Kronis 02.docx

  • Uploaded by: Yurlizza Masirete
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kronis 02.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,153
  • Pages: 62
Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Penyakit Paru Obstruktif Kronik

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Perilaku masyarakat adalah perilaku proakftif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat melalui usaha kesehatan yang bersipat promotif, preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan dapat mengurangi angka morbiditas, mortalitas dan kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). Masalah kesehatan yang semakin komplek, menuntut asuhan keperawatan pada setiap orang dan pada berbagai tingkat usia yang membutuhkan bantuan perawatan kesehatan, terutama yang mempunyai gangguan fungsi tubuh yang bersifat kronis, karena dapat mengancan kehidupan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Penyakit paru obstruktif kronik merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dalam ke luar paru. Gangguan yang penting adalah bronchitis obstruktif emfisiema, dan asma bronchial (Muttaqin, 2008). 1 Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan jumlah penduduk yang terus meningkat, maka pola dan gaya hidup pun semakin beraneka ragam serta ditambah dengan altivitas manusia yang tidak memperhatikan lingkungan, sehingga menimbulkan polusi udara yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit

paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asama bronchial, bronchitis kronis, dan emfisiema paru-paru. Sering juga penyakit-penyakit ini disebut dengan Chronic Airflow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Diseases (COLD). PPOK merupakan kondisi yang ireversibel yang berkaitan dengan dipsnea saat beraktifitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. PPOk merupakan penyebab kematian kelima terbesar di Amerika serikat, Penyakit ini menyerang lebih dari 25% populasi dewasa (Smeltzer dan Bare, 2002). Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjanan penyakit ini terjadi fase-fase eksaserbasi akut, Berbagai factor berperan dalam perjalanan penyakit ini, antara lain factor resiko yaitu factor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi genetik dan perubahan cuaca. Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2007 asma, bronchitis kronik dan emfisiema menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI menunjukan angka kematian karena asma, bronchitis kronis dan emfisiema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Menurut riset kesehatan dasar (RisKesDas) 2007, penyakit asma salah satu penyebab PPOK di Indonesia ada sekitar 5,4% pengidap asma sedangkan di Jawa Barat sebanyak 6,6% baik yang pernah didiagnosis asma maupun yang pernah mengalami gejala. Ada kecenderungan prevelensi penyakit asma meningkat dengan bertambahnya umur, pada umur 65-74 sebanyak 15,8% yang mengidap asma. Menurut jenis pekerjaan utama,

prevelensi 8,3%, disusul kelompok petani/nelayan/buruh dengan 7,5%. Sedangkan didaerah perkotaan hanya 4,5% (Depkes, 2007). Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta perbaikan hidup di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat, mengakibatkan perkembangan di bidang pelayanan kesehatan. Untuk itu, diperlukan sumber daya manusia yang kompeten, berpikir maju, dan bertanggung jawab (Depkes RI. 2009). Salah satu bentuk pelayanan kesehatan masyarakat adalah melalui puskesmas yang ditunjang oleh 20 program pokok kegiatan puskesmas yang salah satu sasarannya yaitu perawatan pada individu dengan Penyakit paru obstrukif kronik (PPOK), karena penyakit ini merupakan penyakit yang memerlukan pengawasan dan penanganan dari pihak yang terkait, kelompok khusus masyarakat dan keluarga dalam merawat klien dengan penyakit paru obsrtuktif kronik. Menurut data kunjungan penyakit dari sistem pernapasan yang diperoleh dari Puskesmas Tamansari penyakit berikut yang termasuk kedalam PPOM adalah dapat dilihat dalam table 1.1 : Tabel 1.1 Jumlah kasus penyakit saluran pernapasan di Puskesmas Tamansari Periode Bulan Januari-Desember 2012 No

Penyakit

Angka Kejadian

Persentasi

1 Asma 529 30,45% 2 Bronkitis 453 26,07% 3 Bronco pneumonia 55 3,17% 4 Influenza 186 10,70% 5 TB Paru 514 29,59% Jumlah 1737 99,98% Sumber : Bagian Pelaporan dan Pencatatan Puskesmas Tamansari 2013 Berdasarkan data tabel diatas, tingkat kejadian penyebab PPOK yaitu asma sekitar 529 kasus (30,45%). Untuk itu diperlukan upaya promotif dan preventif, agar pasien mampu mengatasi masalah penyakitnya yang dapat menimbulkan dampak terhadap fungsi keluarga

yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan keluarga, fungsi reproduksi, dan fungsi ekonomi. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan oleh profesi keperawatan dalam mengatasi hal tersebut dengan memberikan asuhan keperawatan keluarga yang komperhensif pada keluarga yang memiliki masalah kesehatan dan keperawatan yang diakibatkan oeh penyakit saluran pernapasan, salah satunya adalah penyakit PPOK, yang didokumentasikan dalam bentuk studi kasus dengan judul

“Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S dengan Gangguan Sistem Pernapasan : Penyakit Paru Obstruktif kronik pada Tn. S di Kp. Ciwaas Depok II RT/RW. 03/05 Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.” B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan pengetahuan dan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga secara langsung dan komperhensif meliputi aspek bio-psiko-sosialspiritual pada klien dengan gangguan sisten pernafasan : penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dengan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada Keluarga Tn. S yang menderita PPOK. b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Keluarga Tn. S yang menderita PPOK. c. Dapat menentukan rencana keperwatan pada Keluarga Tn. S yang menderita PPOK. d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan perencanaan pada Keluarga Tn. S yang menderita PPOK. e. Dapat melaksanakan evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada Keluarga Tn.S yang menderita PPOK.

f.

Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan Keluarga yang telah dilaksanakan pada Keluarga Tn. S yang menderita PPOK.

C. Metode Telaahan Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif yang berbentuk studi kasus melalui : 1. Observasi Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan tekhnik inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. 2. Wawancara Wawancara yaitu kegiatan aktif dengan menanyakan secara langsung tentang data atau informasi kepada keluaraga. 3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yaitu upaya untuk mengambil data melalui pemeriksaan klien dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 4. Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium dapat digunakan perawat sebagai data obyektif yang disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik daapt membantu terapis untuk menerapkan diagnosis medis dan membantu perawat untuk mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan (Nursalam, 2008). 5. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi yaitu memperjelas pada status klien dengan catatan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.

6. Partisipasi aktif

Dasar hubungannya adalah hubungan timbal balik antar perawat, klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya (Nursalam, 2008). 7. Studi Kepustakaan Melalui studi literatur yang di peroleh dari buku sumber dan referensi hasil para ahli yang ada kaitannya dengan studi kasus tersebut dan mencantumkannya sebagai landasan lain. D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan karya tulis ini terdiri dari 4 Bab, yaitu sebagai berikut : Bab I pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode telaahan dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan teoritis, meliputi konsep dasar keluarga yaitu : pengertian keluarga, fungsi keluarga, tahap dan tugas perkembangan keluarga, keluarga beresiko tinggi. Konsep dasar penyakit paru obsrtuktif kronik meliputi : pengertian, patofisiologi, tanda dan gejala, klasifikasi, komplikasi, penatalaksanaan. Dampak PPOK terhadap keluarga meliputi : fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosial, fungsi pendidikan, fungsi ekonomi. Proses keperawatan kesehatan keluaraga meliputi :tahap pengkajian, analisa data, perumusan masalah dan penegakan diagnose keperawatan, prioritas masalah, perencanaan, tindakan atau implementasi dan evaluasi. Bab III tinjauan kasus dan pembahasan, tinjauan kasus meliputi tahapan pengkajian, diagnosa mkeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembahasan meliputi kesenjangan antara teori-teori yang didapat dengan praktek di lapangan. Bab IV kesimpulan dan rekomendasi, meliputi kesimpilan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan rekomendasi operasional asuhan keperawatan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar 1. 9 Konsep Dasar keluaraga a. Pengertian Keluarga Keluarga berasal dari bahasa sansakerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antarindividu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut (Jhonson, 2010). 1) Menurut Raisner (1980), keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, nenek dan kakek (Jhonson, 2010). 2) Menurut Logan’s (1979), keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Jhonson, 2010). 3) Menurut Gillis (1983), keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang komleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu (Jhonson, 2010). 4) Menurut Duvall (1986), menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan

perkawinan

,

kelahiran

dan

adopsi

yang

bertujuan

untuk

menciptakan,

mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga (Jhonson, 2010).

5) Menurut Bailon dan maglaya (1978), keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan satu budaya (Jhonson, 2010). 6) Menurut Depkes RI (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang dan berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008). 7) Menurur UU No. 10 tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri suami, istri atau suami istri dan anaknya (Setiadi, 2008). Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah: 1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi. 2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain. 3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik. 4) Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota. b. Ciri-ciri Keluarga 1) Menurut Robert Mact Iver dan Charles Horton a) Keluarga merupakan hubungan perkawinan. b) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara. c) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis keturunan.

d) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untukmempunyai keturunan dan membesarkan anak. e) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga. 2) Ciri Keluarga Indonesia a) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong. b) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran. c) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses keputusan dilakukan secara musyawarah.

c. Tipe Keluarga 1) Nuclear Family (Keluarga Inti) Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya (Setiadi, 2008). 2) Extended Family (Keluarga Besar) Keluarga inti di tambah dengan anggota keluarga yang lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, keponakan, paman, bibi (Murwani, 2007). 3) Single Parent Family Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/adopsi). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian (Murwani, 2007). 4) Single Adult Suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa (misalnya seseorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah) (Murwani, 2007). 5) Nuclear Dyad (Keluarga Dyad) Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama (Ali, 2010).

6) Blended Family Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu (Ali, 2010). 7) Three Generation family Keluarga dengan tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah (Setiadi, 2008). 8) Middle Age atau Eldeary Couple Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya (Ali, 2010). 9) Tradisional Nuclear (Keluarga Tradisional) Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sankai-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau dikeduanya dapat bekerja diluar rumah (Setiadi, 2008). d. Fungsi Keluarga Menurut Effendy (2004), fungsi keluarga adalah sebagai berikut : 1) Fungsi biologis a) Untuk meneruskan keturunan. b) Memelihara dan membesarkan anak. c) Memenuhi kebutuhan gizi keluaraga. d) Memelihara dan merawat anggota keluarga. 2) Fungsi psikologis a) Memberikan rasa aman dan kasih sayang. b) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga. c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga. d) Memberikan identitas keluarga.

3) Fungsi sosialisasi a) Membina sosialisasi pada anak. b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak. c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. 4) Fungsi ekonomi a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya. 5) Fungsi pendidikan a)

Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam mememnuhi perannya sebagai orang dewasa. c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.

Tugas kesehatan keluarga Friedman (1998) dalam Murwani (2007) adalah sebagai berikut : a. Mengenal masalah kesehatan Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana presepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan presepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga. b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Kemampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah diraskan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumbersumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit. d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga. e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan,, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipresepsikan keluarga. e. Tahap dan tugas perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga a) Tahap 1

: Pasangan yang baru menikah

Mencipta atau membina hubungan yang harmonis saling menguntungkan Family Planing :



Setelah dua invidu mengikat hubungan dengan satu perkawinan mereka harus mempersiapkan untuk hidup bersama saling belajar menyesuaikan diri dan memulai kegiatan rutin secara bersama.

 Pasangan mulai merencanakan kapan mereka menginginkan anak. b) Tahap II

: Dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai 30 bulan

Adaptasi menjadi orang tua, memenuhi kebutuhan-kebutuhan bayi atau anak.  Kelahiran anak membawa anggota baru 

Mempelajari dan menerima pertumbuhan dan perkembangan anak usia pra sekolah, persiapan kelahiran berikutnya.

c) Tahap III : Keluarga dimana anak pertama usia pra sekolah (30 bln6thn). Mengasuh anak,menyesuaikan atau menyedikan anak usia Pra

sekolah,persiapan kelahiran

anak berikutnya. d) Tahap IV

: Keluarga dengan anak pertama usia sekolah (6-13 tahun).

Salah satu tugas dari orang tua ada tahap ini sosialisai anak, mendorong anak, mencapai prestasi sekolah, dan memelihara hubungan perkawinan yang harmonis. e) Tahap V

: Keluarga dengan anak pertama usia remaja (13-20 tahun).

Menjaga keseimbangan tanggung jawab bagi remaja, pada tahap ini sering terjadi komplik antara orang tua remaja. f) Tahap VI

: Keluarga dengan anak pertama usia dewasa muda (anak ertama meningalkan

rumah untuk membina keluarga baru sampai anak terakhir). Melepaskan anak untuk membina perkawinan, biasanya ibu lebih sulit untuk menerimanya, sedangkan bapak kariernyasudah memuncak dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja.

g) Tahap VII

: Orang tua dengan anak usia pertengahan (mulai anak terakhir meninggalkan

rumah). Menjalin kembali hubungan perkawinan, membina hubungan dengan generasi baru. h) Tahap VIII

: Tahap akhir dari siklus keluarga, keluarga usia tua (salah satu/ keduanya

pensiun, salah satu meninggal dan pada akhirnya keduanya meninggal dunia). Penyesuaian terhadap pensiun, pasangan meninggal dunia. Duvall (1997, dalam Friedman, 2010). f. Keluarga resiko tinggi Keluarga beresiko tinggi adalah keluarga yang kemungkinan besar menimbulkan stress yang berlebihan terhadaporang tua dan keluarga. Stresor-stresor yang menimbulkan keluarga beresiko tinggi, berasal dari ibu (seperti dari ibu yang masih remaja), anak (seperti seorang anak yang menderita sakit yang membahayakn hidup),atau lingkungan keluarga (seperti bencana lokal) (Friedman, 2010). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi : 1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dngan masalah sebagai berikut : a) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah. b) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri. c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/ keluarga dengan penyakit keturunan. 2) Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan, waktu hamil : a) Umur ibu (16 tahun atau lebih dari 35 tahun). b) Menderita kekurangan gizi/ anemia. c) Menderita hipertensi. d) Primipara atau multipara.

e) Riwayat persalinan dan komplikasi. 3) Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena : a) Lahir premature/ BBLR. b) Berat badan sukar naik. c) Lahir dengan caact bawaan. d) ASIibu kurang, sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi. e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi/ anaknya. 4) Keluarga mempunyai masalah dalm hubungan antara anggota keluarga a) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan. b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan ketegangan. c) Ada anggota keluarga yang sering sakit. d) Salah satu orang tua (suami/ istri meninggal, cerai atau lari meninggalkan keluarga). (Effendy, 2004). g. Struktur Keluarga Struktur Keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya: 1) Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. 2) Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. 3) Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4) Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. 5) Keluarga Kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. h. Peran Keluarga Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing : Ayah/ suami, peran formal : sebagai pemimipin keluarga, mencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, dan member rasa aman kepada anggota keluarga. Peran Informal : sebagai anggota masyarakat/kelompok sosial tertentu. Ibu/istri, peran formal : sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung keluarga, dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. Peran Informal : Sebagai anggota masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual (Ali, 2010). i. Peran Perawat Keluarga Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga, diantaranya sebagai berikut (Murwani, 2007) : 1) Pendidik Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan sebagai berikut : (a) Keluarga dapat melakukan program asuhan keperawatan keluarga secara mandiri dan (b) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga. 2) Koordinator Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komperhensif dan tercapai.

3) Pelaksana Perawat yang bekerja dengan klien dan jeluarga baik dirumah, klinik maupun rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. 4) Pengawas Kesehatan Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan kunjungan atau home visite yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga. 5) Konsultan Harus ada hubungan saling percaya antara perawat dengan klien agar keluarga tidak canggung saat meminta nasihat dari perawat. Karena perawat sebagai nara sunber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. 6) Kolaborasi Sebagai perawat di komunitas, juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. 7) Fasilitator Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. 8) Penemu Kasus Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB).

9) Modifikasi Lingkungan

Perawat komunitas juga harus bisa memodifikasi lingkungan, bai lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercapai lingkungan yang sehat. 2. Konsep Dasar Penyakit Paru Obstruktif Kronik a. Pengertian Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan sejimlah gangguan yang mememngaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru (Muttaqin, 2008). Menurut Somamtri (2009), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh eningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang memebentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronchial, bronchitis kronik, dan emfisiema paru-paru, sering juga penyakit-enyakit ini disebut dengan Chronic Airflow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Diseases (COLD). Menurut Tabrani Rab (2010), COPD merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif dan dispnea dan terjadinya obstrusi saluran nafas sekalipun penyakit ini bersifat kronis dan merupakan gabungan dari emfisiema, bronkiolitis kronik maupun asama, tetapi dalam keadaan tertentu terjadi perburukan dari fungsi pernafasan. Dalam beberapa keadaan perubahan dari COPD ini dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pernafasan,oleh karena itu istilah yang sering digunakan adalah Acute On Chronic Respiratory Failure (ARCF). b. Etiologi Etiologi pasti penyakit ini belum diketahui. Tapi faktor resiko timbulnya penyakit ini adalah : 1) Merokok .

2) Polusi Udara. 3) Infeksi paru berulang. 4) Jenis Kelamin. 5) Ras. 6) Defisiensi anti oksidan. 7) Umur c.

Patofisioligi Obstruksi jalan nafas menyebabakan reduksi aliran udara yang beragam bergantung pada penyakit. Pada bronchitis kronis dan bronkhiolitis, terajdi penumpukan lendir dan sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan nafas. Pada emfisiema, obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang udara dalam paru. Pada asma, jalan nafas bronchial menyempit dan membatasi jumlah udara yang mengalir ke dalam paru. Protokol pengobatan tertentu digunakan dalam semua kelainan ini, meski patofisiologi dari masing-masing kelainan ini membentuk pendekatan spesifik. PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan lingkungan. Merokok, polusi udara, dan paparan di tempat kerja merupakan faktor risiko penting yang menunjang terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang 20-30 tahun. PPOK juga ditemukan terjadi pada indivdu yang tidak mempunyai enzim yang normal untuk mencegah penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu. PPOM merupakan kelainan dengan kemajuan lambat yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menunjukan awitan (onset) gejala klinisnya seperti kerusaakan fungsi paru. PPOM sering menjadi simptomatik selama tahun-tahun usia baya, tetapi insidennya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Meskipun aspek-aspek fungsi paru tertentu seperti kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi paksa (FEV) menurun sejalan dengan

peningkatan usia, PPOM dapat memperburuk perubahan fisiologi yang berkaitan dengan penuaan dan mengakibatkan obstruksi jalan nafas misalnya pada bronchitis serta kehilangan daya pengembangan (elastisitas) paru misalnya pada emfisisema. Oleh karena itu, terdapat perubahan tambahan dalam rasio ventilasi-perfusi pada klien lansia dengan PPOM. Terjadinya penyempitan dari saluran pernapasan

yang disebabkan oleh karena

sekresi mucus yang mengental terutama pada pasien bronchitis dan bronkospasme, Kontraksi dari otot bronkus yang disertai dengan cairan edema akibat inflamasi pada asma kronik, Destruksi dari parenkim paru pada emfisiema. Penyempitan dari bronkus ini dapat menyebabkan terjadinya obstruksi

saluran

pernafasan menahun, terjadinya perangkap udara, oleh karena udara yang masuk sewaktu inspirasi lebih mudah dari pada waktu ekspirasi. Hal ini ditemukan pada kasus asma dan emfisiema pulmonal obstruktif (Muttaqin, 2008). d.

Tanda dan Gejala Tanda dan gejala mengarah pada dua tipe pokok, mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronis dan gambaran klinik kearah emfisiema :

1) Kelemahan badan. 2) Batuk. 3) Sesak nafas. 4) Sesak nafas saat beraktivitas dan nafas berbunyi. 5) Mengi atau wheezing. 6) Ekspirasi yang memanjang. 7) Bentuk dada (Barrel chest) pada penyakit lanjut. 8) Penggunaan otot bantu pernafasan. 9) Suara nafas melemah. 10) Edema kaki

e.

Klasifikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronik Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruktif kronik adalah :

1) Bronkitis Kronik a) Pengertian Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan nafas dengan penyempitan/jambatan jalan napas dan peningkatan produksi sputum, menyebabkan ketidakcocokan ventilasiperkusi dan menyebabkan sianosis (Somantri, 2009). Bronkitis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif (Somantri, 2009). b) Etiologi Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas, tapi factor resiko yang dapat menyebabkan bronkitis adalah : (1) Infeksi : Sytaphylococcus (stafilokokus), Streptococcus (streptokokus), Pneumococcus (pneumokokus), Haemophilus influenza. (2) Merokok. (3) Alergi. (4) Rangsangan lingkungan, misal : asap pabrik, asap mobil, asap rokok dan polusi udara. c) Tanda gejala Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin adalah tanda dini bronchitis kronis. Batuk mungkin dapat diperburuk oleh cuaca yang dingin, lembab, dan iritan paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat merokok dan sering merokok dan sering mengalami infeksi pernapasan.

d) Pemeriksaan penunjang (1) Pemeriksaan analisa gas darah : hipoksia dengan hiperkapnia. (2) Rontgen dada : pembesaran jantung dengan diafragma normal/mendatar. (3) Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit : dapat sedikit meningkat. (4) CT-Scan : ada/tidaknya dilatasi bronchial. (5) Bronkoskopi. (6) Bronkografi. e) Penatalaksanaan Karena sifat bronchitis yang menimbulkan ketidakmampuan, stiap upaya-upaya diarahkan untuk mencegah kekambuhan. Satu tindakan esensial adalah untuk menghindari iritan pernapasan (terutama asap tembakau). Infeksi bakteri kambuhan diobati dengan terapi antibiotic berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas. 2) Asma a) Pengertian Asma adalah suatu penyakit yang ditandai denganadanya obstruksi jalan napas yang hilang secara spontan atau yang disebabkan oleh adanya spasme otot lunak, bronchial, sekresi mukus yang berlebihan dan oedema yang belebihan. Asma Bronchial adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan meningkatnya respons trachea dan bronchi oleh berbagai rangsangan (Somantri, 2009). Asma Bronchiale adalah suatu kondisi deimana bronchus sangat responsive terhadap stimulus dan bersifat reversible. b) Etiologi (1) Faktor predisposisi

Genetik (keturunan). (2) Faktor prestisipasi (a) Alergi. (b) Lingkungan kerja, berkaitan dengan dimana dia bekerja, misalnya orang yang bekerja di industri tekstil, laboratorium hewan. (c) Perubahan cuaca. (d) Stress. (e) Olah raga yang terlalu berat.

c) Klasifikasi (1) Ekstrinsik (alergi) Penyebabnya bisa dari debu, serbuk bunga, bulu binatang dan spora jamur. (2) Intrinsik (non alergi) Beraksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau diketahui, seperti udara dingin dan emosi. (3) Gabungan Gabungan dari alergi dan non alergi. d) Tanda gejala (1) Tingkat I Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksan fisik dan fungsi paru.Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium. (2) Tingkat II Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukan adanya tandatanda obstruksi jalan napas. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan. (3) Tingkat III

Tanpa keluhan. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukan adanya obstruksi jalan napas. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali. (4) Tingkat IV Klien mengeluh batuk, sesak napas dan napas berbunyi wheezing. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan napas. (5) Tingkat V Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang bersifat refractor sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan napas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : kontraksi otot-otot pernapasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi. e) Penatalaksanaan (1) Pengobatan farmakologik : (a) Simpatomimetik/andrenergik (Adrenalin dan efedrin). Nama obat : Orsiprenalin (Alupent). Fenoterol (berotec). Terbutalin (bricasma).

(b) Santin (teofilin) Nama obat : Aminofilin (Amicam supp). Aminofilin (Eufhilin Retard).

Teofilin (Amilex). (2) Pengobatan non farmakologik (a) Memberikan penyuluhan. (b) Menghindari faktor pencetus. (c) Pemberian cairan. (d) Fisiotherapy. (e) Beri O2 bila perlu. 3) Emfisiema a)

Pengertian Emfisiema didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar bronkiolus terminal cengan kerusakan dinding alveoli (Bruner & Suddarth, 2002). Emfisiema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara didalam paru-paru di sertai destruksi jaringan (WHO).

b)

Tanda gejala

(1) Dispnea. (2) Takipnea. (3) Krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi. (4) Hipoksemia. (5) Anoreksia. (6) Penurunan BB. (7) Kelemahan. c)

Penatalaksanaan

(1) Penatalaksanaan umum (a) Pendidikan kesehatan. (b) Menghindari rokok dan zat inhalasi.

(c) Menghindari infeksi saluran napas. (2) Pemberian obat-obatan (a) Bronkodilator. (b) Kortikosteroid. (c) Ekspectoran dan mucolitik. (d) Antibiotik. (3) Terapi oksigen. (4) Latihan fisik. (5) Fisioterafi. f.

Komplikasi Penyakit Paru obstruktif Kronik 1) Hipoksemia Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaCO2 < 55 mmHg, dengan nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa, Pada tahap lanjut akan timbul sianosis. 2) Asidodis Respiratori Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul antara lain nyeri kepala, fatigue, letargi, dizzinies dan takipnea. 3) Infeksi Respiratori Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mucus dan rangsangan otot polosbrinkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan timbulnya dispnea. 4) Gagal Jantung Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat,. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisiema berat juga mengalami masalah ini.

5) Kardiak Disritmia Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratori. 6) Status Asmatikus Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancan kehidupan, dan sering kali tidak berespons terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernapasan dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan asma (Somantri, 2009).

g. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah : 1) Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya fase akut tetapi jugapada fase kronik. 2) Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian. 3) Mengarungi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya bisa dideteksi lebih awal. 4) Memelihara kepatenan jalan napas dengan menurunkan spasme bronkus dan membersihkan secret yang berlebihan. 5) Memelihara keefektifan pertukaran gas. 6) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernapasan. 7) Meningkatkan toleransi latihan. 8) Mencegah adanya komplikasi ( gagal napas akut dan status asmatikus ). 9) Mencegah alergi atau iritasi jalan napas. 10) Membebaskan adanya kecemasan dan mengobati depresi yang sering menyertai adanya obstruksi jalan napas kronis. 3. Dampak Penyakit Terhadap Fungsi Keluarga a. Fungsi biologis

Dalam memenuhi kebutuhan biologis, keluarga tidak berfungsi secara maksimal karena anggota keluarganya yang menderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang membutuhkan perhatian untuk memenuhi kebutuhanya.

b. Fungsi psikologis Penyakit Paru Obstruktif Kronik ini sangat mempengaruhi terhadap psikologis penderita atau keluarga karena akan menimbulkan kecemasan. Apalagi setelah tahu bahwa penyakit tersebut akan menimbulkan komplikasi yang lebih parah.. c. Fungsi sosial Keadaan sakit mengakibatkan aktivitas seseorang menjadi terbatas salah satunya dalam bersosialisai dan berinteraksi baik di dalam maupun dengan masyarakat luar sekitarnya. Kunjngan pada acara-acara tertentu seperti pengajian pun jadi terganggu. d. Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan seperti penanaman akhlak yang baik, pengetahuan dan keterampilan sehubungan dengan fungsi lainnya akan terganggu. e. Fungsi ekonomi Salah satu unsur untuk meningkatkan kesehatan yaitu dengan cara melakukan pengobatan, untuk itu biaya yang diperlukan keluarga menjadi lebih besar sehubungan dengan adanya anggota keluarga yang sakit. 4. Pengkajian Lansia a. Identifikasi masalah emosional Pertanyaan tahap I 1) Apakah klien mengalami sukar tidur ? 2) Apakah klien sering merasa gelisah ? 3) Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?

4) Apakah sering was-was atau kuatir ? Lanjutkan tahap 2, jika lebih atau sama dengan satu jawab “ya” Pertanyaan tahap 2 1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalamsatu bulan ? 2) Ada masalah atau banyak pikiran ? 3) Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain ? 4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter ? 5) Cenderung mengurung diri ? Bila lebih atau sama dengan 1 jawaban “ya”

Masalah emosional klien positif (+) b. Pengkajian fungsional klien 1) Katz Indeks a)Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi toilet, berpindah dan mandi. b) Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas. c)Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain. d) Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain. e)Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang lain. f) Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain. g) Ketergantungan untuk semua fungsi diatas. h) Lain-lain Keterangan :

Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskpun ia dianggap mampu. 2) Barthel Indeks Tabel 2.1 Barthel Indeks No

Kriteria

1

2

1

Makan

5

2

Minum

5

3

6 7 8 9 10

Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, sebaliknya Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi) Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram) Mandi Jalan kepermukaan datar Naik turun tangga Mengenakan pakaian Kontrol bowel (BAB)

11

Kontrol bladder (BAK)

4

5

12

Olahraga/latihan Rekreasi/pemanfaatan waktu luang Jumlah Keterangan : a.

Dengan Bantuan 3

130

b. 65-125

: mandiri : ketergantungan sebagian

Mandiri

Keterangan

4

5 Frekuensi: Jumlah: Jenis: Frekuensi: Jumlah: Jenis:

5-10

0

Frekuensi

5

5 0 5 5 5 5 5 5

Frekuensi

Frekuensi: Konsistensi: Frekuensi: Warna: Jenis: Jenis: Frekuensi:

c.

60

: ketergantungan total

3) Aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan mini mental status exam (MMSE)

No 1 1

Aspek kognitif 2 Orientasi

Tabel 2.2 MMSE Nilai Nilai klien maksimal 3 4 5 o o o o o

Orientasi

2

Registrasi

3

o o o

Perhatian dan kalkulasi 3

o o o o o

3

Mengingat

Bahasa

o o o o o

Kriteria 5 Menyebutkan dngan benar ? Tahun Musim Tangal Hari Bulan Dimana kita sekarang berada ? Negara Propinsi Kota RT RW Sebutkan nama tiga objek (pemeriksa) satu detik untuk mengatakan masingmasing objek. Kemudian tanyakan kepada klien ketiga objek tadi (sebutkan) Kursi Meja Pintu Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 tingkat 93 86 79 72 65 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek pada no 2 tadi. Tunjukan pada klien suatu benda dan

o o

o 4

5

o o o

o

5

6 Jumlah

3

o o

tanyakan namanya pada klien Buku Jam tangan Minta klien untuk mengulang kata berikut : “tak ada jika, dan atau tetapi” Pertanyaan benar dua buah: tak ada tetapi Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri atas tiga langkah “ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh dilantai”. Ambil kertas ditangan anda Lipat dua Taruh dilantai Perintahkan klien untuk hal berikut “tutup mata anda” Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat dan menyalin gambar Tulis satu kalimat Menyalin gambar

9

Keterangan : >23

: aspek kognitif dari fungsi mental baik

18-22

: kerusakan aspek mental ringan ≤

: terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

4) Pengkajian status mental a)Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan short portable mental status questioner (SPSMQ) Tabel 2.3 SPSMQ Benar 1

Salah 2

No 3 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

Pertanyaan 4 Tanggal berapa hari ini ? Hari apa sekarang ? Apa nama tempat ini ? Dimana alamat anda ? Berapa umur anda ? Kapan anda lahir ? (minimal tahun) Siapa presiden Indonesia sekarang ? Siapa presiden sebelumnya ? Siapa nama ibu anda ? Kurangi 3 dari 20 ?

Keterangan : a.

Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh

b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan c.

Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang

d. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

b) Pengkajian keseimbangan untuk klien lansia (adaptasi dan dimodifikasi dari Tinneti, ME, Ginter, dan SF, 1998) Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak, dari dua komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa gerakan yang perlu diobservasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut adalah : (1) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan dari kondisi dibawah ini :

Beri nilai nol jika klien tidak menunjukan kondisi dibawah ini atau beri nilai satu jika klien menunjukan salah satu. -

Bangun dari kursi (dimasukan dalam analisa)* Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong tubuhnya keatas dengan tangan atau bergerak kebagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.

-

Duduk ke kursi (dimasukan dalam analisa)* Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi. Keterangan : (*) kursi yang keras dan tanpa lengan.

-

Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum dengan perlahan-lahan sebanyak tiga kali) Klien menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisinya. Beri nilai satu jika klien menunjukan kondisi diatas dan beri nilali nol jika klien tidak menunjukan kondisi tersebut. Mata tertutup : Sama seperti diatas (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk keseimbangan). Beri nilai satu jika klien menunjukan kondisi diatas dan beri nilai nol jika klien tidak menunjukan kondisi tersebut.

-

Pemutaran leher Menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan ; kaki tidak menyentuh sisinya, keluhan pertigo, pusing atau keadan tidak stabil. Beri nilai satu jika klien tidak menunjukan kondisi diatas dan beri nilai nol jika klien tidak menunjukan kondisi tersebut.

-

Gerakan menggapai sesuatu Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi seoenuhnya sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil, memegang sesuatu untuk dukungan. Beri nilai satu

jika klien menunjukan kondisi diatas dan beri nilai nol jika klien tidak menunjukan kondisi tersebut. -

Membungkuk Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil (misal, pulpen dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha untuk bangun). Beri nilai satu jika klien menunjukan kondisi diatas dan beri nilai nol jika klien tidak menunjukan kondisi tersebut.

(2) Komponen gaya berjalan atau gerakan Beri nilai nol jika klien tidak menunjukan kondisi di bawah ini atau beri nilai satu jika klien menunjukan salah satu dari kondisi di bawah ini : -

Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan, ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan.

-

Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah). Kaki tidak naikm dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (lebih dari 5cm).

-

Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobsrvasi dari samping klien) Setelah langkah-langkah awal, langkah menjadi tidak konsisten, memulai mengangkat kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai.

-

Kesimetrisan langkah (lenih baik diobservasi dari samping klien) Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi lain.

-

Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang klien) Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi lain.

-

Berbalik Berhenti sebelu mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang objek untuk dukungan.

Interpretasi hasil : Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, yang dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 0-5

: resiko jatuh rendah

6-10

: resiko jatuh sedang

11-15

: resiko jatuh tinggi

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Murwani, 2007). Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi: 1. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga. Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah : a. Mengidentifikasi data demografi dan sosial kultural. b. Data lingkungan. c. Struktur dan fungsi keluarga. d. Stress dan strategi koping yang digunakan keluarga. e. Perkembangan keluarga. Sedangkan yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga, adalah pengkajian : a. Fisik. b. Mental. c. Emosi. d. Sosial. e. Ekonomi. 2. Perumusan diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan : a. Actual (terjadi gangguan kesehatan). b. Risiko (ancaman kesehatan). c. Potensial (keadaan sejahtera). 3. Penyusunan perencanaan Perencanaan disusun dengan menyusun prioritasmenetapkan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan. 4. Pelaksanaan asuhan keperawatan Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan mobilisasi sumber-sumber daya yang ada dikeluarga, masyarakat dan pemerintah. 5. Evaluasi Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 1. Tahap Pengkajian Pengkajian adalah suatu tahap dimana seorang perawat mengambil secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam pengkajian dapat menggunakan metode : Wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah pemeriksaan fisik dan anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung kaki) data sekunder, contoh hasil laboratorium, hasil X-ray, pap smear dam sebagainya. Sedangkan tahapan pengkajian adalah sebagai berikut : a. Pengumpulan data Data-data yang dikumpulkan terdiri dari : 1) Catatan status kesehatan keluarga, yang terdiri dari : a) Identitas puskesmas

Mencantumkan nama puskesmas tempat keluarga mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan wilayah kerja Puskesmas. b) Nomor register Mencantumkan nomor urut keluarga disesuaikan dngan aturan yang ada di Puskesmas. c) Tanggal Mencantumkan tanggal, bulan dan tahun ketika dilakukan pengkajian keluarga.

d) Jarak untuk mencapai pelayanan terdekat (1) Kurung pertama diisi dengan mencantumkan jarak puskesmas atau puskesmas pembantu dan rumah keluarga yang dikaji dengan menggunakan satuan jarak. Tulis 1 jika menggunakan satuan meter, tulis 2 jika menggunakan satuan kilometer. (2) Kolom kedua diisi berdasarkan keluarga mencapai pelayanan kesehatan terdekat. Tulis 1 jika Puskesmas atau Puskesmas pembantu dapat dicapai dengan jalan kaki. Tulis 2 jika menggunakan sepeda. Tulis 3 jika menggunakan motor roda 2. Tulis 4 jika menggunakan motor roda 4. Tulis 5 jika menggunakan perahu. 2) Struktur Keluarga a) Identitas kepala keluarga (1) Nama kepala keluarga Mencantumkan nama kepala keluarga dimana pengkajian keluarga dilakukan. (2) Alamat Mencantumkan alamat lengkap keluarga yang dilakukan pengkajian. b) Daftar anggota keluarga (1) Nama anggota keluarga

Menuliskan nama anggota keluarga yang tinggal dirumah.

(2) Hubungan dengan kepala keluarga Hubungan dengan setiap anggota keluarga dengan kepala keluarga seperti : isteri, anak, adik. c) L/P Untuk jenis kelamin laki-laki ditulis L. Untuk jenis kelamin perempuan ditulis P. d) Umur Mencantumkan usia-usia dari setiap anggota keluarga. e) Pendidikan Mencantumkan tingkat pendidikan terakhir anggota keluarga. f) Pekerjaan Mencantumkan pekerjaan anggota keluarga. g) Agama Mencantumkan agama yang dianut oleh setiap anggota keluarga. h) Keadaan kesehatan Mengkaji keadaan kesehatan anggota keluarga saat ini secara umum diisi dengan menggunakan keterangan sehat atau sakit. i) Imunisasi Mengkaji apakah anggota keluarga pernah mendapatkan imunisasi. Diisi menggunakan keterangan ya/ tidak. j) KB Mengkaji apakah keluarga menggunakan metode KB diisi dengan menggunakan keterangan ya/ tidak.

k) Bahasa Indonesia Mengkaji apakah keluarga mampu berbahasa dengan baik. Diisi dengan menggunakan keterangan ya/ tidak. l) Keterangan Diisi jika ada informasi tambahan. Tabel 2.4 Komposisi Keluarga No

Nama Hub L/P Umr Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan Imun KB Ket Anggota kel Sehat

m) Genogram Simbol yang bisa digunakan : Perempuan Menikah Meninggal Tinggal dalam satu rumah Cerai Identifikasi Klien Lak-laki

a. Tipe keluarga Menjelaskan mengenai tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe keluarga saat ini. b. Tipe bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan. c. Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan keluarga. d. Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki keluarga. e. Aktivitas rekreaksi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas reaksi.

f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. Contoh: Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 7 tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Biasanya PPOM terjadi pada perkembangan keluarga tahap VII, karena PPOM terjadi pada usia 30-40 tahun keatas. 2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan secara singkat mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendala mengapa tugas perkembanagan tersebut belum terpenuhi. 3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. g. Bioligis keluarga 1) Keadaan lingkungan “Pada penderita asma ada banyak faktor non imunologi atau non alergi terhadap lingkungan yang dapat memicu timbulnya asma, ketika seseorang rentan terhadap zat iritasi yang dapat menimbulkan asma seperti asap rokok, polusi udara dan bahan kimia. Beberapa pemicu lain dari asma adalah tungau debu, kecoa dan bahkan patogen” Buku Pedoman Asma (Purnomo,2008, http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1825/1/jurnal.pdf,diperoleh tanggal 03 Juli 2013).

2) Kebersihan keluarga Mengkaji kebersihan tubuh anggota keluarga secara umum berdasarkan observasi maupun wawancara. 3) Penyakit sering diderita Mengidentifikasi anggota keluarga yang sering sakit / pernah sakit / sedang sakit. 4) Penyakit Kronik atau menular Menjelaskan mengenai jenis penyakit kronik ataupun penyakit menular yang diderita oleh anggota keluarga. 5) Kecacatan anggota keluarga Menjelaskan keadaan penampilan fisik anggota keluarga dengan kecacatan bawaan maupun kecacatan uang didapat.

6) Pola makan Konsumsi ikan laut, telur, susu, buah-buahan, makanan yang mengandung zat pewarna buatan seperti vetsin dan pengawet. 7) Pola istirahat Menjelaskan mengenai kebiasaan istirahat / tidur keluarga meliputi berapa jam sehari, pada jamberapa keluarga tidur, dan adakah kendala yang mempengaruhi pola istirahat keluarga. 8) Reproduksi/Akseptor KB Menjelaskan mengenai jumlah anak, perencanaan pengaturan jumlah anak, metode KB yang digunakan dan masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi keluarga. 9) Psikologi keluarga a) Keadaan emosi/mental

Menjelaskan kondisi emosi atau mental keluarga terutama dalam hubungannya dengan anggota keluarga lain dan jika menghadapi masalah yang ada di keluarga. b) Koping keluarga Menjelasakan mengenai strategi koping/ cara keluarga menyikapi masalah yang terjadi pada keluaraga.

c) Kebiasaan buruk Menjelaskan mengenai kebiasaan-kebiasaan keluarga yang berpengaruh buruk terjhadap kesehatan keluarga seperti merokok, NAPZA, dll. d) Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara keluarga berkomunikasi satu dengan yang lain didalam keluarga. e) Pengambilan keputusan Menjelaskan mengenai siapa yang biasa berperan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga terkait dengan kemampuannya dalam mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku ataukah dilakukan dengan cara lain misal, musyawarah keluarga. f) Peran informal Menjelaskan peran informal dari setiap anggota keluarga. Contoh : penurut, motivator, inovator, dictator, dll. 10)

Sosial ekonomi keluarga

a) Hubungan dengan orang lain Menjelaskan mengenai hubungan anggota keluarga dengan orang lain, termasuk teman, tetangga dan masyarakat sekitarnya.

b) Kegiatan organisasi sosial Menjelaskan kegiatan yang diikiti keluarga dalam organisasi sosial atau perkumpulan sosial. misalnya : kelompok pengajian, karang taruna, LSM, dll. c) Keadaan ekonomi Ditentukan oleh pendapatan keluarga, tingkat ekonomi keluarga yang rendah biasanya lebih beresiko terkena asma dari pada keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi. d) Spiritual Keluarga (1) Keadaan beribadah Menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga dalam melakukan aktivitas ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. (2) Keyakinan tentang kesehatan Menjelaskan mengenai keyakinan atau kepercayaan keluarga tentang keehatan. Dapat dikaji melalui pandangan hidup keluatga terhadap keadaan sehat. Seperti “sehat itu mahal“ atau “lebih baik mencegah dibandingakn mengobati.” (3) Nilai dan norma Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga. Meliputi sesuatu yang dianggap baik atau buruk oleh keluarga. Dapat juga dikaji kesesuaian antara nilai dan norma keluarga dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. (4) Adat yang mempengaruhi kesehatan Menjelaskan mengenai adat atau tabu-tabu yang dianut oleh keluarga dan pengaruhnya terhadap kesehatan keluarga. 11) Pengkajian Lingkungan a) Karakteristik rumah (1) Jenis rumah

Menjelaskan keadaan rumah, jenis rumah keluarga, permanen, lantai rumah, genting, kepemilikan dan luas rumah. (2) Denah rumah Menggambarkan tata letak rumah keluarga. (3) Kebersihan dan kerapihan Menjelaskan mengenai keadaan kebersihan dan kerapihan didalam maupun diluar rumah. (4) Penerangan Menjelaskan keadekuatan penerangan di dalam rumah, termasuk didalamnya sumber penerangan, sinar matahari yang masuk kedalam rumah. (5) Ventilasi Menjelaskan mengenai keadekuatan sirkulasi udara didalam rumah. Termasuk sarana yang memngkinkan udara keluar masuk rumah. (6) Jamban Menjelaskan mengenai kondisi fasilitas MCK. Termasuk didalamnya kepemilikan, jumlah, jenis, jarak dari ruah dan kebersihannya. (7) Sumber air minum Menjelaskan mengenai sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Termasuk jenis (PAM,, mata air, air sumur, pompa tanah dll) keterbatasan air bersih untuk kebutuhan keluarga. (8) Pemanfaatan halaman Menjelaskan mengenai bagaimana keluarga memanfaatkan halaman yang ada.

(9) Pembuangan air kotor

Menjelaskan mengenai pembuangan air kotor, seperti dialirkan ke sungai, menggunakan septic tank, termasuk jarak pembuangan dari rumah. (10) Pembuangan sampah Menjelaskan bagaimana cara keluarga mengelola sampa, misal: dibakar, ditimbun, didaur ulang, dibuang ke sungai, diangkut dan lain-lain. (11) Sumber pencemaran Menjelaskan mengenai apakah terdapat suber pencemaran didekat rumah. Terkait dengan jenis pencemaran (polusi) jenis zat pencemar (polutan), jarak dari rumah, tindakan yang telah dilakukan dalam menanggulangi masalah tersebut dan lain-lain. b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. c) Mobilitas geografis keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat. e) Sistem pendukung keluarga Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan, fasilitas untuk mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau didukung oleh masyarakat. 12) Pengkajian fungsi keluarga

a) Fungsi afektif Mengkaji fungsi efektif keluarga adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan

tercipta pada

anggota keluarga dan bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai. b) Fungsi sosialisasi Mengkaji fungsi sosialisai keluarga adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. c) Fungsi perawatan keluarga Untuk fungsi keperawatan keluarga, kaji sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatn kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakn 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu : Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat. d) Fungsi reproduksi Sedangkan fungsi reproduksi yang harus dikaji pada keluaraga adalah berapa julah anak, bagaimana keluarga merecanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. e) Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikjai mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. 13) Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik dari normal sampai didapatnya kelainan, selain itu perlu diperhatikan tana-tanda asma dan penyakit alergi lainnya, Tanda lain yang sering ditemukan adalah suara wheezing (mengi), tetapi pada sebagian pasien asma tidak terdapat mengi diluar serangan. Pada serangan asma umumnya disertai mengi dan tanda-tanda lainnya. Pasien yang mengalami serangan asma, pada pemeriksaan fisik ditemukan: a) Inpeksi Biasanya pemerisaan fisik pada pasien asma terlihat gelisah, sesak (napas cuping hidung, napas

cepat,

retraksi

otot

dada),

sianosis

Buku

Pedoman

Asma

(Depkes,2009,http://www.Depkes.go.id,diperoleh tanggal 03 Juli 2013). b) Palpasi Palapasi biasanya tidak ada kelainan yang nyata (pada serangan yang berat dapat terjadi pulsus paradoksus). c) Perkusi Biasanya tidak ada kelainan yang nyata pada enderita PPOK. d) Auskultasi Ekspirasi memanjang, wheezing. 2.Analisa Data Didalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembanagn kesehatan keluarga yaitu : a) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga, meliputi

adaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga

adaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga

adaan gizi naggota keluarga

tus imunisasi anggota keluarga

hamilan dan keluarga berencana

aan rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi (1) Rumah meliputi : ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi luas rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga dan sebagainya (2) Sumber air minum (3) Jamban keluarga (4) Tempat pembuangan air limbah (5) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya

kteristik keluarga (1) Sifat-sifat keluarga (2) Dinamika dalam keluarga (3) Komunikasi dalam keluarga (4) Interaksi antar anggota keluarga (5) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga (6) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga 2. Perumusan masalah dan penegakan diagnosa keperawatan a. Perumusan diagnosa Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dan pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES dimana untuk problem dapat menggunakan rumusan NANDA. Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari : actual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan), resiko (ancaman kesehatan) dan keadaan sejahtera (Wellness). b. Masalah keperawatan yang mungkin muncul Menurut A Carpenito (2000). Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan) dari individu atau

kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurukan, membatasi dan merubah (Nursalam,2001). Diagnosa keperawatan dibuat berdasarkan analisa data pasien. Berikut adalah beberapa rawatan yang terapat pada klien dengan penyakit paru obstruktif kronik, namun demikian bukan berarti bahwa diagnosa keperawatan pada klien ini terbatas hanya pada yang disebutkan disisni saja. Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada peynakit paru obstruktif kronik : 1) Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret. 2) Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, sekret dan iritan jalan napas. 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, produksi sputum, efek samping obat, kelemahan, dispnea. 4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya suplai oksigen. 5) Kurang pengetahuan tentang kondisi tindakan berhubungan dengan kurang informasi. Prioritas Masalah Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Faktor yang dapat mempengaruhi peentuan prioritas masalah adalah : a. Sifat masalah, bobot yang paling berat diberikan pada tidak/ kurang sehat yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari, dirasakan oleh keluarga. b. Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktorfaktor sebagai berikut :

1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. 2) Sumber daya keluarga: dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga. 3) Sumber daya perawat: dalam bentuk pengewtahuan keterampilan dan waktu. 4) Sumber daya masyarakat: dalam bentuk fasilitas dalam masyarakat. c. Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah : 1) Kepekaan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. 2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. 3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan yang tepat dalam mempengaruhi masalah. 4) Adanya kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah. d. Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai presepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skore tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga untuk dapat menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas seperti berikut :

Tabel 2.5 Menentukan skala Prioritas No 1 -

Kriteria Sifat masalah Skala : Tidak / kurang sehat Ancaman kesehatan Sejahtera

Skore

Bobot

3 2 1

1

2 -

Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : Mudah Sebagian Tidak dapat diubah

-

Potensi masalah untuk dicegah Tinggi Sedang Rendah

(Sumbe 2 1 0

r: 2 Murwa ni,

3

4 -

Menonjolnya masalah Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah, tidak perlu segera ditangani Masalah tidak dirasakan

3 2 1

2007) 1 Skoring :

2 1

1

0

a. Tentuka

n skore untuk setiap criteria b. Skore dibagi dengan angkatertinggi dan kalikanlah dengan bobot Skore Angka tertinggi c.

X Bobot

Jumlahkanlah skore untuk semua criteria

3. Penyusunan perencanaan a. Menetapkan tujuan keperawatan Tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan perilaku klien atau keluarga yang dapatdiukur, yang menunjukan status yang diinginkan (berubah atau dipertahankan) setelah asuhan keperawatan diberikan. Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui program intervensi keperawatan (mandiri). Dalam penyususnan tujuan keperawatan keluarga perawat harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga diarahkan untuk hasil.

mencapai suatu

2) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-benar bisa diukur dan dicapai oleh keluarga. 3) Tujuan menggambarkan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang dapat dipilih oleh keluarga. 4) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diagnosa keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang berhubungan. 5) Tujuan harus menggambarkan kemampuan atau tanggung jawab keluarga dalam pemecahan masalah. 6) Penyusunan tujuan harus bersama-sama dengan keluarga Dalam menyusun tujuan terdapat dua macam yaitu tujuan jangka pendek (khusus), dan tujuan jangka panjang (umum). Hal ini bertujuan untuk membedakan masalah yang dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga dan masalah yang harus diserahkan pada tim keperawatan atau kolektif. a) Tujuan jangka pendek (tujuan khusus) sifatnya spesifik, dapat diukur, dapat dimotivasi atau member kepercayaan pada keluarga bahwa kemajuan sedang dalam proses dan membingbing keluarga kearah tujuan yang jangka panjang atau umum. b) Tujuan jangka panjang (umum) merupakan tujuan akhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang diharapkan oleh keluarga agar dapat tercapai. b. Rencana tindakan keperawatan keluarga Rencana tindakan keperawatan adalah menyusun alternatif-alternatif dan mengidentifikasi sumber-sumber kekuatan dari keluarga (kemampuan perawatan diri, sumber pendukung atau bantuan yang bisa dimanfaatkan) yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga. Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga meliputi kegiatan yang bertujuan :

a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan. b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat. c) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit. d) Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga. e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.

Tabel 2.6 Perencanaan Keperawatan No 1 1

Diagnosa

Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional hasil 2 3 4 5 Tidak Setelah dilakukan Auskultasi Adanya bunyi efektifnya tindakan keperawatan bunyi napas. napas tambahan bersihan klien akan membuktikan jalan memperlihatkan adanya sumbatan napas keefektifan bersihan jalan napas. berhubung jalan napas dengan an dengan kriteria : Takipnea ada bronkospaRR dalam batas normal pada derajat dan sme, (16-20x/menit) Kaji frekuensi dapat ditemukan peningkata Tidak ada suara napas pernapasan pada n produksi tambahan penerimaan/selam sekret. a stress adanya infeksi akut. Penyebab tunggal yang penting terjadinya iritasi saluran Hindarkan dari pernapasan polusi adalah udara. lingkungan Meningkatkan misal : asap, gerakan sekret ke debu, bulu jalan napas bantal. sehingga mudah Bantu klien untuk untuk dikeluarkan. melakukan Meningkatkan batuk efektif ekspansi paru

dan dalam.

napas lebih baik.

-

2

Pola pernapasa n tidak efektif berhubung an dengan napas pendek, sekret dan iritan jalan napas. -

Berikan posisi yang nyaman pada pasien: peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur. Takipnea ada Kaji frekuensi pada derajat dan Setelah dilakukan pernapasan. dapat ditemukan tindakan keperawatan pada diharapkan klien akan penerimaan/selam menunjukan perbaikan a stress adanya pola pernapasan, dengan infeksi akut. kriteria : Membantu Klien mengatakan mengencerkan sesak napas berkurang sputum sehingga atau hilang. mudah untuk Klien mampu batuk dikeluarka. efektif. Anjurkan Batuk dan sputum minum hangat.Meningkatkan berkurang atau hilang. gerakan sekret ke jalan napas sehingga mudah untuk dikeluarkan. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif dan napas dalam.

-

-

-

Mengetahui pemahaman klien tentang penyakit PPOM.

Meningkatkan pengetahuan dan Kaji pemahaman klien pengetahuan tentang penyakit klien tentang PPOM. penyakit PPOM.

-

3

Menjelaskan kepada klien tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, pengobatan, penyakit yang termasuk PPOM. -

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kurang klien mampu untuk pengetahu mengetahui tentang - Timbang BB. an tentang pengertian/informasi kondisi/tin PPOM, dengan kriteria: dakan Menyatakan berhubung pemahaman an dengan kondisi/proses penyakit Kaji kebiasaan kurang dan tindakan. diet, masukan informasi. makanan saat ini.

Untuk mengetahui berat badan klien.

Pasien distress pernapasan akut sering anoreksia karena produksi sputum yang berlebih. Meningkatkan kesadaran klien tentang pentingnya nutrisi dalam proses penyembuhan.

-

-

Meningkatkan kondisi tubuh Motivasi klien agar lebih baik. dalam peningkatan - Meningkatkan nutrisinya. intake meski napsu makan lambat kembali dan menghindari mual.

-

-

4

Perubahan nutrisi kurang

Anjurkan klien untuk diet TKTP. Setelah dilakukan Berikan porsi tindakan keperawatan makan kecil klien mampu memenuhi tapi sering. kebutuhan nutrisi klien secara adekuat, dengan kriteria: Menunjukan

Memberikan kemampuan/kebu tuhan klien dalam memfasilitasi dalam pemilihan intervensi. Mengurangi stress dan

dari peningkatan kebutuhan badan. tubuh berhubung an dengan anoreksia, produksi sputum, efek samping obat, kelemahan , dispnea.

berat

-

-

-

Setelah dilakukan tindakan keperawatan aktifitas klien terpenuhi, dengan kriteria: 5 Intoleransi aktifitas berhubung an dengan tidakseimb angnya

Melaporkan/menunjuka n peningkatan toeransi terhadap aktifitas.

stimulasi yang berlebihan, meningkatkan istirahat. Evaluasi Bedrest akan respon klien memelihara terhadap selama fase akut aktifitas. untuk menurunkan kebutuhan metaboli memelihara energy untuk Berikan penyembuhan. lingkungan yang nyaman dan tenang. Jelaskan pentingnya istirahat dan perlunya keseimbangan antara aktivitas dengan istirahat.

suplai oksigen. Sumber : Somantri, 2009 4. Pelaksanaan asuhan keperawatan Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut : a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah-masalah kesehatan dengan cara : 1) Memberikan informasi. 2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan. 3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah. b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat 1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan. 2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga. 3) Mendiskisikan tentang konsekuensi tiap tindakan. c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara : 1) Mendemonstrasikan cara perawatan. 2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di dalam rumah. 3) Mengawasi keluarga dalam melakukan perawatan. d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara: 1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga. 2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin. e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara: 1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga. 2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. 5. Tahap Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya, bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilkasanakan secara bertahap sesuai waktu dan kesediaan keluarga. Evaluasi merupakan kegiatan membandungkan antara hasil implementasi dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga. S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan, misalnya: keluarga mengatakan nyeri berkurang. O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan, misalnya BB naik 1 kg daalm satu bulan. A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis. P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi. Evaluasi juga dapat disusun menggunakan format SOAPIER secara operasional. Format ini digunakan jika implementasi keperawtan dan evaluasi didokumentasikan dalam satu catatan perkembangan. S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.

O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara obyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis. P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga. I adalah implementasi dari perencanaan dengan mencatat waktu tindakan dan tindakan keperawatan. E adalah evaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dicaapi keluarga. R adalah revisi apabila perubahan dalam rencana keperawatan.

Related Documents


More Documents from "rahma"