MENGAPA ANAK ITU-ITU SAJA YANG AKTIF Pagi ini matahari bersinar cerah, udara segar menerpa wajahku. Aku melihat dengan seksama wajah-wajah ceria murid-muridku memasuki gerbang sekolah. Mereka berjalan saling menyapa satu sama lain. Aku berdiri di depan ruang guru yang kebetulan tidak begitu jauh dari gerbang sekolah. Satu persatu mereka menghampiriku seraya mengucap salam sambil mencium tanganku. Ada perasaan haru saat aku mengingat hari ini, tanggal 11 November 2017. Ya, hari ini terasa istimewa bagiku karena kemarin baru saja kita memperingati Hari Pahlawan. Semoga peristiwa bersejarah itu senantiasa dimaknai positif oleh setiap generasi. Tak terasa, bel masuk pun berbunyi. Kesibukan terlihat jelas. Anak-anak berhamburan masuk ke kelas masing-masing dengan berbagai ekspresi. Aku bergegas memasuki ruang kelas IX A yang kebetulan hari ini aku mengajar jam ke 1&2. Pembelajaran
hari
ini
masih
membahas
Kompetensi
Dasar
(KD): Mengungkapkan makna dalam monolog pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks sehari-hari dalam teks berbentuk “procedure”. KD ini sudah diberikan sebelumnya, dan ini adalah pertemuan ke 2 aku membahas KD ini yang sebelumnya sudah dijelaskan mengenai langkah-langkah retorika menyusun teks procedure serta fungsi sosialnya. Pada akhir pertemuan sebelumnya aku memberi tugas individu, yaitu anak-anak diminta membawa alat peraga contoh teks procedure berupa tata cara penggunaan atau saran penyajian (serving suggestion) yang terdapat dalam bungkus kemasan minuman dan atau makanan ringan yang merupakan contoh dari teks procedure sederhana. Aku membuka percakapan dengan memberi salam dan tegur sapa, aku sedikit mengingatkan juga tentang Hari Pahlawan yang kemarin baru saja diperingati, sekalian aku memberikan sedikit motivasi/penguatan. Setelah aku mengecek kehadiran siswa, lantas aku mereview kembali pelajaran pada pertemuan sebelumnya. Sebagai bagian dari apersepsi aku mengingatkan kembali materi tersebut dengan bertanya jawab mengenai fungsi sosial dan langkah retorika dari teks prosedur. ”Class, can you mention the social function
of procedure text?” saya melempar pertanyaan pada anak-anak. ”step of making coffee, sir” Lastri menjawab. ”Impressive..That’s right, lastri” saya membenarkan jawaban lastri, ”And What else?” Saya bertanya kembali. ”To give info, sir” Muhrohil menjawab sambil mengangkat tangan. ”What do you mean by to give info, muh?” saya bertanya kembali untuk mempertegas maksud dari jawaban Muhrohil yang belum lengkap tersebut.”Informasi tentang tata cara membuat sesuatu pak” Muhrohil menjawab dengan Bahasa Indonesia. ”Impressive..that’s right” ”Anyone..Give me examples of Procedure text” saya bertanya kembali ”Let’s make fried rice, sir.” Kali ini Risa, Ketua Kelas IX A yang menjawab pertanyaan ”yes, thats right, Risa. Making coffee is the good example.” Aku kembali mengajak anak2 bertepuk tangan dengan semangat. Aku selalu terbiasa memberikan pujian dengan tepuk tangan apabila ada anak yang berani menjawab pertanyaan. Sedikitnya, hal tersebut memotivasi mereka untuk aktif mengemukakan pendapat. ”Kalian punya sesuatu yang ingin ditunjukkan pada bapak ya? Coba bapak lihat!” Dengan semangat mereka menjawab, ”Iya pak, betul. Saya bawa kopi Kapal Api pak!”, ”saya bawa Mie Sedap pak”, suara mereka sangat riuh, mereka mengangkat tangan sambil memperlihatkan jenis-jenis makanan dan minuman kemasan yang beragam wana dan bentuk yang ada di tangan mereka. Aku merasa lega melihat antusiasme mereka, di sisi lain merasa kecewa karena ada 3 orang anak yang tidak membawa tugas, mereka adalah Wandini, Asep Rianto dan Dadan. Anak-anak ini memang termasuk anak yang selalu bikin masalah dalam proses belajar mengajar, namun hal tersebut bisa diatasi setelah aku memberi sanksi untuk mencari tugas tersebut di kantin sekolah dalam waktu 5 menit untuk kemudian mengikuti kembali pelajaran. Proses pembelajaran dimulai, model pembelajaran yang aku pakai adalah Demonstration. aku meminta salah satu dari mereka maju ke depan untuk
memperagakan/mendemonstrasikan
tata
cara
penyajian
sebuah
makanan/minuman yang pada pertemuan sebelumnya sudah aku jelaskan. ”Bapak ingin salah satu dari kalian maju ke depan untuk memperagakan langkah-langkah prosedur dengan barang yang kalian bawa, kemudian yang lain mengamati apa yang sedang di peragakan oleh teman kalian!”
”Saya pak!” Lastri mengangkat tangan. seperti biasanya, anak yang satu ini memang kemampuan dan keberaniannya lebih dari rekan-rekanya yang lain. ”ya, silahkan maju ke depan” aku mempersilahkan dia. Lastri membawa sebungkus
Kopi
instant.
Sebelum
Lastri
mendemonstrasikan
hasil
pekerjaannya, aku menyuruh anak-anak menganalisa performance Lastri untuk dikemukakan setelah performance lastri selesai. Saya menyuruh anak-anak yang lain menganalisa langkah retorika dalam membuat teks procedure seperti Goal/purpose, material, step untuk dikemukakan kembali. Setelah Lastri selesai memperagakan prosedur/ langkah-langkah membuat kopi instant, sesuai rencana aku memberikan kesempatan kepada anak-anak
mengemukakan
pendapat
mereka.
”sekarang
coba
kalian
kemukakan apa yang tadi Lastri demostrasikan! What is the Goal, and what material needed?” Sejenak kelas hening tidak ada yang menjawab. Aku mulai kikuk melihat reaksi mereka yang tidak seperti aku harapkan. Aku bisa saja menunjuk langsung anak-anak yang terbiasa aktif di dalam kelas seperti Risa, Ruly, Lastri, Muhrohil dan Kicin. Yang aku inginkan adalah anak-anak yang lain yang aktif karena aku yakin mereka pun mampu. Aku mencoba memberikan motivasi kepada mereka. ”come on class..dont be silent, just give me some words...”
Mereka
berargumen
sesama
mereka,
namun
tidak
berani
mengungkapkan apa yang ada dalam fikiran mereka kepada ku. Aku mulai berfikir untuk merubah strategi pembelajaran dengan membagi mereka menjadi beberapa kelompok. ”Ya..aku harus melakukan strategi ini” aku berbicara dalam hatiku. Tiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Setelah pembagian kelompok selesai, aku melanjutkan pelajaran dengan memanggil perwakilan salah satu kelompok mendemonstrasikan hasil kerja mereka. Aku memilih kelompok 1 sebagai penampilan pertama dan kelompok lainnya diminta untuk menganalisa langkah-langkah retorika pembuat teks
procedure.
Walaupun
pada
akhirnya
semua
kelompok
selesai
mendemonstrasikan hasil kerja mereka dan memberikan komentar tentang pekerjaan temannya yang lain. Aku masih belum puas. Ada sesuatu yang mengganjal di dalam hati ini:
Mengapa sebagian besar dari mereka sulit sekali mengungkapkan ide/ gagasan yang ada dalam fikiran mereka?
Mengapa anak yang itu-itu saja yang aktif dalam pembelajaran sedangkan sebagian besar tidak?
Bagaimanakah cara yang efektif untuk mendorong siswa agar berani mengungkapkan pendapatnya?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut terngiang dalam hatiku dan mendorong fikiranku untuk terus belajar dan menggali metode serta strategi yang tepat dan efektip dalam memperbaiki proses belajar mengajar di kelas ini.
BIOGRAFI PENULIS Friska Mahyudin Syah, S.Pd lahir di Kota Banjar – Jawa Barat tanggal 01 April 1977 anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Maman Sulaeman dan Yeni Yuningsih. Menikah dengan Novy Noeraeni, S.Kep tahun 2005 dan hingga kini dikaruniai dua orang anak, yaitu Hilal Syah Fatih (12 tahun) serta anak yang kedua Nazila Tasya Shaumi (09 tahun). Pendidikan yang diikuti di Universitas Galuh Ciamis Program S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Jurusan Bahasa dan Seni lulus tahun 2005. Saat ini sedang mengikuti Pendidikan Pasca Sarjana Jurusan Administrasi Pendidikan di Universitas Galuh Ciamis. Pengalaman kerja di bidang pendidikan Sebagai pengajar di STIK Bina Putra Banjar (2005 – sekarang), di SMK Pasundan 2 Banjar (2005-2008), di STIKes Muhammadiyah Ciamis (2006-2009), di SMP Pasundan Banjar (20052012), saat ini penulis ditempatkan di SMP Negeri 10 Banjar. Selain aktif sebagai guru dan Wakasek Kurikulum di SMP Negeri 10 Banjar, penulis juga dipercaya oleh rekan guru di Kota Banjar sebagai Ketua MGMP Bahasa Inggris Kota Banjar mulai tahun 2015 s.d sekarang.