Konsep Medis.docx

  • Uploaded by: kiki andriani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Medis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,536
  • Pages: 5
KONSEP MEDIS A. ANTRAX Antrax adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh kuman bacillus antrhacis, suatu basil yang dapat membentuk spora dan ditularkan ke manusia melalui kontak dengan kulit manusia yang terdapat (lesi,lecet,abrasi) menghirup spora atau mengkonsumsi daging yang terkontaminasi kuman vegetative atau spora melalui tangan,digigit serangga yang baru menggingit hewan infeksif (jarang). (widoyono) B. ETIOLOGI Anthrax disebabkan oleh bacillus anthracis,suatu basil gram-positif yang mebghasilkan kapsul yang mudah dilihat menggunakan metilen biru dan mampu membentuk spora tetapi tidak bisa bergerak. Pembentukan spora terjadi pada keadaan aerob dan sedikit kalsium yaitu dialam terbuka seperti di tanah atau udara luar. Keadaan ini mengakibatkan kuman vegetative akan segera mati dan kuman menjadi inaktif serta membentuk spora yang bisa bertahan hidup bertahun tahun pada tanah dan produk hewan seperti bulu. (widoyono) C. MANIFESTASI KLINIS 1. Cutaneous anthrax a. Cutaneous anthrax berkembang 1-7 hari (biasanya 2-5) setelah terinfeksi dan penetrasi spora B.anthracis. b. Infeksi ini paling sering terkena pada ekstremitas atas, kepala dan leher. c. Cutaneous anthrax dimulai dengan papula gatal yang membesar dalam waktu 24-48 jam, membentuk ulkus dikelilingi lesi edematous. Lesi cutaneous anthrax biasanya berdiameter sekitar 2-3 cm, dan teratur. d. Regional limfadenopati pada daerah yang terinfeksi. e. Membran/eksudat dari ulkus mengandung banyak banyak anthrax. f. Limfadenopati pada cutaneous anthrax dapat bertahan lama setelah hilangnya ulkus. g. Jika lesi cutaneous anthrax menginfeksi leher, leher bengkak karena edema dan pembesaran kelenjar getah bening leher mungkin dapat mengganggu trakea dan menyebabkan stridor dan gangguan pernafasan, dan jika parah, bisa disertai dengan sesak nafas. 2. Orofaringeal anthrax a. Menelan spora B. Anthracis dapat menyebabkan anthrax orofaringeal dan berkembang 2-7 hari setelah terpapar. b. Pasien dengan anthrax orofaringeal biasanya mengeluh sakit tenggorokan dan atau kesulitan menelan. c. Anthrax orofaringeal adalah manifestasi GI proksimal dari anthrax usus. Lesi pada mulut dapat mempengaruhi palatum durum dan faring.

d. Ulkus anthrax di oropharynx dapat disertai dengan membran dan berhubungan dengan edema lokal dan cervical adenopathy. e. Kematian dapat terjadi karena sesak napas akibat edema leher atau toksemia. 3. Anthrax usus a. Ingesting B anthracis dapat menyebabkan spora anthrax usus 2-5 hari setelah konsumsi. b. Pasien dengan laporan anthrax usus mual, muntah, malaise, anoreksia, nyeri perut, hematemesis, dan diare berdarah, yang disertai dengan demam. c. Pasien dengan anthrax usus mendapat sakit perut hebat, hematemesis, dan atau diare berdarah. d. Beberapa lesi ulseratif anthrax ditemukan diseluruh saluran pencernaan. e. Anthrax usus primer menyebabkan lesi lokal yang menyeruoai antraks orofaringeal. f. Antherax usus sulit untuk dikenali, dan shock dan kematian dapat terjadi 2-5 hari setelalh onset. 4. Anthrax inhalasi a. Anthrax inhalasi dimulai tiba tiba, biasanya 1-3 hari setelah menghirup spora anthrax yang berdiameter 1-5 µm. Jumlah spora yang diperlukan untuk menyebabkan anthrax inhalasi bervariasi. Sebagaimana dibuktikan oleh kasuskasus anthrax terakhir di amerika serikat, sedikit spora antraks dapat menyebabkan anthrax inhalasi. b. Gejala awal tidak spesifik, termasuk demam ringan dan batuk produktif. c. Pasien mengeluh ketidaknyamanan pada substernal ketika awal penyakit. d. Setelah perbaikan awal, anthrax inhalasi berlangsung cepat, menyebabkan demam tinggi,sesak nafas berat, tachypnea, cyanosis, hematemesis, dan nyeri dada, yang mungkin cukup berat untuk disamakan dengan infark miokard akut. e. Radiologi pada dada dan CT scan menunjukan melebarnya mediastinum. f. Pada pasien dengan anthrax inhalasi mendapatkan gejala flu like syndrome dan ketidaknyamanan substernal. g. Infiltrat paru biasanya ditemukan karena anthrax inhalasi terutama menjadi mediastinitis hemoragik, yang mungkin terjadi sehubungan dengan efusi pleura yang berdarah. h. Anthrax inhalasi biasanya fatal, pasien sering syok karena efek latihan toxin. 5. Septicemic anthrax a. Septicemic anthrax mengacu pada tingginya infeksi oleh bakteri anthrax. Bentuk anthrax ini dapat mempersulit anthrax inhalasi. b. Organ internal menjadi hitam dengan petechiae luas dan perdarahan. c. Bakteri anthrax bermultiplikasi dalam darah dan berkembangan biak untuk melebihi jumlah sel darah merah. Nama lain untuk anthrax ini adalah black blood, yang mengacu pada warna yang sangat gelap dari darah manusia dengan tingginya anthrax septicemic. d. Karena manusia relatif tahan terhadap invasi B.anthracis, kebanyakan kasus anthrax septicemic terjadi setelah inhalasi. Jumlah organisme dilepaskan dari

hati atau limpa kedalam aliran darah dan menghasilkan sejumlah besar toksin mematikan yang menyebabkan shock dan kematian e. Ini adalah bentuk yang paling parah dan dapat mempersulit bentuk lain dari anthrax, terutama anthrax inhalasi D. PENATALAKSANAAN 1. Pengobatan Pemberian antibiotik intravena direkomendasikan pada kasus antraks inhalasi, gastrointestinal dan meningitis. Pemberian antibiotik topikal tidak dianjurkan pada antraks kulit. Antraks kulit pada dengan gejala sistemik, edema luas, atau lesi dikepala dan leher juga membutuhkan antibiotik intravena. Walaupun sudah ditangani secara dini dan adekuat, prognosis antraks inhalasi, gastrointestinal dan meningeal tetap buruk. B.anthracis alami resisten terhadap antibiotik yang sering digunakan pada penanganan sepsis seperti sefalosporin dengan spektrum yang diperluas tetapi hampir sebagian besar kuman sensitif terhadap penisilin,doksisiklin, siprofloksasin,kloramfenikol, vankomisin, sefazolin,tetrasiklin,linezolid, dan makrolid. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin maka kloramfenikol, eritromisin,tetrasiklin atau siprofloksasin dapat diberikan. Pada antraks kulit dan intestinal yang bukan karena bioterorisme , maka pemberian antibiotik harus tetap dilanjutkan hingga paling tidak 14 hari setelah gejala reda. Jenis antibiotik yang dapat digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah. Terapi Dosis dewasa Dosis anak 200-500 mg/oral 4x/hari 25-50 mg/kg BB/hari/oral penisilin V dibagi menjadi dua atau 4x/hari 8-12 juta u,iv dengan 100.000-150.000 Penisilin G dosis terbagi, setiap 4-6 U/kg/hari dg dosis terbagi, jam setiap 4-6 jam 30 mg/kg BB, im/iv streptomisin 250-500 mg/oral atau iv Tidak dianjurkan tetrasiklin 4x/hari 200 mg untuk dosis awal, Tidak dianjurkan pada doksisiklin peroral atau iv,selanjutnya anak <9 tahun 50-100 mg setiap 12 jam Anak <45 kg: 2,5 mg/kg/12 jam Anak < 45 kg : dosis seperti dewasa 250 mg peroral tiap 6 jam 40 mg/kg BB/oral dengan eritromisin dosis terbagi setiap 6 jam 15-20 mg/kg BB 20-40 mg/kg/hari iv Eritromisin laktobionat (maksimal 4gr) iv/hari dengan dosis terbagi setiap 6 jam 50-100 mg/kg BB/hari,per 50-75 mg/kg Bb/hari kloramfenikol oral/iv dengan dosis dengan dosis terbagi terbagi setiap 6 jam setiap 6 jam

siprofloksasin

250-750 mg/oral, 2x/hari 200-400 mg iv, setiap 12 jam

20-30 mg/kg BB/hari dengan dosis terbagi, setiap 12 jam tidak dianjurkan pada pasien <18 tahun

profilaksis doksisiklin siprofloksasin

100 mg/oral, 2x/hari selama 4 minggu 500 mg/oral, 2x/hari selama 4 minggu

Kortokosteroid pada kasus edema berat 0.75-0.90 mg/kg BB per deksametason oral, iv, im dalam dosis terbagi setiap 6 jam 1-2 mg/kg BB atau 5-60 prednisolon mg per oral/hari

0.25-0.5 mg/kg BB setiap 6 jam 0.5-2 mg/kg BB/hari

2. Profilaksis setelah terpajan Karena antraks berasal dari bioterorisme mungkin dilakukan perubahan strain yang resisten terhadap beberapa antibiotik maka siprofloksasin merupakan obat pilihan utama. Mengingat kemungkinan adanya β-laktamase maka oleh CDC pemberian amoksisilin sebagai profilaksis setelah pajanan hanya dapat diberikan setelah 10-14 hari pemberian fluorokuinolon atau dosiksiklin atau bila terdapat kontraindikasi terhadap dua jenis tersebut (misalnya ibu hamil,menyusui,usia <18 tahun, atau terdapat intoleransi). kategori Pengobatan oral Pengobatan obat Lama pengobatan awal alternatif setelah berdasarkan hasil pajanan,hari kultur Siprofloksasin 500 Doksisilin 100 mg 60 dewasa mg per oral/12 jam per oral/12 jam Amoksisilin 500 mg per oral/8 jam Siprofloksasin 20Berat badan ≥ 20 60 anak 30 mg/kg BB/hari kg amoksisilin 500 per oral dibagi mg per oral/2 jam menjadi 2 dosis Berat badan < 20 maksimal 1 gr/hari kg amoksisilin 40 mg/kg BB/oral dibagi menjadi 3 dosis setiap 8 jam Siproflosasin 500 Amoksisilin 500 mg 60 Wanita hamil mg per oral/12 jam per oral/8 jam Sama seperti pasien dewasa dan anak biasa (nonimus Penderita dengan supresi) imunosupresi

3. Vaksinasi Sebanyak 0,5 ml AVA yang disuntikan secara subkutan diberikam pada minggu ke 0,2 dan 4. Dan bulan ke 6,12 dan 18, selanjutnya booster dilakukan setiap tahun. 4. Pengendalian infeksi dan dekontaminasi Belum pernah ada laporan yang mengatakan adanya transmisi antraks dari manusia ke manusia baik dikomunitas maupun dirumah sakit. Oleh karena itu penderita antraks dapat dirawat diruang rawat biasa dengan tindakan pencegahan yang umum dilakukan. Menghindari kontak terhadap penderita hanya diberlakukan pada penderita antraks kulit dengan lesi yang berair. Dekontaminasi dapat dilakukan dengan memberikan larutan sporosidal yang biasa dipakai dirumah sakit pada tempat yang terkontaminasi. Bahan pemutih atau larutan hopoklorit 0,5% dapat dipergunakan untuk dekonteminasi. E. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL 1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas ditandai dengan terdengar stridor, dispnea, batuk dengan sputum purulen, pemeriksaan radiologi tampak pelebaran mediastinum,efusi pleura. 2. Diare b.d peningkatan motilitas GI ditandai dengan BAB cair dan lebih dari 3 kali/hari, suara usus hiperaktif dan nyeri perut. 3. Karusakan integritas jaringan b.d iritan toksin bakteri anthrax ditandai dengan terdapat lesi kulit primer yang tidak nyeri dan papula yang gatal, vesikel yang berisi cairan jernih, vesikel mengalami nekrosis sentral menimbul eksar (ulkus nekrotik) kehitaman yang khas dikelilingi edema dan vesikel keunguan. 4. Hipertermi b.d peningkatan metabolic ditandai dengan peningkatan suhu tuibuh diatas rentang normal (36,5-37,5), RR meningkat 28 x / menit, dan kulit berwarnah merah. 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 6. Gangguan citra tubuh 7. Intoleransi aktivitas 8. Gangguan rasa nyaman F. DISCHARGE PLANNING 1. Menghindari kontak dengan binatang atau bahan dari binatang yang terinfeksi atau makanan dagingnya. 2. Kenali daging hewan yang kemungkinan penderita anthrax, berwarna merah tua agak berbau amis dan busuk, mengalir darah kental merah tua(seperti kecap) atau kehitaman yang sulit beku. 3. Masyarakat agar membeli daging dari rumah pemotongan hewan yang mempunyai izin operasi dan ditandai stempel /cap pada daging. Seyogyanya juga membeli daging dari pasar swalayan atau kios-kios daging yang memiliki izin,bersih dan hygiene. 4. Cucilah sampai bersih (sayuran dan buah-buahan) bila memasak daging masaklah sampai matang, supaya spora atau basilnya mati. 5. Vaksinasi.

Related Documents

Konsep
July 2020 35
Konsep
October 2019 54
Konsep
June 2020 40

More Documents from "Tugiyo Sanyoto"

Konsep Medis.docx
December 2019 4
Ikki.docx
December 2019 0
Bahaya Rokok.docx
April 2020 41
Cover Ips
October 2019 60