keluarga yang memiliki anggota keluarga lansia umur >60 tahun: a. Pengkajian
b. Masalah keperawatan c. Perencanaan keperawatan 1.4 Manfaat 1.4.1
Bagi Institusi Akademik
Sebagai bahan masukuan untuk menambah refrensi yang bermanfaat, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pembaca tentang asuhan keperawatan keluarga yang memilik anggota keluarga lansia umur > 60 tahun.
1.4.2
bagi klin dan keluarga 1. klien dan keluarga mengerti dan memahami pengertian dan tahap perkembangan lansia 2. klien dan keluarga mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya 3. klien dan keluarga mengetahuai bagaimana cara merawat anggota yang memiliki lansia
1.4.3
Bagi Pembaca
Sebagai bahan refrensi bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan pemahan serta gambaran tentang Asuhan Keperawtan Keluarga yang memiliki anggota lansia umur > 60 tahun. 1.4.4
Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, ilmu dan teori yang dimiliki penulis dalam melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga yang memilik anggota keluarga lansia umur >60 tahuan
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Keluarga 2.1.1 Pengertian Keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidu bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yag merupaakan bagian dari keluarga. Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Saykti (1994). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Setiadi,2008). Dari denifisi diatas daapat disimpulkan keluarga adalah 1. Unit terkecil dari masyarakaat 2. Terdiri dari dua orang atau lebih 3. Adannya ikatan perkawinan atau ikatan darah 4. Hidup dalam satu rumah 5. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga 6. Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing 2.1.2 Tipe Keluarga Tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Ada dua tipe keluarga yaitu (Stiowaty, 2007) : 1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah,ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. 2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambaah anggota kelurga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibik). Namun, pengelompokan tipe keluarga selain kedua di atas berkembang menjadai : 1. Keluarga bentuk kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk
dari
pasangannya.
pasangan
yang telah cerai atau kehilangan
2. Orang tua tunggal (single parent family) aadalah keluarga yang terdiri dari saah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya. 3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother) 4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah. 2.1.3 Fungsi Keluarga Fungsi keluarga sebagai berikut (friedman, 1998) : 1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. 2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebagai meningggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain luar. 3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahannkan generasi dan menjaga kelangsunga keluarga 4. Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan untuk penghasilan kebutuhan keluarga. 5. Fungsi perawat atau pemeliharaan keluarga adlah fungsi untuk mempertahankan kradaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tiggi. 2.1.4
Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi, 2008), membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu: 1. Keluarga Baru (Berganning Family) Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah: a. Membina hubungan intim yang memuaskan. b. Menetapkan tujuan bersama. c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
d. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB e. Persiapan menjadi orang tua. f. Memahami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua). 2. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing). Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal: a. Suami merasa diabaikan. b. Peningkatan perselisihan dan argument. c. Interupsi dalam jadwal kontinu. d. Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah: a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan). b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. c. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan) d. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. e. Konseling KB post partum 6 minggu f. Menata ruang untuk anak. g. Biaya / dana Child Bearing. h. Memfasilitasi role learning angggota keluarga. i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin. 3. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah: a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga. b. Membantu anak bersosialisasi. c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga. e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak. 4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas b. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual. c. Menyediakan aktivitas untuk anak. d. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga 5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi). b. Memelihara komunikasi terbuka c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga. d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga. 6. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah). Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. b. Mempertahankan keintiman c. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya. e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga. f. Berperan suami – istri kakek dan nenek. g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak- anaknya. 7. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family). Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah: a.
Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan waktu santai.
b.
Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
c.
Keakrapan dengan pasangan.
d.
Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
e.
Persiapan masa tua/ pension.
8. Keluarga Lanjut Usia Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah : a. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup. b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian. c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat. d. Melakukan life review masa lalu. 2.2
Konsep Lansia
2.2.1 Pengertian Lansia Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami setiap manusia. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Lansia adalah keadaan yang yang ditandai oleh kegagalan seeseorang untuk mempertahankan kesimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagallan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. Berdasarkan definisi secara umum seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
2.2.2 Batasan umur lanjut usia Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi: 1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun 2. Lanjut usia (elderly) antara 60 - 65 tahun 3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun 4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahu Depkes, membagi lansia sebagai berikut: 1. Kelompok menjelang usia lanjut 45 – 54 tahun sebagai masa vibrilitasi 2. Kelompok usia lanjut 55 - 64 tahun sebagai presenium 3. Kelompok usia lanjut > 65 tahun sebagai senium 2.2.3 Teori Proses Menua Proses menua (aging) adalah suatu keadaan alami selalu berjalan dengan disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi. Hal tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa. Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses menua secara alamiah (Nugroho, 2008). 1. Teori Biologis a. Teori Genetik dan Mutasi Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. b. Pemakaian dan Rusak Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah c. Autoimun Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati d. Teori stress Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang bisa digunakan regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stress menyebkan sel-sel tubuh lelah dipakai. 2. Teori social a. Teori aktivitas Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut aktif dalam kegitan social. b. Teori pembebasan Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga terjadi kehilangan ganda yaitu kehilangan peran, hambatan control social, berkurangnya komitmen. c. Teori kesinmbungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pokok-pokok teori kesinambungan: 1. Lansia tidak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses
penuaan,
akan
tetapi
didasarkan
pada
pengalamannya dimasa lalu. 2. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti. 3. Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi. 3. Teori Psikologi a. Teori kebutuhan manusia menurut Hirarki Maslow Setiap individu memiliki kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia. Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut. b. Teori individual jung Carl Jung (1960) menyusun sebuh teori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lanisa. 2.2.4 Perubahan pada Lansia 1. Perubahan fisik a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tapi ukurannya lebih besar b. Persarafan : lambat dalam respon waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf panca indra pendengaran. c. Sistem penglihatan : menurunnya indra penglihatan, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi d. Sistem kardiovaskuler : kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun, sehinga menyebabkan kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah dan tekanan darah meningkat. e. Sistem resprasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku, kehilangan elastisitasnya, nafas berat, kedalaman pernafasan menurun. f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi, inddra pengecapan menurun, hilangnya sensitifitas sarap pengecap untuk rasa manis dan asin. g. Sistem endokrin : semua produksi hormone menurun, aktifitas tiroid menurun, produksi sel kelamin menurun. h. Sistem integument : kulit menjadi keriput, rambut menipis menjadi kelabu, rambut dalam telinga dan hidung menebal, kuku menjadi keras dan rapuh.
i. Sistem musculoskeletal : tulang menjadi rapuh, tinggi badan berkang, tendon mengkerut sehingga lansia menjadi lambat bergerak. 2. Perubahan mental Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan-perubhan mentl ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan. Dari segi emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman, cemas, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental: a. Peubahan fisik khususnya orgn persa b. Kesehatan umum c. Tingkat pendidikan d. Keturunan e. Lingkungan Kenangan memori ada 2: a. Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu b. Kenangan jangka pendek : 0-1 menit, kenangan buruk. 3. Perubahan psikososial a. Pension: nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identitas dikaitkan dengan peranan pekerjaan b. Merasakan atau sadar akan kematian c. Perubahan cara hidup yaitau memasuki rumah perawatan bergerak 2.3
lebih sempit Konsep Demensia
2.3.1 Pengertian Demensia Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi. Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,
persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009). Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat yang terjadi perlahan-lahan, serta dapat mengganggu kinerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari (Atun, 2010). 2.3.2 Penyebab Demensia Penyakit ini disebabkan oleh spiroketa Treponema pallidum yang menembus rintangan darah-otak dengan mudah. Penerobosan rintangan ini terjadi selama spirokhetemia pada waktu infeksi primer. 2.3.3 Gejala Demensia Gejala pada dementia paralitika dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: psikiatrik, somatik dan serologik. 1. Gejala
psikiatrik
Lekas
lelah,
mudah
marah,
sukar
berkonsentrasi, sukar tdur dan kadang-kadang bingung. Pada stadium lanjut penderita lekas lupa, acuh tak acuh, egoistik, merosot dalam hal etik dan moral serta mundur dalam keahlian pekerjann. 2. Gejala somatic Terjadi sakit kepala, otot muka kelihatan kosong dan mimik berkurang, terjadi edema papil, retinitis sifilitika atau atrofi N.optikus. 3. Gejala serologik TIK meningkat sedikit. 2.3.4 Terapi dan Penatalaksanaan Demensia Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar. Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang
tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama. Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi kognitif. Obat untuk demensia 1. Cholinergic-enhancing agents Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak sematamata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular. 2. Cholinedan lecithin Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58 persen. 3. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi
dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum. 4. Nootropic agents Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku. 5. Dihydropyridine Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial 2.3.5 Pencegahan dan Perawatan Demensia Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti : 1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan 2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari. 3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi 4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat. 2.4 Konsep Defisit Perawatan Diri 2.4.1 Pengertian Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi guna mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjanah, 2004). Menurut Petter Pery (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwanto dan Wartonah, 2000).
2.4.2 Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri -
Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
-
terdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai. Pada pasien
-
laki-laki tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makanan berceceran, dan makan tidak pada
-
tempatnya Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar/ buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
2.4.3 Penyebab Defisit Perawatan Diri Menurut Tarwanto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut: Kelelahan fisik dan penurunan kesadaran Tanda dan gejala menurut Depkes (2000), tanda dan gejala dengan defisit perawatan diri adalah: a. Fisik - Bau badan, pakaian kotor - Rambut dan kulit kotor - Kuku panjang dan kotor - Gigi kotor disertai bau mulut
- Penampilan tidak menarik b. Psikologis - Malas, tidak inisiatif - Menarik diri, isolasi diri - Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina c. Sosial - Interaksi kurang - Kegiatan kurang - Tidak mampu berperilaku sesuai norma - Cari makan tidak beratur - BAK dan BAB di sembarang tempat
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA
D. PENGKAJIAN Tanggal pengkajian
: 11 November 2018
IX. Data umum 37. Kepala keluarga : Tn. W 38. Alamat : Kromengan, Kab. Malang 39. Pekerjaan : Wiraswasta 40. Pendidikan : SMP 41. Komposisi keluarga : No
Nama
. 1.
Tn.W
Jenis
Hub.
Kelami
Denga
n
n KK Kepala
L
Umur
78
Pendidik
Pekerjaa
Status
an
n
Kesehat
SMP
th
Keluar
Wiraswa
an Herpes
sta
zoester
ga 2.
3.
Ny.S
AS
P
L
Hiperte
Istri
74th
Cucu
SD
34th
D3
Ibu
nsi Hiperte
Rumah
nsi
Tangga Mahasis
Sehat
wa Genogram:
57
54
51
48
45
42
42. Tipe keluarga : Keluarga Inti 43. Suku bangsa : Indonesia/Jawa 44. Agama : Islam 45. Status sosial ekonomi keluarga : Penghasilan keluarga ± 800.000/bulan yang diperoleh bapak W saat sehat,
usaha
bu
S
menjual
gorengan
dengan
penghasilan
±15.000/hari. Saat bapak W sakit penghasilan keluarga dibantu sang anak ±500.000/bulan. 46. Aktivitas rekreasi keluarga : Cucu menjadi satu-satunya hiburan untuk keluarga pak W. Cucu dari anak bungsu nya tinggal bersama bapak W dan ibu S. Saat cucunya ikut orang tuanya ke kota pada akhir minggu, yang dilakukan bapak W adalah menonton tv, dan ibu S mengunjungi cucu lainnya ke rumah anak mereka terdekat. X. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 47. Tahap perkembangan keluarga saat ini Keluarga usia tua 48. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Ibu S melakukan tugasnya untuk merawat bapak W sebisa mungkin. Namun ada tugas keluarga usia tua yang belum terpenuhi: Keluarga belum bisa menciptakan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan antar pasangan, ibu S belum bisa menerima kondisi dimana bapak W mengalami demensia, ibu S masih mampu melakukan life review masa lalu, namun bapak W sudah tidak bisa mengingat memori masa lalu. 49. Riwayat kesehatan keluarga saat ini TN. W pada usia muda mempunyai tekanan darah yang normal. Namun memasuki usia tua Tn. W mengidap penyakit hipertensi dengan tekanan darah sistole kisaran 160/180mmHg dan mengalami demensia. Ny. S mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak usia muda.
Anak-anaknya
dalam
keadaan
sehat,
status
imunisasi
balitanya lengkap semua dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan poliklinik yang ada di sekitar rumah (300 m dari rumah). 50. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya Kakak ke-2 pak W meninggal dunia karena sudah usianya, sedangkan adik pertama dan ke-2 telah meninggal dunia karena serangan jantung. Saudara bu S dalam keadaan sehat.
XI. Data lingkungan 51. Karakteristik rumah Luas rumah yang ditempati ± , terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang sebagai gudang, 1 kamar mandi dan WC, ruang tamu, dan dapur. Tipe bangunan rumah adalah permanen. Lantai terbuat dari plester, jumlah jendela samping 5, dengan ukuran 0,60m x 0,50m,barang yang tidak terpakai ditaruh di ruangan yang dulunya kamar lalu difungsikan menjadi gudang semenjak anaknya pindah ke kota. Sumber air minum yang digunakan dari sumur. WC yang dimiliki sudah mengalir ke septik tank. Kebiasaan memasak menggunakan kompor gas dan kayu bakar di dalam rumah. Denah rumah: KM 1
KM 2
KM 3
R. TAMU
52.
GUDAN G
DAPUR TOILET
Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Tetangga sekitar rumah saling membantu satu dengan yang lainnya. Tetangga
memperhatikan
keadaan
pak
W
dengan
terkadang
membagikan makanan seperti jajanan karena pak W kurang suka makan nasi serta mengantar bu S jika berobat ke rumah sakit. 53. Mobilitas geografis keluarga Keluarga pak W pernah sempat pindah tempat tinggal waktu pertama menikah ke Jember, lalu kembali lagi ke rumahnya di Malang setelah orangtua dari bu S meninggal dunia, lalu menempati rumah itu sampai saat ini. 54. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Bu S selalu mengikuti kegiatan masyarakat seperti arisan, tahlilan, dan kegiatan masyarakat lainnya. Sebelum sakit pak W juga sering mengikuti kegiatan masyarakat, semenjak demensia pak W hanya berdiam diri di rumah dan tidak pernah jalan jauh dari rumah. 55. Sistem pendukung keluarga Pak W dirawat sendiri oleh bu S. Bu S mengatakan tidak memiliki tabungan uang yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Biaya periksa ke rumah sakit menggunakan BPJS yang biayanya dibayar oleh anaknya yang berada di luar kota. XII. Struktur keluarga 56. Strukur peran Pak W sudah lupa perannya sebagai kepala keluarga yang harus bertanggung jawab memenuhi keperluan keluarganya karena tn. W mengalami demensia. Istrinya berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan juga penjual gorengan di pagi hari di depan rumahnya. Anak pertamanya bekerja sebagai wiraswasta yang memiliki usaha keripik pisang, anak ke-2 dan ke-3 bekerja sebagai guru SD di kota lain, anak ke-4 dan ke-6 bekerja di toko swalayan swasta, anak ke-5 bekerja sebagai tukang ojek online. 57. Nilai dan norma keluarga Nilai dan norma keluarga menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan norma yang berlaku di lingkungannya. Bu S menganggap demensia yang dialami pak W adalah akibat karena sifat buruk pak W di masa lampau. 58. Pola komunikasi keluarga Bu S sering menceritakan keluhannya merawat pak W ke anak dan cucunya melalui telfon atau ketika anak dan cucu mengunjungi rumahnya. 59.
Struktur kekuatan keluarga
Bu S lebih berpengaruh dalam kehidupan berkeluarga. XIII. Fungsi keluarga 60. Fungsi ekonomi Menurut pengakuan bu S, penghasilan keluarga menurun karena saat ini tidak bisa setiap hari berjualan gorengan karena usianya juga sudah menua dan untuk berbelanja bahan jualan juga jauh dari pasar dan tidak ada yang menjaga tn W. 61. Fungsi mendapatkan status sosial Keluarga pak W termasuk keluarga yang disegani oleh masyarakat karena sudah lama tinggal di lingkungan tersebut. 62. Fungsi pendidikan
Pak W lulusan SLTP yang dulunya sudah bekerja sebagai guru tetapi tidak sampai menjadi pensiunan. Ibu S lulusan SD. Anak pertama nya lulusan SD, anak ke-2 dan ke-3 lulusan S1, anak ke-4,5, dan 6 lulusan SMA sederajat. 63. Fungsi sosialisasi Keluarga tn.W bersosialisasi dengan baik kepada warga sekitar dan selalu berpartisipasi pada kegiatan masyarakat dan berperilaku sesuai norma dan agama yang dianut. 64. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan f. Mengenal masalah kesehatan Bu S tau mengenai penyakitnya yaitu hipertensi, tn. W sama sekali tidak
tau
dan
tidak
merasakan
apa-apa
tentang
penyakitnya
dikarenakan pak W mengalami demensia semenjak 5 bulan yang lalu pak W menderita penyakit herpes zoester. g. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan Ketika merasakan badan sudah tidak enak bu S memeriksakan dirinya ke rumah sakit, jika pak W sakit, bu S juga membawanya ke rumah sakit. h. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit Bu S bisa merawat pak W ketika sakit, terkadang meminta bantuan ke cucunya. i. Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat Keluarga selalu membuka jendela ketika pagi hari agar matahari bisa masuk ke dalam rumah, agar suhu ruangan tidak lembab. j. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan Ketika sakit keluarga pak W selalu memeriksakan diri ke rumah sakit atau bidan desa di rumahnya. 65. Fungsi religius Tn. W semenjak sakit tidak bisa melaksanakan kewajibannya sebagai muslim. Sedangkan bu S masih melaksanakan ibadah. 66. Fungsi rekreasi Bu S terkadang mengikuti rekreasi ke tempat wisata jika ada kegiatan arisan dengan warga sekitar, keluarga Tn. W juga menyempatkan rekreasi keluarga ketika ada hari besar ketika anak-anaknya bisa berkumpul semua.
67.
Fungsi reproduksi
Bu S sering memberikan contoh pengalaman dalam proses pembentukan keluarga, memiliki anak dengan jarak 3 tahun setelah melahirkan. 68. Fungsi afeksi Bu S memberikan teguran pada anaknya apabila anaknya melakukan kesalahan. Keluarga mengajarkan anak yang lebih tua untuk mengerti kondisi adiknya. Sikap saling menghormati antar anggota keluarga masih tetap diajarkan oleh keluarga. XIV. Stres dan koping keluarga 69. Stresor jangka pendek dan panjang Sejak 3 tahun belakangan pak W mengalami demensia dan tidak mengingat sama sekali anggota keluarga dan lupa bagaimana toileting yang benar. Bu S juga terkadang tidak memiliki uang untuk keperluan sehari-hari jika anaknya belum mengirimkan uang bulanan. 70. Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor Keluarga sering marah kepada pak W karena demensia yang dialami dan berharap anak-anaknya mengirim uang bulanan tepat waktu ketika bu S membutuhkan untuk keperluan sehari-hari. 71. Strategi koping yang digunakan Keluarga menerima keadaan dimana kondisi ekonomi sedang tidak mendukung dan selalu melibatkan anak-anaknya untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk keluarga. 72. Strategi adaptasi disfungsional Bu S sering memarahi pak W ketika pak W lupa bagaimana cara toileting yang benar. XV.
Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga c. Pak W TD: 160/90 mmHg S: 36,3⁰C N: 82x/menit RR: 23x/menit d. Bu S TD: 140/90 mmHg S: 36,5⁰C N: 78x/menit RR: 20x/menit XVI. Harapan keluarga
Bu S berharap bisa mengganti lantai rumahnya dengan keramik karena melihat lantai rumahnya masih dari plester sedangkan tetangganya sudah menggunakan keramik. E. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA V. Analisis dan sintesis data N
Data
o. Subjektif:
Pak W mengalami demensia sejak 3 tahun yang lalu. 1. Pak W tidak bisa mengingat nama anggota keluarga. Subjektif:
Penyebab
Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan
Objektif:
2.
Masalah
Demensia
gangguan proses pikir
Pak W merasa gatal disebagian
Defisit perawatan
Ketidakmampuan
mukanya. Objektif:
diri : mandi
membasuh tubuh
berhubungan
dan
Ada bekas luka dari herpes
dengan
mengeringkan
zoester dan tidak bisa
gangguan fungsi
tubuh dengan
melakukan toileting dengan
kognitif
benar
benar.
VI.
Perumusan diagnosis keperawatan
N o. 1. 2.
Diagnosa keperawatan (PES) Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan proses pikir Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
VII. No. Dx 1.
Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan Kriteria e. Sifat masalah:
Skor
Pembenaran
2 ×1=¿ 3
Bila tidak diatasi
2/3
akan menimbulkan
masalah karena tidak bisa mengenal anggota keluargnya f.
sendiri. Hal ini memnag
Kemungkinan masalah dapat diubah:
0 ×2=¿ 0 2 g. Potensi masalah untuk dicegah:
tidak dapat diubah, karena sudah usia lanjut. Anak-anak memiliki kesibukan masing-masing
2 ×1=¿ 3 2/3
tetapi harus bisa meluangkan waktu untuk mengunjungi orang tua di waktu senggang. Demensia bisa
h. Menonjolnya masalah:
menimbulkan masalah interaksi social, namun hal ini kurang bisa
1 ×1=¿ 1/2 diselesaikan 2
karena memori orang lansia lebih sulit untuk dikembalikan.
2.
Total skor e. Sifat masalah:
3 ×1=¿ 1 3
Kondisi kesehatan kurang baik karena virus herpes yang
masih menyerang tubuh pak W Masalah ini bisa diselesaikan dengan meminum obat f.
secara teratur
Kemungkinan masalah dapat diubah:
1 ×2=¿ 2
1
tanpa putus. Tetapi masih ada kemungkinan akan timbul lagi gejalanya karena virus ini menetap dalam tubuh. Masalah ini cukup bisa dicegah dengan
g. Potensi masalah untuk dicegah:
2 ×1=¿ 3
meminum obat
2/3
tetapi keluarga
secara terartur pak W sering lupa memberikan obat. Masalah ini berat karena
h. Menonjolnya masalah:
2 ×1=¿ 2
1
mengganggu kesehatan dan kenyamanan pak W.
VIII.
Prioritas diagnosa keperawatan
Priorit as 1.
Diagnosa keperawatan Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan fungsi
Skor 3 2/3
kognitif Hambatan interaksi sosial berhubungan
2.
1 1/6
dengan gangguan proses pikir
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Dx. Keperawatan: Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif Tujuan
Kriteria Lansia tahu
Hasil/standar Lansia bisa
Setelah dilakukan
bagaimana cara
membersihkan
cara toilet
tindakan
membersihkan
badan dan
training
keperawatan
diri: mandi
toileting secara
yang benar
lansia mampu
dengan benar.
mandiri.
kepada
membersihkan
Keluarga
diri nya secara
mengkomunikasi
mandiri dan bisa
dan membantu
melakukan
dengan telaten
toileting dengan
kepada lansia
benar.
cara membersihkan badan dan toileting.
Intervensi 4. Jelaskan
keluarga dan lansia. 5. Mengajark an kepada keluarga untuk bisa menerima perubahan fungsi kognitif dari pak W. 6. Bersama keluarga mendiskusi kan tempat dimana lansia bisa melakukan toileting secara mandiri. 7. Anjurkan
pasien untuk selalu cuci tangan.
8. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari sampai batas kemampuan pasien
Dx: Keperawaratan: Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan proses pikir Tujuan Lansia
Kriteria Lansia dapat
Hasil/standar 1. Lansia
memahami
menerima
bisa
saling percaya
topik apa
pesan yang
menyebu
dengan anggota
yang sedang
disampaikan
tkan
dibicarakan
lawan bicara
identitas
oleh lawan
dirinya
bicara.
dengan benar. 2. Dapat menerim a pesan yang disampai kan.
Intervensi 1. Bina hubungan
keluarga. 2. Pertimbangkan pemahaman keluarga terhadap kondisi yang ada. 3. Pertimbangkan perasaan anggota keluarga terhadap situasi yang mereka hadapi. 4. Monitor hubungan keluarga saat ini. 5. Identifikasi mekanisme
koping keluarga. 6. Dukung keluarga meningkatkan hubungan yang positif. 7. Kolaborasikan dengan keluarga dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. 8. Verifikasi
pemahaman mengenai pesanpesan yang disampaikan dengan menggunakan pertanyaan maupun memberikan umpan balik
Implementasi NO Tanggal . 1. 12 November 2018
Diagnosa Keperawatan
Implementasi 1. Menjelaskan cara toilet training yang
Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
benar kepada keluarga dan lansia. 2. Mengajarkan kepada keluarga untuk bisa menerima perubahan fungsi kognitif dari pak W. 3. Mendiskusikan tempat dimana lansia bisa melakukan toileting secara mandiri. 4. Menganjurkan pasien untuk selalu cuci tangan.
5. Mendorong
pasien
untuk
melakukan
aktivitas normal sehari-hari sampai batas kemampuan pasien 2. 13 November 2018
Hambatan
1. Membina hubungan saling percaya
interaksi sosial
dengan anggota keluarga. 2. Mempertimbangkan pemahaman
berhubungan dengan gangguan proses pikir
keluarga terhadap kondisi yang ada. 3. Mempertimbangkan perasaan anggota keluarga terhadap situasi yang mereka hadapi. 4. Memonitori hubungan keluarga saat ini.
3. 14 November 2018
Hambatan
1. Mengidentifikasi mekanisme koping
interaksi sosial
keluarga. 2. Mendukung keluarga meningkatkan
berhubungan dengan gangguan proses pikir
hubungan yang positif. 3. Berkolalaborasi dengan keluarga dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. 4. Memverifikasi pemahaman mengenai
pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan pertanyaan maupun memberikan umpan balik
Evaluasi Tanggal dan Waktu 14 November 2018
No. DX
EVALUASI
1
S: Px mengatakan tidak melakukan mandi sendiri. O: Px terlihat bingung
15 November 2018
2
16 November 2018
2
A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan Intervensi S: Px mengatakan lupa siapa namanya dan tanggal berapa saat dilakukan pengkajian. O: Kontak mata kurang, px terlihat bingung. A: Masalah belum teratasi. P: Lanjutkan intervensi. S: Px masih belum bisa mengingat identitas dirinya. O: Px masih terlihat bingung dan terkadang tidak merespon jika diajak bicara. A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi
BAB IV PENUTUP a. Kesimpulan Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat. Lansia adalah keadaan yang yang ditandai oleh kegagalan seeseorang untuk mempertahankan kesimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan selsel otak yang mati secara abnormal. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi guna mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. b. Saran Memberikan asuhan keperawatan keluarga kepada lansia harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketaltenan. Semoga dengan adanya makalah yang penulis buat dapat membantu sesama untuk merawat anggota keluarga yang memiliki orang dengan lanjut usia.
DAFTAR PUSTAKA Atun, M. 2008. Lansia Sehat dan Bugar. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Lisnani, L. 2012. Senam Vitalis Otak dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Usia Dewasa Muda. Fisioterapi Universitas Kristen Indonesia. NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Editor T Heather Herdman, Shigmi Kamitsuru. Jakarta:EGC. Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC. Setiadi. 2008. Konsep & Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Graha Ilmu.