Konsep Perancangan Arsitektur Iv (yoshua Enrico Victory) (1).docx

  • Uploaded by: Salis Mahfud
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Perancangan Arsitektur Iv (yoshua Enrico Victory) (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,584
  • Pages: 44
PERANCANGAN ARSITEKTUR IV PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN DI TANJUNG SELOR DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN

DISUSUN OLEH YOSHUA ENRICO VICTORY NPM 201611012 DOSEN PENGAMPU EKO WAHYUDI, S.T, M.T.

UNIVERSITAS KALTARA TANJUNG SELOR FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran sehingga proses penyusunan Perancangan ini dapat saya selesaikan dengan baik. Adapun Tujuan Perancangan yang saya beri judul Perencanaan dan Perancangan Rumah Susun di Tanjung Selor dengan pendekatan Arsitektur Modern ini untuk memenuhi tugas besar yang diberikan dosen kepada Saya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak terutama Bapak Eko Wahyudi, S.T, M.T sebagai dosen mata kuliah Perancangan Arsitektur IV yang telah membantu dalam pembuatan serta penyusunan Perancangan ini, Saya harapkan Perancangan ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan Arsitektur dan bisa menjadi bahan pembelajaran di dunia pendidikan Arsitektur. Pada akhirnya, saya menyadari sepenuhnya bahwa Perancangan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat saya harapkan untuk menyempurnakan perancangan saya kedepannya.

Tanjung Selor, Januari 2019

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................

i

DAFTAR ISI ....................................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................

v

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

1

1.1

Pengertian Judul .......................................................................

1

1.2

Latar Belakang .........................................................................

1

1.3

Identifikasi Masalah .................................................................

2

1.4

Rumusan Masalah ....................................................................

2

1.5

Tujuan .....................................................................................

2

1.6

Sasaran .....................................................................................

2

1.7

Batasan Perancangan ................................................................

2

BAB II STUDI PUSTAKA ..........................................................................

4

2.1

Pengertian Rumah Susun dan Klarifkasinya ...............................

4

2.2

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ........................................

14

2.3

Arsitektur Modern ....................................................................

15

BAB III DATA DAN ANALISA .................................................................

22

3.1

3.2

3.3

Data ..........................................................................................

22

3.1.1 Data Eksternal................................................................

22

3.1.2 Data Internal ..................................................................

25

Analisa Eksternal .....................................................................

27

3.2.1 Site .................................................................................

27

3.2.2 Tata Zona .......................................................................

31

Analisa Internal ........................................................................

32

3.3.1 Besaran Ruang ..............................................................

32

ii

BAB IV KONSEP PERANCANGAN ........................................................

33

4.1

Konsep Bentukan ....................................................................

33

4.2

Konsep Struktur Bangunan .....................................................

35

BAB V PENUTUP ........................................................................................

37

5.1

Kesimpulan ..............................................................................

37

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

38

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Indonesia ............................................................................. 22 Gambar 3.2 Peta Kalimantan utara ................................................................. 22 Gambar 3.3 Peta Kabupaten Bulungan........................................................... 23 Gambar 3.4 Lokasi Site .................................................................................. 24 Gambar 3.5 Analisa Orientasi Matahari ......................................................... 27 Gambar 3.6 Analisa Kebisingan ..................................................................... 28 Gambar 3.7 Analisa View .............................................................................. 29 Gambar 3.8 Analisa Tata Zona ....................................................................... 31 Gambar 4.1 Gambaran Massa Bangunan ....................................................... 34 Gambar 4.2 Konsep Struktur Rigid Frame ..................................................... 35 Gambar 4.3 Konsep Struktur Rigid Frame ..................................................... 36

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Batasan Perancangan ....................................................................... 3 Tabel 2.1 Klasifikasi Rumah Susun ................................................................ 6 Tabel 2.2 Rumah Menurut Golongan .............................................................. 7 Tabel 3.1 Data Aktifitas Pelaku Perzona ......................................................... 26 Tabel 3.2 Analisa Orientasi Matahari .............................................................. 28 Tabel 3.3 Analisa Kebisingan.......................................................................... 29 Tabel 3.4 Analisa View ................................................................................... 30 Tabel 3.5 Besaran Ruang................................................................................. 32

v

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Pengertian Judul Rumah Susun Merupakan bangunan gedung bertingkat yang dibangun

dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal, dan merupakan satuan- satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang nantinya akan digunakan sebagai fasilitas untuk tempat tempat hunian, yang dilengkapi dengan bangunan bersama dan tanah bersama (Sumber : UURS, No.4 tahun 1993)

1.2

Latar Belakang Tanjung selor merupakan ibu kota yang saat ini sudah sangat banyak

dikunjungi oleh pendatang dari berbagai penjuru kota. Entah itu mencari pekerjaan ataupun menetap. Seiring berjalannya waktu, harga tanah maupun tempat/wadah hunian yang ada di ibu kota tanjung selor saat ini belum bisa menjadi pilihan terbaik bagi mereka yang ingin mendapatkan hunian yang dapat mewadahi kegiatan hidup mereka. Oleh karena itu Rumah Susun sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran pembangunan ibu kota tanjung selor dalam hal Hunian. Sejalan dengan itu, Saya akan mencoba merancang Rumah Susun. Perancangan Rumah Susun ini dilatar belakangi oleh Tugas dari salah satu mata kuliah yang ada,yaitu Perancangan Arsitektur 4 yang merupakan mata kuliah lanjutan dari perancangan arsitektur 3. Selain itu,rasa perihatin terhadap tempat-tempat hunian yang disediakan namun masih memiliki kinerja yang tidak optimal sehingga menimbulkan rasa ingin membantu memberikan desain Rumah Susun agar bisa menjadi ibukota yang lebih baik lagi.

1

1.3

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang dapat di identifikasi adalah : A.

Bertambahnya jumlah penduduk berpenghasilan rendah yang pindah ke ibu kota tanjung selor.

B.

Perlu direncanakan rumah susun yang dapat menjadi wadah tempat tinggal penduduk berpenghasilan rendah yang ada di ibukota tanjung selor.

1.4

Rumusan Masalah

A.

Bagaimana merancangan Rumah Susun dengan menerapkan konsep Arsitektur modern?

1.5

Tujuan



Merencanakan dan merancang rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan Arsitektur Modern di Tanjung Selor.

1.6

Sasaran



Merancang rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan Arsitektur Modern yang lebih ditekan kan pada fasade bangunan.

1.7

Batasan Perancangan a.

Bangunan 8 Lantai

b.

Perancangan Rumah Susun Komersil

c.

Bangunan yang mengusung konsep Arsitektur Modern yang di tekankan pada fasade bangunan.

d.

Rusun yang berfungsi sebagai hunian/tempat tinggal

e.

Luas lahan 1 hektar

f.

KDB ≤ 60%

g.

GSB 15 Meter Dari As Jalan

2

h.

Potensi site

Site ini terletak pada jalur utama menuju kota Site ini terletak pada daerah Strategis/berkembang Site ini berada pada jalur mayoritas-listrik PLN,TELKOM dan PDAM

Tabel 1.1 Batasan Perancangan Sumber : Penulis.2018

3

BAB II STUDI PUSTAKA

2.1

Pengertian Rumah Susun dan Klarifikasinya Menurut Undang – Undang RI No.20 Tahun 2011 pengertian Rumah

Susun, Rumah Susun Umum, Rumah Susun Khusus, Rumah Susun Negara, dan Rumah susun Komersial adalah sebagai berikut: - Rumah Susun Umum adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuansatuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. - Rumah Susun Umum adalah Rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan

untuk

memenuhi

kebutuhan

rumah

bagi

masyarakat

berpenghasilan rendah. - Rumah Susun Khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus. - Rumah Susun Negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri. - Rumah Susun Komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan. Adapun di dalam Undang – Undang yang sama tercantum pula pengertian Satuan Rumah Susun, Tanah bersama, Bagian bersama, dan Benda Bersama dengan pengertian sebagai berikut :

4

- Satuan Rumah Susun yang selanjutnya di sebut dengan sarusun adalah unit rumah susun yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah dengan fungsi utama sebagai tempat hunian dan mempunyai sarana penghubung ke jalan umum. - Tanah Bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin mendirikan bangunan. - Bagian Bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah susun. - Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun melainkan bagian yang dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama. Di dalam sebuah rumah susun selain bangunan juga terdiri dari Pemilik, Penghuni, Pengelola, Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Sarusun dengan pengertian sebagai berikut : - Pemilik adalah setiap orang yang memiliki sarusun. - Penghuni adalah orang yang menempati sarusun, baik sebagai pemilik maupun bukan pemilik. - Pengelola adalah suatu badan hukum yang bertugas untuk mengelola rumah susun. - Perhimpunan pemilik dan penghuni sarusun yang selanjutnya disebut PPPSRS adalah badan hukum yang beranggotakan para pemilik atau penghuni sarusun.

5

2.1.1

Rumah Susun Menurut peruntukan

Di dalam menentukan peruntukkan rumah susun untuk berbagai golongan masyarakat , ada tiga pedoman / pegangan untuk dapat mengklasifikasikan menurut peruntukkannya, terutama untuk golongan masyarakat ekonomi menengah ke bawah (rumah susun sederhana dan rumah susun sangat sederhana), yaitu :

Rumah susun memiliki karakteristik yang berbeda dengan hunian horisontal. Rumah susun mengandung dualisme sistem kepemilikan perseorangan dan bersama baik dalam bentuk ruang maupun benda. Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagian-bagian yang di kenal dengan istilah condominium.

6

Menurut Surat keputusan menteri Negara Perumahan Rakyat No. 02/KPTS/1993 , Rumah Susun Sederhana yaitu dengan tipe : T-12, T-15, T-18 , T-21. Berdasarkan pada golongan pendapatan penghuni serta luasan satuan unit rumah susun, rumah susun di Indonesia dibagi menjadi (Kantor menneg Perumahan Rakyat , 1986): a) Rumah susun sederhana , yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan sederhana atau rendah . Luas satuan rumah antara 21-36 m2 , tanpa perlengkapan mekanikal dan elektrikal . b) Rumah susun menengah , rumah susun dengan luas satuan 36-54 m2. Kadang dilengkapi dengan perlengkapan mekanikal dan elektrikal tergantung dari konsep dan tujuan pembangunannya . rumah susun ini diperuntukkan bagi mayarakat golongan bepenghasilan menengah . c) Rumah Susun mewah , rumah susun bagi golongan berpenghasilan atas.Luas ruang , kualitas bangunan , perlengkapan bangunan tergantung dari konsep dan tujuan pembangunannya . dengan beberapa fasilitas lengkap dan status kepemilikan tertentu. 2.1.2

Rumah susun menurut ketinggian bangunan

Menurut John Mascai dalam “Housing” (1980, hal 225-226), Rumah susun dibedakan menjadi :

7

a. Rumah susun dengan ketinggian sampai dengan 4 lantai (low rise) . Rumah susun ini menggunakan tangga konvensional sebagai alat transportasi vertikal . b. Rumah susun dengan ketinggian 5-8 lantai (medium rise). Rumah susun ini sudah menggunakan escalator sebagai alat transportasi vertical . c. Rumah susun dengan ketinggian lebih dari 8 lantai (high rise). Rumah susun ini menggunakan elevator sebagai alat transportasi vertikal. 2.1.3

Rumah susun menurut kepemilikan

Rumah susun dibedakan menjadi : a) Rumah susun yang dijual (Rusunami) Unit satuan menjadi milik penghuni dengan sertifikat hak milik. b) Rumah susun yang disewakan (Rusunawa) Unit satuan hanya untuk disewakan. Penghuni dapat kontrak untuk bebrapa tahun, setelah masa kontrak habis dapat diperpanjang atau tidak. Sistem pembayaran bisa perbulan atau pertahun sesuai perjanjian. c) Rumah susun jual – beli. Biasanya pada peremajaan pemukiman kumuh. Pemilik tanah yang lama akan mengganti rugi tanah yang satu, dua atau lebih unit satuan rumah sesuai dengan tanahnya. Itupun masih diberi subsidi oleh pemerintah. d) Rumah susun sewa beli. Penghuni bisa membeli dengan membayar sewa bulanan sampai sejumlah harga jual. e) Rumah susun beli kecil. Penghuni dapat membeli dapat mencicil perbulan hingga lunas.

8

2.1.4

Rumah susun menurut bentukannya

Rumah susun dapat dibedakan menjadi : a) Memanjang/linear (slab). Jumlah tipe unit hunian perlantainya banyak. b) Vertikal. Tipe unit hunian perlantainya hanya bebrapa unit (tebatas). Banguanan cenderung berbentuk tower. Untuk rumah susun yang ada di Indonesia paling tinggi 12 lantai dengan transportasi vertikal berupa lift. c) Gabungan antara slab dan memanjang secara vertikal. Bentuk ini ada dua macam, yaitu bentuk slab yang digabung dengan bentuk tower dan bentuk terrace. 2.1.5

Kritera umum rumah susun

Penyelenggaraan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi kriteria umum perencanaan sebagai berikut: a. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi persyaratan fungsional, andal, efisien, terjangkau, sederhana namun dapat mendukung peningkatan kualitas lingkungan di sekitarnya dan peningkatan produktivitas kerja. b. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan material, tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungai teknik dan fungsi sosial bangunan gedung dengan lingkungannya. c. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya diusahakan serendah mungkin. d. Desain bangunan rusuna bertingkat tinggi dibuat sedemikian rupa sehinggaan dapat dilaksana dalam waktu pendek dan dapat dimanfaatkan secepatnya. e. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus diselenggarakan oleh pengembang atau penyedia jasa konstruksi yang memiliki surat keteranan ahli sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.

9

2.1.6

Kriteria khusus rumah susun

a. Rusuna bertingkat tinggi yang direncanakan harus mempertimbangkan indentitas setempat pada wujud arsitektur bangunan tersebut. b. Masa bangunan simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B) < 3, hindari bentuk denah yang mengakibatkan puntiran pada bangunan. c. Jika terpaksa denah terlalu panjang atai tidak simetris, pasang dilatasi bila dianggap perlu. d. Lantai dasar dipergunakan untuk fasilitas sosial (fasos) Fasek, Fasum, antara lain : Ruang Unit Usaha, ruang Pengelola, ruang bersama, ruang penitipan anak, ruang mekanikan elektrikal, prasarana dan sarana lannya antara lain penampungan sampah / kotoran. e. Lantai satu dan lantai berikutnya diperuntukkan sebagai hunian yang satu huniannya terdiri atas 1 ruang duduk, 2 kamar tidur, 1 km/wc dan ruang service (dapur dan cuci) dengan total luas per unit 30 m2 f. Luas sirkulasi, utilitas dan ruang2 bersama maksimum 30% dari total luas lantai bangunan. g. Denah unit rusuna bertingkat tinggi harus fungsional, efisien dengan sedapat mungkin tidak menggunakan balok anak, dan memenuhi persyaratan penghawaan dan pencahayaan. h. Struktur utama bangunan termasuk komponen penahan gempa (dinding geser atau rangka perimetral) harus kokoh, stabil dan efisien terhadap beban gempa. i. Setiap 3 lantai bangunan rusuna bertingkat tinggi harus disediakan ruang bersama yang dapat berfungsi sebagai fasilitas bersosialisasi antar penghuni. j. Sistem konstruksi rusuna bertingkat tinggi harus lebih baik, dari segi kualitas, kecepatan, dan ekonomis (seperti sistem formwork, dan sistem pracetak) dibanding sistem konvensional.

10

k. Dinding luar rusuna bertingkat tinggi menggunakan beton pracetak sedangkan dinding pembatas antar unit/sarusun menggunakan beton ringan, sehingga beban struktur dapat lebih ringan dan menghemat biaya pembangunan. l. Lebar dan tinggi anak tangga harus diperhitungkan untuk memenuhi keselamatan dan kenyamanan, dengan lebar tangga minimal 110 cm; m. Railling/pegangan rambat balkon dan selasar harus mempertimbangkan faktor privasi dan keselamatan dengan memperhatikan estetika sehingga tidak menimbulkan kesan masif/kaku, dilengkapi dengan balustrade dan railling n. Penutup lantai tangga dan selasar menggunakan keramik, sedangkan penutup lantai unit hunian menggunakan plester dan acian tanpa keramik kecuali KM/WC o. Penutup dinding KM/WC menggunakan pasangan keramik dengan tinggi maksimum adalah 1.80 meter dari level lantai p. Penutup meja dapur dan dinding meja dapur menggunakan keramik. Tinggi maksimum pasangan keramik dinding meja dapur adalah 0.60 meter dari level meja dapur q. Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang unit hunian, hal ini berkaitan dengan mekanikal-elektrikal untuk menghindari sparing air bekas dan kotor menembus pelat lantai r. Material kusen pintu dan jendela menggunakan bahan allumunium ukuran 3x7 cm, kusen harus tahan bocor dan diperhitungkan agar tahan terhadap tekanan angin. Pemasangan kusen mengacu pada sisi dinding luar, khusus untuk kusen yang terkena langsung air hujan harus ditambahkan detail mengenai penggunaan sealant s. Plafond memanfaatkan struktur pelat lantai tanpa penutup (exposed) t. Seluruh instalasi utilitas harus melalui shaft, perencanaan shaft harus memperhitungkan estetika dan kemudahan perawatan;

11

u. Ruang-ruang mekanikal dan elektrikal harus dirancang secara terintegrasi dan efisien, dengan sistem yang dibuat seefektif mungkin (misalnya : sistem plumbing dibuat dengan sistem positive suction untuk menjamin efektivitas sistem). v. Penggunaan lift direncanakan untuk lantai 6 keatas, bila diperlukan dapat digunakan sistem pemberhentian lif di lantai genap/ganjil 2.1.7

Fasilitas rumah susun

A. Fasilitas Lingkungan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang antara lain dapat berupa bangunan perniagaan atau perbelanjaan (aspek ekonomi), lapangan terbuka, pendidikan, kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, pertamanan serta pemakaman (lokasi diluar lingkungan rumah susun atau sesuai rencana tata ruang kota). 1. memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan budaya setempat; 2. menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan gaya hidup di rumah susun; 3. mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi dan kelompok tertentu; 4. menunjang fungsi-fungsi aktivitas menghuni yang paling pokok baik dan segi besaran maupun jenisnya sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada; 5. menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya;

12

B. Fasilitas Niaga sarana penunjang yang memungkinkan penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi yang berupa bangunan atau pelataran usaha untuk pelayanan perbelanjaan dan niaga serta tempat kerja. C. Fasilitas Pendidikan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan pengetahuan keterampilan dan sikap secara optimal, sesuai dengan strategi belajar-mengajar berdasarkan kurikulum yang berlaku D. Fasilitas Kesehatan fasilitas yang dimaksud untuk menunjang kesehatan penduduk dan berfungsi pula untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan penduduk. E. Fasilitas Peribadatan fasilitas yang dipergunakan untuk menampung segala aktivitas peribadatan dan aktivitas penunjang. F. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum fasilitas yang dapat dipergunakan untuk kepentingan pelayanan umum, yaitu pos hansip, balai pertemuan, kantor RT dan RW, pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, gedung serba guna, kantor kelurahan. G. Fasilitas Ruang Terbuka ruang terbuka yang direncanakan dengan suatu tujuan atau maksud tertentu, mencakup kualitas ruang yang dikehendaki dan fungsi ruang yang dikehendaki. Dalam hal ini tidak termasuk ruang terbuka sebagai sisa ruang dan kelompok bangunan yang direncanakan.

13

H. Fasilitas Di Ruang terbuka setiap macam ruang dan penggunaan ruang di luar bangunan, seperti taman, jalan, pedestarian, jalur hijau, lapangan bermain, lapangan olah raga dan parkir. 2.2

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 06/PRT/M/2007

a. Aturan - Aturan Dasar : 1. Seluruh aturan yang wajib diikuti, dengan kewenangan pemberlakuan pada jenjang tertinggi seperti Gubernur/Walikota/Bupati adalah : a. Peruntukan Lahan b. Luas Lahan dan Batas Lahan c. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) d. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) e. Ketinggian Maksimum Bangunan f. Transfer KLB >10% g. Standar Perencanaan Kota

2. Seluruh aturan yang wajib diikuti, dengan kewenangan pemberlakuan dapat pada jenjang Kepala Dinas Tata teknis setempat adalah: a. Garis Sempadan Bangunan (GSB) b. Jarak Bebas c. Transfer KLB <10% di dalam satu blok d. GSB pada site ini tergantung lebar jalan yang berada di depan site tersebut e. Buillding Covering ≤ 60%

14

2.3

Arsitektur Modern Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, arsitektur modern dapat

dipisahkan mejadi dua kata yaitu “arsitektur” yang berarti seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan dan sebagainya serta “modern” yang berarti terbaru atau mutakhir. Maka secara harafiah, arsitektur modern dapat diartikan sebagai seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan yang terbaru atau termutakhir. Arsitektur modern juga memiliki beberapa pengertian lain, diantaranya : 1. Pengertian sebagai sebuah sesi dalam perkembangan arsitektur dimana ruang menjadi objek utama untuk diolah. 2. Hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang lebih manusiawi yang diterapkan pada bangunan. 3. Totalitas daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yg dihasilkan dari alam pemikiran modern yang dicirikan dengan sikap mental yang selalu menyisipkan hal-hal baru, progresif, hebat dan kontemporer sebagai pengganti dari tradisi dan segala bentuk pranatanya. 4. Asitektur yang ilmiah sekaligus artistik dan estetik, atau arsitektur yang artistik & estetik yang dapat dipertanggungkan secara ilmiah. Pada masa sebelumnya arsitektur lebih memikirkan bagaimana cara mengolah fasad, ornamen, dan aspek-aspek lain yang sifatnya kualitas fisik. Pada masa arsitektur modern, kualitas non- fisik lebih dipentingkan, seperti gagasangagasan ruang yang diolah sehingga membentuk penyusunan elemen-elemen ruang secara nyata. Menurut Rayner Banham pada bukunya yang berjudul “Age of The Master: A Personal View of Modern Architecture”, 1978, perkembanagan arsitektur modern menekankan pada kesederhanaan suatu desain. Arsitektur modern merupakan Internasional Style yang menganut Form Follows Function (bentuk mengikuti

15

fungsi). Bentukan platonic solid yang serba kotak, tak berdekorasi dan perulangan yang monoton merupakan ciri arsitektur modern. 2.3.1

Ciri-Ciri Dan Karakterstik Arsitektur Modern Menurut Tanudjaja, 1997, Arsitektur modern memiliki ciri-ciri serta

karakteristik yang berkembang seturut berjalannya periode ini. Ciri- ciri dari arsitektur modern antara lain : 1. Terlihat memiliki keseragaman dalam penggunaan skala manusia. 2. Bangunan bersifat fungsional, yaitu sebuah bangunan dapat mencapai tujuan semaksimal mungkin, bila dipergunakan sesuai dengan fungsinya. 3. Bentuk bangunan sederhana dan bersih yang berasal aliran kubisme dan abstrak yang terdiri dari bentuk-bentuk aneh, akan tetapi memiliki bentuk dasar segi empat. 4. Memperlihatkan konstruksi. 5. Pemakaian bahan pabrik atau industrial yang diperlihatkan secara jujur dan tidak diberi ornamen. 6. Interior dan eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal dan horizontal. 7. Konsep open plan, yaitu konsep yang membagi dalam bentuk elemen-elemen struktur primer dan sekunder. Open plan bertujuan untuk mendapatkan fleksibilitas dan variasi di dalam bangunan.(Tanudjaja, 1997) Selain itu, arsitektur modern juga memiliki 3 karakteristik yaitu ideologi, langgam serta gagasan desain. Karakteristik ideologi dari arsitektur modern antara lain: 1. Gaya tunggal yang berlaku internasional atau tanpa gaya. 2. Idealisme utopia dan idealis. 3. Tradisi keagungan jiwa jaman. 4. Bentuk-bentuk yang deterministik maupun fungsional. 16

5. Pemecahan problema secara holistik dan upaya pengembangan desain yang komprehensif. 6. Pelayanan arsitek dengan sikap elitis namun tanpa batas kelas. 7. Arsitek merupakan seorang nabi/penyembuh. 8. Arsitek seakan-akan juru selamat/penyembuh.(Tanudjaja, 1997) Karakteristik langgam pada arsitektur modern terdiri dari beberapa hal, antara lain: 1. Bentuk yang abstrak tidak selalu menimbulkan teka-teki. 2. Memiliki elemen bentuk yang puris atau bentuk yang diulang. 3. Tampilan bangunan menunjukkan ekspresi kejujuran. 4. Anti simbolik dan anti terhadap prinsip metafora. 5. Bentuk desainnya sederhana. 6. Anti penggunaan ornamen. 7. Nilai estetika terdiri dari estetika mesin, sirkulasi, mekanikal, teknologi dan struktur. 8. Memiliki ruang yang isotropik. 9. Logikanya anti reprsentasi. 10. Anti kenangan sejarah dan anti lelucon.(Tanudjaja, 1997) Karakteristik gagasan desain pada arsitektur modern juga terdiri dari beberapa hal, antara lain: 1. Tata ruang kota menggambarkan kota dalam taman. 2. Pemilihan fungsional. 3. Susunan ruang berupa karya seni yang utuh. 4. Susunan masa yang berintegrasi harmonis.

17

5. Komposisi asimetris dan regularitas. 6. Mementingkan volume daripada massa. 7. Gubahan masa slab dan point block. 8. Mengolah kulit dan rangka bangunan. 9. Dinding transparansi.(Tanudjaja, 1997)

2.3.2

Konsep Arsitektur Modern Pada era arsitektur modern, fungsionalisme merupakan dasar pemikiran

utama. Fungsionalisme dimaksudkan sebagai penghambat penggunaan yang tidak tepat dari bentuk yang penuh gaya akan tetapi tidak cocok dengan maksud bangunannya. Semboyan “Form Follow Function” yang diungkapkan oleh Louis Sullvian memberi pandangan bahwa bentuk merupakan turunan dari fungsi dan fungsi menciptakan serta mengorganisir bentuk.(Wahid & Alamsyah, 2013) Sebuah bangunan modern harus setia pada dirinya sendiri, dalam bentuk yang tembus pandang dan bersih dari hal-hal yang tidak diperlukan sehingga dapat menyesuaikan dengan dunia mekanis dan pengangkutan yang cepat.(Wahid & Alamsyah, 2013) Semboyan “Machine for Living” yang ditegaskan oleh Le Corbusier memberikan pandangan bahwa dunia bangunan harus memiliki sifat yang efisiensi, rendemen, ekonomi dan harus mencapai semaksimum mungkin seperti dalam perekayasaan setiap mesin. Le Corbusier juga memberikan pandangannya terhadap tipologi pada arsitektur modern yang menjelaskan bahwa tipologi berupa objek produksi masal yang melihat bahwa elemen dari kolom rumah sampai dengan kota sebagai sebuah analogis karena rasionalisme ilmu pengetahuan dan sistem produksi teknologi adalah wujud nyata daripada bentuk yang paling progresif. (Wahid & Alamsyah, 2013) Pada masa ini, paradigma rasionalisme juga memberikan pengaruh yang cukup besar. Perancangan modern mendasarkan pada pemikiran perancangnya pada paradigma rasionalisme dengan mempertimbangan perancangan pada logika

18

dan rasio, menggunakan teknologi baru dan aspek struktur serta fungsi yang dominan. Nilai estetika mendapat interpretasi atau pandangan baru dengan mengutamakan ekspresi sistem bangunan, struktur dan fungsi bangunan tersebut. Arsitektur modern juga menonjolkan hubungan antara sisi-sisi suatu segiempat dan isinya, rasio atau perbandingan bagian-bagian di dalamnya sebagai suatu komposisi.(Smithies, 1982) Selain itu, hubungan antara bahan bangunan padat dan rongga dari jendela-jendela atau bukaan lainnya dari bagian dalam juga memberi pengaruh terhadap ruang-ruang yang terbentuk oleh penataan bahanbahan padat yang mengelilingi disekitarnya. Aspek-aspek kesatuan dalam arsitektur modern juga menjadi hal yang cukup dominan. Pada karya Le Corbusier “Falling Water”, elemen-elemen horizontal sangat dominan dan menciptakan efek rongga dengan perpaduan material padat. Penonjolan sangan kuat pada elemenelemen horizontal berupa katilever dari material yang padat. Pada karya Le Corbusier yang lainnya “Sainte Marie de La Tourrete”, tercipta sebuah bentuk sederhana berupa blok serta menampilkan sesuatu yang logis. Penekanan yang sangat menonjol adalah elemen-elemen horizontal. Selain itu, pada salah satu karya Frank Lloyd Wright, perpaduan antara elemen vertikan dan horizontal menciptakan kontras pada setiap elemennya. Elemen horizontal memberikan efek padat sedangkan elemen vertikal memberikan efek ringan. (Smithies, 1982) 2.3.3

Konsep Tata Ruang Ruang merupakan sebuah wadah kegiatan manusia dan sangat erat

kaitannya dengan sebuah sistem. Ruang merupakan sistem lingkungan binaan terkecil yang sangat penting karena sebagian besar waktu manusia modern saat ini banyak dihabiskan di dalam ruang. Fungsi dari sebuah ruang juga ditentukan oleh fungsi yang lebih besar yaitu bangunan. Ruang juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan fungsi yang lebih fleksibel.(Haryadi & Setiawan, 2010) Arsitektur modern memberikan pandangan yang jujur dan sederhana termasuk dalam pengolahan ruang. Ruang merupakan wujud dari volume dan bukan masa. Ruang juga merupakan sebuah bentuk dan berdasarkan konsep

19

arsitektur modern, bentuk mengikuti fungsi yang ada di dalamnya. Ruang-ruang yang bersih serta didominasi elemen tembus pandang meruapakan salah satu perwujudan dari konsep arsitektur modern. Ruang yang terbentuk dari sisi-sisi berbentuk geometris akan menujukkan komposisi yang lebih nyaman. Material serta rongga yang akan membentuk ruang akan emberi pengaruh pada suasana pada ruang tersebut. Dengan demikian, pengolahan ruang pada arsitektur modern akan menciptakan keadaan yang efisien, sederhana namun tegas serta menyatukan antara hubungan ruang luar dan ruang dalam melalui elemen transparan sehingga terjadi interaksi antara objek yang berada di luar dengan objek yang berada di dalam. 2.3.4

Konsep bentuk dan Penampilan Secara psikologis, manusia secara alami akan menyederhanakan

lingkungan visualnya untuk memudahkan pengertian dan pemahaman. Semakin sederhana dan teraturnya suatu wujud, maka semakin mudah diterima dan dimengerti. Bentuk dan penampilan pada arsitektur modern merupakan bentuk-bentuk yang geometris dan mudah dikenal. Kesederhanaan,kemurnian, kerapian dan ketelitian dari bentuk serta penampilan tersebut merupakan karakteristik serta konsep dari arsitektur modern. Walapun dalam bentuk yang abstrak, bentuk tersebut akan menunjukkan ekspresi kejujuran. Elemen-elemen dari bentuk pada arsitektur modern bersifat puris atau bentuk yang selalu diulang. Kesederhanan pada bentuk dan tampilan merupakan ekspresi kejujuran serta nilai estetika pada arsitektur modern.(Tanudjaja, 1997) Fasad atau penampilan bangunan dengan pengunaan garis-garis linier dan bentuk kotak atau segiempat melahirkan sebuah konsep yang universal. Bentuk asimetris, kubis atau semua sisi dalam komposisi dan dan kesatuan bentuk serta elemen bangunan menyatu dalam sebuah komposisi bangunan. Bentuk-bentuk berupa elemen-elemen horizontal dan vertikal dipadukan dengan kontras atau

20

komposisi yang seimbang antara kepadatan serta rongga dan padat maupun ringan melalui palikasi penataan dan penggunaan material. Konsep hakikat pada arsitektur modern juga menunjukkan bahwa bentuk dan penampilan dapat diartikan sebagai sebuah persoalan sehingga persoalan yang rumit dapat diubah menjadi keterangan-keterangan gamblang yang ringkas. Hal ini menunjukkan nilai-nilai kejujuran dan kesederhanaan pada arsitektur modern. Bentuk dan penampilan bangunan dapat menciptakan sebuah gaya sebagai sebuah ekspresi keprihatinan yang lebih umum daripada yang dihasilkan dari program dan biasanya dapat menciptakan kesan pada bangunan dan artinya. Nilai konfigurasi meberikan pandangan pada bentuk serta penampilan sebagai pikiran untuk meyederhanakan lingkungan visual agar dapat dipahami. (Snyder & Catanese, 1997) 2.3.5

Konsep Warna Penggunaan warna merupakan salah satu penonjolan nilai kontras dan

keselarasan pada arsitektur modern. Warna akan menyeimbangkan komposisi bentuk serta elemen yang ada pada suatu bangunan. Penggunaan warna-warna natural seperti putih, abu-abu, hitam dan warna – warna tajam atau cerah serta material yang mengkilap merupakan karakter dari arsitektur modern. Keterangan cahaya warna, kepadatan dan kejernihan warna dapat memperluas kemungkinan keselarasan serta keragaman komposisi. (Alison & Smithson, 1981)

21

BAB III DATA DAN ANALISA

3.1

Data

3.1.1 Data Eksternal A.

Peta Lokasi

Gambar 3.1 Peta Indonesia Sumber : Searching Google.2018

Gambar 3.2 Peta Kalimantan Utara Sumber : Searching Google.2018

22

Gambar 3.3 Peta Kabupaten Bulungan Sumber : Searching Google.2018

B.

Data Site Kawasan terpilih untuk pembangunan Rumah Susun di Kabupaten Bulungan

terletak di kecamatan Tanjung Selor. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bulungan. Untuk menentukan lokasi tapak, kriteria yang digunakan ialah pembagian wilayah tata guna lahan. Dari pembagian lahan tersebut ditemukan site yang terletak di Poros jalan Bumi rahayu km 9 dengan batas – batas sebagai berikut :

23

U

Gambar 3.4 Lokasi site Sumber : Penyusun.2018

1. Lokasi Site : Jalan Poros bumi rahayu 2. Luas Site : 10.000 M² 3. KDB 60 % = Luas bangunan maksimal 6.000 M² 4. Topografi : Tanah Berkontur / Tanah Pasir 5. Vegetasi : Semak belukar (sedang) / Pohon Buah / pohon liar 6. Orientasi : Menghadap Utara 7. Sanitasi Buatan (Parit) : Dinamis 8. GSB 15 Meter dari As Jalan 9. Batasan Orientasi  Sebelah Utara : KAPOLDA Kalimantan Utara  Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk  Sebelah Timur : Perumahan Penduduk  Sebelah Barat : Semak Belukar

24

3.1.2 Data Internal A.

Data Pengguna

Jenis pengguna pada Rusunawa ini dapat digolongkan menjadi: 1. Pengguna tetap: Penyewa Rusunawa (penghuni rusunawa), pedagang penyewa ruang komersial dan badan pengelola Rusunawa. 2. Pengguna tidak tetap: pengunjung Rusunawa (Tamu).

Untuk mengakomodasi seluruh kegiatan dari masing-masing pelaku, dibutuhkan ruang-ruang. Ruang-ruang tersebut dikelompokan berdasarkan analisis pembagian zona. Zona fungsi terbagi menjadi 4 bagian yaitu zona hunian, zona pengelola dan service, zona kegiatan publik , dan zona parkir.

A. ZONA HUNIAN Aktifitas

1. Beristirahat 2. berkumpul dengan keluarga 3. Aktivitas mencuci 4. Aktivitas Jemur 5. Memasak 6. Makan B. ZONA PENGELOLA 1. Pengelolaan 2. Pemeliharaan 3. Peralatan 4. Keamanan dan parkir 5. Service 6. Menyiapkan peralatan 7. Memasak 8. Mencuci piring

25

9. transaksi 10. memilih barang 11. makan/minum 12. Pembayaran C. ZONA KEGIATAN PUBLIK

1. Bermain 2. Olahraga 3. Duduk bersantai 4. Bertamu sesama Penghuni 5. Berkumpul dengan tetangga 6. Arisan, syukuran, ddl 7. Bertamu dengan penghuni rusun D. ZONA PARKIR 1. Parkir Penghuni 2. Parkir Pengelola 3. Parkir Tamu Tabel 3.1 Data Aktifitas Pelaku Perzona Sumber : Hasil Survey.2018

26

3.2

Analisa Eksternal

3.2.1 Site A. Orientasi Matahari Kondisi tapak yang menghadap utara menyebabkan sisi kanan dan sisi kiri bangunan nantinya akan terkena biasan matahari yang cukup banyak. Dapat disimpulkan potensi serta kendala yang terdapat pada site :

Gambar 3.5 Analisa Orientasi Matahari Sumber : Penyusun.2018 Potensi : 1. Terdapat banyak ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan 2. Banyak terdapat vegetasi pada site Kendala : 1. Belum ada unsur penghalang biasan matahari 2. Vegetasi eksisting belum tertata dengan baik

27

No 1.

Alternatif Desain Menempatkan ruangan yang bersifat servce pada sisi kiri dan kanan bangununan,yang berpotensi terkena biasan matahari langsung

2.

Menanam vegetasi sebagai upaya pembayangan sinar matahari agar tidak langsung terbias ke pada badan bangunan

3.

Menerapkan sunshading pada jendela yang berpotensi mendapatkan biasan matahari langsung

Tabel 3.2 Analisa Orientasi Matahari Sumber : Hasil Analisa.2018 B. Kebisingan Pada kondisi eksisting, tapak dikelilingi oleh : 1. Jalan Raya 2. Hutan 3. Rumah warga

Gambar 3.6 Analisa Kebisingan Sumber : Penyusun.2018

28

Yang memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi,berasal dari bunyi yang dihasilkan oleh mobil dan motor yang melewati site ini. Dari pertimbangan tersebut, dapat diputuskan beberapa alternatif dari analisa : No

Alternatif

1.

Menanam vegetasi sebagai peredam kebisingan

2.

Sebisa mungkin meletakan ruangan yang bersifat private jauh dari sumber kebisingan

Tabel 3.3 Analisa Kebisingan Sumber : Hasil Analisa.2018 C. View Kondisi tapak dikelilingi oleh : 1. Perumahan Penduduk 2. Jalan Raya 3. Kapolda Kal-tara

Gambar 3.7 Analisa View Sumber : Penyusun.2018 29

Jadi, tapak ini memiliki arah peningkatan mutu view yaitu sebelah utara, timur dan barat tapak,rumah penduduk dan jalan. Dari beberapa pertimbangan diatas, dapat diputuskan beberapa alternatif dari analisa : No 1.

Alternatif Menanam vegetasi sebagai penghias agar memandang kedalam dan keluar tapak terasa nyaman

2.

Memberi sentuhan air sebagai unsur pelembut pada tapak

Tabel 3.4 Analisa View Sumber : Hasil Analisa.2018

30

3.2.2 Tata Zona Setelah site tersebut di analisa dengan memperhatikan lingkungan, orientasi matahari, kebisingan, serta view. Didapat hasil tata zona bangunan :

Gambar 3.8 Analisa Tata Zona Sumber : Penyusun.2018

31

3.3

Analisa Internal

3.3.1 Besaran Ruang No

Zona

Ruang

Jumlah Luasan

Lantai

1.

Hunian

Unit tipe 36

80 unit

6x6

Tipikal

Unit tipe 64

71 unit

8x8

Tipikal

Ruang Bersama

7

8x6

Tipikal

Lobby / Hall

1

-

1

R. serbaguna

1

8x6

1

R. kepala rusun

1

4x4

1

administrasi, 1

8x6

1

2.

Pengelola dan service

R.

bendahara,

dan

sekretaris

3.

Kegiatan

R. cleaning service

1

2x4

1

Musholla

1

8x6

1

Pos security

2

2x2

1

Taman

-

-

-

Lap. Volley

1

8 x 16

-

Lap. Futsal

1

25 x 15

-

Lap. Basket

1

28 x 15

-

Parkir umum

1

-

1

Parkir khusus

1

-

1

Publik

4.

Parkir

Tabel 3.5 Besaran Ruang Sumber : Hasil Analisa.2018

32

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4.1

Konsep Massa Bangunan

Massa bangunan diadaptasi oleh bentukan persegi panjang yang selanjutnya akan di lakukan pengurangan pada massa ini. Bentukan ini mungkin simple akan tetapi sesuai dengan konsep Modern yang mengutamakan fungsi daripada bentukan.



Pengurangan massa pertama dilakukan pemotongan pada keempat sudut massa bangunan. < Garis potongan



Sehingga membentuk massa yang nantinya setiap bentuk memiliki fungsi

33



Pengurangan massa kedua dilakukan pemotongan pada dua sisi pada bagian tengah massa bangunan



Sehingga dapat disimpulkan bentuk massa bangunan



Gambaran Massa Bangunan

Gambar 4.1 Gambaran Massa Bangunan Sumber : Penyusun.2018

34

4.2

Konsep Struktur Bangunan

Penggunaan sistem struktur pada bangunan high rise adalah sistem kombinasi rangka kaku (rigid frame) dengan penataan kolom dan balok secara grid atau sesuai bentukan rancangan denah. Struktur rangka kaku merupakan struktur yang dibentuk dengan cara meletakkan elemen kaku horizontal diatas elemen kaku vertikal. Elemen kaku horizontal (balok) sering disebut juga elemen lentur, yaitu memikul beban yang bekerja secara transveral dari panjang nya dan mentranfser bebam tersebut ke kolom vertikal yang menumpunya.

Gambar 4.2 Konsep Struktur Rigid Frame Sumber : Penyusun.2018

Kolom di bebani secara aksial oleh balok, kemudian mentransfer beban tersebut ke tanah. Kolom yang memikul balok tidak melentur atau melendut karena kolom pada umumnya mengalami gaya tekan aksial saja.

35

Gambar 4.3 Konsep Struktur Rigid Frame Sumber : Penyusun.2018

Rigid frame secara umum memilik struktur rangka yang terdiri dari perpaduan antara kolom dan balok yang saling mengunci. Pada bangunan tinggi, inti bangunan atau biasa disebut core merupakan inti bangunan itu sendiri. Core yang didalamnya meliputi utilitas bangunan seperti lift, tangga darurat dan utilitas lainnya.

36

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan Perancangan Rumah Susun ini merupakan tugas besar dari mata kuliah

Perancangan Arsitektur IV. Yang merupakan mata kuliah lanjutan dari Perancangan Arsitektur III. Dalam perancangan ini, diminta untuk merancang Rumah susun dengan batasan minimal 8 (delapan) lantai, serta berbagai macam alur/pola sebagai konsep perancangan. Antara lain : 1. Survey 2. Pengumpulan Data 3. Studi Lapangan 4. Analisa 5. Pra-Desain 6. Desain Akhir Berdasarkan konsep yang telah dibuat dari awal hingga akhir, maka penulis dapat mengambil keputusan/kesimpulan bahwa Perancangan Rumah Susun ini merupakan upaya pembelajaran di dunia Pendidikan Arsitektur serta sebagai syarat tugas besar Perancangan Arsitektur IV. Dalam Perancangan Arsitektur IV yang diberi judul “Perancangan Rumah Susun dengan pendekatan Arsitektur Modern” menghasilkan output desain meliputi : 1. Bangunan yang mengadopsi gaya Arsitektur Modern yang di tekan kan pada Fasade 2. Bangunan yang terbentuk dari beberapa alur konsep yang telah dipertimbangkan dengan baik 3. Detail Engineering Desain yang bisa dipertanggung jawabkan.

37

DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, Vfal (2015), “Karakteristik Arsitektur Modern” (Online), (http://ejournal.uajy.ac.id/8458/5/TA413475.pdf) Fajri, Khairul (2015), “Pengertian Rumah Susun” (Online), (http://eprints.undip.ac.id/45023/2/07_Khairul_Fajri_21020110141006_BAB_ 2.pdf ) Rumah Susun, (2012), “Pengertian Rumah Susun” (Online), http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00647-sp%202.pdf Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 06/PRT/M/2007

38

Related Documents


More Documents from "Accank"

Bab 2.docx
October 2019 15
Bab I.docx
October 2019 10
May 2020 5
April 2020 7
Divisi 2.pdf
August 2019 26