HUBUNGAN MODEL KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR RUANG DENGAN PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA DI RUANG IRNA KELAS III RSUD ULIN BANJARMASIN
Karya Tulis Ilmiah Diajukan guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Diajukan Oleh M. Nanda Hidayat I1B114238
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN BANJARBARU Januari, 2018 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Model Kepemimpinan Situasional Supervisor Ruang dengan Pelaksanaan Timbang Terima di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin” tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh derajat sarjana di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : Keluarga besar khususnya kedua orang tua, H. Husnul Fikri dan Hj. Gt. Dewi Korjani atas dukungan materiil, semangat dan do’a yang telah diberikan. Dekan Fakultas Kedokteran Prof. Dr. Zairin Noor, dr., Sp.OT(K). MM yang telah memberi kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian. Kedua dosen pembimbing (Yeni Mulyani, S.Kp, M.Kes dan Herry Setiawan, Ns., M.Kep) yang berkenan memberikan saran dan masukan serta arahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Kedua dosen penguji (Endang Pertiwiwati, Ns, M.Kes dan Ichsan Rizany, Ns, M.Kep) yang telah memberikan kritik dan saran sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Banjarbaru, 5 januari 2017
Peneliti
iv
ABSTRAK HUBUNGAN MODEL KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR RUANG DENGAN PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA DI RUANG IRNA KELAS III RSUD ULIN BANJARMASIN M. Nanda Hidayat Latar Belakang: Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi saat perawat melakukan pergantian shift. Ketidakakuratan informasi saat perawat berkomunikasi dalam proses timbang terima menyebabkan hampir 70% kejadian sentinel di rumah sakit. Kepemimpinan situasional supervisor ruang dapat meningkatkan kualitas perawat dalam pelaksanaan timbang terima Tujuan: Untuk mengetahui hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. Metode: Penelitian korelasional dengan desain penelitian cross sectional dilakukan pada 90 perawat pelaksana (PP) dari 7 ruangan IRNA kelas III di RSUD Ulin Banjarmasin. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner kepemimpinan situasional partisipatif supervisor ruang dan kuesioner pelaksanaan timbang terima. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa dari 90 perawat pelaksana, Sebanyak 71 (78,9%) perawat pelaksana diterapkan kepemimpinan situasional partisipatif yang tepat oleh supervisor timbang terima dan sebanyak 56 perawat (62,2%) sudah melaksanakan proses timbang terima dengan baik. Hasil analisis didapatkan ada hubungan antara model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin (P Value=0,005<0,05). Diskusi: Model Kepemimpinan situasional supervisor ruang dapat memengaruhi kinerja perawat dalam pelaksanaan timbang terima. Semakin tepat model kepemimpinan situasional partisipatif yang diterapkan supervisor, maka semakin baik pelaksanaan timbang terima. Kata Kunci : Timbang terima, Kepemimpinan Situasional, Partisipatif
v
ABSTRACT Correlational Situational Leadership Model of Room’s Supervisor With Nursing Handover In IRNA 3rd Class Room RSUD Ulin Banjarmasin M. Nanda Hidayat
Background: Handover is a communication that occurs when the nurses do shift change. Inaccuracy of information when nurses communicate in the handover process results in nearly 70% of sentinel events in hospitals. The situational leadership of the space supervisor can improve the quality of the nurses in the handover. Objective: To determine the relationship of situational leadership model of room’s supervisor with the implementation of nursing handover in IRNA’s 3 rd class room Ulin Hospital Banjarmasin. Methods : Correlational research with cross sectional study design was done on 90 implementing nurses (PP) from 7 IRNA’s 3rd rooms class room Ulin Hospital Banjarmasin. The instruments used are participative situational leadership questionnaires, space supervisors and handover questionnaires. Result : The results show that of the 90 implementing nurses, 71 (78.9%) of the implementing nurses applied appropriate participative situational leadership by weighing supervisors and as many as 56 nurses (62.2%) had carried out the process well received. The result of the analysis shows that there is a correlation between the situational leadership model of the space supervisor and the implementation of weighing received in the third class IRNA room of RSUD Ulin Banjarmasin (P Value = 0.005 <0.05). Discussion : The situational leadership model of the space supervisor may affect the performance of the nurse in the weigh-in implementation. The more appropriate the participative leadership model that the supervisor applies, the better the weighing will be received. Keywords : Handover, Situational Leadership, Partisipative
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL PERNYATAAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN
i ii iii iv v vii ix x xi xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum 1.3.2. Tujuan Khusus 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan 1.4.2. Bagi Rumah Sakit 1.4.3. Bagi Peneliti....................................................................................... 1.5. Keaslian Penelitian
1 1 5 6 6 6 6 6 7 7 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) 2.1.1 Definis MAKP 2.1.2 Jenis-jenis MAKP 2.1.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan 2.2 Timbang Terima 2.2.1 Definisi Timbang Terima 2.2.2 Tujuan Timbang Terima 2.2.3 Manfaat Timbang Terima 2.2.4 Alur Timbang Terima 2.2.5 Prosedur Pelaksanaan Timbang Terima 2.2.6 Prinsip Timbang Terima 2.2.7 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Timbang Terima 2.3 Kepemimpinan Situasional 2.4 Kepemimpinan Partisipatif
9 9 9 9 11 12 12 12 13 13 15 16 18 19 21
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep 3.2 Hipotesis
25 25 26
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
27 27 27
vii
4.2.1 Populasi 4.2.2 Sampel 4.3 Instrumen Penelitian 4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.4 Variabel Penelitian 4.5 Definisi Operasional 4.6 Prosedur Penelitian 4.7 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data 4.7.1 Pengumpulan Data 4.7.2 Pengolahan Data 4.8 Cara Analisis Data 4.8.1 Univariat 4.8.2 Bivariat 4.9 Tempat Penelitian 4.10 Etika Penelitian BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Karakeristik Responden 5.1.2 Model Kepemimpinan Situasional Supervisor Ruang dan pelaksanaan timbang terima yang ada di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin 5.2 Analisis Bivariat BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Karaketristik Responden 6.1.1 Usia 6.1.2 Jenis Kelamin 6.1.3 Lama Kerja 6.1.4 Status Kepegawaian 6.1.5 Tingkat Pendidikan 6.1.6 Jarak dari rumah ke rumah sakit 6.1.7 Alat transportasi yang digunakan 6.2 Model Kepemimpinan Situasional Supervisor Ruang 6.3 Pelaksanaan timbang terima 6.4 Hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD ulin Banjarmasin 6.5 Keterbatasan Penelitian 6.5.1 Pengambilan Data 6.5.2 Jumlah Sampel BAB 7 PENUTUP 7.1 Simpulan 7.2 Saran 7.2.1 RSUD Ulin Banjarmasin 7.2.2 Institusi Pendidikan 7.2.3 Penelitian Berikutnya DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
27 28 29 31 32 32 33 34 34 35 35 35 36 36 37
38 38
40 41
43 43 44 45 45 46 47 47 48 49
52 57 57 57 58 59 59 59 60
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 SOP Alur timbang Terima RSUD Ulin Banjarmasin dengan motode moduler SP2KP, 2015)
15
Tabel 4.1 Sebaran Jumlah Populasi Penelitian (Unit Rawat Inap) Laporan Kepala Instalasi Rawat Inap RSUD Ulin Banjarmasin, 2017 Tabel 4.2 Sebaran Jumlah Sampel Penelitian (Ruang IRNA kelas III)
28 29
Tabel 4.2 Definisi Opersional Penelitian...................................................... 32 Tabel 5.1 Sebaran karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin, pendidikan terakhir, status kepegawaian, dan alat transportasi yang digunakan (n=90)
39
Tabel 5.2 Sebaran karakteristik responden penelitian berdasarkan usia, lama bekerja, dan jarak dari rumah ke rumah sakit (n=90)
39
Tabel 5.3 Gambaran Model Kepemimpinan Situasional dan Pelaksanaan Timbang terima (n=90)
41
Tabel 5.4 Hubungan Model Kepemimpinan Situasional Supervisor Ruang dengan Pelaksanaan Timbang Terima di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin (n=90)
ix
42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alur Proses Timbang Terima
14
Gambar 2.3 Skema Kepemimpinan Situasional (Hersey and Blanchard) 20 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
x
26
DAFTAR LAMPIRAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Formulir Persetujuan (Informed Consent) Lembar Kuesioner Biodata Peneliti Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan dari Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Lambung Mangkurat. Surat Rekomendasi Izin Studi Pendahuluan dari Bidang Diklit RSUD Ulin Banjarmasin Uji Expert Kuesioner Penelitian Surat Kelaiakan Etik RSUD Ulin Banjarmasin Surat Rekomendasi Izin Uji Validitas dari Bidang Diklit RSUD Ulin Banjarmasin Surat Kelaikan Etik Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Surat Permohonan Izin Penelitian dari Prodi Ilmu Keperawatan Surat Izin Penelitian dari Bidang Diklit RSUD Ulin Banjarmasin Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Karakteristik Responden Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Hasil Analisis Statistik Univariat Hasil Analisis Statistik Hasil Analisi Statistik Bivariat (Chi Square) Persentase Hasil Pernyataan Kuesioner Kepemimpinan Persentase Hasil Pernyataan Kuesioner Timbang Terima Lembar Kuesioner Responden
xi
DAFTAR SINGKATAN
1. RSUD 2. SP2KP 3. S1 4. BLUD 5. PNS 6. PP 7. IRNA 8. IPSG 9. KTD 10. MAKP 11. IKP 12. PP 13. SPO 14. D III 15. Katim 16. Karu
= Rumah Sakit Umum Daerah = Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional = Sarjana (Strata-1) = Badan Layanan Umum Daerah = Pegawai Negeri Sipil = Perawat Primer = Instalasi Rawat Inap = International Patient Safety Goals = Kejadian Tidak Diharapkan = Model Asuhan Keperawatan Propesional = Insiden Keselamatan Pasien = Perawat Primer = Standar Prosedur Operasional = Diploma III = Ketua tim = Kepala Ruangan
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Rumah sakit terdiri dari multi disiplin ilmu salah satunya perawat. Kinerja perawat merupakan faktor yang berperan dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan dikatakan berkualitas apabila pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan standar yang ditetapkan, untuk mengukur seberapa baik mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan
diperlukan
suatu
indikator
klinik
mutu
pelayanan
keperawatan (Depkes, 2008).
Pelayanan keperawatan tidak lepas dari tanggung jawab seorang perawat yang merupakan disiplin ilmu berada 24 jam di sisi pasien, agar suhan keperawatan yang diberikan dapat berjalan dengan baik perlu adanya komunikasi yang efektif untuk mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan (KTD). Komunikasi efektif merupakan sasaran kedua dalam International Patient Safety Goals (IPSG), oleh sebab itu komunikasi dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang berperan dalam penerapan keselamatan pasien (patient safety). Australian Comission on Safety and Quality in Health Care (2009) mewajibkan seluruh rumah sakit untuk menerapkan komunikasi efektif di instalasi rawat inap dengan menerapkan komunikasi secara benar saat timbang terima pasien sebagai upaya meningkatkan keakuratan informasi dalam asuhan keperawatan.
Bentuk nyata dari komunikasi efektif perawat adalah timbang terima. Rusthon dikutip dalam Dewi (2012), menyatakan bahwa timbang terima 1
2 merupakan komunikasi yang terjadi saat perawat melakukan pergantian shift untuk memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana perawatan, serta menentukan prioritas pelayanan berdasarkan asuhan keperawatan sebelumnya. Wilkie & Greenberg dikutip dalam Dewi (2012) menyatakan bahwa salah satu komponen penting untuk keberhasilan pelaksanaan timbang terima adalah adanya komunikasi langsung dengan tatap muka (face to face) berupa komunikasi interaktif.
Timbang terima yang baik menjamin keselamatan pasien terjaga, jauh dari masalah dan kerugian. Beberapa masalah dalam proses timbang terima diungkapkan Alvarado, et al yang dikutip dalam Dewi (2012) menyatakan bahwa ketidakakuratan informasi saat perawat berkomunikasi dalam proses timbang terima menyebabkan hampir 70% kejadian sentinel di rumah sakit. Timbang terima dilakukan setiap shift pergantian dinas dan sangat erat kaitannya dengan kedisiplinan perawat. Timbang terima yang baik harus dilakukan dengan disiplin agar informasi dapat tersampaikan dengan jelas, komplit serta akurat. Gusti (2012) menyatakan bahwa kedisiplinan merupakan keadaan dimana setiap individu melaksanakan peraturan yang berlaku dengan semestinya serta tidak adanya pelanggaran terhadap peraturan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu contoh sikap kedisiplinan perawat adalah kedisiplinan waktu saat melakukan proses timbang terima.
Kedisiplinan perawat merupakan perilaku yang dapat diamati dan dipengaruhi banyak faktor seperti yang dikatakan oleh Lawrence Green et al dikutip dalam Linggasari (2008) menjelaskan bahwa dalam keperawatan terutama dalam hal pemberian layanan kesehatan yang berkualitas tidak
3 lepas dari tiga faktor perilaku, yaitu faktor predisposisi (pencetus), faktor pemungkin dan faktor penguat. Berdasarkan ketiga faktor tersebut, faktor penguat dalam peningkatan kualitas timbang terima merupakan faktor yang diperoleh dari orang terdekat maupun dalam diri sendiri, seperti adanya dukungan sosial, motivasi, pemberian reward serta pengawasan dan pengarahan dari pimpinan yang dapat menguatkan terjadinya perubahan perilaku menjadi disiplin dan profesional (Linggasari, 2008).
Faktor penguat dalam determinan perilaku perawat erat kaitannya dengan gaya kepemimpinan supervisor ruang. Kepemimpinan supervisor ruang dapat memberikan pengaruh dalam kualitas kerja seorang perawat. Seperti yang dikatakan Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard Kepemimpinan adalah proses memengaruhi kegiatan individual atau kelompok dalam usaha untuk
mencapai
tujuan
dalam
situasi
tertentu.
Salah
satu
gaya
kepemimpinan yang menjelaskan tentang proses mempengaruhi dan dapat memajukan karyawan adalah gaya kepemimpinan situasional. Seperti halnya gaya kepemimpinan situasional partisipatif yaitu situasi yang terjadi dimana staf memiliki kompetensi yang tinggi namun mereka enggan untuk melakukan pekerjaan tersebut,
dalam
situasi ini pemimpin harus
menunjukkan apa yang harus dikerjakan para staf dan meminta untuk bekerjasama dalam menyelesikan pekerjaan tersebut.
Penelitian Kurniyawati (2009) menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan situasional kepala ruang rawat inap berpengaruh terhadap pelaksanaan pendokumentasian tahap pengkajian dalam asuhan keperawatan perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RS dr. R. Soetijono Blora. Agustian (2016) mengatakan gaya kepemimpinan situasional partisipatif sangat cocok
4 dengan perawat yang ada di RSUD Ulin Banjarmasin. Keadaan yang terjadi saat ini di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin bahwa perawat pelaksana sebenarnya mengetahui bagaimana cara melaksanakan timbang terima yang baik serta mampu untuk melakukannya, akan tetapi mereka tidak mau melaksanakannya sehingga kondisi ini berada dalam situasi ketiga yaitu ”participating” dan supervisor berperan untuk menunjukkan contoh yang baik serta mengarahkan stafnya untuk melaksanakan timbang terima sesuai dengan SPO.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Ulin Banjarmasin, didapatkan data hasil wawancara (Selasa, 10 Oktober 2017) dengan Supervisor Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin menyatakan bahwa timbang terima menganut sistem SP2KP dengan metode moduler dimana timbang terima dipimpin langsung oleh supervisor ruang. Supervisor ruang selalu berusaha memberikan arahan dan pengawasan agar timbang terima berjalan sesuai dengan SPO yang ada, namun pada pelaksanaannya timbang terima masih menemui beberapa kendala, seperti kurangnya motivasi dan kemauan perawat pelaksana, tidak tepatnya waktu pada saat proses timbang terima, validasi ke tempat pasien yang
hanya
di
lakukan
oleh
perawat
yang
berdinas
pagi
dan
pendokumentasian yang sering diabaikan. Hasil wawancara tersebut juga dikuatkan dengan observasi langsung oleh peneliti yang memperoleh data sebanyak 4 dari 6 perawat pelaksana (PP) tidak tepat waktu (terlambat) pada saat mengikuti proses timbang terima di RSUD Ulin Banjarmasin.
Hasil wawancara dengan Supervisor Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin (Kamis, 12 Oktober 2017) didapatkan data terkait faktor
5 predisposisi yaitu pengetahuan tenaga keperawatan sudah banyak mengetahui tentang timbang terima karena tenaga keperawatan yang bekerja di ruang kelas III hampir rata-rata berpendidikan sarjana keperawatan dan Ners serta ruangan yang sering dilibatkan dalam stase manajemen keperawatan. Faktor pemungkin terkait dengan sarana dan prasarana yang mendukung proses timbang terima di RSUD Ulin Banjarmasin sudah mencukupi. Faktor penguat
berupa peran dari
supervisor yang mengikutsertakan perawat pelaksana dalam pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan kepada perawat pelaksana untuk menyampaikan pendapatnya masih terus dilakukan. Pengawasan dan arahan selalu di berikan supervisor kepada perawat pelaksana pada saat proses timbang terima, dibuktikan dengan data observasi dari 5 supervisor, 3 diantaranya mengikuti proses timbang terima pada saat pelaksanaan timbang terima.
Berdasarkan uraian latar belakang yang ada, maka peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dalam penelitian ini peneliti membuat rumusan masalah Apakah terdapat hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin?”
6 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum
penelitian ini adalah mengetahui
hubungan model
kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penilitian ini adalah A. Diidentifikasi karakteristik responden penelitian meliputi jenis kelamin, pendidikan terkahir, status kepegawaian, transportasi yang digunakan, usia, lama bekerja dan jarak rumah ke rumah sakit terkait pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. B. Diidentifikasi model kepemimpinan situasional partisipatif supervisor ruang kepada perawat pelaksana saat mengikuti proses timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. C. Diidentifikasi pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. D. Dianalisis hubungan model kepemimpinan situasional partisipatif supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Menambah
literatur
pembelajaran
khususnya
terkait
manajemen
keperawatan dengan topik model kepemimpinan situasional supervisor ruang dan gambaran pelaksanaan timbang terima.
7 1.4.2 Bagi Rumah Sakit Menambah informasi kepada direktur rumah sakit, bidang keperawatan, staff perawat dan khususnya bagi supervisor terkait pelaksanaan timbang terima dan model kepemimpinan situasional supervisor ruang, sehingga dapat terpacu untuk lebih meningkatkan kualitas kinerjanya. 1.4.3 Bagi Peneliti Menambah tambahan ilmu tentang manajemen keperawatan yang berfokus tentang gambaran timbang terima, gambaran model kepemimpinan situasional supervisor ruang serta hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin.
1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Agustian (2016) tentang “hubungan pemberian reward nonfinansial dengan pelaksanaan timbang terima di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin”. Penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan metode penelitian cross sectional. Hasil penelitian menjelaskan ada hubungan antara pemberian reward nonfinansial dengan pelaksanaan timbang terima. Perbedaan dengan penelitian saat ini adalah variabel bebas, serta tahun penelitiannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniyawati (2009) tentang “hubungan gaya kepemimpinan situasional kepala ruang rawat dengan pelaksanaan pendokumentasian tahap pengkajian dalam asuhan keperawatan perawat pelaksana di ruang rawat inap Rs dr. R. Soetijono Blora. Penelitian ini menggunakan
metode
kuantitatif,
non
eksperimental
yang
bersifat
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini
8 menjelaskan terdapat hubungan signifikan antara gaya kepemimpan situasional kepala ruang rawat dengan pelaksanaan pendokumenatsian tahap pengkajian dalam asuhan keperawatan perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit dr. R. Soetijono Blora. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variable bebas peneliti lebih spesifik kepada model kepemimpinan situasional partisipatif supervisor ruang dan variabel terikat berupa pelaksanaan timbang terima, tempat penelitian dilakukan di Ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin, penelitian yang akan dilakukan tahun 2017.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
2.1.1
Definisi MAKP Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem struktur, proses dan nilai-nilai yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 2001).
2.1.2
Jenis-jenis MAKP Menurut Kron.T & Gray (1997) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu: A. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1–2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002). B. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
9
10 setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002). C. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer Menurut
Gillies
(1989)
perawat
yang
menggunakan
metode
keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4–6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
11 D. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Potter, Patricia 1993). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya yakni memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanakaan proses keperawatan, memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Sedangkan Kelemahannya yakni komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk. (Nursalam, 2002). 2.1.3
Metode pemberian asuhan keperawatan Terdapat 4 metode pemberian asuhan keperawatan yaitu metode fungisonal, metode kasus, metode tim dan metode keperawatan primer (Gillies,
1989).
Dari
keempat
metode
ini,
metode
yang
paling
memungkinkan pemberian pelayanan profesional adalah metode tim dan
12 primer. Dalam hal ini adanya sentralisasi obat, timbang terima, ronde keperawatan dan supervisi (Nursalam, 2002).
2.2
Timbang Terima
2.2.1
Definisi Timbang Terima Timbang terima merupakan suatu proses keperawatan dimana perawat melakukan ganti shift atau jaga dinas dengan cara memberikan informasi (laporan) terkait kondisi pasien kepada perawat yang melakukan dinas selanjutnya sehingga perawat dapat menentukan tindakan dan rencana kerja yang tepat sesuai informasi dan data dokumentasi dari perawat sebelumnya (Elmiyasna, 2011) Standar Prosedur Opersional (SPO) proses timbang terima adalah serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan kegiatan timbang terima, bagaimana dan kapan harus dilakukan, serta dimana dan oleh siapa kegiatan tersebut dilakukan (Kemen PAN-RB,2012).
2.2.2
Tujuan Timbang Terima Nursalam (2011) menjelaskan tujuan umum dan khusus dilaksanakannya proses timbang terima: A. Tujuan Umum Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting. B. Tujuan Khusus 1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus). 2. Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada pasien.
13 3. Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat dinas selanjutnya. 4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya. 2.2.3
Manfaat Timbang Terima Banyak sekali manfaat yang akan didapatkan jika proses timbang terima ini dilakukan dengan benar dan baik, diantaranya (Nursalam, 2011) : A. Bagi Perawat 1. Menyampaikan Kondisi dan keadaan pasien (data fokus). 2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada pasien. 3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya. 4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya. B. Bagi Pasien Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.
2.2.4
Alur Timbang Terima Timbang terima dimulai dari tahap persiapan yaitu menyampaikan kondisi pasien dan diagnosa medis maupun diagnosa perawat yang diangkat. Kegiatan timbang terima dilanjutkan ke tahap pelaksanaan dimana perawat mulai melakukan rencana tindakan serta menyampaikan tindakan mana yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan sampai perawat melihat perkembangan keadaan pasien. Tahap post timbang terima merupakan tahap akhir di mana perawat mengevaluasi kembali apakah masalah teratasi, belum teratasi, atau muncul masalah baru setelah melihat keadaan pasien (Nursalam, 2011).
14
Persiapan Pasien Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Medis Masalah Kolaboratif Rencana Tindakan
Pelaksanaan
Yang akan dilakukan
Yang telah dilakukan Perkembangan Keadaan Pasien
Post timbang terima Masalah : 1. Teratasi 2. Belum teratasi 3. Muncul Masalah Baru
Gambar 2.1 Alur Proses Timbang Terima (Nursalam, 2011)
15 2.2.5
Prosedur pelaksananaan Timbang Terima Pelaksanaan timbang terima terbagi menjadi beberapa langkah yang rutin dilakukan setiap pergantian shif jaga pagi, siang dan malam. Tabel 2.1 SPO Alur timbang Terima RSUD Ulin Banjarmasin dengan motode moduler SP2KP, 2015).
Timbang terima perawat shif pagi Supervisor askep, ketua tim, dan perawat pelaksana dinas pagi datang jam 07.45 WITA untuk serah terima pasien dengan perawat jaga malam. 2 Supervisor, ketua tim dan perawat pelaksana jaga shif pagi beserta perawat jaga shif malam bersama-sama ke kamar pasien melihat keadaan pasien setiap kamar. 3 Perawat jaga shif malam melaporkan keadaan setiap pasien selama dilakukan perawatan pada malam hari disertai dengan dokumentasi askep. 4 Semua perawat yang melakukan timbang terima shif jaga menandatangani format timbang terima shif/jaga perawat. 5 Format timbang terima jaga perawat ditandatangani oleh supervisor ruangan. 6 Supervisor, ketua tim dan perawat pelaksana jaga shif pagi berkoordinasi untuk pelaksanaan tugas lainnya. No Timbang terima perawat shif siang 1 Perawat jaga shif siang datang jam 13.45 WITA. 2 Perawat jaga shif pagi dan perawat jaga shif siang bersama-sama ke kamar pasien melihat keadaan pasien. 3 Perawat jaga shif pagi melaporkan keadaan setiap pasien kepada perawat jaga shif siang 4 Semua perawat yang melakukan timbang terima shif/jaga menandatangani buku serah terima shif/jaga perawat. No Timbang terima perawat shif malam : 1 Perawat jaga shif malam datang jam 20.45 WITA. 2 Perawat jaga shif siang dan perawat jaga shif malam bersama-sama ke kamar pasien untuk melihat keadaan pasien. 3 Perawat jaga shif siang menginformasikan keadaan setiap pasien kepada perawat jaga shif malam. 4 Semua perawat yang melakukan timbang terima shif/jaga menandatangani buku timbang terima/jaga perawat. No 1
Terkait pelaksanaan timbang terima yang ada di RSUD Ulin Banjarmasin, SPO yang dimiliki oleh RSUD Ulin Banjarmasin menyatakan bahwa pelaksanaan timbang terima dipimpin oleh supervisor. Supervisor bertugas memimpin jalannya timbang terima mulai dari membuka (memulai) sampai menutup (mengakhiri) jalannya proses timbang terima. SPO timbang
16 terima yang ada di RSUD Ulin Banjarmasin No.065.A.35.12/AK/RSUDU yang ditetapkan bulan Januari tahun 2015 menjelaskan bahwa format pelaporan proses timbang terima juga ditandatangani oleh supervisor ruangan sebagai seseorang yang memimpin jalannya proses timbang terima. Penjelasan tersebut sesuai dengan Gillies (2000) yang menyatakan bahwa salah satu tugas dari supervisor adalah untuk mengawasi area personal keperawatan serta area untuk pemberian tindakan asuhan keperawatan
salah
satunya
adalah
mengatur
jadwal
dinas
dan
menjalankan proses timbang terima. Nursalam (2011) menyatakan bahwa proses timbang terima dipimpin oleh Kepala Ruangan (KARU) yang bertugas mengatur jadwal dinas serta memberikan perintah kepada perawat pelaksana (PP) dalam menjalankan proses timbang terima. Perbedaan pendapat dari Nursalam dengan yang diterapkan di RSUD Ulin disebabkan karena RSUD Ulin Banjarmasin menggunkan sistem moduler membuat struktur dan tugas keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi wilayah yang ada sehingga Kepala Ruangan (KARU) bertugas untuk mengatur rumah tangga yang ada di ruangan seperti fasilitas, sarana dan prasarana, sedangkan supervisor bertugas untuk mengatur sistem manajerial dan klinis yang ada di ruangan termasuk mengatur dan memimpin pelaksanaan timbang terima. 2.2.6
Prinsip Timbang Terima Frisien; White; & Byers, dalam Triwibobo (2013) memperkenalkan enam standar prinsip timbang terima pasien, yaitu : A. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola timbang terima pasien di klinis. Pemimpin harus
17 memiliki pemahaman yang komprehensif dari proses timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk. B. Pemahaman tentang timbang terima pasien Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien. C. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan timbang terima. D. Waktu timbang terima pasien Mengatur waktu yang disepakati, durasi, dan frekuensi untuk timbang terima pasien, hal ini sangat direkomendasikan sebagai strategi untuk meningkatkan kedisiplinan waktu perawat. E. Tempat timbang terima pasien Timbang terima pasien yang baik harusnya terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien, jika proses timbang terima pasien tidak dapat dilakukan secara tatap muka maka pilihan lain harus dipertimbangkan
untuk
memastikan
timbang
terima
pasien
berlangsung efektif dan aman. Pastikan komunikasi yang efektif dengan memperhatikan tempat timbang terima pasien bebas dari gangguan, misal; kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat komunikasi.
18 2.2.7
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Timbang terima Nursalam (2011) menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses timbang terima yaitu: A.
Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang disepakati.
B.
Dipimpin oleh Kepala Ruang atau yang diberi delegasi.
C.
Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.
D.
Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.
E.
Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematik dan menggambarkan kondisi pasien pada saat ini serta kerahasiaan pasien.
F.
Timbang terima harus berorientasi pada masalah keperawatan pasien, serta
informasi yang diberikan berawal dari masalah
(diketahui setelah melalui tahap pengkajian), baru evaluasi tindakan yang telah dilakukan dan belum dilakukan serta perkembangan setelah dilakukan tindakan. G.
Validasi data dilakukan di dekat pasien, menggunakan volume suara yang pelan dan tegas (tidak berbisik) agar pasien disebelahnya tidak mendengarkan apa yang dibicarakan untuk menjaga privacy pasien, terutama mengenai hal-hal yang perlu dirahasiakan sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat pasien.
H.
Bila ada informasi yang mungkin membuat pasien terkejut sebaiknya jangan dibicarakan didekat pasien tetapi di ruang perawat.
2.3
Kepemimpinan Situasional Kepemimpinan kepemimpinan
situasional yang
merupakan
menyatakan
bahwa
pendekatan keberhasilan
terhadap tugas
19 kepemimpinan tergantung keadaan atau situasi. Situasi adalah suatu hal yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan bagi pemimpin untuk beroprasi (Rewansyah, dikutip dalam Boidi dkk, 2015). Rewansyah, dikutip dalam Boidi (2015) menjelaskan Beberapa model kepemimpinan situasional sebagai berikut : A. Model kepemimpinan kontingensi (Fred E. Fielder) Teori ini mengemukakan bagaiman tindakan pemimpin dalam situasi tertentu memiliki perilaku kepemimpinan yang efektif. Pemimpin dalam memperagakan kepemimpinannya tidak berpedoman pada salah satu pola perilaku dari waktu ke waktu, melainkan berdasarkan pada analisis pemimpin setelah ia mempelajari situasi tertentu, lalu melakukan pendekatan dan mengambil tindakan secara tepat. Kesimpulan model kepemipinan kontingensi dari fielder adalah: Perilaku kepemimpinan efektif tidak berpola pada salah satu gaya tertentu, melainkan dimulai dengan mempelajari situasi pada saat tertentu. B. Model kepemipinan situasional (Hersey and Blanchard) Manajer harus mampu mengidentifikasi isyarat yang terjadi di lingkungan organisasi tetapi kemampuan mendiagnosis belum cukup untuk berperilaku efektif. Manajer harus mampu mengadakan adaptasi perilaku kepemimpinan terhadap tuntutan lingkungan dimana ia memperagakan kepemimpinannya. Perilaku kepemimpinan seseorang dalam menghadapi kelompok secara keseluruhan harus berbeda dengan menghadapi individu anggota kelompok, demikian pula perilaku kepemimpinan manajer dalam menghadapi tiap individu harus berbada tergantung pada tingkat kematangannya.
20
Gambar 2.2 Skema Kepemimpinan Situasional (Hersey and Blanchard)
Situasi kepemimpinan : A. Telling/Directing
Situasi yang terjadi ketika bawahan tidak mampu menjalankan tugas dan tidak mau atau takut mencoba sesuatu yang baru sehingga harus mengarahkan dan memerintahkan apa yang harus dilakukan para staf tersebut. Biasanya terjadi ketika terdapat anggota staf baru yang belum mengetahui sebuah pekerjaan yang harus dilakukannya. B. Selling/Coaching Situasi yang terjadi ketika staf memiliki kompetensi yang kurang, namun mereka memiliki keinginan untuk bekerja yang kuat dan mau
21 mencoba hal-hal yang baru. Dalam hal ini pemimpin berperan memberikan saran. C. Participating/Supporting Situasi yang terjadi dimana staf memiliki kompetensi yang tinggi namun mereka enggan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dalam situasi ini pemimpin harus menunjukkan apa yang harus dikerjakan para staf dan meminta untuk bekerjasama untuk menyelesikan pekerjaan tersebut. D. Delegating/Observing Situasi ini berada pada posisi dimana staf memiliki kompetensi dan juga komitmen yang tinggu untuk menyelesaikan tugas sehingga pemimpin dapat melakukan pendelegasian pekerjaan pada staf. Hal ini menyebabkan pemimpin mengurangi fokusnya pada anggota staf. Seharusnya dalam hal ini pemimpin tetap memberikan dukungan walaupun sedikit karena staf dapat mengerjakan tugasnya sendiri.
2.4
Kepemimpinan Partisipatif Dessler (2002:27) mengatakan bahwa menjadi pemimpin yang partisipatif berarti melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan. Hal ini terutama penting manakala pemikiran kreatif diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks atau membuat keputusan yang akan berdampak pada anggota tim. Adapun definisi kepemimpinan partisipatif menurut Yuki (dalam Husain 2011:12) terdapat empat poin penting yaitu: 1. Mengembangkan dan mempertahankan hubungan 2. Memperoleh dan memberi informasi 3. Membuat keputusan 4. Mempengaruhi orang.
22 Gaya kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya dukungan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan. Gaya pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai “partisipatif” karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya partisipatif ini, pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Dalam aktivitas menjalankan organisasi, pemimpin yang menerapkan gaya ini cenderung berorientasi kepada bawahan dengan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi mereka dengan ketat. Mereka mendorong para anggota untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.
Selain itu gaya ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran bawahan terhadap persoalan-persoalan dan mempengaruhi bawahan untuk melihat perspektif baru. Melalui gaya ini, pemimpin terus merangsang kreativitas bawahan dan mendorong untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah lama. Bawahan didorong untuk berpikir mengenai relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan, harapan, dan bentuk organisasi yang ada. Bawahan didorong untuk melakukan inovasi dalam menyelesaikan
persoalan
dan
berkreasi
untuk
mengembangkan
kemampuan diri, didorong untuk menetapkan tujuan atau sasaran yang menantang. Dengan kata lain, bawahan diberi kesempatan untuk mengekspresikan dan mengembangkan dirinya melalui tugas-tugas yang
23 dihadapinya. Pemimpin gaya partisipatif menunjukkan perilaku dan perhatian terhadap anak buah yang sifatnya individual (individual consideration). Artinya dia bisa memahami dan peka terhadap masalah dan kebutuhan tiap-tiap anak buahnya. Hal ini tercermin dari persepsi anak buah yang merasa bahwa sang pemimpin mampu memahami dirinya sebagai individu. Setiap anak buah merasa dekat dengan pemimpinnya dan merasa mendapat perhatian khusus. Perhatian individual dapat berupa aktivitas
pembimbingan
dan
mentoring,
yang
merupakan
proses
pemberian feedback yang berkelanjutan dan pengkaitan misi organisasi dengan kebutuhan individual sang anak buah. Dengan demikian anak buah akan merasakan pentingnya berusaha dan bekerja semaksimal mungkin atau menunjukkan kinerja yang tinggi karena itu terkait langsung dengan kebutuhannya sendiri. Bawahan lebih merasa memiliki respek terhadap atasan yang kompeten dibandingkan atasan yang lebih mengedepankan aspek struktur. Gaya kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha-usaha seorang pemimpin untuk mendorong dan memudahkan partisipasi oleh orang lain dalam membuat keputusan-keputusan yang tidak dibuat oleh pemimpin itu sendiri. Gaya kepemimpinan partisipatif adalah seorang pemimpin yang mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan (Ranupandojo, 2000:75). Adapun aspek-aspek dalam gaya kepemimpinan partisipatif mencakup konsultasi, pengambilan keputusan bersama, membagi kekuasaan, desentralisasi dan manajemen yang demokratis. Indikator langsung dari adanya kepemimpinan partisipatif ini terletak pada perilaku para pengikutnya yang didasarkan pada persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan yang digunakan (Thoha,2004:46).
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1
Kerangka Konsep Model kepemimpinan situasional partisipatif yaitu situasi yang terjadi dimana staf memiliki kompetensi yang tinggi namun mereka tidak mau untuk melakukan pekerjaan tersebut,
dalam
situasi ini pemimpin harus
menunjukkan apa yang harus dikerjakan para staf dan meminta untuk bekerjasama untuk menyelesikan pekerjaan tersebut.
Timbang terima merupakan suatu proses keperawatan dimana perawat melakukan ganti shift atau jaga dinas dengan cara memberikan informasi (laporan) terkait kondisi pasien kepada perawat yang melakukan dinas selanjutnya sehingga perawat dapat menentukan tindakan dan rencana kerja yang tepat sesuai informasi dan data dokumentasi dari perawat sebelumnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka konsep yang diajukan dalam penelitian ini dapat terlihat pada skema sebagai beriku
24
26
Variabel Independen Model Kepemimpinan Situasional Hersey & Blanchard 1. Telling
Variabel Dependen
v Pelaksanaan Timbang Terima
2. Selling 3. Participating 4. Delegating
Variebel Counfounding Karakteristik Perawat Meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Usia Jenis kelamin Lama bekerja Status kepegawaian Pendidikat terakhir Jarak rumah ke rumah sakit 7. Jenis transportasi yang digunakan Keterangan : = Diteliti = Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Model Kepemimpinan Situasional Supervisor Ruang dengan Pelaksanaan Timbang Terima di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin
3.2
Hipotesis H0 : Tidak ada hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di Ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. Ha : Ada hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima diRuang IRNA kelas III
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah descriptive correlational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan pendekatan cross sectional (Nursalam 2009). Metode penelitian dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu (Hidayat, 2014).
4.2
Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi Populasi merupakan sekumpulan obyek/subyek yang akan dijadikan bahan penelitian dimana bisa berupa orang, benda, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti (Danim, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana (PP) yang berstatus aktif bekerja di Ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin, lulusan D3 sampai Ners, menjabat sebagai PNS maupun BLUD, sudah bekerja > 1 tahun serta bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian.
27
28 Tabel 4.1 Sebaran Jumlah Populasi Penelitian berdasarkan tingkat pendidikan (Ruang IRNA kelas III) Data Perawat di RSUD Ulin Banjarmasin, 2017 No 1 2 3 4 5 6 7
Ruangan D3 20
Tulip Lt. I C (Bedah Umum) Tulip Lt. II A (Anak) Tulip Lt. II C (Jantung) Tulip Lt. III A (Anak) Hemato Tulip Lt. III BC (PDW dan PDP) Seruni (Saraf) – Stroke Center Dahlia (Paru)
Pendidikan S.kep Ners 3 3
Jumlah Populasi 26
10 10 11
1 2 1
1 3 0
12 15 12
27
0
1
28
14
2
4
20
14
0
1
15
Jumlah
128
4.2.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2010). Sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian ini sesuai dengan rumus perhitungan rumus Slovin, yaitu (Nursalam, 2009; Notoatmodjo, 2002): N 1 + 𝑁 (𝑑 2 ) 128 𝑛= 1 + 128 (0,05)2 𝑛 = 98 𝑛=
Keterangan: n : besar sampel minimum N : populasi d2 : tingkat kepercayaan atau tingkat kesalahan (5%)
Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan populasi yang memiliki strata atau tingkatan, dan setiap tingkatan memiliki karakteristik tersendiri serta peneliti menggunakan jenis proporsional dimana jumlah sampel yang diambil dari setiap stara sebanding, sesuai dengan proporsi ukurannya (Siregar, 2014).Perhitungan yang digunakan untuk mengetahui jumlah sampel yang diambil agar proporsional adalah sampel minimum : jumlah populasi (98:128=0,76) (Siregar, 2014).
29 Tabel 4.2 Sebaran Jumlah Sampel Penelitian (Ruang IRNA kelas III) No
1 2 3 4 5 6 7
Ruangan
Pendidikan
Tulip Lt. I C (Bedah Umum) Tulip Lt. II A (Anak) Tulip Lt. II C (Jantung) Tulip Lt. III A (Anak) Hemato Tulip Lt. III BC (PDW dan PDP) Seruni (Saraf) – Stroke Center Dahlia (Paru)
Proporsi D3
Jumlah Sampel S.Kep Ners
S.Kep
Ners
20 10 10 11
3 1 2 1
3 1 3 0
0.76 0.76 0.76 0.76
15 7 7 8
2 1 2 1
2 1 3 0
19 9 12 9
27
0
1
0.76
20
0
1
21
14
2
4
0.76
11
2
3
16
14
0
1
0.76
11
0
1
12
Jumlah
4.3
Total
D3
Instrumen Penelitian Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner pada penelitian ini telah dimodifikasi serta berisi daftar pernyataan yang tersusun dengan sistematis, sehingga responden cukup memberikan jawaban dengan tanda-tanda yang sudah ditentukan peneliti. Kuesioner yang dipakai peneliti dalam penelitian ini meliputi : A. Kuesioner A Kuesioner A berisi identitas perawat secara umum yang berfokus pada karakteristik perawat yang terdiri dari usia, jenis kelamin, lama bekerja, status kepegawaian, pendidikat terakhir, jarak rumah ke rumah sakit, jenis transportasi yang digunakan. B. Kuesioner B Kuesioner B berisi tentang gaya kepemimpinan situasional partisipatif dengan jumlah 14 pernyataan. Interpretasi hasil menggunakan skala likert (1-4) yang terbagi menjadi 4 bagian yakni SL = Selalu, SR = Sering, J = Jarang, TP = Tidak Pernah. Kuesioner ini telah dilakukan uji expert
98
30 dengan tiga praktisi bidang keperawatan yaitu (Praktisi klinik oleh H. Iswantoro, S.Kp., MM dan Praktisi akademik oleh Endang Pertiwiwati, S.Kep., Ns., M.Kes dan Ichsan Rizany, S.Kep., Ns., M. Kep). Instrumen ini telah dilakukan uji validitas oleh peneliti. Skala pengukuran dalam kuesioner B menggunakan skala likert dengan pernyataan yang diberi skor. (Hidayat, 2008) Pernyataan positif :
Pernyataan Negatif :
Selalu
:4
Tidak pernah : 4
Sering
:3
Jarang
:3
Jarang
:2
Sering
:2
Tidak pernah : 1
Selalu
:1
Untuk klasifikasi dihitung dalam nilai skor. Nilai skor tertinggi : 4 x 12 = 48 Nilai skor terendah : 1 x 12 = 12 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 48−12 = 2 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
Rentang =
18
Jadi kategori sikap perawat yang kurang tepat memiliki nilai < 30 dan termasuk sikap perawat tepat jika memiliki nilai 30 - 48 C. Kuesioner C Kuesioner C berisi tentang pelaksanaan timbang terima dengan jumlah 14 pernyataan. Interpretasi hasil menggunakan skala likert (1-4) yang terbagi menjadi 4 bagian yakni SL = Selalu, SR = Sering, J = Jarang, TP = Tidak Pernah. Kuesioner ini peneliti modifikasi dari SPO pelaksanaan timbang terima RSUD Ulin Banjarmasin yang sudah baku. Skala pengukuran dalam kuesioner C menggunakan skala likert dengan pernyataan yang diberi skor. (Hidayat, 2008).
31 Pernyataan positif :
Pernyataan Negatif :
Selalu
:4
Tidak pernah : 4
Sering
:3
Jarang
:3
Jarang
:2
Sering
:2
Tidak pernah : 1
Selalu
:1
Untuk klasifikasi dihitung dalam nilai skor. Nilai skor tertinggi : 4 x 14 = 56 Nilai skor terendah : 1 x 14 = 12 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 56−14 = 2 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
Rentang =
21
Jadi kategori sikap perawat yang kurang tepat memiliki nilai < 35 dan termasuk sikap perawat tepat jika memiliki nilai 35 - 56 4.3.1
Uji Validitas dan Reliabilitas A. Validitas Validitas merupakan indeks yang menunjukkan alat ukur yang dipakai benar-benar mengukur apa yang diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengungkapkan data dari variebel secara tepat (Notoatmodjo, 2012 ; Arikunto, 2010). B. Reliabilitas Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan hal ini berarti menujukkan sejauh mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten. Instrumen yang sudah dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Notoatmodjo, 2012 ; Arikunto, 2010).
32 4.4
Variabel Penelitian Variabel bebas dari penelitian ini adalah model kepemimpinan situasional supervisor Ruang. Variabel terikat pada penelitian ini berupa pelaksanaan timbang terima di Ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin.
4.5
Definisi Operasional Tabel 4.3 Definisi Opersional Penelitian
Variabel Penelitian
Definisi / Keterangan
Parameter
Alat Ukur
Model kepemimpinan situsasional partisipatif supervisor
Persepsi perawat terhadap cara pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan
1. Komunikasi dua arah 2. Pengambilan keputusan bersama 3. Saling tukar menukar ide
Kuesioner B dengan jumlah 12 item pernyataan, menggunakan skala likert dengan pilihan: SL = Selalu SR = Sering J = Jarang TP = Tidak Pernah.
Pelaksanaan Timbang Terima
Persepsi perawat terhdapap langkahlangkah yang harus dilaksanakan oleh perawat saat proses timbang terima terjadi sesuai dengan SPO rumah sakit.
1. Kedisiplinan waktu 2. Validasi ketempat pasien 3. Melaporkan keadaan pasien 4. pendokumen tasian
Kuesioner C dengan jumlah 14 item pernyataan dengan pilihan: SL = Selalu SR = Sering J = Jarang TP = Tidak Pernah.
Hasil Ukur
1. Tepat (jika skor jawaban ≥ 30)
Skala Data
Ordinal
2. Kurang Tepat (jika skor jawaban < 30)
1. Baik (jika skor jawaban ≥ 35 ) 2. Kurang (jika skor jawaban < 35)
Ordinal
33 4.6
Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin dengan prosedur sebagai berikut: A. Tahap Persiapan Perizinan untuk penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti, yaitu permohonan izin pengambilan data awal atau yang disebut studi pendahuluan dari PSIK FK UNLAM. Tahap selanjutnya permohonan izin pengambilan data sebagai data studi pendahuluan penelitian dari RSUD Ulin Banjarmasin ke Bidang Diklit Non Medik RSUD Ulin Banjarmasin dengan tembusan Direktur Utama. Proses perizinan telah selesai dan studi pendahuluan bisa dilakukan sesuai waktu kesepakatan. Peneliti selesai melakukan studi pendahuluan dan melanjutkan ketahap penelitian. Setelah peneliti mendapatkan persetujuan “Uji Etik Penelitian” dari Komisi Etik Kesehatan FK UNLAM, peneliti mengurus permohonan izin penelitian dari RSUD Ulin Banjarmasin ke Bidang Diklit Non Medik RSUD Ulin Banjarmasin dengan tembusan Direktur Utama dan Unit Ruang Rawat Inap serta Komite Ethical Clearance Keperawatan RSUD Ulin Banjarmasin. Peneliti kemudian melakukan kunjungan awal ke tempat penelitian dengan membawa surat izin penelitian untuk melaporkan rencana penelitian dan menjelaskan tujuan serta teknis pelaksanaannya. B. Tahap Pelaksanaan Sesuai dengan tujuan penelitian yang ditetapkan oleh peneliti, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang dibagikan oleh peneliti kepada sampel
34 yang telah ditetapkan. Pengisian Kuesioner dilakukan di semua ruangan rawat inap kelas III RSUD Ulin Banjarmasin yang telah sesuai dengan kriteria peneliti dengan total 7 dari 9 ruangan yang ada yakni Ruang Tulip Lt. I C (Bedah Umum), Tulip Lt. II A (Anak), Tulip Lt. II C (Jantung), Tulip Lt. III A (Anak-Hematologi), Tulip Lt. III BC (PDW dan PDP), Seruni (Saraf)-Stroke Center, dan Ruang Dahlia (Paru) dengan total populasi sebanyak 128 perawat pelasana (PP), kemudian peneliti menentukan sampel minimum menggunakan rumus Slovin dan menggunakan teknik Stratified Random Sampling agar pengambilan sampel dari 128 populasi perawat pelaksana (PP) dapat adil dan sesuai proporsi masing-masing, sehingga didapatkan total sampel sebanyak 90 perawat pelaksana.
Ruang Tulip Lt. I AB (Mata, THT, Ortopedi) tidak dapat dijadikan sampel dalam penelitian karena ruang tersebut telah dijadikan peneliti sebagai tempat uji validitas kuesioner penelitian serta ruangan tersebut memiliki keterbatasan jumlah staf perawat dan proses timbang terima yang masih tidak rutin dilaksanakan sehingga akan menjadi kendala dalam pengambilan data penelitian, sedangkan untuk Ruang Tulip Lt. II B (Obstetri-Ginekologi) tidak dapat dijadikan sampel dalam penelitian karena semua tenaga staf yang bekerja berprofesi sebagai bidan.
4.7
Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
4.7.1 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dan pengolahan data dilakukan agar data yang relevan bisa tersaji dalam penelitian. Teknik pengumpulan data berasal dari data primer, yaitu data yang diperoleh dengan menggunakan lembar kuesioner
35 dari pertanyaan kepada responden oleh peneliti. Data yang terkumpul kemudian dilanjutkan ke tahap pengolahan data. 4.7.2 Pengolahan Data Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan cara editing, coding, entry data dan tabulating data. A. Editing adalah cara untuk memeriksakan kembali kebenaran data dan kelengkapan data yang diperoleh melalui pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Pada tahapan editing ini peneliti melakukan pengecekkan ulang data yang telah didapat saat observasi. B. Coding adalah langkah pemberian kode-kode terhadap data yang telah didapatkan selama penelitian. Peneliti melakukan coding dengan tujuan untuk mengkonversikan data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok agar memudahkan dalam proses analisis data. C. Entry data merupakan proses memasukkan data ke komputer dengan melakukan aplikasi program statistik. D. Cleaning merupakan peroses pengecekan ulang data yang telah di entry E. Tabulating data adalah mengklasifikasikan data sesuai dengan kriteria.
4.8
Cara Analisis Data
4.8.1 Univariat Analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel counfounding meliputi a. Usia, b. Jenis Kelamin, c. Lama bekerja, d. Status Kepegawaian, e. Pendidikan terakhir, f. jarak rumah ke rumah sakit, dan g. Jenis transportasi yang digunakan.
36 4.8.2 Bivariat Analisis bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat pada penelitian. A. Model Kepemimpinan Situasional Supervisor dibagi dalam jawaban “tepat”, dan “kurang tepat”. B. Pelaksanaan timbang terima dibagi dalam jawaban “baik” dan “kurang”. Perhitungan statistik untuk data penelitian ini menggunakan program aplikasi statistik yang terdapat dalam komputer dengan uji Chi Square karena variabel yang diteliti menghasilkan data yang bersifat kategori dengan skala data dari keduanya yang sama yaitu berupa ordinal. Skala data ordinal yaitu data kategorik yang menyatakan bahwa kategori yang satu lebih baik dari kategori yang lainnya atau dengan kata lain kategori yang memiliki urutan tertentu sehingga peneliti memberi coding berupa angka contohnya seperti coding (2) untuk jawaban “baik” dan (1) untuk jawaban “kurang” yang menandakan bahwa jawaban “baik” lebih baik dari pada “kurang”. Penggunaan uji Chi Square harus memenuhi beberapa syarat : a. Sampel dipilih secara acak b. Semua pengamatan dilakukan dengan independen c. Setiap sel memiliki frekuensi harapan tidak boleh < 5 dan tidak melebihi 20% dari total sel d. Besar sampel sebaiknya > 40 Jika tidak memenuhi syarat dari uji Chi Square maka rumus harus diganti dengan uji Fisher Exact.
4.9
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin, dimulai dari tanggal 15 Desember - 3 Januari 2018.
37 4.10 Etika Penelitian Etika penelitian yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (Hidayat, 2014): A. Lembar Persetujuan Responden Lembar persetujuan diserahkan kepada responden agar responden memahami maksud dan tujuan dari penelitian. Responden yang setuju harus menandatangani lembar persetujuan sebagai objek dalam penelitian. B. Tanpa nama (Anonimity) Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan. C. Kerahasiaan (confidentiality) Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian. D. Hak untuk menolak (Otonomy) Peneliti tidak memaksa jika responden tidak mau mengikuti penelitian dan responden bebas menentukan pilihannya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. E. Berbuat baik (Beneficience) Peneliti akan berbuat baik kepada responden dengan cara menjelaskan prosedur penelitian kepada responden dan menjelaskan manfaat penelitian yang akan dilakukan serta peneliti akan memberikan reward kepada responden atas partisipasinya dalam penelitian ini.
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan yaitu untuk mengetahui hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan pengisian kuesioner yang dilakukan responden. Subjek penelitian ini adalah perawat pelaksana yang ada di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin dengan jumlah 98 responden menjadi 90 responden dikarenakan 3 orang sedang tugas belajar dan 5 orang cuti kerja. 5.1
Analisis Univariat
5.1.1
Karakteristik Responden Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik responden meliputi usia, lama bekerja, jarak rumah dari rumah sakit, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status kepegawaian dan alat transportasi yang digunakan. Karakteristik responden dibagi menjadi dua berdasarkan jenis data yaitu data numerik (usia, lama bekerja, jarak rumah ke rumah sakit dalam bentuk mean, standar deviasi, nilai minimal-maksimal, dan CI) dan data kategorik (jenis kelamin, pendidikan terakhir, status kepegawaian dan alat transportasi yang digunakan) disajikan dalam bentuk presentasi dan frekuensi. Hasil analisis univariat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
38
39 Tabel 5.1 Sebaran karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin, pendidikan terakhir, status kepegawaian, dan alat transportasi yang digunakan (n=90) No 1
2
3
4
Karakteristik Responden Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Pendidikan Terakhir a. DIII b. DIV c. S1 Kep d. Ners Status Kepegawaian a. PNS b. BLUD Alat Trasportasi yang Digunakan a. Jalan kaki b. Sepeda c. Motor d. Mobil e. Angkutan Umum
Frekuensi (n=90)
Persentase (%)
20 70
22,2% 77,8%
71 0 8 11
78,9% 0% 8,9% 12,2%
28 62
31,1% 68,9%
0 0 84 6 0
0% 0% 93,3% 6,7% 0%
Tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden terkait jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kepegawaian dan jenis transportasi yang digunakan, bahwa sebaran jenis kelamin didominasi oleh perempuan sebanyak 70 responden (77,8%) dan untuk tingkat pendidikan terakhir kebanyakan masih berpendidikan D3 sebanyak 71 responden (78,9%), selanjutnya terkait status kepegawaian untuk PNS sebanyak 28 responden (31,1%) dan BLUD sebanyak 62 responden (68,9%) serta yang terakhir yaitu data terkait jenis alat transportasi yang digunakan yang kebanyakan menggunakan motor untuk berangkat ke tempat kerja sebanyak 84 responden (94,3%). Tabel 5.2 Sebaran karakteristik responden penelitian berdasarkan usia, lama bekerja, dan jarak dari rumah ke rumah sakit (n=90) No 1 2 3
Karakteristik responden Usia (tahun)
Mean
Lama bekerja (tahun) Jarak dari rumah ke rumah sakit (km)
7,36
31,05
6,42
Median
Standar Deviasi
MinimumMaksimum
30,00
5.995
23-46
7,00
4.701
2-20
5,00
6.191
1-32
95% CI 29,7932,31 6,3828,351 5,1257,719
40 Tabel 5.2 menunjukkan karakteristik responden terkait usia, lama kerja dan jarak dari rumah ke rumah sakit, bahwa perawat pelaksana sebagai responden dalam penelitian memiliki umur rata-rata 31 tahun dengan usia termuda yaitu 23 tahun dan tertua dengan usia 46 tahun. Data lain terkait masa kerja/lama waktu bekerja dari semua responden penelitian rata-rata sudah bekerja selama 7 tahun dengan masa kerja paling singkat selama 2 tahun dan masa kerja terlama yaitu 20 tahun. Data analisis univariat yang terkait jauhnya jarak (satuan km) dari rumah tempat tinggal ke rumah sakit dari semua data responden rata-rata memiliki jarak tempuh sejauh 6,5 km, dengan rentang jarak terdekat yaitu 1 km dan jarak yang paling jauh yaitu 32 km. 5.1.2
Model
Kepemimpinan
Situasional
Supervisor
Ruang
dan
Pelaksanaan Timbang Terima yang Ada di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk melihat apakah supervisor yang memimpin proses timbang terima menggunakan model kepemimpinan situasional partisipatif kepada perawat pelaksana saat melaksanakan proses timbang terima. Terkait pelaksanaan timbang terima peneliti juga melihat apakah pelaksanaan timbang terima yang perawat lakukan sudah sesuai dengan SPO yang dimiliki oleh RSUD Ulin Banjarmasin.
41 Tabel 5.3 Gambaran Model Kepemimpinan Situasional Supervisor Ruang dan Pelaksanaan Timbang terima (n=90). No 1
2
Variabel Penelitian Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif a. Tepat b. Kurang Tepat
Frekuensi (n)
Prosentase (%)
71 19
78,9% 21,1%
56 34
62,2% 37,8%
Pelaksanaan Timbang Terima a. Baik b. Kurang
Data responden terkait model kepemimpinan situasional supervisor ruang berupa kepemimpinan partisipatif yang tepat diterapkan supervisor kepada perawat
pelaksana
saat
proses
timbang
terima
dilakukan.
Hasil
menunjukkan bahwa dari 90 perawat pelaksana, sebanyak 71 (78,9%) perawat yang diterapkan supervisor berupa kepemimpinan partisipatif yang tepat
oleh
supervisor
timbang
terima.
Selanjutnya
terkait
proses
pelaksanaan timbang terima yang perawat lakukan dari total 90 responden, didapatkan data sebanyak 56 responden (62%) sudah melaksanakan proses timbang terima dengan baik.
5.2
Analisis Bivariat Analisis bivariat meggunakan uji Chi Square (Continuity Correction) karena data berbentuk 2x2 dan di dalam sel tidak ditemukan nilai harapan kurang dari 5 responden serta melebihi 20% dari jumlah total sel. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari variabel independen (bebas) dan dependen (terikat). Peneliti menggunakan tingkat signifikan α=0.05 sehingga tidak ada hubungan antara kedua variabel jika p value > 0.05, dan ada hubungan antara kedua variabel jika p value < 0,05. Berikut adalah tabel cross tabulasi antara model kepemimpinan situasional supervisor ruang
42 dengan pelaksanaan timbang terima di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. Tabel 5.4 Hubungan Model Kepemimpinan Situasional Supervisor Ruang dengan Pelaksanaan Timbang Terima di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin (n=90).
Variabel Model Kepemimpinan Situasional Supervisor Ruang
Tepat Kurang Tepat
Pelaksanaan Timbang Terima Baik Kurang n (%) n (%) 50 21 (70,4%) (29,6%)
n (%)
P Value
71 (100%)
6 (31,6%)
13 (68,4%)
19 (100%)
56 (100%)
34 (100%)
90 (100%)
0,005
Tabel 5.4 di atas menerangkan bahwa ada hubungan antara model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima dengan jumlah 90 responden. Hasil perhitungan didapatkan bahwa P Value = 0,005 < 0,05 menyatakan Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara
model
kepemimpinan
situasional
supervisor
ruang
dengan
pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin.
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1
Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 90 orang perawat pelaksana di ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. Perawat yang bekerja di ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin mempunyai karakter yang berbeda dan dibagi dalam beberapa data karakteristik baik pada usia, jenis kelamin, lama bekerja, status kepegawaian, pendidikan terakhir, jarak dari rumah ke rumah sakit, dan jenis transportasi yang digunakan.
6.1.1 Usia Hasil analisis univariat yang dilakukan peneliti, didapatkan pada responden penelitian bahwa perawat pelaksana di ruangan memiliki rata-rata usia 31 tahun, dengan rentang usia berkisar antara 23 sampai 46 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian Yanti (2013) yang mengatakan bahwa karakteristik perawat berdasarkan usia yaitu berusia kurang dari 32 tahun atau sekitar 53,8%.
Siagian dalam Hartani (2013) berpendapat bahwa usia memiliki ikatan erat dengan
berbagai
segi
kehidupan.
Usia
dapat
dikaitkan
dengan
bertambahnya usia maka individu tersebut akan semakin memiliki tingkat keterampilan yang baik dalam melaksanakan tugas, pemikiran dewasa dan pengalaman yang bertambah serta rasa tanggung jawab yang kuat. Seiring dengan pendapat Triwidyawati (2013) menyatakan semakin tinggi usia seseorang maka dalam proses berpikir dalam bekerja dan melakukan tindakan di rumah sakit akan lebih matang dan cepat tanggap dalam tindakan. Jati (2015) dan Hartanti (2013) mengatakan bahwa usia produktif 43
44 sesorang itu berkisar (15-64 tahun) yang merupakan rentang usia yang identik dengan idealisme tinggi dan meningkatkan semangat kerja sehingga mendukung dalam pelaksanaan tugas yang diberikan juga dalam mencapai kinerja yang berkualitas. Kemenkes RI (2013) menyatakan terkait dari usia produktif yaitu usia dengan rentang 15-59 tahun. Sesuai dengan hal tersebut, bahwa perawat pelaksana di ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin rata-rata masuk ke dalam kategori usia produktif tentunya hal ini dapat mendukung kinerja perawat pelaksana di ruangan dan tetap menjaga kedisplinan serta kualitas dalam bekerja untuk memberikan hasil yang memuaskan dalam pelaksanaan timbang terima. 6.1.2 Jenis Kelamin Karakteristik perawat pelaksana dalam penelitian sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan sebanyak 70 responden (77,8%) dibandingkan laki-laki yang berjumlah 20 responden (22,2%). Hasil ini seiring dengan penelitian Hartanti yang mengatakan bahwa jenis kelamin perawat didominasi oleh perempuan dengan hasil dari 69 responden, 60 responden (87%) berjenis kelamin perempuan. Ilyas dalam Yanti (2013) berpendapat bahwa pekerjaan perawat masih banyak diminati oleh kaum perempuan dibandingkan laki-laki karena keperawatan masih diidentikkan dengan pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan sifat perempuan yang lebih lembut, sabar dan peduli. Penelitian ysang dilakukan oleh setiyaningsih (2013) menyatakan bahwa dari total 66 perawat pelaksana, 55 perawat (83,3%) berjenis kelamin perempuan dan 11 perawat (16,7%) berjenis kelamin laki-laki. Perbedaan jenis kelamin dapat memberikan pengaruh kualitas kinerja perawat yang dibuktikan dengan data bahwa perawat pelaksana yang berjenis kelamin perempuan memiliki kinerja yang lebih baik
45 sebesar (67,3%) dibandingkan perawat yang berjenis kelamin laki-laki (63,6%) (Setiyaningsih, 2013). 6.1.3 Lama Kerja Karakteristik perawat pelaksana terkait lama kerja di dalam penelitian dengan hasil rata-rata lama kerja sekitar 7 tahun dengan rentang masa kerja antara 2-20 tahun. Siagian dikutip dalam Hartanti (2013) menyatakan bahwa lama kerja adalah lama waktu perawat bekerja yang diukur dari hari pertama masuk kerja sampai saat ini. Pengalaman kerja juga ikut berperan dalam menentukan kualitas kinerja perawat. Semakin lama masa kerja perawat maka kualitas kinerjanya akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan kondisi pekerjaan yang ada. Masa kerja turut menentukan bagaimana perawat menjalankan fungsi sehari-hari. Semakin lama seorang perawat bekerja, maka keterampilan dan pengalamannya juga akan meningkat.
Penelitian Setyaningsih (2013) tentang hubungan lama kerja dengan kinerja perawat didapatkan hasil (67,9%) perawat dengan kategori lama kerja < 5 tahun dan (65,8%) perawat dengan kategori lama kerja ≥ 5 tahun. Penelitian lain yang dilakukan Sofia & Purbadi (2006) didapatkan hasil perawat dengan masa kerja lebih dari 3 tahun memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan perawat yang memiliki masa kerja kurang dari 3 tahun. 6.1.4 Status Kepegawaian Status kepegawaian perawat pelaksana yang dijadikan sebagai sampel penelitian dengan status PNS sebanyak 28 responden (31,1%) dan BLUD sebanyak 62 responden (68,9%). Strauss & Sayles, dikutip dalam Hartanti (2013) menjelaskan bahwa status kepegawaian adalah tanda dari kadar penghargaan, pengakuan, dan penerimaan yang diberikan kepada
46 seseorang, karena status merupakan hal yang terpenting bagi banyak orang, maka biasanya seseorang akan bekerja keras untuk mendapatkannya.
Hasil ini seiring dengan penelitian Yuningsih (2015) mengatakan dari total 30 responden, perawat yang bekerja dengan status sebagai BLUD sebanyak 19 responden (63,3%) sedangkan perawat yang berstatus sebagai PNS sebanyak 11 responden (36,7%). Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Hartanti (2013) yang mengatakan dari
total 69 perawat yang dijadikan
responden penelitian lebih banyak yang berstatus sebagai PNS yaitu sebesar 54 responden (78,3%). 6.1.5 Tingkat Pendidikan Perawat pelaksana yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian paling banyak berpendidikan DIII dengan total 71 responden dengan persentase perawat DIII (78,9%). Hasil ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyaningsih (2013) dimana dari 66 responden, 63 responden
(95,5%)
berpendidikan
DIII
dan
3
responden
(4,5%)
berpendidikan S1 Kep. Penelitian lain yang dilakukan Hanna (2016) tentang hubungan tingkat pendidikan dan lamanya kerja dengan kinerja perawat dirumah sakit umum kabupaten sorong didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan perawat dirumah sakit umum kabupaten sorong, yang terbanyak adalah tingkat pendidikan DIII dan S1 Kep.
Murtianingarum (2015) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dari 40 perawat yang dijadikan responden dalam penelitian, tingkat pendidikan tertinggi yaitu DIII sebanyak 28 perawat (70%) diikuti S1/Ners sebanyak 8 perawat (20%), DIV sebanyak 3 perawat (7,5%) dan SPK 1 perawat (2,5%). Hasil ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan perawat sampai saat ini
47 masih didominasi oleh perawat dengan pendidikan DIII. Notoadmojo dikutip dalam Yanti (2013) menjelaskan bahwa perawat dengan tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai kualitas kinerja yang berbeda pula karena semakin tinggi tingkat pendidikannya maka kemampuan secara kognitif dan keterampilan akan meningkat. 6.1.6 Jarak dari Rumah ke Rumah Sakit Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata jarak yang harus ditempuh oleh perawat saat ingin berangkat ke rumah sakit adalah sekitar 6,5 km setiap harinya dengan rentang jarak mulai dari yang terdekat yaitu 1 km dan jarak terjauh yaitu 32 km. Jarak tempuh yang jauh dapat berpengaruh terhadap keoptimalan dalam bekerja karena dapat mengakibatkan kelelahan saat diperjalan dan saat tiba di tempat kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Desyariani (2008) menyatakan bahwa jarak tempuh yang jauh dan memakan waktu yang lebih lama atau sekitar 2 jam akan mengalami kelelahan dengan frekuensi sebanyak (65,2 %). 6.1.7 Alat Transportasi yang Digunakan Hasil analisis menunjukkan bahwa dari total 90 responden dalam penelitian, 84 responden (93,3%) menggunakan alat transportasi motor untuk berangkat bekerja ke rumah sakit, dan 6 responden (6,7%) yang menggunakan jenis transportasi mobil untuk berangkat bekerja ke rumah sakit.
Hapsari (2013) menyatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi jarak tempuh perawat ke tempat kerja salah satunya adalah sarana yang digunakan yakni berupa alat transportasi, sehingga hasil analisis terkait jarak tempuh ini akan dipengaruhi juga oleh alat transportasi yang digunakan agar ketepatan dan kedisiplinan dalam bekerja tetap bisa dipertahankan. Jauh
48 dekatnya jarak tempuh dapat mempengaruhi terhadap kondisi perawat terutama dalam bekerja karena jika semakin jauh jarak yang ditempuh dari tempat tinggal ke rumah sakit maka semakin banyak waktu dan tenaga yang dikeluarkan.
Setiawan (2013) mengatakan bahwa motor menjadi alat transportasi yang paling favorit digunakan oleh masyarakat. Sebagai sarana transportasi yang paling favorit disebabkan karena keunggulan motor dalam hal biaya bahan bakar, biaya perawatan, efisiensi waktu perjalanan, kenyamanan serta praktis dan mampu untuk menerobos kemacetan yang terjadi di jalan raya.
6.2
Model Kepemimpinan Situasional Supervisor Ruang Hasil analisis terkait model kepemimpinan situasional supervisor ruang menunjukkan bahwa dari 90 perawat pelaksana, sebanyak 71 (78,9%) perawat yang diterapkan supervisor berupa kepemimpinan partisipatif yang tepat oleh supervisor timbang terima. Hasil penelitian yang didapatkan untuk model kepemimpinan situasional partisipatif supervisor ruang tidak sepenuhnya tepat. Model kepemimpinan situasional supervisor ruang yang dipersepsikan perawat dengan jawaban selalu dan sering untuk pertanyaan supervisor berdiskusi dengan anggota timbang terima terkait pelaksanaan timbang terima
sebesar 77,8%, pertanyaan supervisor melakukan pola
komunikasi dua arah (dalam hal ini supervisor lebih banyak mendengarkan anggota timbang terima) sebesar 80%.
Hasil penelitian ini seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Ainun bahwa bawahan akan merasa termotivasi dalam bekerja ketika adanya pengaruh penerapan gaya kepemimpinan partisipatif yang baik dalam
49 perusahaan, hal ini dikarenakan pemimpin mengajak bawahan untuk merumuskan tujuan bersama, pemimpin melakukan komunikasi yang baik dengan bawahan, serta pemimpim memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berdiskusi (dalam hal ini pengambilan keputusan melibatkan bawahan).
Penelitian Kurniyawati (2009) menyatakan dari 50 responden bahwa gaya kepemimpinan situasional kepala ruang rawat inap di RS dr. Soetijono Blora berada pada kategori cukup efektif dalam pelaksanaan pendokumentasian tahap pengakajian asuhan keperawatan sebanyak 42 responden (84%). Kondisi yang ada di Rs dr. soetijono Blora menunjukan bahwa kepala ruang memiliki model kepemimpinan situasional dalam rentang R2 dan R3, dimana bawahan mampu tapi tidak mau dalam menjalankan tugasnya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kadek (2014) menyatakan bahwa dari 68 perawat yang ada, gaya kepemimpinan kepala ruang yang mempunyai gaya kepemimpinan partisipatif sebagian besar perawat memiliki kinerja dengan kategori baik yaitu 8 orang (11,8%) dan kategori cukup 3 orang (4,4%).
6.3
Pelaksanaan Timbang Terima Proses pelaksanaan timbang terima yang ada di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin menyatakan bahwa dari total 90 perawat, sebanyak 56 perawat (62,2%) melaksanakan timbang terima dengan baik. Pelaksanaan timbang terima yang terjadi di RSUD Ulin Banjarmasin masih belum bisa dikatakan sepenuhnya baik karena perawat pelaksana masih ada yang tidak mematuhi pelaksanaan timbang terima sesuai dengan SPO yang telah ditetapkan. Peneliti berasumsi bahwa perawat pelaksana dalam
50 pelaksanaan timbang terima masih menyesuaikan dengan perilaku dan kebiasaan sehari-hari sehingga tidak terlaksananya proses timbang terima dengan baik dan benar oleh sebab itu perlu adanya peran supervisor untuk memberikan supervisi yang optimal agar dapat meningkatkan mutu pelaksanaan
timbang
terima.
Pelaksanaan
timbang
terima
yang
dipersepsikan perawat dengan jawaban selalu dan sering untuk pertanyaan supervisor askep, ketua tim, dan perawat pelaksana dinas pagi datang jam 07.45 wita untuk serah terima dengan perawat malam sebesar 84,4% yang artinya perawat dapat dikatakan cukup disiplin dalam memulai waktu serah terima pasien dengan perawat yang berdinas malam. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kristanto (2013) yang menyatakan sebagian besar kepala ruang atau ketua tim memberikan reward ucapan terima kasih kepada perawat pelaksana dapat meningkatkan kedisiplinan waktu dalam memulai proses timbang terima.
Hasil lain yang didapatkan pada pelaksanaan timbang terima di RSUD Ulin pada
item
pertanyaan
pendokumentasian,
didapatkan
hasil
pendokumentasian shift pagi perawat pelaksana mempersepsikan jarang 24 (26,7%), shift siang 36 (41%), shift malam 49 (54%). Peneliti berasumsi bahwa pendokumentasian shift pagi lebih baik dibandingkan dengan shift siang dan shift malam dikarenakan pada shift siang dan shift malam tidak adanya pengawasan dan pengarahan dari supervisor. Hasil ini sejalan dengan penelitian Yanti (2013) yang menyatakan bahwa supervisi sangat diperlukan guna memperbaiki pendokumentasian keperawatan. Monitoring yang dilakukan pimpinan secara langsung secara berkala dapat memicu perawat untuk dapat bekerja lebih baik. Kemampuan manager keperawatan dalam hal ini kepala ruang atau supervisor ruang diharapkan mampu
51 menjalankan fungsi pengawasan dan pengarahan melalui supervisi yang baik agar menjamin mutu pendokumentasian keperawatan. Penelitian Prayitno (2017) menyatakan hasil pelaksanaan timbang terima (operan) yang ada di ruang rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta didapatkan data kategori cukup sebesar 60 % dan 40 % dalam kategori baik.
Emilyasna (2011) menyatakan dari hasil observasi pelaksanaan timbang terima di RSUP Dr. Djamil Padang pada pergantian shift malam – pagi yang dilakukan dalam tiga kali observasi didapatkan hasil tidak ada dilaksanakan dengan efektif dengan rata-rata presentase 69,9%. Pada pergantian shift malam ke pagi pada observasi pertama tidak efektif disebabkan karena pada saat melakukan timbang terima ada beberapa kegiatan dalam prosedur timbang terima yang dilaksanakan tidak sempurna, sedangkan efektifitas suatu pekerjaan itu sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran atau dapat dikatakan bahwa efektifitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya (Alim, 2010).
Agustian (2016) mengatakan pemberian reward nonfinancial diyakini dapat memengaruhi kinerja perawat dalam proses pelaksanaan timbang terima. Reward nonfinancial masih dianggap sesuatu yang biasa namun terkadang lupa untuk dilakukan, tetapi akan menjadi hal yang luar biasa apabila dilakukan pada saat yang tepat. Hal ini dibuktikan sebanyak 82% perawat pelaksana diberikan reward nonfinansial berupa pujian oleh supervisor
52 timbang terima dan sebanyak 56% perawat sudah melaksanakan proses timbang terima dengan baik.
Nursalam (2014) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan timbang terima ada beberapa hal yang dapat menyebabkan timbang terima tidak berjalan efektif seperti data pasien yang tidak ditulis disecarik kertas sehingga kadang hilang saat akan dilaporkan, kurang disiplinnya waktu perawat saat melakukan
timbang
terima,
dan
kesulitannya
perawat
melakukan
pendokumentasian timbang terima yang benar karena formatnya kurang sistematis.
6.4
Hubungan Model Kepemimpinan Situasional Supervisor Ruang dengan Pelaksanaan Timbang Terima di Ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin Hasil analisis bivariat dalam penelitian menunjukkan bahwa p value < tingkat signifikan (0,005 < 0,05) yang menyatakan ada hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. Peneliti berasumsi perawat
pelaksana mempersepsikan
supervisor
ruang
IRNA telah
menerapkan kepemimpinan partisipatif yang tepat dengan persentase 71 (78,9%) dan pelaksanaan timbang terima dengan persentase 56 (62,2%) dapat disimpulkan bahwa semakin tepat model kepemimpinan partisipatif yang diterapkan supervisor, maka semakin baik pelaksanaan timbang terima. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Kurniyawati (2009) yang meneliti tentang hubungan gaya kepemimpinan situasional kepala ruang rawat dengan pelaksanaan pendokumentasian tahap pengkajian dalam asuhan keperawatan perawat pelaksana, didapatkan p value = 0,008
53 (p<0.05) yang berarti ada hubungan antara gaya kepemimpinan situasional kepala ruang rawat dengan
pelaksanaan pendokumentasian tahap
pengkajian dalam asuhan keperawatan perawat pelaksana.
Pelaksanaan timbang terima yang baik juga akan berdampak pada keselamatan pasien dan jauh dari kerugian atau masalah, karena keakuratan informasi yang disampaikan saat pelaksanaan timbang terima dapat menghasilkan tindakan yang tepat sesuai dengan masalah yang dialami pasien. Manopo (2013) mengatakan kategori kurang baik mengenai penerapan timbang terima pasien oleh responden ada 36,7% dan kategori baik ada 63,3%. Data pada penerapan keselamatan pasien
28,3%
responden yang termasuk pada kategori kurang baik dan ada 71,7% responden yang termasuk pada kategori baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan p=0,000 (α<0,05) yang menyatakan adanya hubungan antara penerapan timbang terima pasien dengan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RSU GMIM Kalooran Amurang.
Marjani (2014) menjelaskan dari 30 pasien sebelum dilakukan intervensi ditemukan angka kejadian IKP (Insiden Keselamatan Pasien) 8 pasien dan yang tidak terjadi IKP sebanyak 22 pasien, sedangkan setelah dilakukan intervensi ditemukan angka kejadian IKP sebanyak 1 pasien dan yang tidak terjadi IKP sebanyak 29 pasien. Hasil uji Mc Nemar didapatkan nilai probalitas 0,016 (p value 0,05), artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara dokumentasi timbang terima pasien dengan metode SBAR dengan Insiden Keselamatan Pasien. Proses timbang terima sangat berkaitan erat dengan sistem komunikasi yang terjadi antar perawat. Qomariyah (2015) menyatakan bahwa komunikasi yang kurang antar perawat dapat
54 menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yaitu sebanyak 13% (4 responden) dan komunikasi yang baik antar perawat tidak menimbulkan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) sebanyak 67% (20 responden). Hasil analisis statistik dengan Chi Quadrat didapatkan ρ = 0,001 yang berarti bahwa ada hubungan antara kedua variabel komunikasi perawat dan perawat dengan Insiden Keselamatan Pasien (IKP).
Penelitian yang dilakukan oleh Agustian (2005) menejelaskan bahwa model kepemimpinan situasional dapat memengaruhi tingkat disiplin kerja pegawai, yang artinya jika model kepemimpinan situasional dapat diterapkan dengan baik, maka disiplin kerja akan meningkat. Sebaliknya jika model kepemimpinan situasional tidak diterapkan dengam baik maka disiplin kerja akan menurun, yang dibuktikan dengan hasil wawancara dan pembagian kuesioner kepada 56 sampel dengan menggunakan koefiensi korelasi rank spearman didapatkan hasil sebesar 0,805 yang berarti menunjukkan hubungan kedua variabel sangat kuat dan searah, koefisien determinasi sebesar 64,80% yang berarti disiplin kerja dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan situasional sebesar 64,80 dan sisanya 35,20 dipengaruhi oleh faktor lain.
Penelitian Agus (2008) juga menjelaskan bahwa ada hubungan gaya kepemimpinan partisipatif dengan motivasi kerja karyawan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,981 yang memperlihatkan sangat kuatnya hubungan kedua variabel. Seiring dengan tafsiran koefiensi korelasi dari Sugiono bahwa hubungan antara gaya kepemimpinan partisipatif karyawan dengan motivasi kerja adalah positif, yang artinya semakin baik gaya kepemimpinan partisipatif karyawan maka
55 motivasi kerja akan semakin meninggi, demikian juga sebaliknya bila gaya kepemimpinan partisipatif karyawan buruk maka motivasi kerja akan rendah.
Model Kepemimpinan Harsey and Blanchard (Biodi, 2015) menjelaskan bahwa pimpinan dalam menghadapi bawahan haruslah mengetahui dimana tingkat kematangan yang dimiliki oleh bawahan sehingga akan meciptakan tindakan yang berbeda pula pada setiap bawahan yang dihadapi. Situasi yang pertama yang dikenal dengan “Telling” ketika perawat pelaksana tidak tahu dan tidak mampu dalam melaksanakan timbang terima dengan baik, sehingga pemimpin timbang terima harus bisa mengarahkan perawat pelaksana dan memerintahkannya sesuai SPO yang ada. Situasi yang kedua adalah “Selling” ketika perawat pelaksana mau untuk melakukan tindakan timbang terima dengan benar, akan tetapi perawat pelaksana tidak mengetahui bagaimana caranya sehingga pemimpin timbang terima berperan untuk memberi masukan dan saran kepada stafnya. Situasi ketiga adalah ”Participating” ketika perawat pelaksana tahu bagaimana cara melaksanakan
timbang
terima
dengan
baik
serta
mampu
untuk
melakukannya, akan tetapi mereka tidak mau sehingga peran pimpinan adalah menunjukkan contoh yang baik serta mengarahkan mereka untuk bekerja sama dalam melaksanakan timbang terima. Situasi yang terakhir adalah ”Delegating” ketika perawat pelasana tahu, mampu dan mau untuk melaksanakan proses timbang terima dengan baik, maka pimpinan bisa mempercayai stafnya serta rasa yakin untuk bisa memberikan delegasi kepada staf dalam melaksanakan tugas (Rewansyah dikutip dalam Boidi, 2015).
56 Terkait pelaksanaan timbang terima yang ada di RSUD Ulin Banjarmasin, SPO yang dimiliki oleh RSUD ulin Banjarmasin menyatakan bahwa pelaksanaan timbang terima dipimpin oleh supervisor. Supervisor bertugas memipin jalannya timbang terima mulai dari membuka (memulai) sampai menutup (mengakhiri) jalannya proses timbang terima. SPO timbang terima yang
ada
di
RSUD
Ulin
Banjarmasin
No.065.A.35.12/AK/RSUDU
(ditetapkan bulan Januari, 2015) menjelaskan bahwa format pelaporan proses timbang terima juga ditandatangani oleh supervisor ruangan sebagai seseorang yang memimpin jalannya proses timbang terima. Penjelasan tersebut sesuai dengan Gillies (2000) yang menyatakan bahwa salah satu tugas dari supervisor adalah untuk mengawasi area personal keperawatan serta area untuk pemberian tindakan asuhan keperawatan salah satunya adalah mengatur jadwal dinas dan menjalankan proses timbang terima.
Nursalam (2011) menyatakan bahwa proses timbang terima dipimpin oleh Kepala Ruangan (KARU) yang bertugas mengatur jadwal dinas serta memberikan perintah kepada perawat pelaksana (PP) dalam menjalankan proses timbang terima. Perbedaan pendapat dari Nursalam dengan yang diterapkan di rumah sakit tempat penelitian disebabkan karena RSUD Ulin Banjarmasin membuat struktur dan tugas keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi wilayah yang ada sehingga Kepala Ruangan (KARU) bertugas untuk mengatur rumah tangga yang ada di ruangan seperti fasilitas, sarana dan prasarana, sedangkan supervisor bertugas untuk mengatur sistem manajerial dan klinis yang ada di ruangan.
57 6.5
Keterbatasan Penelitian
6.5.1 Pengambilan Data Pengambilan data ada beberapa tidak didampingi peneliti diakibatkan karena kesibukan beberapa sampel penelitian di berbagai ruangan. Tapi hal tersebut dapat diantisipasi dengan menunggu pada saat tidak ada kesibukan untuk mendampingi responden dalam mengisi kuesioner penelitian. 6.5.2 Jumlah Sampel Perawat pelaksana yang dijadikan sampel dalam penelitian menjadi berkurang karena saat peneliti akan melakukan pengambilan data ada beberapa perawat yang tidak ada ditempat dikarenkan sedang cuti dan izin belajar sehingga tidak sesuainya target sampel yang telah ditetapkan.
BAB 7 PENUTUP
7.1
Simpulan Simpulan dari hasil penelitian ini terkait dengan hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin adalah sebagai berikut: a. Sebanyak 90 Perawat pelaksana dalam penelitian memiliki usia rata-rata sekitar 31 tahun dengan jenis kelamin paling banyak adalah perempuan (77,8%%), berpendidikan terkahir paling banyak adalah DIII (78,9%), dengan status kepegawaian PNS (31,1%) dan BLUD (68,9%) dengan lama kerja rata-rata adalah 7 tahun. Alat transportasi yang paling banyak digunakan oleh responden adalah motor (93,3%) dengan jarak tempuh dari rumah ke rumah sakit rata-rata adalah 6,5 km. b. Sebanyak 71 (78,9%) perawat pelaksana diterapkan kepemimpinan situasional partisipatif yang tepat oleh supervisor timbang terima. c. Sebanyak 56 (62,2%) perawat pelaksana melaksanakan proses timbang terima dengan baik. d. Terdapat hubungan antara model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin (P Value = 0,005 < 0,05).
58
59 7.2
Saran
7.2.1 RSUD Ulin Banjarmasin Saran dan masukan yang dapat diberikan untuk RSUD Ulin Banjarmasin agar dalam pelaksanaan kedepannya menjadi lebih baik adalah : a. Manajemen Rumah Sakit Manajemen rumah sakit perlu kiranya untuk mengevaluasi ulang terkait dengan pelaksanaan supervisi di RSUD Ulin Banjarmasin, salah satu pelaksanaan supervisi yang dapat dievaluasi yaitu pelaksanaan timbang terima agar pelaksanaan timbang terima yang ada dapat berjalan sesuai dengan SPO. b. Bidang Keperawatan Sebaiknya bagi bidang keperawatan agar lebih memerhatikan proses pelaksanaan timbang terima yang dilakukan perawat dengan cara meningkatan pelaksanan supervisi agar pelaksanaan supervisi dapat berjalan dengan baik dan optimal. c. Supervisor Supervisor diharapkan mampu menjalankan fungsi pengawasan dan pengarahan melalui supervisi yang baik agar menjamin mutu pelaksanaan
timbang
terima
dalam
hal
ini
pendokumentasian
keperawatan. 7.2.2 Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat menambah dan meningkatkan sumber pembelajaran bagi institusi pendidikan terutama terkait pelaksanaan timbang terima dan model kepemimpinan situasional partisipatif serta dapat menjelaskan peran dan fungsi model dan kepemimpinan situasional partisipatif dan tahapantahapan penting dalam pelaksanaan timbang terima agar Institusi
60 pendidikan dapat menjelaskan ke peserta didik terkait pentingnya proses timbang terima yang dilaksanakan dengan baik. 7.3.3 Penelitian Berikutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan desain yang sama tetapi dengan tempat yang berbeda. Hal ini juga dapat dilakukan dengan desain berbeda misalkan dengan metode eksperimen atau observasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian YS, 2016. Hubungan pemberian reward nonfinancial dengan pelaksanaan timbang terima di Ruang IRNA Kelas III RSUD Ulin Banjarmasin. AHHA (Australian Healthcare & Hospitals Association). (2009). Clinical handover: system cange, leadership and principles. Boidi, Mochamad, dkk., 2015. Pendekatan dalam studi kepemimpinan. Ilmu Administrasi Bisnis. Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya. Danim, Sudarwan, 2003. Riset keperawatan sejarah dan metodologi. EGC, Jakarta. Depkes R.I., 2008. Profil kesehatan Indonesia. Jakarta. Dessler. 2002. Manajemen sumber daya manusia. Edisi Bahasa Indonesia Jilid 2. PT. Prenhallindo, Jakarta. Desyariani, Veronica. 2008. Hubungan waktu tempuh dan over time dengan frekuensi kelelahan pada pengemudi truk mixer pt. x. departement keselamatan dan kesehatan kerja. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok. Dewi, Mursidah, 2012. Pengaruh pelatihan timbang terima pasien terhadap penerapan keselamatan pasien oleh perawat Pelaksana di RSUD Raden Mattaher Jambi. Jurnal Health & Sport. Vol 5. No 3. Dimas A, 2008. Hubungan gaya kepemimpinan partisipatif dengan motivasi kerja karyawan pada area pelayanan dan jaringan PT. PLN (PERSERO) Distribusi Banten. Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Bandung, Bandung. Eka Kurniyawati, 2009. Hubungan gaya kepemimpinan situasional kepala ruang rawat dengan pelaksanaan pendokumentasian tahap pengkajian dalam asuhan keperawatan perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rs Dr. R. Soetijono Blora. Elmiyasna, K., Fitri Mayasari, 2011. Gambaran keefektifan timbang terima (operan) di ruang kelas 1 irna non bedah (penyakit dalam) RSUP Dr. M. Djamil Padang. Stikes Mercubaktijaya. Padang.
Gillies, Dee Ann. 2000. Manajemen keperawatan, sebagai suatu pendekatan sistem, penerjemah Neng Hati Sawiji, Bandung: Yayasan IAPKP. Gitosudarmo, Sudita. 2005. Perilaku keorganisasian, Edisi Kedua, Cetakan Ketiga. BPFE, Yogyakarta. Gusti, Messa Media, 2012. Pengaruh kedisiplinan, motivasi kerja, dan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMKN 1 Purworejo Pasca Sertifikasi. Universitas Negeri Yogyakarta. Hanna GK. 2016, Hubungan tingkat pendidikan dan lamanya kerja dengan kinerja perawat di rumah sakit umum kabupaten sorong. Hapsari, Siwi Aulia. 2013. Kontribusi kemandirian terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari fasilitas belajar dan jarak tempat tinggal siswa SMK. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hartati, Noer Bahry Noor, Alimin Maidin. 2013. Gambaran kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di Instalasi Rawat Inap Lontara RSUP. Dr.Wahidin Sudirohusodo. Rumah Sakit Umum Daerah Ampana Tojo Una Una. Bagian Manajemen Rumah Sakit FKM UNHAS Makassar. Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard. (1982). Management of organizational behavior. Utilizing Human Recource. New Jersey : Prentice – Hall. Hidayat, A Aziz, 2014. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Salemba Medika. Jakarta. Husain, Walidun, 2011. Partisipative leadership. MQS Publishing, Bandung. IK Agus, 2014 Hubungan gaya kepemimpinan kepala ruang dengan kinerja perawat pelaksana dirumah sakit umum daerah RA Soewondo Pati. PPNI Jawa Tengah. Jati, Wasisto Raharjo. 2015. Bonus Demografi Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi: Jendela Peluang atau Jendela Bencana di Indonesia?. Populasi. Volume 23 Nomor 1. Kementerian pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, 2012. pedoman penyusunan standar operasional prosedur administrasi pemerintahan. Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buletin: Jendela data dan Informasi Kesehatan. Jakarta. Pusat Data dan Informasi: ISSN 2088-270X.
Kristianto D., Agus Santoso, 2013. Hubungan Pemberian Reward Ucapan Terima Kasih dengan Kedisiplinan Waktu saat Mengikuti Timbang Terima Perawat Ruang Bedah pada RS Negeri di Semarang. Jurnal Manajemen Keperawatan. Vol 1, No 2. 95-99. Linggasari, 2008. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap penggunaan alat pelindung diri di Departemen Engineering Pt Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Tangerang. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok. Manopo, Quiteria., Frangky R.R, Maramis, Jehosua S.V, Sinolungan, 2013. Hubungan Antara Penerapan Timbang Terima Pasien Dengan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di Rsu Gmim Kalooran Amurang. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Marjani, Farida., Happy Indra Hapsari., Anissa Cindy Nurul Afni. 2014. Pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode Situation, Background, Assessment, Recomendation (SBAR) Terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. Panti Waluyo Surakarta. http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=1157 Murtianingarum, Bella. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat dengan Perilaku Caring Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul. Naskah Publikasi. Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Notoatmodjo, Soekidjo, 2002. Metodologi penelitian kesehatan. Bandung: Rineka Cipta, Bandung. Nursalam, 2009. Konsep dan penerapan metodologi penelitian dalam keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Nursalam, 2011. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta. Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 4. Hal. 239. Jakarta: Salemba Medika. Prayitno A, 2017. Gambaran pelaksanaan timbang terima perawat di Ruang rawat inap rsud panembahan senopati bantul Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Ranupandojo, H, Suad Husnan. 2000. Manajemen sumber daya manusia. BPFE-UGM. Yogyakarta. Rivai, Mulyadi. 2009. Kepemimpinan dan perilaku organisasi. PT Raja Grafindo. Jakarta. Setiawan, Felix Hendi Afian. 2013. Hubungan Antara Tingkat Ketertarikan Pada Elemen-Elemen Iklan Televisi Dengan Brand Knowledge (Studi Eksplanatif Hubungan Antara Tingkat Ketertarikan Pada Elemen-Eleme Iklan Televisi Yamaha Mio J Versi ‘1000% Joyful’ dengan Pengetahuan Merek (Brand Knowledge) Yamaha Mio J Di Kalangan Pelajar SMP Di Daerah Istimewa Yogyakarta). S1 Thesis. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Setiyaningsih, Yuli., Niken Sukesi., Muslim Argo Bayu Kusuma. 2013. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat di Ruang Rwat Inap RSUD Ungaran. Program Studi S1 Keperawatan. Stikes Tologorejo Semarang. Siregar, Syofian. 2014. Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif. Bumi Aksara. Jakarta. Sofiana, NA dan Purbadi, D., 2006. Analisis Faktor Lingkungan dan Individu yang Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kinerja Perawat . (Tesis) Institut Teknologi Bandung.http://digilib.itb.ac.id/dgl.php?mod=browse&op=read&id=jbptsbmitbdgl-nooraridas-86 Sugiono, 2010. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung. Syamsuri, 2014. Kepemimpinan psartisipatif dan pendelegasian wewenang . PT. Bumi Aksara. Jakarta. Thoha, Miftah. 2004. Perilaku organisasi: konsep dasar dan aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta. Triwibowo C, 2013. Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit. Trans Info Media. Jakarta. Yanti, Retyaningsih Ida., Bambang Edi Warsito. 2013. Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, dan Supervisi dengan Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan Keperawatan. Jurnal Managemen Keperawatan. Volume 1, No. 2, November 2013; 107-114. Yuningsih., Diah Yentina Astri. 2015. Hubungan Status Kepegawaian Perawat dengan Perilaku Caring Perawat pada Pasien di Ruang Rawat Inap Kelas 3 RSD
Balung. Artikel Jurnal. Program Studi S1 Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Jember. Zhang, Sutting, Jerry Fjermestad, and Narilyn Tremaine. 2005. Leadership styles in virtual team.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN Kepada Yth: Staf Keperawatan di Ruang ___________ RSUD Ulin Banjarmasin Di – Tempat Bersama ini saya menyampikan bahwa dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Lambung Mangkurat, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Alamat
: : :
No Telpon e-mail
: :
M. Nanda Hidayat I1B114238 Jalan Menteri 4 Komplek Pemda RT. 35 RW XII No. 20 Kel. Keraton Kec. Martapura Kota (70611) Kalimantan Selatan 081311577528
[email protected]
Bermaksud mengadakan penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Hubungan model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin”. Tujuan umum penelitian ini adalah melihat hubungan dari model kepemimpinan situasional supervisor ruang dengan pelaksanaan timbang terima. Pengambilan data saya lakukan dengan lembar kuesioner kegiatan timbang terima yang perawat lakukan dengan melihat alur timbang terima berdasarkan SPO RSUD Ulin Banjarmasin dan dengan lembar kuesioner model kepemimpinan situasional yang diberikan oleh supervisor kepada perawat saat proses timbang terima. Penelitian ini tidak ada unsur paksaan serta tidak akan menimbulkan dampak dan pengaruh apapun, termasuk hubungan antar pimpinan dan staf, perawat maupun pasien. Hal tersebut karena semua informasi dan kerahasiaan dijaga dan hanya untuk kegiatan penelitian ini saja. Jika staf keperawatan telah menjadi responden dan terjadi hal-hal yang menimbulkan ketidaknyamanan maka staf perawat yang bersangkutan diberi hak untuk mengundurkan diri dari penelitian dengan memberi informasi kepada peneliti. Melalui penjelasan ini maka saya sangat mengharapkan agar staf perawat berkenan menjadi responden dengan mengisi lembar persetujuan. Atas perhatian dan kesediaanya saya ucapkan terima kasih. Banjarmasin, Peneliti
M. Nanda Hidayat
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Kepada : Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i di Tempat Dengan hormat, Saya M. Nanda Hidayat, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Lambung Mangkurat bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan
model
kepemimpinan
situasional
supervisor
ruang
dengan
pelaksanaan timbang terima di ruang IRNA kelas III RSUD Ulin Banjarmasin”. Penelitian ini bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang manajemen keperawatan khususnya kemampuan pelaksanaan timbang terima yang baik dan sebagai masukan bagi supervisor sebagai cara untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan timbang terima. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian saya ini. Saya menjamin kerahasiaan identitas Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian. Informasi yang didapat akan dipergunakan untuk mengembangkan mutu pelayanan keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain. Sebagai bukti kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah saya siapkan. Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i dalam penelitian ini sangat saya hargai dan saya ucapkan terima kasih. Setelah mendengar dan memahami penjelasan penelitian, dengan ini saya menyatakan SETUJU / TAK SETUJU Untuk ikut sebagai responden/sampel penelitian. Banjarmasin, ………………………… Saksi (……………………………..)
(…………………………………)
Ruang
Ruang
Lampiran 2. Lembar Kuesioner LEMBAR PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Petunjuk Pengisian : 1. Bapak/ibu/saudara/i
diharapkan
mengisi
pernyataan
sesuai
petunjuk
pengisian dan keadaan yang sebenar-benarnya terjadi 2. Berikan tanda checklist (√) untuk pilihan yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang dilihat dan dirasakan sesungguhnya dengan ketentuan sebagai berikut : Kuesioner 2 1. 2. 3. 4.
Kuesioner 3
Tidak Pernah (TP) Jarang (J) Sering (SR) Selalu (SL)
1. 2. 3. 4.
Tidak Pernah (TP) Jarang (J) Sering (SR) Selalu (SL)
3. Jika Bapak/ibu/saudara/i ingin memerbaiki jawaban pertama yang salah, berikan tanda garis pada checklist yang salah (√) kemudian tulis kembali tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda benar. 4. Semua pernyataan yang terdapat pada kuesioner ini merupakan pengalaman Bapak/ibu/saudara/i selama bekerja di Rumah Sakit.
Karakteristik Responden Nomor Responden
:
..........
Usia
:
.......... tahun
Jenis Kelamin
:
Laki-laki / Perempuan (*lingkari yang benar)
Lama Bekerja
:
.......... tahun
Status kepegawaian
:
BLUD / PNS (*lingkari yang benar)
Pendidikan terakhir
:
D3 / D4 / S1 / Ners (*lingkari yang benar)
Jarak rumah ke rumah sakit
:
.......... km
Jenis transportasi yang
:
Jalan kaki / sepeda / motor / mobil
digunakan
/ angkutan umum (*lingkari yang benar)
Kuesioner Model Kepemimpinan Situasional Participatif Jawablah pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda (√) pada salah satu pilihan jawaban yang telah disediakan! No
Pernyataan
1.
Supervisor berdiskusi dengan anggota timbang terima terkait proses pelaksanaan timbang terima di ruangan Supervisor ikut serta bersama anggota timbang terima dalam pelaksanaan timbang terima Supervisor dan anggota timbang terima saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan memberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya Supervisor kurang memberikan bimbingan kepada anggota timbang terima dalam upaya meningkatkan kedisiplinan waktu dalam pelaksanaan timbang terima Supervisor tidak mengingatkan anggota timbang terima apabila pada saat pelaksanaan timbang terima belum sesuai standar prosedur operasional (SPO) Supervisor hanya sewaktu-waktu melakukan pengawasan pada saat anggota timbang terima melaksanakan timbang terima Supervisor kurang melibatkan anggota timbang terima dalam pengambilan keputusan pada saat pelaksanaan timbang terima Supervisor memberikan reward berupa pujian kepada anggota timbang terima yang patuh dengan prosedur tetap dalam pelaksanaan timbang terima Supervisor tidak memberikan motivasi kepada anggota timbang terima untuk meningkatkan semangat kerja dalam pelaksanaan timbang terima Supervisor melakukan pola komunikasi dua arah dengan anggota timbang terima (dalam hal ini supervisor lebih banyak mendengarkan anggota timbang terima) Supervisor kurang memberikan pengarahan dalam pelaksanaan timbang terima Supervisor memberikan contoh pelaksanaan timbang terima mengacu pada standar prosedur operasional yang berlaku dirumah sakit
2. 3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. 12.
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Kuesioner Pelaksanaan Timbang Terima Jawablah pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda (√) pada salah satu pilihan jawaban yang telah disediakan! A. Timbang Terima Perawat Shif Pagi Dirumah sakit tempat anda bekerja, Supervisor askep, ketua tim, dan perawat pelaksana dinas pagi datang jam 07.45 WITA untuk serah terima pasien dengan perawat jaga malam. Supervisor, ketua tim dan perawat pelaksana jaga shif 2 pagi beserta perawat jaga shif malam bersama-sama ke kamar pasien melihat keadaan pasien setiap kamar. 3 Perawat jaga shif malam melaporkan keadaan setiap pasien selama dilakukan perawatan pada malam hari disertai dengan dokumentasi askep. 4 Semua perawat yang melakukan timbang terima shif jaga menandatangani format timbang terima shif/jaga perawat. 5 Format timbang terima jaga perawat ditandatangani oleh supervisor ruangan. Supervisor, ketua tim dan perawat pelaksana jaga shif 6 pagi berkoordinasi untuk pelaksanaan tugas lainnya. B. Timbang Terima Perawat shif siang 1 Perawat jaga shif siang datang jam 13.45 WITA. 2 Perawat jaga shif pagi dan perawat jaga shif siang bersama-sama ke kamar pasien melihat keadaan pasien. 3 Perawat jaga shif pagi melaporkan keadaan setiap pasien kepada perawat jaga shif siang 4 Semua perawat yang melakukan timbang terima shif/jaga menandatangani buku serah terima shif/jaga perawat. C. Timbang Terima Perawat Shif Malam 1 Perawat jaga shif malam datang jam 20.45 WITA. 2 Perawat jaga shif siang dan perawat jaga shif malam bersama-sama ke kamar pasien untuk melihat keadaan pasien. 3 Perawat jaga shif siang menginformasikan keadaan setiap pasien kepada perawat jaga shif malam. 4 Semua perawat yang melakukan timbang terima shif/jaga menandatangani buku timbang terima/jaga perawat. 1
SL
SR
J
TP
Lampiran 3. Biodata Peneliti BIODATA PENELITI
Nama
: M. Nanda Hidayat
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Banjarbaru, 9 Maret 1996 Alamat
: Jalan Menteri 4 Komplek Pemda RT. 35 RW XII No. 20 Kel. Keraton Kec. Martapura Kota (70611) Kalimantan Selatan
No. HP
: 081311577528
Alamat Email
:
[email protected]
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan dari Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Lambung Mangkurat
Lampiran 5. Surat Rekomendasi Izin Studi Pendahuluan dari Bidang Diklit RSUD Ulin Banjarmasin
Lampiran 6. Uji Expert Kuesioner Penelitian
Lampiran 7. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian RSUD Ulin Banjarmasin
Lampiran 8. Surat Rekomendasi Izin Uji Validitas dari Bidang Diklit RSUD Ulin Banjarmasin
Lampiran 9. Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian Fakultas Kedokteran
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Program Studi Ilmu Keperawatan
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian dari Bidang Diklit RSUD Ulin Banjarmasin
Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Nomor Responde n 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
4
3
4
4
3
4
4
3
4
1
3
4
3
3
47
2
3
4
2
3
4
4
3
2
4
1
4
4
4
4
46
3
3
3
4
4
4
3
4
3
4
3
2
2
2
3
44
4
3
4
4
4
2
2
3
4
4
3
4
4
4
3
48
5
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
2
3
1
36
6
3
4
4
4
3
2
3
3
4
3
4
3
4
3
47
7
2
3
3
3
3
2
2
3
3
2
2
3
3
4
38
8
4
3
4
4
4
3
3
3
4
1
4
3
4
3
47
9
3
4
4
3
4
3
4
3
4
3
4
4
3
3
49
10
3
3
2
3
1
2
3
3
2
2
3
4
3
3
37
11
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
4
3
51
12
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
2
2
2
3
46
13
3
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
50
14
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
2
1
36
15
3
4
4
4
3
3
4
3
3
4
4
4
3
4
50
16
3
4
4
3
4
3
4
3
4
1
4
4
3
3
47
17
3
2
3
4
2
2
3
2
4
3
3
3
4
4
42
18
3
2
4
1
3
3
4
3
4
2
3
4
2
1
39
19
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
3
51
20
4
3
4
3
4
4
3
4
4
1
3
4
3
3
47
21
3
2
4
1
2
2
3
2
1
3
2
2
2
3
32
22
3
4
4
4
2
3
2
3
4
1
4
4
4
3
45
23
3
1
2
3
4
3
3
3
3
2
3
4
2
4
40
24
4
3
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
52
25
3
4
4
3
4
4
3
4
4
3
3
4
4
3
50
26
3
2
3
1
3
2
1
3
4
1
3
3
2
4
35
27
4
3
3
4
4
2
4
3
4
3
3
4
3
4
48
28
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
52
29
3
2
3
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
4
39
30
4
3
4
4
3
4
3
4
4
3
4
3
4
3
50
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif
∑
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .797
N of Items 14
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
Pernyataan No. 1
3.2333
.50401
30
Pernyataan No. 2
3.1333
.81931
30
Pernyataan No. 3
3.5333
.68145
30
Pernyataan No. 4
3.2667
.94443
30
Pernyataan No. 5
3.2333
.85836
30
Pernyataan No. 6
3.0667
.82768
30
Pernyataan No. 7
3.2667
.73968
30
Pernyataan No. 8
3.1000
.60743
30
Pernyataan No. 9
3.5000
.77682
30
Pernyataan No. 10
2.5000
1.00858
30
Pernyataan No. 11
3.2000
.76112
30
Pernyataan No. 12
3.4333
.77385
30
Pernyataan No. 13
3.1667
.79148
30
Pernyataan No. 14
3.0667
.82768
30
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
Pernyataan No. 1
41.4667
30.947
.427
.787
Pernyataan No. 2
41.5667
28.461
.511
.777
Pernyataan No. 3
41.1667
30.282
.380
.788
Pernyataan No. 4
41.4333
26.599
.627
.764
Pernyataan No. 5
41.4667
28.740
.448
.782
Pernyataan No. 6
41.6333
28.102
.548
.773
Pernyataan No. 7
41.4333
29.702
.415
.785
Pernyataan No. 8
41.6000
30.248
.446
.784
Pernyataan No. 9
41.2000
29.407
.426
.784
Pernyataan No. 10
42.2000
30.993
.141
.814
Pernyataan No. 11
41.5000
28.534
.551
.774
Pernyataan No. 12
41.2667
29.099
.467
.781
Pernyataan No. 13
41.5333
28.326
.551
.773
Pernyataan No. 14
41.6333
32.447
.049
.815
Scale Statistics Mean 44.7000
Variance 33.597
Std. Deviation 5.79625
N of Items 14
Keterangan :
r tabel untuk N = 30 → df (30-2) = 28 adalah 0,361
Ada 2 butir pernyataan Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif yang TIDAK VALID dan RELIABEL yaitu pernyataan No. 10 dan 14.
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .832
N of Items 12
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
Pernyataan No. 1
3.2333
.50401
30
Pernyataan No. 2
3.1333
.81931
30
Pernyataan No. 3
3.5333
.68145
30
Pernyataan No. 4
3.2667
.94443
30
Pernyataan No. 5
3.2333
.85836
30
Pernyataan No. 6
3.0667
.82768
30
Pernyataan No. 7
3.2667
.73968
30
Pernyataan No. 8
3.1000
.60743
30
Pernyataan No. 9
3.5000
.77682
30
Pernyataan No. 11
3.2000
.76112
30
Pernyataan No. 12
3.4333
.77385
30
Pernyataan No. 13
3.1667
.79148
30
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
Pernyataan No. 1
35.9000
26.921
.471
.823
Pernyataan No. 2
36.0000
24.759
.516
.818
Pernyataan No. 3
35.6000
26.317
.408
.826
Pernyataan No. 4
35.8667
23.568
.565
.814
Pernyataan No. 5
35.9000
24.990
.456
.823
Pernyataan No. 6
36.0667
24.202
.583
.812
Pernyataan No. 7
35.8667
26.189
.383
.828
Pernyataan No. 8
36.0333
26.447
.451
.823
Pernyataan No. 9
35.6333
25.137
.500
.819
Pernyataan No. 11
35.9333
24.754
.568
.813
Pernyataan No. 12
35.7000
25.321
.477
.821
Pernyataan No. 13
35.9667
24.792
.535
.816
Scale Statistics Mean 39.1333
Variance 29.637
Std. Deviation 5.44397
N of Items 12
Keterangan :
r tabel untuk N = 30 → df (30-2) = 28 adalah 0,361
Semua butir pernyataan Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif VALID dan RELIABEL.
Lampiran 13. Hasil Karakteristik Responden
DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN Nomor Responden
Usia
Jenis Kelamin
Lama Bekerja
Status Kepegawaian
Pendidikan Terakhir
Jarak rumah ke Rumah Sakit
Jenis transportasi yang digunakan
1
36
Perempuan
15
PNS
DIII
10
Motor
2
32
Perempuan
5
PNS
DIII
5
Motor
3
28
Perempuan
2
BLUD
DIII
5
Motor
4
38
Perempuan
15
PNS
DIII
5
Motor
5
32
Perempuan
10
BLUD
DIII
9
Motor
6
35
Perempuan
12
PNS
DIII
10
Motor
7
33
Perempuan
11
PNS
DIII
5
Motor
8
33
Laki-laki
10
PNS
S1
5
Motor
9
27
Laki-laki
7
PNS
Ners
7
Mobil
10
33
Perempuan
10
PNS
DIII
4
Motor
11
34
Perempuan
10
BLUD
DIII
3
Motor
12
40
Perempuan
20
PNS
DIII
2
Motor
13
24
Perempuan
2
BLUD
DIII
8
Motor
14
40
Laki-laki
15
PNS
DIII
5
Motor
15
23
Perempuan
2
BLUD
DIII
8
Motor
16
35
Perempuan
10
PNS
DIII
7
Mobil
17
40
Perempuan
19
PNS
Ners
3
Mobil
18
25
Perempuan
2
BLUD
DIII
3
Motor
19
35
Laki-laki
11
BLUD
DIII
5
Motor
20
31
Laki-laki
7
PNS
DIII
1
Motor
21
23
Perempuan
2
BLUD
DIII
3
Motor
22
37
Perempuan
14
PNS
S1
2
Motor
23
37
Laki-laki
10
BLUD
DIII
1
Motor
24
25
Perempuan
2
BLUD
DIII
20
Mobil
25
27
Laki-laki
5
BLUD
DIII
3
Motor
26
32
Perempuan
2
BLUD
DIII
3
Motor
27
27
Laki-laki
2
BLUD
DIII
7
Motor
28
31
Perempuan
9
BLUD
DIII
4
Motor
29
29
Perempuan
3
PNS
DIII
5
Motor
30
25
Perempuan
3
PNS
DIII
15
Mobil
31
29
Perempuan
7
BLUD
DIII
5
Motor
32
35
Laki-laki
14
BLUD
DIII
20
Motor
33
26
Perempuan
2
BLUD
Ners
8
Motor
Nomor Responden
Usia
Jenis Kelamin
Lama Bekerja
Status Kepegawaian
Pendidikan Terakhir
Jarak rumah ke Rumah Sakit
Jenis transportasi yang digunakan
34
32
Perempuan
10
BLUD
DIII
25
Motor
35
34
Perempuan
10
BLUD
DIII
3
Motor
36
23
Perempuan
2
BLUD
DIII
3
Motor
37
28
Laki-laki
10
BLUD
DIII
5
Motor
38
24
Laki-laki
2
BLUD
DIII
32
Motor
39
37
Perempuan
15
PNS
DIII
5
Motor
40
37
Perempuan
15
PNS
DIII
4
Motor
41
23
Perempuan
2
BLUD
DIII
1
Motor
42
33
Perempuan
10
PNS
DIII
20
Motor
43
28
Perempuan
7
BLUD
DIII
3
Mobil
44
23
Perempuan
2
BLUD
DIII
1
Motor
45
37
Perempuan
15
PNS
DIII
8
Motor
46
32
Perempuan
6
BLUD
DIII
22
Motor
47
36
Perempuan
12
BLUD
DIII
3
Motor
48
28
Perempuan
6
BLUD
DIII
3
Motor
49
25
Perempuan
2
BLUD
DIII
5
Motor
50
23
Laki-laki
2
BLUD
DIII
2
Motor
51
23
Laki-laki
2
BLUD
DIII
2
Motor
52
23
Laki-laki
2
BLUD
DIII
3
Motor
53
30
Perempuan
8
BLUD
Ners
3
Motor
54
25
Perempuan
5
PNS
Ners
4
Motor
55
30
Laki-laki
10
BLUD
DIII
3
Motor
56
26
Perempuan
2
BLUD
DIII
4
Motor
57
30
Perempuan
5
BLUD
DIII
3
Motor
58
28
Perempuan
8
BLUD
S1
3
Motor
59
29
Perempuan
5
BLUD
S1
2
Motor
60
36
Perempuan
5
PNS
Ners
5
Motor
61
32
Laki-laki
2
BLUD
DIII
3
Motor
62
35
Perempuan
9
BLUD
DIII
5
Motor
63
28
Perempuan
5
BLUD
DIII
3
Motor
64
46
Perempuan
10
BLUD
DIII
4
Motor
65
25
Perempuan
5
BLUD
DIII
6
Motor
66
40
Perempuan
10
BLUD
DIII
10
Motor
67
38
Perempuan
14
BLUD
DIII
10
Motor
68
30
Perempuan
6
BLUD
DIII
10
Motor
69
35
Laki-laki
2
BLUD
DIII
20
Motor
Nomor Responden
Usia
Jenis Kelamin
Lama Bekerja
Status Kepegawaian
Pendidikan Terakhir
Jarak rumah ke Rumah Sakit
Jenis transportasi yang digunakan
70
25
Perempuan
3
BLUD
DIII
3
Motor
71
46
Laki-laki
10
PNS
S1
10
Motor
72
45
Perempuan
6
BLUD
S1
7
Motor
73
29
Perempuan
9
BLUD
DIII
3
Motor
74
30
Perempuan
8
PNS
Ners
7
Motor
75
27
Perempuan
5
PNS
Ners
5
Motor
76
26
Perempuan
6
PNS
Ners
31
Motor
77
24
Perempuan
3
BLUD
DIII
9
Motor
78
23
Perempuan
3
BLUD
DIII
6
Motor
79
35
Laki-laki
9
BLUD
DIII
5
Motor
80
24
Perempuan
4
BLUD
DIII
1
Motor
81
26
Perempuan
3
BLUD
DIII
3
Motor
82
27
Perempuan
7
PNS
S1
8
Motor
83
29
Perempuan
3
BLUD
S1
3
Motor
84
28
Perempuan
7
BLUD
Ners
2
Motor
85
33
Perempuan
13
PNS
Ners
4
Motor
86
46
Laki-laki
15
BLUD
DIII
3
Motor
87
34
Perempuan
2
BLUD
DIII
2
Motor
88
42
Perempuan
16
BLUD
DIII
6
Motor
89
28
Perempuan
5
BLUD
DIII
3
Motor
90
39
Perempuan
13
BLUD
DIII
3
Motor
Lampiran 14. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
REKAPITULASI DATA HASIL PENELITIAN Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif
Nomor Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
2
3
3
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
3
2
3
3
2
2
3
3
4
4
3
1
2
2
1
4
2
4
1
3
4
3
2
3
2
3
2
3
3
2
2
2
2
5
2
2
3
3
2
2
3
3
2
2
2
2
6
2
2
2
2
3
2
2
3
3
3
3
2
7
2
2
2
2
3
2
2
3
3
3
3
2
8
3
3
3
4
4
4
2
4
3
3
3
3
9
3
3
4
1
4
3
3
3
3
3
4
3
10
3
3
3
2
2
2
2
1
3
3
2
3
11
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
12
3
3
3
3
2
2
2
3
2
3
3
2
13
4
2
3
2
3
3
2
2
3
3
2
3
14
4
2
3
2
3
3
2
2
3
3
2
3
∑ 2 8 3 0 3 1 2 9 2 8 2 9 2 9 3 9 3 7 2 9 3 8 3 1 3 2 3 2
Pelaksanaan Timbang Terima
Kategori
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Kurang Tepat 2
3
3
2
2
3
2
3
3
2
2
2
3
2
Tepat
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
3
4
3
Tepat
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
Kurang Tepat 4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
2
3
3
Kurang Tepat 3
3
2
2
3
2
3
2
2
3
2
3
2
2
Kurang Tepat 3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
Kurang Tepat 4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
Tepat
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Tepat
2
2
3
4
2
4
2
2
4
4
3
2
4
4
Kurang Tepat 3
2
2
3
2
2
2
3
3
2
3
2
3
2
Tepat
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
Tepat
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
Tepat
4
4
4
2
2
4
4
4
4
3
4
2
3
3
Tepat
2
4
4
2
2
4
2
4
4
2
2
4
4
2
∑ 3 4 5 1 4 9 4 8 3 4 3 2 4 9 4 1 4 2 3 4 3 3 4 0 4 7 4 2
Kategori Kurang Baik Baik Baik Kurang Kurang Baik Baik Baik Kurang Kurang Baik Baik Baik
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif
Nomor Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
15
4
3
3
3
2
2
2
2
2
3
2
3
16
4
3
3
3
2
2
2
2
2
3
2
3
17
2
3
2
3
3
2
2
3
3
2
3
2
18
4
2
3
2
3
3
2
2
3
3
2
3
19
3
3
3
2
2
2
2
3
2
3
2
3
20
3
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
1
21
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
22
2
2
2
2
2
2
3
2
4
1
1
4
23
3
2
3
2
2
2
3
2
2
3
3
2
24
3
2
3
4
4
4
3
3
4
4
2
3
25
3
2
3
2
1
2
2
2
2
4
3
2
26
2
2
3
3
3
3
4
2
3
3
2
2
27
2
2
2
3
4
4
4
2
4
4
4
3
28
2
2
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
29
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
30
2
2
2
2
3
2
3
2
3
2
2
2
∑ 3 1 3 1 3 0 3 2 3 0 4 1 3 8 2 7 2 9 3 9 2 8 3 2 3 8 3 2 4 8 2 7
Pelaksanaan Timbang Terima
Kategori
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Tepat
2
2
4
4
2
4
3
4
4
4
3
4
4
2
Tepat
2
2
4
4
2
4
3
3
4
3
3
4
4
2
Tepat
3
4
3
2
3
4
4
3
2
4
3
4
2
3
Tepat
2
2
3
3
2
4
2
3
2
2
2
2
3
2
Tepat
4
4
3
4
4
4
3
2
3
3
3
3
3
3
Tepat
3
2
2
2
3
2
2
3
2
3
2
2
2
2
Tepat
3
3
3
3
2
4
2
2
4
4
3
2
4
4
Kurang Tepat 2
2
3
3
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
Kurang Tepat 3
3
2
2
3
2
2
3
3
2
2
3
2
2
2
4
4
2
2
4
4
4
4
2
4
4
4
2
Kurang Tepat 2
2
3
3
2
2
2
2
4
2
2
2
3
2
Tepat
Tepat
3
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
Tepat
2
3
2
2
4
2
2
3
2
2
2
3
2
2
Tepat
2
4
4
3
4
4
3
4
4
3
3
4
4
3
Tepat
2
3
2
2
3
3
3
2
2
2
3
2
2
2
Kurang Tepat 2
4
4
2
2
4
2
4
4
2
2
2
4
2
∑ 4 6 4 4 4 4 3 4 4 6 3 2 4 3 3 2 3 4 4 6 3 3 3 2 3 3 4 9 3 3 4 0
Kategori Baik Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Kurang Kurang Baik Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Baik
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif
Nomor Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
31
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
2
3
32
3
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
33
3
4
4
3
3
3
4
3
4
2
4
3
34
3
3
3
4
4
4
4
3
4
3
4
3
35
4
4
3
4
4
3
4
3
4
3
4
3
36
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
37
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
38
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
39
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
40
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
41
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
42
4
4
4
3
3
3
4
3
4
3
3
4
43
4
3
4
4
3
4
3
4
3
4
3
3
44
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
45
3
3
3
2
2
2
2
3
4
3
4
3
46
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
3
∑ 3 2 3 4 4 0 4 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 2 4 3 3 4 4 2
Pelaksanaan Timbang Terima
Kategori
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Tepat
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Tepat
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
Tepat
3
2
2
2
2
3
4
3
2
2
2
3
2
2
Tepat
3
2
3
2
3
2
3
2
2
2
2
2
3
2
Tepat
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
Tepat
3
2
3
3
2
2
3
2
2
2
3
3
2
2
Tepat
3
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
Tepat
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
Tepat
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
Tepat
3
3
2
2
2
3
3
3
2
2
3
2
2
2
Tepat
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
Tepat
3
3
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
Tepat
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
Tepat
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
Tepat
4
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
Tepat
3
2
4
3
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
∑ 4 2 4 0 3 4 3 3 5 2 3 4 3 2 5 4 5 3 3 4 5 4 4 6 5 2 5 4 4 7 3 4
Kategori Baik Baik Kurang Kurang Baik Kurang Kurang Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Baik Kurang
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif
Nomor Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
47
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
48
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
49
3
3
3
2
2
2
2
3
4
3
4
3
50
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
2
3
51
4
3
3
3
2
2
3
2
4
2
4
4
52
2
2
2
3
3
2
4
3
4
3
3
3
53
3
2
3
3
2
4
4
4
2
3
2
3
54
2
2
3
3
2
4
4
2
3
3
3
2
55
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
2
56
3
2
2
3
3
3
3
2
3
2
3
3
57
4
4
2
4
3
3
3
3
2
3
2
3
58
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
2
59
2
2
2
1
3
3
2
3
3
3
4
4
60
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
61
2
2
2
3
2
3
3
2
2
2
2
2
62
3
3
2
2
3
3
2
3
2
3
2
2
∑ 4 3 3 5 3 4 3 2 3 6 3 4 3 5 3 3 3 2 3 2 3 6 3 6 3 2 3 8 2 7 3 0
Pelaksanaan Timbang Terima
Kategori
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Tepat
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
Tepat
3
3
3
2
2
3
2
2
3
2
3
2
2
2
Tepat
4
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
Tepat
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Tepat
4
4
4
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
Tepat
2
2
3
2
2
2
2
4
3
2
2
2
3
2
Tepat
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
2
Tepat
4
4
3
3
4
4
3
4
3
2
2
3
3
2
Tepat
3
4
3
3
4
4
3
3
4
2
2
3
3
2
Tepat
3
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2
3
3
2
Tepat
4
3
3
3
3
4
3
3
3
2
2
4
4
2
Tepat
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
3
2
2
Tepat
4
3
3
3
3
4
3
3
3
2
2
3
3
2
Tepat
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
4
4
Kurang Tepat 3
2
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
3
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
2
Tepat
3
∑ 5 4 3 4 4 7 4 2 4 7 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 1 4 6 3 3 4 4
Kategori Baik Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik Kurang Baik
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif
Nomor Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
63
3
3
2
2
3
3
2
3
2
3
4
4
64
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
2
2
65
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
3
3
66
3
2
2
3
3
2
3
2
2
2
1
2
67
3
3
2
2
3
3
2
3
2
3
3
3
68
2
2
2
3
2
3
2
3
4
4
4
4
69
4
4
4
3
4
4
4
1
2
2
2
3
70
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
71
2
2
3
2
4
1
1
4
3
3
3
3
72
2
2
3
2
2
3
3
2
4
2
1
3
73
4
4
3
3
4
4
2
3
3
3
4
4
74
3
2
2
2
2
4
3
2
4
3
4
4
75
3
3
4
2
3
3
2
2
3
4
4
4
76
4
4
4
2
4
4
4
3
3
4
4
4
77
3
2
3
2
3
3
3
3
3
4
4
4
78
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
∑ 3 4 2 7 2 9 2 7 3 2 3 5 3 7 3 8 3 1 2 9 4 1 3 5 3 7 4 4 3 7 4 7
Pelaksanaan Timbang Terima
Kategori
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Tepat
4
2
2
4
4
3
2
4
4
2
4
4
2
2
Kurang Tepat 3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
3
Kurang Tepat 3
2
4
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
Kurang Tepat 4
2
2
3
2
2
2
3
2
3
3
2
2
2
Tepat
4
3
4
4
4
3
4
4
2
2
2
4
2
2
Tepat
4
3
3
4
3
3
4
4
2
2
3
4
2
4
Tepat
4
4
3
2
4
3
4
2
3
2
4
4
3
4
Tepat
4
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
3
2
2
Tepat
4
3
2
3
3
3
3
3
3
2
4
4
2
2
Kurang Tepat 3
3
2
2
3
2
2
3
3
2
2
2
3
2
Tepat
4
2
2
4
4
3
2
4
4
3
3
2
3
3
Tepat
4
2
4
4
2
2
4
4
2
4
4
4
2
2
Tepat
3
2
3
3
2
2
3
2
2
4
3
3
3
3
Tepat
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
2
2
2
Tepat
4
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
Tepat
4
2
4
4
2
2
4
4
2
4
4
4
4
4
∑ 4 3 3 9 3 3 3 4 4 4 4 5 4 6 3 4 4 1 3 4 4 3 4 4 3 8 3 4 5 3 4 8
Kategori Baik Baik Kurang Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Baik
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif
Nomor Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
79
3
2
3
2
3
2
2
1
3
2
1
2
80
3
2
2
3
2
3
2
3
3
2
1
2
81
3
2
3
3
2
3
3
3
4
4
3
3
82
3
3
4
3
4
2
4
3
3
4
4
3
83
4
4
4
3
4
3
4
3
3
4
4
4
84
2
3
2
3
3
2
2
3
2
3
2
2
85
4
4
3
3
4
3
4
4
3
4
4
4
86
4
2
3
3
2
3
4
4
3
2
2
2
87
3
2
3
2
2
3
2
2
3
2
3
2
88
4
4
3
3
4
3
4
4
3
3
2
2
89
4
4
3
3
4
3
4
4
3
3
3
3
90
4
4
3
3
4
3
4
4
3
3
3
2
∑ 2 6 2 8 3 6 4 0 4 4 2 9 4 4 3 4 2 9 3 9 4 1 4 0
Pelaksanaan Timbang Terima
Kategori
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Kurang Tepat 4
2
4
4
2
2
4
4
3
4
4
2
4
4
Kurang Tepat 3
3
2
2
3
3
2
2
3
3
2
2
2
2
Tepat
4
3
4
4
2
3
4
4
2
4
4
4
4
4
Tepat
4
2
4
4
2
2
4
4
2
4
4
4
4
4
Tepat
3
2
2
3
2
3
3
2
3
2
3
2
2
2
Kurang Tepat 3
2
3
3
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
Tepat
4
4
3
4
2
4
3
4
2
4
4
4
4
4
Tepat
3
3
2
3
2
2
2
4
2
2
3
2
2
2
Kurang Tepat 4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
Tepat
3
2
3
2
2
3
3
2
3
2
3
2
2
2
Tepat
4
4
3
4
4
4
3
4
4
3
3
3
2
2
Tepat
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
∑ 4 7 3 4 5 0 4 8 3 4 3 3 5 0 3 4 5 2 3 4 4 7 5 3
Kategori Baik Kurang Baik Baik Kurang Kurang Baik Kurang Baik Kurang Baik Baik
Lampiran 15. Hasil Analisis Statistik Univariat
Frequency Table
Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Laki-laki
20
22.2
22.2
22.2
Perempuan
70
77.8
77.8
100.0
Total
90
100.0
100.0
Status Kepegawaian Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
BLUD
62
68.9
68.9
68.9
PNS
28
31.1
31.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pendidikan Terakhir Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
DIII
71
78.9
78.9
78.9
S1
8
8.9
8.9
87.8
Ners
11
12.2
12.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
Jenis transportasi yang digunakan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
motor
84
93.3
93.3
93.3
mobil
6
6.7
6.7
100.0
Total
90
100.0
100.0
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
Usia
90
100.0%
0
.0%
90
100.0%
Lama Bekerja
90
100.0%
0
.0%
90
100.0%
Jarak rumah ke Rumah
90
100.0%
0
.0%
90
100.0%
Sakit
Descriptives Statistic Usia
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lama Bekerja
31.0556 Lower Bound
29.7999
Upper Bound
32.3112
Median
30.0000
Std. Deviation
5.99506
Minimum
23.00
Maximum
46.00
Range
23.00
Mean
7.3667
95% Confidence Interval for
Lower Bound
6.3820
Mean
Upper Bound
8.3513
Median
2.00
Maximum
20.00
Range
18.00
Jarak rumah ke Mean
6.4222
95% Confidence Interval for
Lower Bound
5.1254
Mean
Upper Bound
7.7190
Std. Deviation
.49554
4.70106
Minimum
Median
.63193
7.0000
Std. Deviation
Rumah Sakit
Std. Error
5.0000 6.19165
Minimum
1.00
Maximum
32.00
Range
31.00
.65266
Frequency Table
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tepat
71
78.9
78.9
78.9
Kurang Tepat
19
21.1
21.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
56
62.2
62.2
62.2
Kurang
34
37.8
37.8
100.0
Total
90
100.0
100.0
Lampiran 16. Hasil Analisis Statistik
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Model Kepemimpinan
Missing
Percent 90
N
100.0%
Total
Percent 0
N
Percent
.0%
90
100.0%
Situasional Partisipatif * Pelaksanaan Timbang Terima
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif * Pelaksanaan Timbang Terima Crosstabulation Pelaksanaan Timbang Terima Baik Model Kepemimpinan
Tepat
Situasional Partisipatif
Count Expected Count % within Model Kepemimpinan
Kurang
Total
50
21
71
44.2
26.8
71.0
70.4%
29.6%
100.0%
55.5%
23.4%
78.9%
6
13
19
11.8
7.2
19.0
31.6%
68.4%
100.0%
6.7%
14.4%
21.1%
56
34
90
56.0
34.0
90.0
62.2%
37.8%
100.0%
62.2%
37.8%
100.0%
Situasional Partisipatif % of Total Kurang Tepat
Count Expected Count % within Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif % of Total
Total
Count Expected Count % within Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif % of Total
Lampiran 17. Hasil Analisis Statistik Bivariat (Chi Square) Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
9.621a
1
.002
Continuity Correctionb
8.040
1
.005
Likelihood Ratio
9.407
1
.002
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear
.003 9.514
1
.002
Association N of Valid Cases
90
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,18. b. Computed only for a 2x2 table
.003
Lampiran 18. Persentase Hasil Item Pernyataan Kuesioner Kepemimpinan
Frequency Table Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 1 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
20
22.2
22.2
22.2
Sering
47
52.2
52.2
74.4
Selalu
23
25.6
25.6
100.0
Total
90
100.0
100.0
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 2 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
36
40.0
40.0
40.0
Sering
39
43.3
43.3
83.3
Selalu
15
16.7
16.7
100.0
Total
90
100.0
100.0
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 3 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
23
25.6
25.6
25.6
Sering
47
52.2
52.2
77.8
Selalu
20
22.2
22.2
100.0
Total
90
100.0
100.0
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 4 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
3
3.3
3.3
3.3
Sering
28
31.1
31.1
34.4
Jarang
41
45.6
45.6
80.0
Tidak Pernah
18
20.0
20.0
100.0
Total
90
100.0
100.0
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 5 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
1
1.1
1.1
1.1
Sering
26
28.9
28.9
30.0
Jarang
33
36.7
36.7
66.7
Tidak Pernah
30
33.3
33.3
100.0
Total
90
100.0
100.0
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 6 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
1
1.1
1.1
1.1
Sering
28
31.1
31.1
32.2
Jarang
38
42.2
42.2
74.4
Tidak Pernah
23
25.6
25.6
100.0
Total
90
100.0
100.0
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 7 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
2
2.2
2.2
2.2
Sering
31
34.4
34.4
36.7
Jarang
33
36.7
36.7
73.3
Tidak Pernah
24
26.7
26.7
100.0
Total
90
100.0
100.0
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 8 Cumulative Frequency Valid
Tidak Pernah
Percent
Valid Percent
Percent
3
3.3
3.3
3.3
Jarang
23
25.6
25.6
28.9
Sering
52
57.8
57.8
86.7
Selalu
12
13.3
13.3
100.0
Total
90
100.0
100.0
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 9 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sering
24
26.7
26.7
26.7
Jarang
38
42.2
42.2
68.9
Tidak Pernah
28
31.1
31.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 10 Cumulative Frequency Valid
Tidak Pernah
Percent
Valid Percent
Percent
1
1.1
1.1
1.1
Jarang
17
18.9
18.9
20.0
Sering
56
62.2
62.2
82.2
Tidak Pernah
16
17.8
17.8
100.0
Total
90
100.0
100.0
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 11 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Selalu
6
6.7
6.7
6.7
Sering
26
28.9
28.9
35.6
Jarang
25
27.7
27.7
63.3
Tidak Pernah
33
36.7
36.7
100.0
Total
90
100.0
100.0
Model Kepemimpinan Situasional Partisipatif No. 12 Cumulative Frequency Valid
Tidak Pernah
Percent
Valid Percent
Percent
1
1.1
1.1
1.1
Jarang
25
27.8
27.8
28.9
Sering
41
45.5
45.5
74.4
Selalu
23
25.6
25.6
100.0
Total
90
100.0
100.0
Lampiran 19. Persentase Hasil Item Pernyataan Kuesioner Timbang Terima
Pelaksanaan Timbang Terima No. 1 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
14
15.6
15.6
15.6
Sering
40
44.4
44.4
60.0
Selalu
36
40.0
40.0
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 2 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
33
36.7
36.7
36.7
Sering
30
33.3
33.3
70.0
Selalu
27
30.0
30.0
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 3 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
22
24.4
24.4
24.4
Sering
36
40.0
40.0
64.4
Selalu
32
35.6
35.6
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 4 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
24
26.7
26.7
26.7
Sering
35
38.9
38.9
65.6
Selalu
31
34.4
34.4
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 5 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
41
45.5
45.5
45.5
Sering
25
27.8
27.8
73.3
Selalu
24
26.7
26.7
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 6 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
28
31.1
31.1
31.1
Sering
26
28.9
28.9
60.0
Selalu
36
40.0
40.0
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 7 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
31
34.4
34.4
34.4
Sering
38
42.3
42.3
76.7
Selalu
21
23.3
23.3
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 8 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
20
22.2
22.2
22.2
Sering
46
51.1
51.1
73.3
Selalu
24
26.7
26.7
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 9 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
31
34.4
34.4
34.4
sering
35
38.9
38.9
73.3
Selalu
24
26.7
26.7
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 10 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
36
40.0
40.0
40.0
Sering
32
35.6
35.6
75.6
Selalu
22
24.4
24.4
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 11 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
29
32.2
32.2
32.2
Sering
38
42.2
42.2
74.4
Selalu
23
25.6
25.6
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 12 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
34
37.8
37.8
37.8
Sering
34
37.8
37.8
75.6
Selalu
22
24.4
24.4
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 13 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
33
36.7
36.7
36.7
Sering
31
34.4
34.4
71.1
Selalu
26
28.9
28.9
100.0
Total
90
100.0
100.0
Pelaksanaan Timbang Terima No. 14 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jarang
49
54.5
54.5
54.4
Sering
22
24.4
24.4
78.9
Selalu
19
21.1
21.1
100.0
Total
90
100.0
100.0
Lampiran 20. Lembar Kuesioner Responden