Pembekalan KKP-2009 FAKULTAS PERTANIAN - IPB
Pengendalian Hama Terpadu I Wayan Winasa Departemen Proteksi Tanaman, Faperta, IPB
KONSEPSI PHT
Integrated Pest Management (IPM) 1. Pest = OPT (hama, penyakit, gulma) Seluruh organisme yang hidup di lingkungan pertanaman yang menyebabkan kerusakan pada tanaman dan menurunkan hasil panen (kuantitas/kualitas) 2. Management = Pengelolaan Proses pengambilan keputusan dalam mengendalikan OPT yang didasarkan pada prinsip ekologi dan ekonomi 3. Integrated = Terpadu • Mencakup berbagai OPT • Ramuan berbagai teknologi pengendalian yang selaras • Pengendalian OPT merupakan bagian dari sistem usahatani • Pertimbangan ekonomi, ekologi, dan sosial
Definisi: terdapat sebanyak 67 definisi tentang PHT
Secara umum memiliki kesamaan: •Perpaduan yang serasi dari berbagai teknik pengendalian •Populasi OPT dipertahankan di bawah tingkat yang merugikan •Memberi manfaat ekonomi bagi petani dan khalayak •Melestarikan lingkungan hidup •Mempertimbangkan kompleks OPT
Kogan (1998): Sistem penunjang pengambilan keputusan dalam memilih dan menerapkan taktik pengendalian OPT yang didasarkan pada analisis biaya/manfaat, dan pertimbangan kepentingan dari dan dampak pada petani/produser, khalayak,dan lingkungan
Tujuan: • Mengupayakan agar OPT tidak menimbulkan kerugian melalui cara-cara pengendalian yang efektif, ekonomis, dan aman
Sasaran • Mengupayakan produksi yang tetap tinggi dan menguntungkan (profitability)
•
Memelihara kesehatan manusia dan kualitas lingkungan hidup (safety)
•
Menjamin agar hasil pengendalian bersifat awet (durability)
KOMPONEN UTAMA PHT 1. Informasi dan Pengetahuan • Bioekologi OPT 2. Sarana pengambilan keputusan • Metode pemantauan dan/atau model peramalan • Ambang tindakan (berdasarkan pengamatan) 3. Teknologi pengendalian • Pengendalian secara bercocok tanam • Pengendalian hayati • Pengendalian fisik/mekanis • Pengendalian kimiawi, dll 4. Sumberdaya manusia • Pelaku langsung PHT di lapangan • Pelaku penunjang
Prinsip dasar penerapan PHT • Mengupayakan pertanaman yang sehat dan tahan OPT • Meningkatkan peran komponen pengendali alami (hayati/fisik) yang ada di pertanaman • Melakukan pemantauan untuk menentukan perlu-tidaknya tindakan intervensi untuk mengamankan hasil panen (penggunaan pestisida hanya bila diperlukan) Manfaat penerapan PHT • Meningkatkan pendapatan bersih petani • Mengurangi risiko kegagalan panen • Memelihara kualitas lingkungan hidup • Mengurangi risiko keracunan pestisida pada produsen dan konsumen • Memelihara keberlanjutan sistem ekologi (musuh alami, keanekaragaman hayati) • Menurunkan ongkos usahatani
Latar Belakang Munculnya PHT di Indonesia: Kegagalan pengendalian hama dengan cara lama
karena:
Timbulnya resistensi hama Timbulnya hama sekunder Timbulnya resurjensi
Kepedulian lingkungan Kebijaksanaan Pemerintah
GBHN (sejak PELITA III) Inpres no 3/1986 - PHT UU No 12/1992 – Budidaya tanaman
Revolusi pengendalian terjadi pada masa pasca PD II Dimulai dengan penemuan insektisida organik sintetik DDT pada tahun 1939 Pada mulanya insektisida dianggap ampuh membasmi dan memusnahkan hama dengan efektif dan efisien Cara-cara tradisional pengendalian hama ditinggalkan Tahun 1950 industri pestisida berkembang sangat pesat Insektisida menjadi satu-satunya cara pengendalian obat-obat pertanian Aplikasi insektisida dilakukan secara berjadwal
Pemakaian insektisida yang intensif
Muncul permasalahan
Resistensi hama
Resurgensi hama
Munculnya hama sekunder
Pencemaran lingkungan
Keracunan pekerja
Residu pada bahan yang dipanen
Resistensi Hama Aplikasi insektisida pertama Keturunan Aplikasi insektisida kedua Keturunan
Tidak resisten Resisten bawaan
Aplikasi insektisida ketiga
Munculnya hama sekunder Sebelum aplikasi
Segera setelah aplikasi
N Hama A Predator A Hama B Predator B
Ledakan hama B
Aplikasi insektisida Hama B AE Hama A
t
Resurgensi hama Sebelum aplikasi
N
Hama
Segera setelah aplikasi
Resurgensi hama
Aplikasi insektisida AE
Musuh alami t
Penggunaan insektisida yang berlebihan
Resistensi Resurgensi Hama sekunder Kesehatan manusia Mahluk bukan-sasaran Pencemaran lingkungan Efisiensi masukan produksi
Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Reaksi-balik ekologi Kepedulian sosial Pertimbangan ekonomi
Pokok-pokok isi Inpres No 3 tahun 1986: Pengembangan sumberdaya manusia pada tingkat
paling bawah (petani) dan para petugas lapangan melalui pelatihan-pelatihan PHT Kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, termasuk kesehatan manusia Pelarangan penggunaan 57 jenis formulasi pestisida yang dapat menimbulkan resurjensi hama
Undang-undang No 12 tahun 1992 (Sistem Budidaya Tanaman) Pasal 20 menyatakan: Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem PHT Pelaksanaan perlindungan tanaman menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah.
Pengelolaan OPT Terpadu: pemilihan dan
penggunaan cara pengendalian yang bijak, yang menjamin keadaan yang baik dari segi ekologi, ekonomi dan sosial. Di dalam usaha pertanian, pengelolaan hama menjamin pertanian yang kuat dan lingkungan hidup yang sehat. Dalam kegiatan pengendaliannya, termasuk memonitor populasi hama serta penggunaan pestisida yang bijak.
Paradigma PHT: Memahami agroekosistem Memaksimalkan pengendalian secara alami dan
kultur teknis Pestisida hanya bila dibutuhkan
Dalam perjalanannya, penerapan PHT lebih
didominasi oleh tujuan optimasi penggunaan pestisida melalui kegiatan pemantauan dan ambang ekonomi sebagai acuan pengambilan keputusan pengendalian.
MENGURANGI PESTISIDA
MENGURANGI KETERGANTUNGAN TERHADAP PESTISIDA
Strategi Pengendalian Konvensional: Strategi preventif: tindakan pengendalian yang dilakukan sebelum terlihat adanya OPT/kerusakan tanaman Strategi kuratif: tindakan yang dilakukan segera
setelah terlihat adanya OPT/kerusakan
Dalam PHT, istilah yang lebih tepat adalah
sbb:
Strategi preemtif: tindakan pengendalian yang
didasarkan pada informasi keadaan serangan hama musim sebelumnya, serta sekedar dugaan manfaat yang mungkin diperoleh dari tindakan pengendalian yang dilakukan. Strategi responsif: tindakan pengendalian yang didasarkan pada informasi status hama pada musim yang sedang berlangsung, serta didasarkan pada evaluasi terhadap manfaat yang dapat diperoleh dari tindakan pengendalian yang dilakukan.
Strategi mana yang dipilih tergantung pada karakteristik hama PREEMTIF
RESPONSIF Pengendalian yang sifatnya preemtif harus merupakan
bagian dari cara budidaya tanaman, dan dilakukan secara berkesinambungan, mulai sebelum tanam, selama pertumbuhan tanaman hingga panen. Pengendalian yang sifatnya responsif hanya dilakukan sebagai tindakan intervensi, yaitu bila pengendalian preemtif tidak mampu menekan perkembangan hama.
Pemasyarakatan PHT:
Tindak lanjut Inpres No 3 1986 adalah
terbentuknya Program Nasional PHT yang salah satu tujuannya adalah melatih petani agar mampu dan dapat menerapkan PHT di lahannya sendiri Pelatihan PHT untuk petani mulai dilaksanakan pada tahun 1989 (PHT padi) melibatkan 6 provinsi (Jatim, Jateng, DI Yokyakarta, Jabar, Sumut dan Sulsel). Pada tahun 1991 diperluas menjadi 20 provinsi, termasuk Sumbar, Bengkulu, Riau, Jambi, Sumsel, Bali, NTB, NTT, Timtim, Sulut, Kalteng, Kaltim, Sulteng, Sultra. Ruang lingkup komoditi: padi, kedelai, kubis, kentang, bawang merah.
PHT TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT (PHT-PR) BERLANGSUNG TAHUN 1997- 2006 (TERSEBAR DI BEBERAPA PROVINSI) KOMODITAS KOPI, KAKAO, TEH, KAPAS, JAMBU METE, LADA
Metode pelatihan: Pelatihan PHT untuk petani dilakukan di lapangan terbuka, disebut: Sekolah Lapangan PHT (SLPHT) Metode pelatihan mulai: Partisipatif – mencari – menemukan – mencobakan – menganalisa – memutuskan.
Pelaksanaan SL-PHT Padi: Sawah/pertanaman padi sebagai sarana Proses belajar: pengamatan langsung di sawah
dan petani menemukan sendiri permasalahan – menganalisa – mendiskusikan sesama anggota kelompok – mengambil keputusan. Pelatihan berlangsung selama satu musim tanam (12 minggu)
Pengorganisasian PHP
+
(Pengamat hama dan penyakit)
2 PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)
Kel Tani
Kel Tani
Kel Tani
Kel Tani
(25 orang)
(25 orang)
(25 orang)
(25 orang)
SUASANA BELAJAR DI SL-PHT
Suasana belajar: Petani peserta SL-PHT diperlakukan sebagai mitra kerja
PHP dan PPL PHP dan PPL tidak menggurui, tetapi mengusahakan agar petani mau dan terdorong untuk mengeluarkan pendapat dan pikirannya kepada sesama peserta dan pelatih tentang apa yang mereka temukan, pelajari dan ketahui selama pelatihan. PHP dan PPL tidak langsung menjawab setiap pertanyaan yang diajukan petani, tetapi mengajak petani untuk memikirkan hal tersebut Contoh: Petani menemukan sesuatu dan bertanya:” Apa ini ?” Pelatih akan balik bertanya: “Dimana ditemukan ? Apa yang dilakukannya di sana ?” Dst.
Dampak PHT pada petani: Pengurangan penggunaan pestisida Kemampuan mengambil keputusan dan sasaran aplikasi
pestisida yang lebih tepat Pengeluaran biaya untuk pestisida berkurang Pencemaran lingkungan dapat diminimalkan, kehidupan biologik dapat dipulihkan, kecelakaan pada manusia (keracunan) berkurang Studi kasus sosial budaya memberikan kesan adanya perubahan sikap pada petani Di antara petani yang sudah ikut SL-PHT, banyak yang dengan sukarela meneruskan pengetahuannya kepada petani lain yang belum sempat dilatih Kebijakan penyuluhan pertanian secara bertahap dirubah mengikuti metode SL-PHT.
HAMA PENTING TANAMAN Thrips tabaci Lind. (Thysanoptera: Thripidae) a. Di Indonesia dikenal sebagai trips bawang; inang lain: cabe, tomat, kentang, labu, dan bayam. Di Indonesia tidak ditemukan menyerang tembakau b. Kosmopolitan dan polifag c. Penyebaran: Jawa, Sumatera, dan Timor
Thrips parvispinus (Karny) (Thysanoptera: Thripidae) a. Dikenal sebagai trips tembakau; inang lain: kopi, ubi jalar, orok-orok, cabai. Di Jawa Barat umum dijumpai pada cabai b. Penyebaran: Jawa, Sumatera, Thailand Trips ini ditemukan hidup pada bunga dan menyebabkan bercakbercak dan dapat menyebabkan bunga gugur. Serangannya pada daun pucuk menyebabkan daun tersebut menunjukkan gejala bercakbercak keperakan.
Nezara viridula (L.) (Hemiptera: Pentatomidae) Disebut dengan nama umum kepik hijau atau green stink bug Distribusi pantropical Jenis-jenis tanaman inang: kedelai, kacang panjang, padi, jagung, tembakau, kentang, cabai, kapas, dll.
Leptocorisa oratorius F. (Hemiptera: Alydidae) Nama lama: Leptocorisa acuta Thunb., nama umum: ‘walang sangit’, kungkang, pianggang
Kerusakan biji padi akibat serangan walang sangit
Riptortus linearis (Linn.) (Hemiptera: Alydidae) Nama umum: kepik polong kedelai Tanaman inang: berbagai jenis kacang-kacangan
Wereng Hijau Nephotettix virescens Dist. Nephotettix nigropictus Stal. (Famili Cicadellidae atau Jassidae)
N. virescens
N. nigropictus
Wereng Batang Coklat, Nilaparvata lugens Stal. (Famili Delphacidae)
Telur
Nimfa
Imago tipe Brakhiptera Imago tipe Makroptera Resistance of rice to different biotypes of brown planthopper: Biotype 1 damages varieties with no major resistance genes (From Pathak and Khan 1994)
Gejala Hopperburn
Koloni wereng coklat di pangkal batang padi
Kutudaun
Spesies penting di Indonesia No.
Spesies
Inang
1.
Rophalosiphum maidis
Jagung, sorgum, dan rumput-rumputan
2.
Melanaphis sacchari
Tebu, sorgum, dan rumput-rumputan
3.
Aphis gossypii
Polifag
4.
Aphis craccivora
Kacang-kacangan
5.
Toxoptera aurantii
Kakao, kina, kopi, teh, jeruk, dll.
6.
Toxoptera citricidus
Jeruk (berbagai jenis)
7.
Myzus persicae
Polifag
8.
Pentalonia nigronervosa
Pisang-pisangan dan talas-talasan
9. Cerataphis lataniae
Palem-paleman
10. Ceratovacuna lanigera
Tebu
11. Astegopteryx nipae
Nipah, salak, kelapa, palem hias, dan kelapa sawit
12.
Tetraneura nigriabdominalis
Padi (perakaran)
Kutu Kebul, Whiteflies (Famili Aleyrodidae) Spesies penting di Indonesia Aleurocanthus spiniferus (Quaint.) – Jeruk Aleurodicus destructor Mask. – Kelapa Alerodicus dispersus – Jambu biji Bemisia tabaci (Genn.) – Polifag
Bemicia tabaci
Plutella xylostella (L.) (Ulat Daun Kubis) (Lepidoptera: Plutellidae)
Larva
Pupa
Imago
Phthorimaea operculella (Zell.) (Lepidoptera: Gelechiidae) Penggerek Umbi Kentang
Imago
Larva
Gejala Serangan
Crocidolomia pavonana Fabricius (Lepidoptera: Pyralidae) Ulat Krop Kubis
Imago Larva muda
Larva instar akhir
Kelompok telur
Gejala Serangan
Penggerek Batang Padi, Jagung, dan Tebu: (Lepidoptera: Pyralidae) Scirpophaga (= Tryporiza) innotata (Wlk.) (Penggerek Padi Putih) Scirpophaga (= Tryporiza) incertulas (Wlk.) (Penggerek Padi Kuning) Tryporiza (= Scirpophaga) nivella (Fr.) (Penggerek Pucuk Tebu) Chilo supressalis (Wlk.) (Penggerek Padi Bergaris) Chillo polychrisus (Meyr.) (Penggerek Padi Berkilat) Chilo sacchariphagus (Boj.) (Penggerek Tebu Bergaris) Ostrinia furnacalis (Guen.) (Penggerek Batang Jagung) (Lepidoptera: Noctuidae) Sesamia inferens (Wlk.) (Penggerek Batang Merah Jambu)
Gejala Serangan Penggerek Batang Padi
Sundep
Beluk
Etiella zinckenella (Tr.) (Lepidoptera: Pyralidae) Penggerek Polong Kedelai
Larva
Gejala serangan
Imago
Tanaman Inang Terbatas pada Leguminosae: kedelai, kacang panjang, buncis dan kacang merah, dan Crotalaria spp.
Ulat Grayak (Lepidoptera: Noctuidae) • • • • •
Spodoptera litura (F.) Spodoptera mauritia (Boisd.) Spodoptera exempta (Wlk.) Spodoptera exigua (Hbn.) Mythimna separata (Wlk.)
Spodoptera litura Spodoptera mauritia
Spodoptera exigua Hbn.
Spodoptera litura (F.)
Agrotis spp.
(Lepiodoptera: Noctuidae) Ulat Tanah Di Indonesia ada tiga spesies:
Agrotis ipsilon (Hufn.) Agrotis segetum Schiff. Agrotis interjectionis Gueene
Helicoverpa armigera Hbn.
(Lepidoptera: Noctuidae) (ulat tongkol jagung, ulat buah tomat)
Erionota thrax (L.) (Lepidoptera: Hesperidae) Penggulung Daun Pisang
Larva
Imago Gejala Serangan
Tanaman inang: Pisang
Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) Kumbang Badak
Tanaman inang: Kelapa dan palem-paleman
Rhynchophorus ferrugineus Oliv. (Coleoptera: Curculionidae) Kumbang Sagu
Tanaman inang: Kelapa dan pelem-paleman
Lalat Buah, Bactrocera spp. (Diptera: Tephritidae) Bactrocera Bactrocera Bactrocera Bactrocera
dorsalis (Hendel) carambolae (Drew & Hancock) papayae (Drew & Hancock) cucurbitae Cocquerel
Tanaman inang: Berbagai jenis buah-buahan
B. cucurbitae
B. dorsalis Bactrocera papayae, (a) betina, (b) jantan
B. carambolae
RENCANA KERJA KKP ??
DIAGNOSIS SERANGAN OPT Hal-hal yang harus diketahui: 2.Jenis tanaman 3.Bagian tanaman terserang 4.Bentuk gejala serangan 5.Keberadaan/ketidakberadaan opt penyebabnya Pengetahuan dasar yang harus dimiliki 8.Jenis-jenis tanaman budidaya 9.Kompleks fauna dan mikroflora yang berasosiasi dengan masing-masing jenis tanaman 10.Cara hidup masing-masing jenis hama
REKOMENDASI PENGENDALIAN HAMA Dalam menyusun rekomendasi pengedalian, halhal yang harus ditanyakan ke klien adalah: 1. Pola tanam (termasuk jenis tanaman lain di sekitarnya) 2. Perlakuan budidaya yang diterapkan (jarak tanam, dosis pupuk, pestisida, dll.) 3. Sejarah munculnya gejala tersebut (sudah biasa Pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk atau baru) menyusun rekomendasi pengendalian : 1. Cara hidup opt yang ditemukan (hasil identifikasi) 2. Keberadaan varietas tahan dari tanaman sampel 3. Cara budidaya tanaman yang baik dan benar 4. Cara-cara pengendalian hama (secara umum) 5. Jenis-jenis pestisida
Selamat ber-KKP