Konsep Umum Tentang Kb Dan Kependudukan.docx

  • Uploaded by: MA ENTREPRENEUR
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Umum Tentang Kb Dan Kependudukan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,371
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN

Anak lelaki ataupun perempuan| adalah belahan hati orang tua, merupakan tunas baru untuk meneruskan keturunan dan melanjutkan risalah, dan juga merupakan kebanggaan dan perhiasan hidup orang tua yang mencita-citakan mempunyai keturunan ‫الذرية الصالجة‬keturunan yang saleh, yang nantinya akan berguna baik duniawi maupun ukhrowi, hal ini perlu adanya tiga hal yaitu Pendidikan, Pengasuhan dan Kesehatan untuk mencapai hidup yang layak. Lebih dari itu bahwa anak merupakan amanah dari Allah, yaitu tanggung jawab (responsibelity) yang dipikulkan pada pundak Bapak dan Ibu untuk memelihara Amanah ini, berusaha semampu mungkin untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka sehingga terjelma rasa kebahagiaan. Dalam hal ini Sabda Rasul SAW ‫كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعينه رواه الشيخان‬yang artinya kamu ( Bapak Ibu) harus bertanggung jawab kepada anak-anak. Arti Hadits secara luas, bahwa seorang Hakim, Jaksa dan pejabat mempunyai tanggung jawab yang sama dengan tanggung jawabnya orang tua terhadap anak. Disisi lain kita hidup pada masa abad modern ini, dimana negara-negara atau bangsa tidak lagi berkompetisi tentang banyaknya jumlah penduduk atau luas negerinya akan tetapi mereka saling berkompetisi dalam bidang penciptaan exploitasi sampai di mana daya cipta dan meningkatkan produksi, kemajuan ilmu teknologi canggih dengan berbagai bentuk dan macamnya. Dengan kemajuan ini, sehingga menjadikan banyak negara berkembang bergantung keperluan hidupnya kepada negara maju tidak tergantung pada jumlah penduduk. Sebagai bukti beberapa negara di dunia ini jumlah penduduk sedikit, tetapi mempunyai daya dan kekuatan ekonomi lebih besar dari negara yang berpenduduk lebih besar. Keluarga Berencana (KB) pernah menjadi salah satu issu kontroversial dalam pemikiran Islam modern. Ada sejumlah persoalan yang muncul terkait dengan masalah Islam dan KB, mulai dari masalah hukum ber-KB, makna KB (Apakah berarti pengaturan keturunan / tanzim al-nasl atau pembatasan keturunan /tahdid al-nasl ? ), persoalan alat kontrasepsi (cara kerja, hukum penggunaan, serta implikasinya terhadap kesehatan reproduksi perempuan), hingga masalah kebijakan demografi negara dengan berbagai dampaknya. Jadi, apakah keluarga berencana yaitu membatasi jumlah penduduk sebagai solusi yang tepat untuk menjadikan Negara yang sedang berkembang menjadi Negara yang maju, menjadi Negara yang menjadi Negara yang emiliki SDM yang tinggi, menjadi Negara yang berekonomi tinggi dan lain sebagainya. Dan di makalah ini akan dibahas tentang KONSEP UMUM KELUARGA BERENCANA DAN KEPENDUDUKAN MENRUT ISLAM.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Keluarga Berencana (KB) dan Kependudukan 1.

Pengertian Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana (KB) adalah istilah resmi yang dipakai di lembaga-lembaga Negara kita seperti Badan Koordinai Keluarga Berencana (BKKBN). Istilah KB ini mempunyai arti yang sama dengan istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned parenthood. Keluarga berencana juga mempunyai arti yang sama dengan istilah Arab

"‫(النسل‬pengaturan keturunan/kelahiran)

bukan

"‫"تحديد النسل‬

‫"تنظيم‬

(pembatasan kelahiran).

KB berarti pasangan suami-istri yang telah mempunyai perencanaan yang konkrit mengenai kapan anak-anaknya diharapkan lahir, agar setiap anak lahirnya disambut dengan rasa gembira dan syukur. Dan pasangan suami istri tersebut juga telah merencanakan berapa anak yang dicitacitakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya sendiri dan situasi-kondisi masyarakat dan negaranya. Jadi KB itu dititikberatkan pada perencanaan, pengaturan, dan pertanggung jawaban orang terhadap anggota keluarganya.[1] Berbeda dengan istilah birth control yang artinya pembatasan kelahiran. Istilah birth control ini bisa mempunyai konotasi yang negatif, karena pembatasan Kelahiran dengan mengatakan cukup 2 anak saja atau tidak mau sama sekali untuk hamil lagi hal itulah yang dilarang oleh syariat agama. Karena orang yang membatasi kelahiran dapat melakukan apa saja agar tidak mempunyai anak lagi seperti melakukan sterilisasi, bahkan aborsi, yang mana kedua hal tersebut dilarang dalam Islam.[2] Dan pembatasan anak juga bertentangan dengan hukum alam, dan hikmah Allah SWT yang menciptakan manusia di tengah-tengah alam semesta ini agar berkembang biak dan dapat memanfaatkan karunia Allah yang ada di alam semesta ini untuk kesejahteraan hidupnya. Di dalam al-Qur'an dan Hadits, yang merupakan sumber pokok hukum Islam dan menjadi pedoman hidup bagi umat Islam tidak ada nas yang sharih yang melarang ataupun memerintahkan ber-KB secara eksplisit, karena itu, hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam yang menyatakan:

‫األصل فى األشياء واألفعال اإلباحة حتى يدل الدليل على تحريمها‬ Artinya: Pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan itu boleh, kecuali/sehingga ada dalil yang menunjukkan keharamannya. Selain berpegangan dengan kaidah hukum Islam tersebut di atas, kita juga bisa menemukan beberapa ayat al-Qur'an dan Hadits Nabi yang memberikan indikasi bahwa dasarnya Islam membolehkan orang Islam ber-KB. 2.

Pengertian Kependudukan

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia, Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.[3] B.

Segi-Segi Positif dan Negatif KB

1.

Segi-segi positif KB Segi-segi positif KB antara lain adalah:

a)

Mengurangi angka kematian ibu hamil dan dalam persalinan yang dikarenakan oleh:

1)

Kehamilan terlalu dini Perempuan yang sudah hamil tatkala umurnya belum mencapai 17 tahun sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Mengapa? karena tubuhnya belum sepenihnya tumbuh; belum cukup matang dan siap untuk dilewati oleh bayi. Lagipula, bayinya pun dihadang oleh risiko kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun.

2)

Kehamilan terlalu “telat” Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya bila ia mempunyai problema-problema kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan.

3)

Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakan jaraknya Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kalau ia belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga bahaya kematian, menghadang.[4]

b)

Dapat merencanakan berapa orang anak yang dicita-citakan

c)

Mencegah terjadinya bahaya pada urusan dunia yang kadang-kadang bisa mempersulit beribadah sehingga orang mau menerima barang haram dan mengerjakan yang terlarang karena untuk kepentingan anak-anaknya, berupa kesehatan, pendidikan, kehidupan layak dan lain sebagainya. [5]

2.

Segi-segi negatif KB Segi-segi negatif yang disebabkan oleh KB antara lain:

a)

Jika menggunakan alat-alat KB dapat menyebabkan beberapa hal yang tidak diinginkan seperti alergi dan bagi wanita yang mengkonsumsi pil KB, suntikan KB dan Implant/susuk dengan cara memasukkan tabung kecil dibawah kulit di bagian tangan dapat menyebabkan kegemukan. Dan apabila dikonsumsi oleh orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan serangan jantung, bisa menyebabkan kematian.[6]

b)

Tidak bisa memiliki anak lagi

c)

Beresiko jika wanita yang merencanakan kehamilan jika sudah berumur 40 tahun ke atas.

C. Mengkritisi Program KB dan Kependudukan KB

secara

prinsipil

dapat

diterima

oleh

Islam,

bahkan

KB

dengan

maksud

menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan Agama Islam memiliki ajaran yang komprehensif dan terinci dalam masalah keluarga. Ada puluhan ayat Al Qur’an dan ratusan hadist Nabi yang memberikan petunjuk yang sangat jelas menyangkut persoalan, mulai dari awal pembentukan keluarga, hak dan kewajiban masing-masing unsur dalam keluarga hingga masalah kewarisan dan perwalian. Islam memang memberikan perhatian besar pada penataan keluarga. Ini terbukti dari seperempat bagian dari fiqih (hukum Islam) yang dikenal dengan rub’u al-munakahat, berbicara tentang keluarga. Kehadiran anak dalam keluarga merupakan qurrah a,yun (buah hati yang menyejukan) (QS 25 : 74 ) dan zinah hayat aldunya (perhiasan kehidupan dunia) (QS. 18 : 46). Namun tentu saja seorang anak akan menjadi buah hati dan oerhiasan dunia jika ia tumbuh menjadi manusia yang baik dan berkualitas. AlQur’an juaga mengingatkan bahwa anak juga dapat menjadi musuh dan ujian (fitnah), dalam arti terkadang dapat menjerumuskan orang tua melakukan perbuatan yang dilarang agama akibat saking cintanya kepada anak (QS. 64 :14-15). Anak juga merupakan sebuah amanah dan menjaga amanah adalah kewajiban orang yang beriman (QS. 3 : 58 dan 23 : 8 ). Untuk itu , orang tua berkewajiban memberi nafkah dan memenuhi kebutuhan anak, baik materiil maupun spiritual, dalam bentuk kasih saying, perhatian, pemenuhan sandang, pangan, tempat tinggal, pendiidkan dan kesehatan sampai anak itu mencapai usia dewasa. D. Hukum KB Menurut Islam “KB Secara subtansial tidak bertentangan dengan ajaran Islam bahkan salah satu bentuk implementasi semangat ajaran Islam dalam rangka mewujudkan sebuah kemashlahatan, yaitu menciptakan keluarga yang tangguh, mawadah, sakinah dan penuh rahmah. Keluarga akan melahirkan bangsa yang tangguh. Kebolehan hukum ber KB, sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam forum-forum ke-Islaman, baik tingkat nasional maupun international (Ijma’al-majami’).” Demikian yang dikatakan oleh Drs. H. Aminudin Yakub,MA sebagai Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat di Bontang Kalimantan Timur dalam Seminar Peningkatan Partisipasi Pria dalam Program KB, tanggal 11 Juli 2006.[7] Hukum "boleh" di dalam melaksaakan masih bisa berubah tergantung dengan perubahan zaman, tempat dan keadaan masyarakat/Negara, hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islam yang berbunyi:

‫تغير األحكام بتغير األزمنة و األمكنة واألحوال‬ Artinya: Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan perubahan zaman, tempat, dan keadaan.

Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan Tanzim Al Nasl (pengaturan

keturunan).

Sejauh

pengertiannya

adalah Tanzim

Al

Nasl (pengaturan

keturunan), bukan Tahdid Al Nasl (pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang. Pemandulan dan aborsi yang dilarang oleh Islam di sini adalah tindakan pemandulan atau aborsi yang tidak didasari medis yang syari`i. Adapun aborsi yang dilakukan atas dasar indikasi medis, seperti aborsi untuk menyelamatkan jiwa ibu atau karena analisa medis melihat kelainan dalam kehamilan, dibolehkan bahkan diharuskan. Begitu pula dengan pemandulan, jika dilakukan dalam keadaan darurat karena alasan medis, seperti pemandulan pada wanita yang terancam jiwanya jika ia hamil atau melahirkan maka hukumnya mubah.[8] Kalau seorang muslim melaksanakan KB dengan motivasi yang hanya bersifat pribadi misalnya

ber-KB

untuk

menjarangkan

kehamilan/kelahiran,

atau

untuk

menjaga

kesehatan/kelangsingan badan si Ibu, hukumnya boleh saja. Tetapi kalau seseorang ber-KB disamping punya motivasi yang bersifat pribadi seperti untuk kesejahteraan keluarga, juga ia punya motivasi yang bersifat kolektif dan nasional seperti untuk kesejahteraan masyarakat/Negara, maka hukumnya bisa sunah atau wajib, tergantung pada keadaan masyarakat/Negara, apakah sudah benarr-benar terlalu padat penduduknya, atau mengenai wilayahnyauntuk tanah pemukiman, tanah pertanian/industri/pendidikan dan sebagainya sudah benar-benar terlalu penuh dan berat, sehingga wilayah yang bersangkutan itu tidak mampu mendukung kebuthan hidup penduduknya secara normal. Hukum ber-KB bisa menjadi makruh bagi pasangan suami-istri yang tidak menghendaki kehamilan si istri, padahal suami-istri tersebut tidak ada hambatan untuk mempunyai keturunan. Sebab hal itu bertentangan dengan tujuan perkawinan menurut agama, yakni untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia dan untuk mendapatkan keturunan yang sah yang diharapkan menjadi anak saleh sebagai generasi penerus. Hukum ber-KB bisa haram apabila orang melaksanakan KB dengan cara yang bertentangan dengan norma agama. Misalnya dengan vasektomi dan abortus.

BAB III SIMPULAN KB berarti pasangan suami-istri yang telah mempunyai perencanaan yang konkrit mengenai kapan anak-anaknya diharapkan lahir, agar setiap anak lahirnya disambut dengan rasa gembira dan syukur. Dan pasangan suami istri tersebut juga telah merencanakan berapa anak yang dicitacitakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya sendiri dan situasi-kondisi masyarakat dan negaranya.

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia, Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Segi-segi positif KB antara lain adalah: 1.

Mengurangi angka kematian ibu hamil dan dalam persalinan

2.

Dapat merencanakan berapa orang anak yang dicita-citakan

3.

Mencegah terjadinya tindakan kriminal Segi-segi negatif yang disebabkan oleh KB antara lain:

1.

Jika menggunakan alat-alat KB dapat menyebabkan beberapa hal yang tidak diinginkan seperti alergi, menyebabkan kegemukan. Dan apabila dikonsumsi oleh orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan serangan jantung, bisa menyebabkan kematian.

2.

Tidak bisa memiliki anak lagi

3.

Beresiko jika wanita yang merencanakan kehamilan jika sudah berumur 40 tahun ke atas. Hukum "boleh" di dalam melaksaakan masih bisa berubah tergantung dengan perubahan zaman, tempat dan keadaan masyarakat/Negara, hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islam yang berbunyi: ‫تغير األحكام بتغير األزمنة و األمكنة واألحوال‬ Artinya: Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan perubahan zaman, tempat, dan keadaan.

DAFTAR PUSTAKA Prof. Drs. H. Masyfuk Zuhdi. Masailul Fiqh, 2006, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, Djazuli Nur Bahri, MA, Kb Menurut Syariat Islam diambil dari internet di WWW.Google.co.id http://id.wikipedia.org/wiki/Kependudukan Dr.Suririnah-www.InfoIbu.com Syekh Muhammad Yusuf Qordhowi, Halal Dan Haram Dalam Islam, 2003, PT. Bina Ilmu Surabaya BKKBN, KB Tidak Bertentangan Dengan Ajaran Islam, WWW.Google.Co.Id

[1]Drs.H. Aminudin Yakub,MA-Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, WWW.Google.co.id

[1] Prof. Drs. H. Masyfuk Zuhdi. Masailul Fiqh, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2006), 5455 [2] [3] http://id.wikipedia.org/wiki/Kependudukan [4] Dr.Suririnah-www.InfoIbu.com [5] Syekh Muhammad Yusuf Qordhowi, Halal Dan Haram Dalam Islam, (PT. Bina Ilmu Surabaya, 2003), 276 [6] Dr.Suririnah-www.InfoIbu.com [7] BKKBN, KB Tidak Bertentangan Dengan Ajaran Islam, WWW.Google.Co.Id [8] Drs.H. Aminudin Yakub,MA-Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat,

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar baik segi kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia, hal ini pernah tercatat, bangsa Indonesia terbanyak penduduk setelah Cina dan India artinya maju mundurnya kemajuan bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas manusia atau lebih spesifik keluarga. Tidak dapat kita pungkiri, sebagai institusi terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan sebuah bangsa. Hal ini terkait erat dengan fungsi keluarga sebagai wahana pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila pemerintah bersama-sama dengan segenap komponen masyarakat berkepentingan untuk membangun keluarga-keluarga di negara kita tercinta ini agar menjadi keluarga yang sejahtera yang dalam konteks ini kita maknai sebagai keluarga yang sehat, maju dan mandiri dengan ketahanan keluarga yang tinggi. Terlebih Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai motor penggerak Program KB di Indonesia, sekarang ini sangat berpihak pada upaya membangun keluarga sejahtera dengan visi dan misinya yang telah derbaharuhi, yakni ”Seluruh Keluarga Ikut KB” dan ”Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”. Keluarga yang sejahtera, dengan demikian, tentu menjadi dambaan setiap orang untuk mencapainya. Bukan saja karena dengan mencapai tingkat kesejahteraan tertentu, seseorang akan dapat menikmati hidup secara wajar dan menyenangkan karena tercukupi kebutuhan materill dan spirituilnya, tetapi dengan kondisi keluarga yang sejahtera setiap individu didalamnya akan mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang sesuai dengan potensi, bakat dan kemampuan yang dimiliki. Dalam agama Islam, keluarga sejahtera disubstansikan dalam bentuk keluarga sakinah. Pengertian keluarga sakinah diambil dan berasal dari Al Qur’an, yang dipahami dari ayat-ayat Surat Ar Ruum, dimana dinyatakan bahwa tujuan keluarga adalah untuk mencapai ketenteraman dan kebahagiaan dengan dasar kasih sayang. Yaitu keluarga yang saling cinta mencintai dan penuh kasih sayang, sehingga setiap anggota keluarga merasa dalam suasana aman, tenteram, tenang dan damai, bahagia dan sejahtera namun dinamis menuju kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat.

Mencermati penjelasan di atas antara keluarga sejahtera secara umum dengan kosnep keluarga sakinah mempunyai hubungan yang sangat erat, untuk itu dalam makalah ini penulis akan mencoba mendeskripsikan KB dalam pandangan Agama. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan penulis dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana konsep keluarga berencana secara umum? 2. Bagaimana keluarga berencana dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadits? 3. Bagaimana hukum keluarga berencana dalam Islam? 4. Bagaimana Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam?

C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan konsep keluarga berencana secara umum 2. Untuk mendeskripsikan keluarga berencana dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadits 3. Untuk mendeskripsikan hukum keluarga berencana dalam Islam 4. Untuk mendeskripsikan Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam

D. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan metode deskriptif

analitis dimana penulis berusaha

mendeskripsikan permasalahan dan

menganalisisnya sesuai dengan kajian pustaka yang diperoleh/studi literature, dimana sumber yang digunakan menggunakan sumber pustaka (buku) dan hasil browusing dari internet.

E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah sebagai berikut :

ab I Pendahuluan meliputi : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan

Bab II Pembahasan meliputi : konsep keluarga berencana secara umum, keluarga berencana dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadits, hukum keluarga berencana dalam Islam, dan Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam Bab III Penutup meliputi kesimpulan dan saran

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga Berencana 1. Pengertian Keluarga Berencana Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang

kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.

2. Tujuan Keluarga Berencana Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan: a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita.

Pertambahan

penduduk

yang

tidak

terkendalikan

akan

mengakibatkan

kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung. b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup. c.

Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas. e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.

3. Sasaran Keluarga Berencana a. Sasaran Langsung Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49 tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi. b. Sasaran Tidak Langsung 1) Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi. 2) Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS. 3) Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi

4. Macam-macam Alat Kontrasepsi Dalam pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah dikenal diantaranya ialah: 

Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita untuk mencegah terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.



Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya yaitu menghalangi ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin terjadi dan memekatkan lendir serlak sehingga memperlambat perjalanan sperma melalui canalis servikalis.



Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan dibawah kulit lengan bagian dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara kerjanya sama dengan suntik.



AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi load terbuat dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat lemahnya daya sperma untuk membuahi sel telur wanita.



Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan saluran pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan kelenjar prostat (gudang sperma menjelang diejakulasi) bagi laki-laki. Atau tubektomi dengan operasi yang sama pada wanita sehingga ovarium tidak dapat masuk kedalam rongga rahim. Akibat dari sterilisasi ini akan menjadi mandul selamanya.



Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan tiisu yang dimasukkan kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi yang bersifat tradisional seperti jamuan, urut dsb.

B. Keluarga Berencana Dalam Pandangan Al-Qur’an Hadits 1. Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah : Surat An-Nisa’ ayat 9: ‫وليخششش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقوهللاا واليقولوا سديدا‬ “Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7. Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup brumah tangga. 2. Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana Dalam Hadits Nabi diriwayatkan: )‫إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه‬

“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang banyak.” Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.

C.

Hukum Keluarga Berencana Dalam Islam

1. Menurut al-Qur’an dan Hadits Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam, yaitu: ‫اال صل فى األشياء االباحة حتى يدل على الدليل على تحريمها‬ Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena hal-hal berikut: a. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman Allah: )195 : ‫وال تلقوا بأيديكم إلى التهلكة (البقرة‬ “Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”. b. Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai dengan hadits Nabi: ‫كادا الفقر أن تكون كفرا‬ “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”. c.

Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi: ‫وال ضرر وال ضرار‬

“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain. 2. Menurut Pandangan Ulama’ a. Ulama’ yang memperbolehkan Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat alMu’minun ayat: 12, 13, 14. 2)

Ulama’ yang melarang

Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para ulama’ yang melarang diantaranya ialah Prof. Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan seperti firman Allah: ‫وال تقتلوا أوالدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم‬ “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan) kami akan memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.

D. Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam 1

Cara yang diperbolehkan

Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi : ) ‫ فلم ينهها (رواه مسلم‬.‫ م‬.‫كنا نعزل على عهد وسول هللاا ص‬ Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak melarangnya.

2)

Cara yang dilarang

Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara

lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk menghasilakn keturunan.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya

lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicitacitakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya. Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri olrh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan. Alat/metode kontrasepsi yang tersedia saat ini telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut diatas, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa KB secara substansial tidak bertentangan dengan ajaran Islam bahkan merupakan salah satu bentuk implementasi semangat ajaran Islam dalam rangka mewujudkan sebuah kemashlahatan, yaitu menciptakan keluarga yang tangguh, mawardah, sakinah dan penuh rahmah. Selain itu, kebolehan (mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-ketentuan seperti dijelaskan diatas, sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam forum-forum ke Islaman, baik pada tingkat nasional maupun Internasional (ijma’al-majami). Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencana (KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. Hukum KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam

B. Saran Dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera sesuai dengan syariat Islam maka penulis berharap pemerintah tidak henti-hentinya memberikan penyuluhan dan bimbingan

kepada masyarakat agar melaksanakan program pemerintah karena dengan menggunakan alat kontrasepsi bukan berarti menolak takdir dari Allah SWT tetapi dalam rangka meningkatkan ke Imanan dan Ketaqwaan kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Mas

say

loros.

(2011).

Dalam

As-sunnah

edisi

01/Tahun

V/2001M/1421H]

termuat

dalam

:http://kanal3.wordpress.com/2011/02/13/bagaimanakah-hukum-keluarga-berencana-kb-dalampandangan-islam/

Drs.H.

Aminudin

Yakub,MA-Wakil

Sekretaris

Komisi

Fatwa

MUI

Pusat http://keluargaberencanadalamislam.blogspot.com/2009/12/pandangan-hukum-islamtentang-keluarga.html

Tu’nas Fuaidah. (2009). http://8tunas8.wordpress.com/keluarga-berencana-kb-dalam-pandanganislam/

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/18/program-kb-dalam-perspektif-islam/

Mardiyahttp://www.kulonprogokab.go.id/v2/files/MEWUJUDKAN%20KELUARGA_%20SEJA HTERA_DALAM_PERSPEKTIF_ISLAM_2.pdf

Related Documents


More Documents from "Ngoprek Yudhis"