Best Practice Spmi_1.docx

  • Uploaded by: Friska Mahyudin Syah
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Best Practice Spmi_1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,255
  • Pages: 13
A.

LATAR BELAKANG Pelajaran Bahasa Inggris tidak boleh dianggap sulit. Karena itu guru perlu

membuat kegiatan-kegiatan pembelajaran bahasa Inggris yang menyenangkan. Kondisi saat ini guru Bahasa Inggris perlu memiliki kreativitas dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna untuk siswa. Pada kondisi alami atau kegiatan yang biasa dilakukan oleh guru di kelas cenderung dilakukan secara tradisional dan monoton. Dalam kegiatan apersepsi/ eksplorasi pembelajaran, siswa biasanya diberi contoh gambar berbentuk ungkapan tentang Perintah dan Larangan Instruction/ (Command and Prohibition), kemudian siswa diminta untuk mengamati gambar tersebut. Proses pembelajaran seperti itu sudah biasa dilakukan oleh penulis dan ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai yang diharapakan dan siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penulis memperoleh data dari hasil pengamatan melalui refleksi yang dilakukan bahwa siswa terlihat pasif, bosan dan bahkan ada beberapa siswa yang mengeluh tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide atau gagasannya. Mereka tentunya kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini sangat mengundang pertanyaan dan asumsi bahwasannya metode pembelajaran tersebut tidak berhasil (gagal) dan cenderung tidak efektif. Setelah mengamati uraian di atas, penulis menyusun best practice berupa kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, gambaran masalah tersebut merupakan masalah yang harus segera diatasi. Sebagai upaya memperbaiki kegagalan tersebut penulis melakukan kegiatan pembelajaran yang tepat sebagai solusi selanjutnya. Penulis sadar bahwa di era Kurikulum 2013 saat ini ini, guru

1

dituntut untuk kreatif dan inovatif. Guru harus mampu mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) harus dilaksanakan. Penulis menggunakan Model Sekaligus Media Pembelajaran Mission Cards, yang melatih siswa untuk mampu merespon ungkapan instruction melalui tindakan fisik secara langsung. Model ini mengadopsi model pembelajaran Total Physsical Response (TPR), serta berdasarkan terori bahwa Menurut Richards J dalam bukunya Approaches and Methods in Language Teaching, TPR didefinisikan: “a language teaching method built around the coordination of speech and action; it attempts to teach language through physical (motor) activity”. Pendapat tersebut sangat penulis fahami sebagai dasar dalam melakukan Best Practice dengan judul: Pengalaman Terbaik Melaksanakan Pembelajaran Instruction Melalui Model Pembelajaran Mission Cards, dengan Kompetensi Dasar “Merespon makna tindak tutur yang terdapat dalam teks lisan fungsional pendek sangat sederhana secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat, terkait materi : Merespon ungkapan Instruction. B.

MASALAH Masalah yang penulis angkat pada best practice ini adalah upaya

menigkatkan hasil belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran instuction, dimana siswa terlihat pasif, bosan dan bahkan ada beberapa siswa yang mengeluh tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide atau gagasannya. Mereka tentunya kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini sangat

2

mengundang pertanyaan dan asumsi bahwasannya metode pembelajaran yang sering dilaksanakan kurang berhasil (gagal) dan cenderung tidak efektif. - Rumusan Masalah: Apakah melalui Penggunaan Model Pembelajaran Mission Cards dapat meningkatkan kemampuan siswa merespond teks fungsional berbentuk Instruction? - Pemecahan Masalah Untuk memecahkan masalah tersebut, peneliti menggunakan Model pembelajaran Mission Cards. Model pembelajaran ini mengacu pada metode Total Physical Response (TPR) merupakan adopsi dari cara anak kecil belajar bahasa, yaitu dengan cara mendengarkan kalimat perintah. TPR mempunyai prinsip belajar dengan menggerakkan anggota tubuh. Sama dengan ketika seorang anak belajar bahasa pertama dimana mereka mendapat sejumlah perintah dari orang tua mereka. Kemudian ia melakukan perintah tersebut. TPR mengajak peserta didik agar tidak stress dalam proses belajar mengajar. Maka dari itu, proses belajar mengajar dimulai dengan mendengarkan kalimat perintah (listening) yang kemudian diikuti response fisik. TPR menganggap Speaking, Reading dan Writing adalah kegiatan yang membuat siswa tertekan. Dengan demikian, ketiga skills tersebut diajarkan setelah siswa bisa memahami dan bisa mempraktekkan perintah-perintah yang didengar.

C. CARA MENYELESAIKAN MASALAH

3

Penulis berpendapat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar materi listening erat kaitannya dengan bagaimana siswa merespon ungkapan yang didengarnya. Kemampuan mendengar dan merespon ungkapan kalimat perintah penulis ajarkan melalui beberapa aktifitas seperti menebak kata, melakukan perintah atau larangan, dan lain-lain, sesuai dengan pendapat Asher (2000): “most of the grammatical features in a language can be nested in the imperative and that almost any grammatical constituent can be taught through the skillful use of the imperative. There are many kinds of TPR teaching activities: pointing, guessing, performing physical actions, picture work, story telling and acting etc.”

Kerangka Berfikir

Dalam menyelesaikan masalah pembelajaran, penulis menggunakan model pembelajaran Mission Cards adalah hasil kreasi penulis sendiri mengingat pembelajaran bahasa inggris siswa tidak boleh kaku dan harus diciptakan suasana yang menyenangkan supaya meningkatnya motivasi belajar siswa. Model pembelajaran ini menekankan aspek kemampuan penerimaan bahasa (receptive skill) dan kemampuan mencipta (productive skill) dimana siswa diuji untuk dapat membuat sendiri kartu dan menyelesaikan beberapa misi atau perintah yang 4

terdapat pada kartu misi (mission cards). Model pembelajaran dengan permainan dapat membangun kreativitas siswa karena siswa sendiri yang terlibat dalam permainan sehingga membuat mereka asyik belajar dan bekerjasama di dalam kelompok nya. Langkah-langkah model pembelajaran Mission Cards: 1.

Pertama, kelas dibagi menjadi 3 orang siswa per-kelompok.

2.

Kedua, Guru menjelaskan pada siswa bagaimana caranya bermain dengan kartu-kartu tersebut.

3.

Ketiga, setiap kelompok dengan diwakili oleh seorang siswa memilih salah satu kartu yang dipegang

4.

Siswa mempelajari kartu tersebut dan berdiskusi untuk menyelesaikan misi yang terdapat pada kartu

5.

Siswa diberi waktu maksimal 3 menit untuk menyelesaikan misi yang terdapat pada kartu

6.

Siswa membawa benda hasil temuan mereka ke dalam kelas untuk ditunjukkan kepada peserta lainnya

7.

Kelompok yang lain mengamati untuk memperhatikan akurasi kelompok pelaksana dalam membaca dan melaksanakan instruksi

8.

Kelompok yang mendapat jumlah skor tertinggi menjadi pemenang.

5

GAMBAR 2 Contoh Mission Cards yang berisi kalimat intruction

Total Physical Response (TPR) adalah sebuah metode pembelajaran yang diperkenalkan pada tahun 1980. Metode yang merupakan adopsi dari cara anak kecil belajar bahasa, yaitu dengan cara mendengarkan kalimat perintah. TPR mempunyai prinsip belajar dengan menggerakkan anggota tubuh. Sama dengan ketika seorang anak belajar bahasa pertama dimana mereka mendapat sejumlah perintah dari orang tua mereka. Kemudian ia melakukan perintah tersebut. TPR mengajak peserta didik agar tidak stress dalam proses belajar mengajar. Maka dari itu, proses belajar mengajar dimulai dengan mendengarkan kalimat perintah (listening) yang kemudian diikuti response fisik. TPR menganggap Speaking,

6

Reading dan Writing adalah kegiatan yang membuat siswa tertekan. Dengan demikian, ketiga skills tersebut diajarkan setelah siswa bisa memahami dan bisa mempraktekkan perintah-perintah yang didengar. Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode TPR ini banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa antara lain: 1. Latihan dengan menggunakan perintah (Imperative Dril), merupakan aktivitas utama yang dilakukan guru di dalam kelas dari metode TPR. Latihan berguna untuk memperoleh gerakan fisik dan aktivitas dari siswa. 2. Dialog atau percakapan (conversational dialogue). 3. Bermain peran (Role Play), dapat dipusatkan pada aktivitas seharihari seperti di sekolah, restoran, pasar, dll. 4. Presentasi dengan OHP atau LCD. 5. Aktivitas membaca (Reading) dan menulis (Writing) untuk menambah perbendaharaan kata (vocabularies) dan juga melatih pada susunan kalimat berdasarkan tenses dan sebagainya. Hasil belajar adalah sejumlah kompetensi yang diperoleh seseorang setelah menjalani proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Iska. Menurut (Neni, 2006: 76) Belajar atau learning adalah perubahan yang secara relative berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman — pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia

7

menyesuaikan diri (adaptasi) dengan iingkungannya. Keberhasilan seorang siswa dalam pembelajaran dikatakan tuntas atau berhasil ketika dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal. Menurut Djamarah (Syaiful Bahri, 2009 : 6) hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu atau kelompok. Dari ungkapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak akan ada hasil apabila ridak ada kegiatan. Jadi, hasil belajar dalam penelitian ini adalah suatu hasil yang didapat setelah siswa melakukan pembelajaran, hasil tersebut dikatakan tuntas atau berhasil apabila nilai siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal. Dalam proses pembelajaran dengan Strategi Mission Cards dituntut adanya intensitas keterlibatan guru dan aktivitas belajar siswa secara terus menerus. Proses keterlibatan guru dan siswa nampak pada seluruh proses aktivitas pembelajaran mulai dari BKOF, MOT, JCOT, ICOT. Dengan demikian diharapkan pembelajaran menulis dengan Strategi Mission Cards dapat mencapai kompetensi yang diharapkan yaitu menghasiklan kemampuan melaksanakan perintah dan larangan dalam bahasa inggris. Pada proses pembelajaran ini, penulis menggunakan pendekatan Genre Based Approaches (GBA) dengan empat langkah pendekatan pembelajaran yang meliputi Building Knowledge of The Field (BKOF), Modelling of the Thext (MOT), Joint Contruction of the text (JCOT) dan Individual Contstruction of the Text (ICOT). Langkah-langkah tersebut dilaksanakan juga pada sikllus kedua dan seterusnya apabila diperlukan dalam penelitian ini.

8

Pada langkah Building Knowledge of the field (BKOF), guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi dan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman

siswa

dalam

kehidupan

sehari-hari

dimana

siswa

sering

menggunakan dan merespon ungkapan kalimat perintah/ instruction (command and prohibition). Waktu yang digunakan dalam langkah BKOF dibatasi 10 menit Pada langkah selanjutnya adalah Modelling of the text (MOT), guru memberikan contoh ungkapan Instruction melalui media In Focus. Siswa diminta untuk mengamati teks tersebut dan guru memperagakan beberapa kalimat perintah kepada siswa. Siswa diminta melakukan apa yang diperintahkan guru. Guru mengungkapkan kalimat sederhana seperti “stand up”, “sit down”, open your book”, “close the door”, dll. Siswa diminta untuk menuliskan poin-poin penting sebagai bahan pembelajaran. Langkah ini dibatasi waktu 10 menit. Langkah selanjutnya merupakan kerja kelompok atau Joint Construction of The Text (JCOT). Siswa diminta mengelompokkan diri pada kelompok yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Tiap kelompok siswa terdiri dari 3 orang siswa. Pada langkah ini Guru menyiapkan kartu Mission Cards dan menerangkan langkah langkah permainan menggunakan kartu-kartu tersebut, aturan main adalah sebagai berikut: (1) Tiap kelompok siswa terdiri dari 3 orang siswa, (2) Kedua, Guru membagikan kartu yang masih kosong untuk dibuat oleh siswa, (3) Ketiga, Guru menjelaskan pada siswa bagaimana caranya membuat kartu Mission Cards. (4) Keempat, Guru menjelaskan pada siswa bagaimana caranya bermain dengan kartu-kartu tersebut, (5) Kelima, setiap kelompok dengan diwakili oleh seorang siswa memilih salah satu kartu yang dipegang guru, (6)

9

Salah satu anggota membacakan instruksi untuk kelompoknya. Jika benar dan dapat melakukan instruksi dengan tepat, mendapatkan nilai sempurna, yaitu 100. Kelompok yang lain mengamati untuk memperhatikan akurasi kelompok pelaksana dalam membaca dan melaksanakan instruksi. Pada akhir permainan hasil tiap kelompok dijumlahkan. Kelompok yang mendapat jumlah skor tertinggi menjadi pemenang. Kartu tersebut dibagikan ke tiap kelompok. Tiap kelompok mendapatkan 1 buah kartu yang berisi urutan kalimat perintah untuk menyelesaikan misi/ pekerjaan. Kelompok siswa yang memegang kartu sebagai pemberi misi dan kelompok lain adalah sebagai pelaksana misi. Kelompok pemberi misi akan membacakan urutan kalimat perintah kepada kelompok pelaksana misi untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan misi yang ada pada kartu Mission Cards. Setiap kelompok dibatasi waktu 3 (tiga) menit dalam menyelesaikan misi. Siswa lainnya pada kelompok pemberi misi tersebut mencatat dan mengamati apakah msisi yang diminta sesuai dengan perintah yang terdapat pada kartu. Kelompok siswa yang aktif dan benar dalam penyelesaian misi/ pekerjaan mendapatkan poin tertinggi. Pada langkah ini siswa dibatasi waktu 20 menit. Pada ICOT, siwa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy berisi kalimat acak (jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks procedure yang benar. Langkah ini dibatasi waktu 15 menit.

D. SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Simpulan

10

Akhirnya, penulis dapat memeperoleh beberapa hasil temuan setelah melaksanakan refleksi dan diskusi pada bab sebelumnya dan Best Practice ini dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Penggunaan Model Pembelajaran Mission Cards dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VII A SMP Negeri 10 Banjar pada semester 2 tahun pelajaran 2017-2018. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui evaluasi/ test tulis dengan rata-rata nilai siswa pada siklus pertama 70,46 meningkat pada siklus ke 2 menjadi 82,92. b. Penggunaan

Model

Pembelajaran

Mission

Cards

dan

media

pembelajaran nya dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan prosentase keaktifan siswa pada siklus pertama sebesar 40 % meningkat pada siklus kedua menjadi 84%.

2. Rekomendasi Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran penulis membuat catatan beberapa rekomendasi untuk perbaikan di masa mendatang sebagaimana berikut: 1.

Perhatian guru terhadap peningkatan mutu pendidikan Bahasa Inggris khususnya

perlu

ditingkatkan

demi

keberhasilan

siswa

dalam

pembelajaran. Keterampilan Listening sebagai receptive skill (kemampuan menerima bahasa) sangatlah essensial dihubungkan dengan aspek pengembangan diri siswa ke depan.

11

2.

Model pembelajaran yang variatif hendaknya selalu dicoba sebagai upaya menciptakan proses pembelajaran aktif, inovatif, komunikatif, efektif dan menyenangkan sesuai dengan prinsip PAIKEM.

3.

Guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan respon dan bahasa yang berterima oleh sesama mereka.

4.

Dalam upaya Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar guru hendaknya terus menggali potensi siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengar (listening) teks bahasa inggris.

E. PELAJARAN YANG DIPEROLEH Proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan adalah hal yang semestinya diciptakan oleh guru dalam membimbing dan memberi penguatan kepada siswa di kelas. Guru tentunya memiliki keinginan bagaimana siswa dapat dengan cepat mengerti dan mengaplikasikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Hal yang paling utama adalah guru hendaknya senantiasa

12

melakukan pengamatan sejauh mana peningkatan belajar siswa di kelas. Penulis menyarankan guru mulai mencoba menggunakan model pembelajarankelompok seperti model pembelajaran Mission Cards dalam pembelajaran karena siswa dapat termotivasi dan bekerjasama melalui pembelajaran yang menyenangkan disesuaikan dengan konteks yang menjadi tujuan pembelajran.

F. DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia , 2005 Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen PMPTK. Kemmis, S. dan Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Deakin: Deakin University. Mulyana, Slamet.2007. Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pengembangan Profesi Guru. Bandung: LPMP. Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda karya. Suhardjono et.al. 2005. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis. Stringer, R. T. 1996. Action research: A handbook for practitioners. London International Educational and Profesional Publisher. Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendasmen Dirtendik: 2003. 13

Related Documents

Best Practice
August 2019 52
News Best Practice Handbook
November 2019 44
Nms Best Practice
November 2019 35
Best Practice Guidelines
April 2020 20

More Documents from "Daisy"