KONSEP PRODUKTIVITAS DAN PENYEMPURNAAN SISTEM KERJA
I.
Pengertian Produktivitas. 1
Produktivitas dapat digambarkan dalam dua pengertian yaitu secara teknis dan
finansial. Pengertian produktivitas secara teknis adalah pengefesiensian produksi terutama dalam pemakaian ilmu dan teknologi. Sedangkan pengertian produktivitas secara finansial adalah pengukuran produktivitas atas output dan input yang telah dikuantifikasi. Suatu perusahaan industri merupakan unit proses yang mengolah sumber daya (input) menjadi output dengan suatu transformasi tertentu. Dalam proses inilah terjadi penambahan nilai lebih jika dibandingkan sebelum proses. 2
Definisi-definisi produktivitas yang telah berkembang dan dibentuk oleh para
pakar di Negara-negara dan badan-badan Internasional, antara lain : 1. Menurut Marvin E Mundel, yang dipublisir oleh The Asian Productivity “Organization (APO) produktivitas didefinisikan sebagai berikut : Produktivitas adalah rasio keluaran yang menghasilkan untuk penggunaan di luar organisasi, yang memperbolehkan untuk berbagai macam produk dibagi oleh sumber-sumber yang digunakan, semuanya dibagi oleh suatu rasio yang sama dari periode dasar”. 2.
Menurut Paul Mali definisi produktivitas adalah sebagai berikut : “Produktivitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa hemat sumber daya yang digunakan di dalam organisasi untuk memperoleh sekumpulan hasil”.
1
Herman Rahadian Soetisna, “Pengukuran Produktivitas”, Laboratorium PSK&E TI-ITB, Bandung. h.
1. 2
“Konsep Dasar Produktivitas”, Diktat Kuliah Rekayasa Produktivitas, Institut Teknologi Indonesia Serpong. h. 1.
1
3.
Dewan Produktivitas Nasional mendefinisikan produktivitas dalam beberapa segi, yaitu : a. Secara fisiologi / psikologis. Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. b. Secara ekonomis. Produktivitas merupakan usahan memperoleh hasil (output) sebesar-besarnya dengan pengorbanan sumber daya (input) yang sekecil-kecilnya. c. Secara teknis. Produktivitas diformulasikan sebagai rasio output terhadap input.
4.
International Labour Organization ( ILO ) mendefinisikan produktivitas sebagai berikut: “Produktivitas merupakan hasil integrasi 4 elemen utama, yaitu tanah (bangunan), modal, tenaga kerja, dan organisasi”.
5.
European Productivity Agency (EPA) mendefinisikan produktivitas sebagai berikut: “Produktivitas merupakan derajat pemanfaatan secara efektif dari setiap bagian elemen produktivitas”.
6.
Vinay Goel dalam Toward Higher Productivity mendefinisikan produktivitas sebagai berikut: “Produktivitas merupakan hubungan antara keluaran yang dihasilkan dan masukan yang diolah pada satu waktu tertentu”.
7.
Peter F. Drucker mendefinisikan produktivitas sebagai berikut:
2
“Produktivitas adalah keseimbangan antara seluruh faktor-faktor produksi yang memberikan keluaran yang lebih banyak melalui penggunaan sumber daya yang lebih sedikit”. 8.
Everet E. Adam, James C Hersahauer dan William A. Ruch mendefinisikan produktivitas sebagai berikut: “Produktivitas adalah perubahan produk yang dihasilkan oleh sumber-sumber yang digunakan”.
9.
David J. Sumanth mendefinisikan produktivitas sebagai berikut: “Total produktivitas adalah perbandingan antara output tangible dengan input tangible”.
10.
Fabricant mendefinisikan produktivitas sebagai berikut : “Produktivitas adalah perbandingan output dengan input”.
11.
Menurut Siegel produktivitas adalah : “Produktivitas berkenaan dengan sekumpulan perbandingan antara output dengan input”.
12.
Doktrin pada Konfrensi Osio 1984, mendefinisikan produktivitas sebagai berikut: “Produktivitas adalah suatu konsep yang menyeluruh (universal) yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit”.
13.
Menurut Davis produktivitas adalah: “Produktivitas adalah perubahan produk yang dihasilkan oleh sumber-sumber yang digunakan”. Dari definisi-definisi di atas secara umum produktivitas mengandung
pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan, atau dapat diformulasikan sebagai berikut : 3
Jumlah Keluaran Produktivitas = Jumlah Masukan
II.
Konsep Produktivitas. 3
Menurut Mali (1978) istilah produktivitas seringkali disamakan dengan istilah
“produksi”. Pengertian produktivitas sangat berbeda dengan produksi. Tetapi produksi merupakan salah satu komponen dari usaha produktivitas, selain kualitas dan hasil keluarannya. Produksi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil keluaran dan umumnya dinyatakan dengan volume produksi, sedangkan produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaan sumber daya (masukan dalam menghasilkan tingkat perbandingan antara keluaran dan masukan). Dari definisi-definisi di atas juga dapat dipisahkan dua pengertian. Pengertian pertama menyatakan bahwa produktivitas berhubungan dengan kumpulan hasil-hasil. Di dalam pengertian ini menunjukkan bahwa jumlah, tipe, dan tingkat sumber daya yang dibutuhkan atau juga menunjukkan efisiensi dalam menggunakan sumber daya yang dibutuhkan, sehingga produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut : Output yang dihasilkan Produktivitas =
Pencapaian Tujuan =
Input yang dipergunakan
Penggunaan Sumber-sumber Daya
Efektivitas Pelaksanaan Tugas =
Efektivitas =
Efisiensi Penggunaan Sumber-sumber Daya
Efisiensi
Masalah produktivitas tidak hanya memperhatikan hasil, tetapi bagaimana menggunakan sumber daya sehemat mungkin (efisien). Oleh karena itu peningkatan produktivitas tidak selalu diakibatkan oleh peningkatan hasil, bahkan dalam kasus tertentu bisa terjadi dimana hasilnya meningkat tetapi produktivitasnya menurun.
3
Vincent Gaspersz, Manajemen Produktivitas Total, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, h. 18.
4
Unsur-unsur yang terdapat dalam produktivitas : 1. Efisiensi. Produktivitas sebagai rasio output/input merupakan ukuran efisiensi pemakaian sumber daya (input). Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Pengertian efisiensi berorientasi kepada masukan . 2. Efektivitas. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target yang dapat tercapai baik secara kuantitas maupun waktu. Makin besar presentase target tercapai, makin tinggi tingkat efektivitasnya. Konsep ini berorientasi pada keluaran. Peningkatan efektivitas belum tentu dibarengi dengan peningkatan efisiensi dan sebaliknya. Gabungan kedua hal ini membentuk pengertian produktivitas dengan cara sebagai berikut : Efektivitas pelaksanaan tugas mencapai tujuan Produktivitas = Efisiensi penggunaan sumber-sumber masukan ke proses
Prinsip dalam manajemen produktivitas adalah : Efektif dalam mencapai tujuan dan efisien dalam menggunakan sumber daya. 3. Kualitas. Secara umum kualitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh pemenuhan persyaratan, spesifikasi, dan harapan konsumen. Kualitas merupakan salah satu ukuran produktivitas. Meskipun kualitas sulit diukur secara matematis melalui rasio output/input, namun jelas bahwa kualitas input dan kualitas proses akan meningkatkan kualitas output.
5
III. Jenis-jenis Produktivitas. 4
Bila dikelompokkan akan dijumpai tiga tipe dasar produktivitas. Tiga tipe
dasar ini merupakan model pengukuran produktivitas yang paling sederhana berdasarkan pendekatan rasio output/input, yaitu : 1.
Produktivitas Parsial. Perbandingan dari keluaran terhadap salah satu faktor masukan. Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja (perbandingan dari keluaran dan masukan tenaga kerja) merupakan salah satu ukuran produktivitas parsial. Pada pengukuran produktivitas parsial produktivitas unit proses secara spesifik dapat diukur.
2.
Produktivitas Faktor-Total. Perbandingan dari keluaran dengan jumlah tenaga kerja dan modal. Keluaran bersih adalah keluaran total dikurangi jumlah barang dan jasa yang dibeli. Berdasarkan faktor di atas jenis input yang digunakan dalam pengukuran produktivitas faktor total hanya tenaga kerja dan modal.
3.
Produktivitas Total. Perbandingan dari keluaran dengan jumlah keseluruhan faktor-faktor masukan, pengukuran total produktivitas faktor mencerminkan pengaruh bersama seluruh masukan dalam menghasilkan keluaran. Dari ketiga jenis produktivitas, baik keluaran maupun masukan harus
dinyatakan dalam bentuk ukuran nyata berdasarkan harga konstan pada periode dasar, dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh perubahan harga, sehingga hanya jumlah dari masukan dan keluaran saja yang dipertimbangkan.
4
Vincent Gaspersz, Manajemen Produktivitas Total, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, h. 32.
6
IV.
Daur Produktivitas. 5
David J Sumanth memperkenalkan suatu konsep formal yang disebut sebagai
siklus produktivitas untuk dipergunakan dalam peningkatan produktivitas terus-menerus. Ada empat tahap daur yang saling berkaitan dan berkesinambungan, yaitu : 1.
Pengukuran Produktivitas.
2.
Evaluasi Produktivitas.
3.
Perencanaan Produktivitas.
4.
Perbaikan Produktivitas. Apabila produktivitas dari sistem industri itu telah dapat diukur, langkah berikut
adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual itu untuk diperbandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara produktivitas aktual dan rencana merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan kesenjangan produktivitas itu. Berdasarkan evaluasi ini, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mencapai target produktivitas yang telah direncanakan berbagai program formal dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas terus-menerus. Siklus produktivitas itu diulang kembali secara terus-menerus untuk mencapai peningkatan produktivitas terus-menerus dalam sistem industri. Faktor penting yang menyebabkan naik turunnya tingkat produktivitas adalah pihak manajemen, karena pihak manajemen merupakan faktor yang paling berpengaruh, terutama dalam proses perencanaan dan penjadwalan, pengaturan beban kerja, kejelasan instruksi kerja dan evaluasi, serta dalam menumbuhkan motivasi kerja dan loyalitas pekerja terhadap institusi.
5
Vincent Gaspersz, Manajemen Produktivitas Total, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, h. 19.
7
TAHAP 1 PENGUKURAN PRODUKTIVITAS
TAHAP 4 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
TAHAP 2 EVALUASI PRODUKTIVITAS
TAHAP 3 PERENCANAAN PRODUKTIVITAS
Gambar 2.1. Skema daur Produktivitas
V.
Manfaat Produktivitas. 6
Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi
perusahaan, antara lain : 1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu.
6
Vincent Gaspersz, Manajemen Produktivitas Total, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, h. 24.
8
2. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas. 4. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang. 5. Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang ada diantara tingkat produktivitas yang direncanakan dan tingkat produktivitas yang diukur, dalam hal ini pengukuran produktivitas akan memberikan informasi dalam mengidentifikasi masalah-masalah atau perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga tindakan korektif dapat diambil. 6. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi perusahaan industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada skala nasional maupun global. 7. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan itu. 8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus-menerus.
9
9. Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu. 10. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terus-menerus yang dilakukan perusahaan. 11. Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang untuk secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan meningkatkan kepuasan kerja. Orang-orang akan lebih memberikan perhatian kepada pengukuran produktivitas apabila dampak dari perbaikan produktivitas itu terlihat jelas dan dirasakan oleh mereka. 12. aktivitas perundingan bisnis secara kolektif dapat diselesaikan secara raisonal, apabila telah tersedia ukuran-ukuran produktivitas.
VI. Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas. 7
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi program produktivitas, diantaranya
adalah : Makna Produktivitas adalah keinginan dan upaya manusia melakukan perbaikan yang terus menerus untuk meningkatkan mutu kehidupan yang lebih baik. Menurut hasil penelitian, hambatan utama dalam melaksanakan program peningkatan produktivitas secara total adalah peranan atasan yang kurang terlatih dan sikap acuh tak acuh. 7
“Konsep Dasar Produktivitas”, Diktat Kuliah Rekayasa Produktivitas, Institut Teknologi Indonesia Serpong. h. 4.
10
Ada beberapa penyebab yang menjadikan seorang atasan tidak efektif sebagai unsur pimpinan untuk meningkatkan mutu di segala bidang. Antara lain : 1. Tidak mau turun langsung ke lapangan untuk melihat kenyataan yang ada. 2. Tidak mau melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan dan proses pemecahan masalah. 3. Tidak tahu bagaimana membina bawahan untuk menjadi tenaga kerja yang berketerampilan tinggi dan memiliki unsur kepemimpinan. 4. Terlalu berkiblat pada gaya manajemen yang bersifat memihak dan otokratik yang tidak kondusif untuk mengembangkan orientasi kepada peningkatan karya. 5. Tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.
6.1.
Penyebab Penurunan Produktivitas. 8
Pada umumnya terdapat sejumlah faktor penyebab penurunan produktivitas
perusahaan,, yang antara lain adalah : 1.
Penghamburan pemakaian sumber daya dan ketidakmampuan pihak manajemen dalam mengukur, mengevaluasi dan mengukur produktivitasnya.
2.
Pengiriman produk yang sering terlambat karena ketidakmampuan memenuhi jadwal yang telah ditetapkan.
3.
Terjadinya penundaan dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan karena tidakjelasan wewenang serta tidak efesiensinya proses produksi dalam suatu perusahaan yang cukup besar.
8
Vincent Gaspersz, Manajemen Produktivitas Total, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, h. 70.
11
4.
Adanya pertentangan, hambatan-hambatan, dan tidak adanya kerjasama dalam memecahkan masalah yang mengakibatkan ketidakefektifan dalam bekerja sama dan partisipasi total karyawan.
5.
Motivasi rendah, ketidak puasan, dan kebosanan dalam bekerja yang diakibatkan oleh semakin terspesialisasinya dan terbatasnya proses kerja, sistem pengakuan dan penghargaan yang diberikan tidak berkaitan dengan produktivitas dan tanggung jawab karyawan.
6.
Ketiadaan sistem pendidikan dan pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan pengetahuan tentang teknik-teknik peningkatan kualitas dan produktivitas perusahaan.
7.
Disiplin tentang waktu dikacaukan oleh karena adanya keinginan untuk mempunyai waktu luang yang lebih banyak.
8.
Kegagalan perusahaan untuk selalu menyesuaikan diri dengan tingkat peningkatan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
VII.
Pengukuran Produktivitas. Dalam melakukan pengukuran produktivitas, beberapa pendekatan yang
dilakukan dalam membandingkan tingkat hasil pengukuran produktivitas dapat dibedakan dengan beberapa cara, yaitu : 1.
Membandingkan unit kerja periode yang diukur dengan unit kerja periode dasar.
2.
Membandingkan unit kerja suatu organisasi dengan unit organisasi yang lain.
3.
Membandingkan unit kerja yang sebenarnya dengan target yang telah ditetapkan. 12
Model-model Pengukuran Produktivitas. Terdapat beberapa model pengukuran produktivitas, diantaranya : 1.
Model Objectives Matrix (OMAX).
2.
Model David J. Sumanth.
3.
Model Habberstad Productivity Wheel.
4.
Model Marvin E. Mundel.
5.
Model Craig Harris.
6.
Model APC.
7.
Model Kendric Creamer.
8.
Model Pertambahan Nilai. Berikut diberikan penjelasan untuk masing-masing model pengukuran
produktivitas tersebut di atas. Akan tetapi oleh karena pada pembahasan tugas akhir ini model yang digunakan adalah model OMAX, maka penjelasan secara terperinci akan lebih ditekankan pada metode tersebut.
7.1. Model Objectives Matrix (OMAX). 7.1.1. Definisi Objectives Matrix (OMAX). 9
Metode ini dikembangkan oleh James L. Riggs PE yang dikenalkan pada tahun
80-an di Amerika Serikat, seorang profesor produktivitas dari Departement Of Industrial Engineering at Oregon University. Objectives Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaaan bagian tersebut (objective). 9
Herman Rahadian Soetisna, “Pengukuran Produktivitas”, Laboratorium PSK&E TI-ITB, Bandung. h.
12.
13
7.1.2. Alasan Pemilihan Model OMAX. Model pengukuran produktivitas OMAX mengatasi masalah-masalah dalam kesulitan pengukuran produktivitas yang melibatkan banyak hal, dengan cara mengkombinasikan seluruh kriteria produktivitas yang penting ke dalam suatu bentuk yang saling terkait satu sama lain serta mudah untuk dikomunikasikan. Selain itu, model ini mengadung keuntungan, yakni dengan mengikutsertakan seluruh jajaran pegawai yang terlibat dalam unit kerjanya, mulai dari tingkat bawah, menengah , dan atas dalam proses pembentukan dan pelaksanaannya. 7.1.3. .Manfaat dari Penggunaan Pengukuran Model OMAX. Indikator atau indeks yang diperoleh dari hasil pengukuran produtivitas OMAX berguna untuk : 1.
Memperlihatkan sasaran atau target peningkatan produktivitas.
2.
Mengetahui posisi dan pencapaian target.
3.
Alat
peringatan
dan
pengambilan
keputusan
dalam
usaha
peningkatan
produktivitas. 7.1.4.Bentuk dan Penyusunan Model OMAX. 10
Pengukuran dengan OMAX dilakukan pada sebuah matiks objektif yang
terdiri dari tiga kelompok (blok) yaitu : PRODUCTIVITY CRITERIA
A
PERFORMANCE
… 10 … 9 … 8 … 7 10
Herman Rahadian Soetisna, “Pengukuran Produktivitas”, Laboratorium PSK&E TI-ITB, Bandung. h.
15.
14
… … … … … … …
B
6 5 4 3 2 1 0
SCORES
score Weight Value
C PERFORMANCE
INDICATOR
CURRENT
PREVIOUS 300
INDEX %
Gambar 2.2. Stuktur Model OMAX
Keterangan : A.
Blok Pendefinisian, terdiri atas : 1. Kriteria Produktivitas, yaitu kriteria yang menjadi ukuran produktivitas pada bagian atau departemen yang akan diukur produktivitasnya. Kriteria ini sebaiknya lebih dari satu. 2. Performansi sekarang, yaitu tiap produktivitas berdasarkan pengukuran terkahir.
B.
Blok Kuantifikasi, terdiri atas : 1. Skala, yaitu angka-angka yang menunjukkan tingkat performansi dari pengukuran tiap kriteria produktivitas. Terdiri dari 11 bagian dari 0 sampai dengan10. semakin besar skala, semakin baik produktivitasnya. Kesebelas skala tersebut dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : a.
Level 0, yaitu nilai produktivitas yang terburuk yang mungkin terjadi.
b.
Level 3, yaitu nilai produktivitas sekarang.
c. Level 10, yaitu nilai produktivitas yang diharapkan sampai periode tertentu. 15
Kenaikan produktivitas disesuaikan dengan cara interpolasi. 2. Skor, yaitu nilai level dimana nilai pengukuran produktivitas berada. Misalnya, jika output/jam = 100 terletak pada level 5, maka skor untuk pengukuran itu adalah 5. Jika terdapat pengukuran yang tidak tepat sesuai dengan angka matriks, maka dilakukan pembulatan ke bawah yang artinya pengukuran dilakukan untuk tujuan mengukur performansi diri sendiri (internal), serta pembulatan ke atas jika pengukuran dilakukan untuk tujuan mengukur performansi penilaian orang luar (eksternal). 3. Bobot menyatakan derajat kepentingan (dinyatakan dalam satuan persen (%) yang menunjukkan pengaruh relatif kriteria tersebut terhadap produktivitas unit kerja yang diukur. Besarnya bobot ditentukan oleh suatu kelompok manajemen yang akan diukur. Jumlah bobot dari tiap kriteria adalah 100. 4. Nilai daripada pencapaian yang berhasil diperoleh untuk tiap kriteria pada periode tertentu didapat dengan mengalikan skor pada kriteria tertentu dengan bobot kriteria tersebut. 5. Indikator produktivitas, merupakan jumlah dari tiap nilai indeks produktivitas (IP), maka dihitung sebagai presentase kenaikan atau penurunan terhadap performansi sekarang. Performansi sekarang -300 karena semua indikator mendapat skor tiga pada saat matriks mulai dioperasikan, maka indeks produktivitas adalah : Indikator Produktivitas - 300 IP =
x 100 % 300
7.1.5.Penyusunan Matriks.
16
Dalam penyusunan matriks maka langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan kriteria produktivitas. Langkah pertama ini adalah mengidentifikasi kriteria produktivitas yang sesuai bagi unit kerja dimana pengukuran ini dilaksanakan. 2. Menjelaskan Data. Setelah kriteria produktivitas teridentifikasi dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan kriteria tersebut secara lebih terperinci. 2.
Penilaian pencapaian mula-mula (skor 3). Pencapaian mula-mula diletakkan pada skor 3 dari skala 1 sampai 10 untuk memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan daripada untuk terjadinya penurunan. Pencapaian ini juga biasanya diletakkan pada tingkat yang lebih rendah lagi agar memungkinkan terjadinya pertukaran dan memberi kelonggaran apabila sekali-sekali terjadi kemunduran.
3.
Menetapkan sasaran (skor 10). Skala skor 10 ini berkenaan dengan sasaran yang ingin kita capai dalam dua atau tiga tahun mendatang sesuai dengan lamanya pengukuran ini akan dilakukan dan karenanya harus berkesan optimis tetapi juga realistis.
4.
Menetapkan sasaran jangka pendek. Pengisian skala skor yang tersisa lainnya dari matriks dilakukan langsung setelah butir skala nol, tiga, sepuluh telah terisi. Butir yang tersisa diisi dengan jarak antar skor adalah sama.
5.
Menentukan derajat kepentingan (bobot). Semua kriteria tidaklah memiliki pengaruh yang sama pada produktivitas unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat kepentingannya tiap kriteria 17
harus diberi bobot. Pembobotan biasanya dilakukan Oleh pihak pengambil keputusan dan dapat pula dilakukan oleh orang-orang yang terpilih karena dianggap paham akan kondisi unit kerja yang akan diukur. 6.
Pengoperasian Matriks. Pengoperasian Matriks baru dapat dilakukan apabila semua butir diatas telah dipenuhi. Setelah itu dapat diukur indeks produktivitas dari unit kerja yang diukur.
7.2.
Model David J. Sumanth 11
Model pengukuran produktivitas ini memperhitungkan seluruh faktor
masukan dan keluaran di dalam perusahaan. Formulasi dari model ini adalah sebagai berikut : Total Keluaran Produktivitas Total = Total Masukan Dimana Total Keluaran meliputi : -
Nilai unit produk jadi
-
Nilai unit produk setengah jadi
-
Dividen bunga
-
Pendapatan lainnya
Dimana Total masukan meliputi :
11
-
Nilai tenaga kerja
-
Nilai kapita
Vincent Gaspersz, Manajemen Produktivitas Total, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, h. 19.
18
-
Nilai bahan
-
Nilai energi
-
Biaya lainnya
Yang dimaksud dengan output disini adalah jumlah semua produk yang dihasilkan, dan input semua sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output ini. Output dan semua input yang digunakan dinyatakan dalam satuan yang sama, seperti nilai uang, yang dinyatakan dalam harga konstan pada periode dasar pengukuran.
7.3.
Model Haberstad Productivity Wheel. 12
Roda produktivitas Habberstad merupakan roda yang menjadi patokan
industriawan dalam mengukur dan meningkatkan produktivitas bidangnya. Roda ini terdiri atas enam bagian yang masing-masing mempunyai ukuran produktivitas tersendiri. Karena itu pengukuran ini disebut pengukuran produktivitas parsial. Keenam bagian tersebut adalah : 1. Produktivitas tenaga kerja. Gross margin Kriteria produktivitas : Total Wages 2. Produktivitas Modal. Turnover Kriteria produktivitas : Total Capital Employee 3. Produktivitas Produksi. 12
Herman Rahadian Soetisna, “Pengukuran Produktivitas”, Laboratorium PSK&E TI-ITB, Bandung. h.
10.
19
Kriteria Produktivitas : Capital Utilization 4. Produktivitas Organisasi Added Value Kriteria Produktivitas : Cost of Aministration 5. Produktivitas Penjualan. Gross Margin Kriteria Produktivitas : Direct Product Cost 6. Produktivitas Produk. Gross Margin Kriteria roduktivitas : Direct Product Cost
7.4.
Model Marvin E. Mundel. 13
Model Marvin E. Mundel ini pada dasarnya adalah membandingkan antara
produktivitas pada waktu pengukuran dengan produktivitas pada waktu dasarnya. Terdapat dua bentuk pengukuran indeks produktivitasnya, yaitu : AOMP / RIMP IP =
X 100 AOBP / RIBP Indeks kinerja periode yang diukur
=
x 100 Indeks kinerja periode dasar AOMP / AOBP
IP =
X 100 RIBP / RIBP Indeks Output
=
x 100 Indeks Input
13
Vincent Gaspersz, Manajemen Produktivitas Total, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, h. 39.
20
Dimana : IP
7.5.
= Indeks Produktivitas
AOMP
= Output agregat untuk periode yang diukur
AOBP
= Output agregat untuk periode dasar
RIMP
= Input untuk periode yang diukur
RIBP
= Input untuk periode dasar
Model Craig Harris Menurut model Craig O. Harris produktivitas dapat diukur dengan rumus
sebagai berikut : Ot Pt = L+C+R+Q Dimana : Pt = Produktivitas L = faktoral masukan tenaga kerja C = Faktoral Masukan Modal R = Faktor masukan bahan mentah dan alat Q = Faktor masukan lain pada barang dan jasa Qt = Keluaran Total
7.6.
Model The American Productivity Centre (APC). 14
Formulasi matematis dari model produktivitas ini adalah sebagai berikut : Profitabilitas = Hasil penjualan / Biaya-biaya
14
Vincent Gaspersz, Manajemen Produktivitas Total, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, h. 43.
21
(Banyaknya Output x Harga per unit) = (Banyaknya Input x Biaya per unit) = Produktivitas x faktor perbaikan harga Indeks perbaikan Harga = Indeks Profitabilitas / Indeks Produktivitas
7.7.
Model Kendric – Creamer. 15
Angka indeks yang diperkenankan oleh Kendric dan Creamer (1965) ada tiga
jenis produktivitas, yaitu : 1. Produktivitas Total. Pada produktivitas total ini obyek yang diukur adalah sebagai berikut : Output periode tertentu dalam harga periode dasar Indeks Produktivitas Total = Input periode tertentu dalam periode dasar Peningkatan produktivitasnya merupakan selisih antara jumlah input dalam harga periode dasar diukur dengan output dalam harga periode dasar. 2. Produktivitas Total faktoral. Pada produktivitas Total faktoral objek yang diukur adalah sebagai berikut : Output bersih Indeks Produktivitas Faktoral Total = Input faktoral Total Peningkatan produktivitasnya adalah sama dengan perbedaan antara output bersih dengan input faktor total.
15
Vincent Gaspersz, Manajemen Produktivitas Total, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000, h. 38.
22
3. Produktitas Parsial. Pada produktivitas parsial ini objek yang diukur adalah sebagai berikut : Output dalam harga periode dasar Produktivitas Parsial Tenaga Kerja = Input dalam harga periode dasar Output dalam harga periode dasar Produktivitas Parsial Material = Input material dalam harga periode dasar Output dalam harga periode dasar Produktivitas Parsial Modal = Input modal dalam harga periode dasar
7.8.
Model Pertambahan Nilai. 16
Dalam model pengukuran ini faktor keluaran merupakan sebagai pertambahan
nilai dalam mengukur produktivitas, yang kemudian dikenal dengan metode pengukuran berdasarkan pertambahan nilai. Rumus dari pengukuran produktivitas berdasarkan pertambahan nilai adalah seperti di bawah ini : Pertambahan Nilai Produktivitas = Input Dalam pengukuran produktivitas dengan menggunakan model pertambahan nilai ini terdapat 2 metode, yaitu : 1. Metode Penambahan. Formulasinya : Nilai tambah = Biaya tenaga kerja + Bunga + Pajak + Penyusutan + Laba 2. Metode Pengurangan. Formulasinya : 16
“Pengukuran Produktivitas Metode Pertambahan Nilai”, Diktat Kuliah Rekayasa Produktivitas, Institut Teknologi Indonesia Serpong. h. 20.
23
Nilai tambah = Penjualan – Pembelian barang dan jasa.
VIII. Ruang Lingkup Produktivitas Paul Mali mengemukakan pandangan terhadap produktivitas melalui ruang lingkup sebagai beriukut : 1. Ruang Lingkup Nasional Memandang Negara secara keseluruhan. Disini diperhitungkan factor-faktor secara sederhana seperti buruh, capital, menejemen, bahan mentah dan sumber lainnya sebagai kekuatan yang mempengaruhi barang-barang ekonomi dan jasa. Lingkungan ini menggambarkan pengaruh seluruh factor menjadi satu daripada memisahkannya menjadi kelompok-kelompok tertentu. 2. Ruang Lingkup industri Dalam hal ini factor-faktor yang berhubungan dan berpengaruh dikelompokkan kedalam kelompok industri yang sejenis, misalnya industri perhubungan, pertanian, dan sebagainya. 3. Ruang Lingkup Perusahaan dan Organisasi Pada suatu perusahaan atau organisasi akan terlihat pengaruh hubungan antara beberapa factor. Keluaran per jam orang dapat diukur dan dibandingkan dengan perusahaan lain. Kemampuan, tingkat pengembalian modal, pemenuhan anggaran dapat memberikan suatu ukuran bagaimana seluruh daya diolah untuk menghasilkan keluaran tertentu. Dalam suatu organisasi, produktivitas tidak hanya ditentukan dari baik atau tidaknya pekerja. 4. Ruang Lingkup Perorangan Produktivitas pekerja perorangan dipengaruhi oleh lingkungan kerja serta peralatn yang dipergunakan, proses dan perlengkapannya. Dalam hal ini timbul satu factor yang mempengaruhi yang sulit diukur yaitu motivasi. Motivasi amat dipengaruhi 24
oleh kelompok kerja lainnya dan alas an mengapa seseorang melakukan pekerjaan tersebut.
IX. Point-point yang perlu diperhatikan dalam rangka peningkatan produktivitas melalui penyempurnaan sistem kerja
1. Perlunya Pemahaman Produktivitas dalam Penyempurnaan Sistem Kerja (KAIZEN) Memperbaiki cara bekerja, pola pikir, metode pengendalian dan manajemen untuk menurunkan biaya dan meningkatkan produktivitas* Berarti...
◇Apakah Produktivitas* itu Adalah perbandingan antara apa yang diproduksi dan apa yang dikonsumsi (seperti waktu, material dll). Peningkatan produktivitas adalah hal sangat yang penting dipabrik. Metode untuk peningkatan tersebut disebut KAIZEN.
“Apabila ada pekerjaan yang dilakukan dengan cara yang sama selama 3 tahun, maka dapat dianggap ada peluang untuk melaksanakan KAIZEN”
25
Walaupun begitu, seringkali kita membiarkannya begitu saja tanpa melakukan apa-apa, bukan? Padahal, semakin sibuk pekerjaannya justru semakin perlu adanya KAIZEN.
Merasakan perlunya KAIZEN dari diri kita sendiri! sendiri!
2.
Persiapan Peningkatan Produktivitas dalam pelaksanaan KAIZEN 1) Standar di suatu pabrik hanya dapat ditingkatkan dengan pelaksanaan “manajemen seharihari”(konservatif) dan “perbaikan Manajemen sehari-hari Standar di pabrik
Perbaikan pekerjaan
Mendongkrak mannerism
Waktu
pekerjaan”(revolusioner) secara bertahap. 2) Untuk melakukan perbaikan pekerjaan Dalam pelaksanaannya kita perlu membina kemampuan untuk meningkatkan mannerism dan menyadari permasalahan yang ada, yaitu mendapatkan Motion Mind*. ◇Apakah Motion Mind * itu・・ ・ 26
(1) Memiliki perasaan dimana segera dapat menemukan “pemborosan” yang ada (2) Memiliki kemampuan untuk memperbaiki “pemborosan” itu (3) Memiliki pola pikir dengan cara yang benar
3.
Orang lapangan adalah orang yang paling memahami masalah
Pada tahap awal, kita harus menemukan masalah yang ada. Karena itu orang yang menangani pekerjaan sehari-hari lah (yang memahami pekerjaan) yang paling cocok dalam hal ini. Untuk melakukan perbaikan yang sesuai dengan keadaan, orang lapanganlah yang harus melakukan KAIZEN secara aktif.
4. KAIZEN yang dapat dilakukan oleh semua orang Seperti yang sering terlihat di lapangan ketika ditemukan suatu masalah, karena tidak mendapatkan ide yang bagus maka kita akan pasrah saja dan berkata “masalah ini harus ditangani oleh bagian ini dan itu karena sulit”. Padahal walaupun perbaikan nya sulit, sebenarnya tidak selalu harus dilakukan oleh ahlinya. 27
Apabila sudah ditemukan masalah, maka dapat dilaksanakan perbaikan dengan suatu pola KAIZEN oleh orang lapangan karena dialah yang tahu penyebab dan faktor yang ada dalam masalah tersebut. Apabila tidak tahu lapangan...
orang lapangan dapat mengetahui hanya dengan bunyi mesin
Orang Lapangan dapat memahami masalah dengan baik
28
5.
Memahami Masalah
Walaupun orang lapangan dapat melaksanakan perbaikan karena memahami pekerjaannya dengan baik, namun yang penting adalah kesadarannya terhadap masalah. Misalnya, Apabila kita lihat ada suatu pekerjaan seperti di gambar kiri ini maka kita beranggapan: “barang berat ini tidak bisa digerakkan dengan tenaga 2 orang”, maka biasanya yang menjadi tindakannya adalah sebagai berikut: 《Tidak bisa digerakkan karena kurangnya tenaga orang》 Sekarang mari kita pikirkan lagi apakah tujuan pekerjaan tersebut. Tujuannya adalah “menggerakkan barang berat”. Sambil mengingatingat hal ini, lalu kembali amati pekerjaan diatas. Masalah dalam pekerjaan ini adalah “Barangnya sangat berat sehingga didorong oleh 2 orang pun tidak bergerak”. Berat→Bagaimana kalau bagi lebih kecil ? 2 orang→Bagaimana kalau bisa 1 orang ? Dorong→Bagaimana kalau ditarik ? Digeser→Bagaimana kalau digelindingkan ?
Jangan sampai kita terjebak dengan hal-hal tertentu, tetapi pikirkan apakah tujuan dan masalah yang sebenarnya. Awal dari perbaikan pekerjaan adalah memahami masalah dengan tepat. “Apabila kita memahami masalah yang ada di suatu gejala, lalu melihat permasalahan itu dari berbagai aspek maka akan lahirlah perbaikan yang tepat.”
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS MELALUI PENYEMPURNAAN SISTEM KERJA MAKA HARUS FOKUS BERFIKIR PADA APA YANG MENJADI MASALAH DALAM LAPANGAN “Berpikirlah apa yang menjadi masalah”
29
6. Langkah-langkah dalam perbaikan Pada umumnya langkag-langkah perbaikan dianggap harus melalui tahap-tahap: menetapkan sasaran - menganalisa - mengkaji - merancang metode baru - mencoba - melaksanakan - menindaklanjuti. Walaupun tidak mengikuti langkah tersebut, biasanya kita juga dapat menemukan masalah atau ide secara instinct pada saat melihat atau melakukan pekerjaan. Tetapi kita juga tetap perlu memiliki kemampuan untuk perbaikan dengan suatu pattern supaya dapat meningkatkan produktifitas secara bertahap tapi pasti. Metode Check List merupakan metode yang mudah digunakan sebagai alat bantu.
7.
Metode Check List
Dalam menemukan masalah atau ide, lebih baik kita menuliskan poinpoin yang akan dikaji daripada diam hanya berpikir saja. Dengan mengkaji setiap poin yang sudah dituliskan, maka pelaksanaannya dapat lebih mudah dan poin-poin yang penting tidak akan terlewatkan. Itulah metode check list. (1) Kelebihannya, ○Dapat mengkaji masalah dari berbagai sudut ○Dapat menyusun pikiran kita (2) Kelemahannya, △Akan melewati masalah besar apabila terlalu tergantung pada metodenya △Makan waktu apabila tidak digunakan dengan baik 30
△Cenderung tanpa pemikiran sendiri
X. Studi Kasus Studi kasus “contoh kegiatan peningkatan produktivitas melaui penurunan biaya produksi 1.
Keluar dari produksi volume kecil dengan banyak variasi Perusahaan sasaran
Bidang usaha : Produk : Fasilitas : Penggantian : Pengoperasian Karyawan :
Usaha pembentukan plastik berpresisi Suku cadang kecil, elektronik Mesin pembentukan sekitr 100t 60buah Sekitar 5000 kali/bulan : 24jam/7 hari/minggu Pekerja penggantian 50 orang Pekerja perawatan cetakan 50 orang Operator 60 orang Total 160 orang
Perusahaan A adalah produsen suku cadang elektronik yang memiliki sekitar 60 buah mesin pembentukan pada divisi pembentukan. Karena produk berpresisi, sebagian besar mesin yang digunakan adalah engineering plastics dan proses pembentukan bersuhu tinggi. Karena suku cadang kecil, maka volumenya besar dalam sekali pembentukan. Perlu perawatan membongkar bagian inti setelah selesai pembentukan supaya mempertahankan stabilitas cetakan. Pabrik beroperasi dalam 24 jam/hari/minggu, sehingga tidak ada cadangan fasilitas. Pabrik tersebut melakukan produksi dengan lot yang relatif besar. Dahulu penggantian cukup dilakukan 1 kali bergiliran. Tetapi sejak beberapa tahun yang
31
lalu mengalami diversifikasi produk, dimana bertambah jenis dan warna resin, sehingga terlihat bertambahnya jumlah penggantian. Diperlukan berhentinya fasilitas dan tenaga kerja
dalam proses penggantian,
tergantung pada perbedaan produk sebelum dan sesudahnya, yaitu ada-tidaknya penggantian resin, perubahan suhu cetakan pembentukan. Rata-rata 3 jam-tenaga kerja dan 1 jam fasilitas berhenti
dalam 1 kali penggantian. Dulu hanya
5000kali/bulan penggantian, namun makin lama makin bertambah. Saat ini hampir 6000 kali/bulan penggantian. Dengan demikian terlihat kekurangan jam-tenaga kerja untuk perawatan cetakan dan penggantian, sehingga banyak pekerja perlu lembur. Bersamaan dengan itu bertambah mesin pembentukan yang mengalami keterlambatan penggantian, sehingga ditemukannya penurunan drastis dari rasio operasi fasilitas. Mulai lambatnya suplai suku cadang ke pasca proses pembentukan sehingga mengakibatkan kekacauan ke seluruh pabrik. Untuk mengatasi kekacauan tersebut, dibuatlah 2 rencana yaitu (1) sebagian produk dioutsourcing, (2) menambah tenaga kerja sesuai dengan kekurangan jam-tenaga kerja dan fasilitas yang perlu. Penyelesaian dengan outsourcing harus dengan sekitar 20% produksi luar, dan harus mencari pemasok dan beban biaya outsorcing, sulit diterapkannya. Untuk menambah kemampuan produksi, harus menambah sekitar 20 orang (sekarang sekitar 100 orang) dan 3 fasilitas. Alternatif tersebut juga sulit dilakukan karena berbagai masalah seperti segi biaya, masalah ketrampilan pekerja, waktu penyerahan fasilitas. Oleh karena itu, diputuskan mengurangi jumlah penggantian dan mempersingkat waktu penggantian dari yang dijadwalkan.
32
2.
Mengurangi jumlah penggantian Untuk mengurangi jumlah penggantian, diputuskan memperbesar besaran lot produksi sampai 3 kali lipat. Untuk merencanakan semua produksi berdasar pesanan, maka sebagian jumlah produksi diestimasi dengan perkiraan, sehingga besaran lot produksi menjadi besar dan terdapat stok produk dalam proses. Namun karena produk yang dihasilkan kecil, sehingga tidak ada masalah dalam hal ruang yang berkaitan dengan stok produk dalam proses. Jumlah produksi dengan satu mesin rata-rata 40kg/hari, sehingga stok untuk 3 hari sekitar 7 ton. Yang menjadi masalah adalah jenis produk dalam stok dan hal yang berkaitan dengan manajemen sisa suku cadang. Untuk manajemen stok dan jumlah yang dikeluarkan tidak terjadi masalah karena sudah ditempatkan 1 orang part-time pada siang hari dan 1 orang karyawan pada malam hari dalam pelaksanaannya. Produk dimasukkan ke kontainer yang baru dibeli dengan kapasitas berjumlah sekitar 200 buah dan dipasang pada rak bergerak. Dengan 3 kali lipat besaran lot produksi tersebut, jumlah penggantian menjadi sekitar 1/3.
3.
Mengurangi waktu penggantian Mempersingkat waktu penggantian dilakukan dengan metode “persiapan single” (artinya adalah persiapan dibawah 10 menit) pada umumnya. Pekerjaan penggantian dibagi dua yaitu “pekerjaan persiapan diluar” (catatan: sebelum penggantian dilakukan persiapan di tempat lain atau diluar mesin pembentukan) dan “pekerjaan persiapan dalam” (catatan: persiapan pada waktu penggantian), lalu persiapan dalam dialihkan ke pekerjaan persiapan di luar. Setelah pengalihan, menegaskan untuk menghilangkan penyesuaian yang tersisa pada waktu persiapan dalam dan perbaikan pekerjaan supaya mempersingkat waktu persiapan dalam. Metode “persiapan single”tersebut sangat berlaku dan berhasil, tetapi tidak 33
dilakukan dalam kegiatan perusahaan tersebut. Alasannya jika “persiapan single” cenderung menambah jumlah jam-tenaga kerja dalam penggantian termasuk yang penyiapan di luar pada waktu perbaikan awal, dan penerapan persiapan single pada semua mesin pembentukan dan cetakan diperlukan cukup modal dan masalah. Sebagai alternatif, diupayakan mempersingkat waktu penggantian dengan optimalisasi prosedur produksi. 4.
Mempersingkat waktu penggantian dengan optimalisasi prosedur produksi Waktu penggantian akan berbeda, yang mana tergantung pada jenis produk sebelum dan sesudah penggantian. Jika tidak ada penggantian resin pada waktu penggantian, tapi hanya penggantian cetakan relatif yang singkat waktunya. Jika ada pengantian resin, warna tua ke warna tawar lebih lama daripada warna tawar ke warna tua dalam waktu pembersihan. Jika perlu penggantian pegangan pada mesin pengeluaran otomatis atau penyesuaian alat penyusun berpengaruh pada lamanya waktu penggantian. Maka dari itu lamanya pekerjaan penggantian pada mesin penggantian tergantung pada urutan prosedur pada jenis produk yang diganti. Oleh karena itu ditetapkan urutan prosedur item produksi yang standar dimana jumlah waktu penggantian menjadi minimal.Semua penggantian dilakukan dengan urutan tersebut, dan produk yang tidak perlu diproduksi melewati produksinya. Urutan/rangkaian (sequence) produksi baru yang ditetapkan mempersingkat waktu penggantian cetakan sekitar 30 %.
5.
Memperkirakan stok yang akan terjadi dengan menggunakan schedule Sesuai dengan urutan proses yang ditetapkan untuk berproduksi, dimana produksi pascaproses ditentukan berdasarkan antara isi stok dengan proses. Oleh karena itu agar produksi pada pascaproses tersebut tersedia
secara pasti, perlu
memperkirakan jumlah stok yang akan terjadi pada 1-3 hari kemudian. Untuk 34
tujuan tersebut diterapkan schedule yang sederhana supaya meningkatkan ketelitian perkiraan produksi dan selalu mengawasi supaya tidak terjadi kekurangan suku cadang. 6.
Hasil dari kegiatan Dengan kegiatan perbaikan diatas, dapat dilakukan penggantian oleh 25 pekerja dimana sebelumnya oleh 50 orang. Demikian juga staf perawatan cetakan menjadi setengah dari 50 orang. Staf penjadwalan yang awalnya adalah 3 orang, dimana masing-masing menerbitkan surat perintah pekerjaan untuk fasilitas yang ditugaskan, sekarang hanya tinggal 1 orang. Dalam pengecekan stok yang akan terjadi mengalami peningkatan pelayanan. Fasilitas memiliki cadangan karena penurunan jumlah penggantian. Penambahan 3 mesin yang direncanakan pada awalnya tidak dilaksanakan. Dengan kegiatan tersebut dapat terwujud pengurangan 50 tenaga kerja, bukan penambahan 20 tenaga kerja, juga tidak perlu dilakukan investasi fasilitas yang diperkirakan senilai 8 miliyar rupiah. Dengan perbaikan tersebut, pekerja yang bertugas untuk penggantian sudah mengetahui cetakan yang harus disiapkan untuk selanjutnya tanpa melihat surat instruksi pekerjaan, sehingga persiapan di luar mudah dilakukan. Pengurangan jumlah penggantian membuat pengurangan terjadinya cacat pada awal setelah penggantian, maka perolehan materi pun meningkat.
7.
Kesimpulan Pendekatan dimana pengurangan jumlah penggantian dan memperbesar lot produksi dilakukan, dimana cukup berarti dalam penurunan biaya. Perusahaan yang beroperasi dengan melakukan lot kecil yang berlebihan dan mengalami
35
ketidakbaikan dalam sistem, layaknya mempertimbangkan pendekatan dengan lot yang besar.
Hasil
Jumlah penggantian : 5000 kali/bulan → 3000kali/bulan Karyawan : Pekerja penggantian -25orang Pekerja perawatan cetakan -25orang Rencana penambahan -20orang Total -70orang Investasi fasilitas : Tidak perlu penambahan 3buah mesin sekitar 100juta yen Biaya pengoperasian : 280 juta/tahun (70orang×400juta/tahun)
Pertanyaan 1 Menyimak latar belakang dalam pelaksanaan kegiatan penurunan biaya oleh perusahaan A, kegiatan perbaikan dan hasilnya, jelaskanlah hal-hal yang menjadi intinya.
Pertanyaan 2 Jelaskanlah hal-hal yang dapat dipelajari dari contoh ini.
Pertanyaan 3 Jelaskanlah permasalahan dalam kegiatan tersebut dan cara untuk mengatasinya apabila ada.
36
DAFTAR PUSTAKA
Gasperz Vincent, Manajemen Kualitas : Penerapan Konsep-Konsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997. Gasperz Vincent, Penerapan Konsep Vincent Tentang Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997. Gasperz Vincent, Manajemen Bisnis Dalam Era Globalisasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997. Izuho, Diklat Deprindag, 2004 Komarudin Drs, Manajemen Pengawasan kualitas Terpadu, CV. Rajawali, Jakarta 1986. Hata, Diklat Deprindag, 2004
37
DIKTAT KULIAH PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
“PR ODUKTIVI TAS” Ditulis dan disusun oleh : Ir. Linda Theresia MT
Semester Ganjil JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA SERPONG, 2004
38