Konsep Ketuhanan Pada Tiga Agama.docx

  • Uploaded by: Qori Qurratul
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konsep Ketuhanan Pada Tiga Agama.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,149
  • Pages: 27
Konsep Ketuhanan pada Tiga Agama

Yahudi, Kristen dan Islam merupakan agama samawi atau agama yang turun dari langit kepada tiga nabi besar, yaitu Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad. Dalam dewasa ini ketiga agama tersebut saling berseteru satu sama lain untuk menunjukkan kalau agama merekalah yang paling benar. Tentu saja kalau kita lihat dari pembawa tiga agama besar tersebut tidak terlihat perseteruan. Hal itu dikarenakan mereka membawa ajaran yang sama, tidak berbeda yaitu monotheisme atau lebih tepatnya tauhid. Perbedaannya mungkin hanya terletak pada ritual-ritual keagamaan karena mereka diutus pada waktu dan tempat berbeda namun secara konsep tentang ketuhanan mereka mengajarkan hal yang sama. Lalu kenapa tiga agama tesebut saling berseteru kini? Latar belakangnya mungkin sejarah dan tentu saja konsep ketuhanan dari agama tersebut. Dalam posting saya kali ini, saya hanya ingin membicarakan tentang konsep ketuhanan mereka. Pada postingan lain saya mungkin akan memaparkan sejarah perseteruan dari ketiga agama ini. Selamat menikmati. Iblis memang tidak kenal lelah untuk menggoda manusia agar sesat. Yahudi dan Kristen seharusnya lenyap ketika Islam turun. Bagi orang Islam pasti mengerti mengapa seperti itu. Nabi Musa dan Nabi Isa serta nabi-nabi yang lainnya hanya diutus untuk satu kaum, setelah mereka meninggal seharusnya umat mereka mengikuti nabi setelah mereka. Nabi Muhammad adalah nabi terakhir, hal itu berarti seluruh umat seorang nabi sebelum Nabi Muhammad seharusnya mengikuti ajaran Nabi Muhammad ketika Nabi Muhammad diutus. Namun iblis memainkan perannya. Ketika nabi mereka meninggal, muncullah orang-orang yang memiliki pikiran radikal yang telah diracuni pikirannya oleh iblis dan merubah semua konsep tentang apa yang disampaikan oleh nabi mereka. Sehingga terjadilah seperti sekarang ini, konsep ketuhanan Yahudi dan Kristen berubah total, dari yang tadinya monotheisme hingga menyembah banyak tuhan. Kita coba untuk mentelaah satu persatu tentang konsep ketuhanan tiga agama besar tersebut. Kita mulai dari si sulung Yahudi. Yahudi hingga sekarang mengklaim bahwa konsep ketuhanan mereka adalah monotheisme. Namun monotheisme yang bagaimana? Apakah tauhid yang berarti

menyembah Allah atau tidak? Mari kita lihat isi kitab mereka taurat (perjanjian lama). Pada kitab kejadian Fasal I: “Allah berkata kami telah membuat manusia berdasarkan bentuk kami, seperti serupaan kami.” Sehingga dari ayat tersebut dapat kita lihat bahwasanya apa saja yang terjadi pada manusia dapat terjadi dengan Allah. Bahkan dalam keyakinan orang yahudi, Allah dapat merasakan letih dan kecapaian. Sebagaimana dapat kita lihat dalam Taurat pada kitab kejadian Fasal II: “Allah menyelesaikan pekerjaan yang dia kerjakan pada hari ketujuh. Kemudian dia beristirahat pada hari ketujuh dari seluruh pekerjaan yang dia kerjakan.” Demikianlah konsep ketuhanan Yahudi, mereka termasuk umat yang musyabbihah, yaitu umat yang menyerupakan Tuhan dengan makhluk. Lalu dalam perkembangannya Yahudi juga meyakini bahwa Allah mempunyai anak, yaitu Uzair (Ezra). Uzair adalah seorang salih yang hapal Taurat, kemudian Allah mematikannya selama 100 tahun, kemudian ia dibangkitkan lagi dengan keadaan Taurat telah musnah karena serbuan dari Bukhtunsir. Uzair mendatangi Yahudi yang kemudian menyampaikan Taurat asli dari hapalannya. Karena hapalannya itulah maka Yahudi mengkultuskan dia lebih tinggi dari Nabi Musa. Karena Nabi Musa diberi Taurat berupa kitab oleh Allah, namun Uzair dari hapalannya. Sehingga mereka menganggap Uzair lebih dari sekedar Nabi melainkan anak Tuhan. Lalu dalam perkembangannya juga Yahudi lebih mempercayai kitab Talmud daripada Taurat (Perjanjian Lama). Talmud merupakan catatan diskusi para rabbi yang berkaitan dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah. Talmud bukan hanya sebagai sumber agama namun melainkan juga sebagai pandangan ideology dan prinsp-prinsip serta juga arahan bagi kebijakan pemerintahan Yahudi, yang sekarang telah memiliki negara yang bernama Israel. Itulah sebabnya Negara Yahudi Israel merupakan Negara yang yang rasis, chauvinistic, theokratik dan sangat dogmatic. Para rabi Yahudi mengklaim bahwa Talmud merupakan himpunan dari ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa as secara lisan. Sampai kedatangan Nabi Isa as Talmud dihimpun oleh para rabi hingga bentuknya sekarang. Talmud memiliki dua komponen, yaitu Mishnah yang merupakan kumpulan hukum lisan Yudaisme yang pertama yang ditulis dan Gemara atau diskusi mengenai Mishnah. Lalu terdapat dua buah versi Talmud, yaitu ‘Talmud Jerusalem’ dan ‘Talmud Babilonia’. Talmud babilonia dipandang paling otoritatif. Berikut beberapa kutipan dari Talmud Babilonia: Erubin 2b “Barangsiapa yang tidak taat terhadap kepada para rabbi mereka akan dihukum dengan cara dijerang dalam kotoran manusia yang mendidih di neraka”.

Moed Kattan 17a “ Bilamana seorang Yahudi tergoda untuk melakukan sesuatu kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota dimana ia tidak dikenal orang, dan lakukanlah kejahatan disana.”

Sanhedrin 57a “Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada orang Cuthea (Kafir) yang bekerja baginya”.

Baba Kamma 37b “ Jika lembu seorang Yahudi melukai lembu kepunyaan orang Kanaan (Palestina), tidak perlu ada ganti rugi. Tetapi jika lembu orang kanaan (Palestina) sampai melukai lembu kepunyaan orang Yahudi maka orang itu harus membayar ganti rugi sepenuhpenuhnya”.

Baba Mezia 24a “ Jika seorang Yahudi menemukan barang milik orang Cuthea (Kafir), ia tidak wajib mengembalikkan kepada pemiliknya”.

Sanhedrin 57a “Jika seorang Yahudi membunuh seorang Cuthea (Kafir), tidak ada hukuman mati, apa yang sudah dicuri oleh orang Yahudi boleh dimilikinya”.

Yebamoth 98a “Semua anak keturunan orang Cuthea (Kafir) tergolong sama dengan binatang”.

Yebamoth 63a “… Adam telah bersetubuh dengan semua binatang ketika ia berada di Sorga”.

Yebamoth 63a “… menjadi petani adalah pekerjaan yang paling hina”.

Abodah Zarah 17a “Buktikkan bilamana ada pelacur seorangpun di muka bumi ini yang belum disetubuhi oleh pendeta Talmud Eleazar”.

Hagigah 27a “Nyatakan, bahwa tidak aka nada seorang rabbi pun yang akan masuk neraka”.

Baba meiza 59b “Seorang rabbi telah mendebat Tuhan dan mengalahkan-Nya. Tuhan pun mengakui bahwa rabbi itu memenangkan debat tersebut”.

Dari kutipan Talmud Babilonia diatas, wajar kiranya Yahudi dengan sangat tidak bersalah membantai setiap penduduk Palestina. Karena kitab yang mereka jadikan pedoman bukan hanya tidak melarang mereka namun malah memerintahkan mereka untuk melakukan hal tersebut. Bagi umat Yahudi mereka adalah umat pilihan. Hal itu dapat kita lihat selain dari kutipan diatas namun juga kenyataan bahwa banyak Nabi yang diutus dari bangsa mereka. Oleh karenanya mereka sombong dan sangat benci kepada Nabi Muhammad karena bukan dari bangsa mereka. Sehingga ketika Nabi Muhammad turun mereka tidak mengikutinya. Itulah yang mendasari permusuhan Yahudi dengan Islam. Selanjutnya konsep ketuhanan Kristen. Sama dengan Yahudi, Kristen mengklaim bahwa mereka monotheisme. Namun padahal konsep ketuhanan mereka yang tertuang dalam konsep trinitas (tritunggal) tidak membuktikkan hal tersebut. “Tuhan itu satu tapi terdiri dari tiga oknum” itulah konsep trinitas. Ada Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Roh Kudus. Memang sangat tidak masuk akal sekali konsep itu. Oleh karenanya agama kristen terpecah belah karena penafsiran yang berbeda atas konsep trinitas tersebut. Ironisnya lagi aliran satu dengan aliran lainnya saling mengkafirkan. Secara umum agama kristen terbagi atas tiga agama baru, yang masing-masing memiliki gereja dan tokoh agama sendiri. Ketiga aliran tersebut ialah Katholik, Ortodoks dan Protestan. Walaupun mereka berbeda secara ibadah dan ritual keagamaannya serta juga injilnya, namun mereka semua sepakat akan konsep Trinitas. Kristen Khatolik merupakan aliran Kristen yang paling tertua. Khatolik sendiri berarti orangorang umum, karena mereka mengaku-ngaku sebagai induk dari gereja dan penyebaran Kristen keseluruh dunia. Aliran ini juga disebut dengan gereja latin atau gereja barat karena mereka mendominasi Eropa Barat seperti Italia, Spanyol, Prancis, Portugal dan lainnya. Disebut juga dengan gereja petrus atau kerasulan karena menurut mereka yang menyebarkan ajaran agama ini adalah Petrus, murid Nabi Isa yang paling senior. Gereja ini menganggap Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Tuhan Anak secara bersamaan. Mereka juga meyakini bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak juga memiliki kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut bersama-sama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan Bumi. Adapun Kristen Ortodoks disebut pula gereja timur karena berasal dari Yunani. Aliran ini menyempal aliran katholik pada tahun 1054 M. Aliran Ortodoks hanya meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja dan bukan dari Tuhan Anak. Mereka juga meyakini bahwa Tuhan Bapa lebih utama dari Tuhan Anak. Sedangkan Kristen Protestan adalah pengikut Martin Luther yang menyempal dari Katholik karena banyak hal yang tidak masuk akal dari ajaran Khatolik. Disebut Protestan karena sikap mereka memprotes gereja lama atau Khatolik. Mereka menyebut diri mereka dengan Gereja Penginjil karena pengakuan mereka yang semata hanya ingin mengikuti Injil saja. Mereka termasuk agama yang melarang membuat patung atau gambar sebagai penjelmaan Tuhan untuk disembah. Namun walaupun begitu mereka tetap dengan setia mengikuti konsep Trinitas. Terakhir konsep ketuhanan Islam. Agama yang saya anut ini memang hebat. Jika bicara tentang

konsep ketuhanan maka agama saya ini adalah juaranya. Semuanya masuk akal, tidak ada kerancuan di sana dan di sini. Yuk kita lihat surat Al-Ikhlas di bawah ini:

“Katakahnlah, “Dia-lah Allah yang Maha Esa” “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan” “Dan tidak ada yang setara dengan Dia” Cukup baca saja surat diatas maka sudah jelas bagaimana Tuhan itu dalam Islam. Tuhan dalam Islam hanya ada satu. Sangat tidak masuk akal sekali jika Tuhan itu banyak. Presiden suatu Negara saja hanya ada satu, apalagi Tuhan alam semesta. Karena jika ada banyak, pasti terdapat perdebatan pada saat penciptaannya. Tuhan yang satu ingin begini, dan Tuhan yang lain ingin begitu. Karena ada banyak pula, bisa saja Tuhan saling berantem dalam pengurusan alam semesta karena perbedaan pendapat antara Tuhan. Wah ga bisa dibayangin deh kalau Tuhan ada banyak. Tuhan yang satu itu atau Allah dalam keyakinan Islam pastilah sangat hebat. Bagaimana tidak Dia telah menciptakan alam semesta ini dengan begitu teliti dan sempurna. Makhluk-makhluk ciptaan-Nya pastilah bergantung kepada-Nya. Alam semesta ini adalah miliknya. Jadi apa yang Dia kehendaki pasti terjadi. Sedangkan kita makhluk-makhluk-Nya tidak punya apa-apa, kepada siapa lagi kita akan meminta. Karena Tuhan hanya ada satu, bagaimana mungkin Dia bisa punya anak. Apalagi bersetubuh dengan manusia yang merupakan makhluk-Nya, seperti kepercayaan umat Kristen yang mengatakan yesus putra Tuhan hasil hubungan Tuhan dengan Bunda Marya. Nanti kalau Tuhan punya anak, terjadi dualisme ketuhanan lagi dong. Ah jadi ribet kalau begitu. Terakhir tentu saja tidak ada yang setara dengan Dia. Kita pikir saja bagaimana bisa ada yang setara dengan Dia, toh kita semua makhluk-Nya yang tidak punya apa-apa dan bahkan adalah milik-Nya. Semoga bermanfaat postingan saya ini. Maaf karena baru belajar ngeblog, pasti banyak kata-kata yang terlihat rancu atau ambigu. Kritik saja di kotak comment, insya Allah saya akan menerimanya dengan senang hati. Toh manusia adalah makhluk pelajar, yang selama hidupnya belajar entah itu dari pengalaman, buku ataupun kritik dari orang lain. Wassalam

Perbandingan Agama Yahudi, Kristen, dan Islam Oleh Ave Ry pada Jumat, 16 September 2011 pukul 03.21 Agama Samawi ada 3, yaitu Yahudi, Kristendan Islam, mempunyai beberapa kesamaan seperti percaya Adam adalah manusia pertama dan nenek moyang seluruh manusia, Ibrahim adalah seorang Nabi, dan kitab suci Taurat sebagai wahyu Allah. Meski demikian ada juga perbedaan yang beberapa di antaranya sangat mendasar. Yahudi adalah agama tribal/kesukuan yang hanya bisa dianut oleh bangsa Yahudi. Agama ini tidak bisa disebarkan ke luar dari suku Yahudi. Oleh karena itu jumlahnya tidak berkembang. Hanya sekitar 14 juta pemeluknya di seluruh dunia. Sementara agama Kristen dan Islam karena disebarkan ke seluruh manusia dipeluk oleh milyaran pengikutnya.

Ketuhanan Yahudi dan Islam menganggap Tuhan itu Satu. Tuhan Yahudi disebut Yahweh yang merupakan bentuk ketiga tunggal ”Dia adalah” (He who is). Ada pun Tuhan dalam Islam disebut Allah yang merupakan bentuk tunggal dan tertentu dari Ilah (Sembahan/Tuhan). Dalam Al Qur’an surat Al Ikhlas dijelaskan tentang keEsaan Tuhan:

Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. [Al Ikhlas:1-4]

Sebetulnya dalam Alkitab ke-Esa-an Tuhan juga dijelaskan dalam 10 Perintah Tuhan yang ada di

Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. [Exodus 20:1-3]

Tapi meski dalam Yahudi dan juga Islam Tuhan itu adalah Satu termasuk zatNya, namun dalam agama Kristen ada doktrin Trinitas yang menyatakan bahwa Tuhan terdiri dari 3 oknum (person) yaitu Bapak, Anak, dan Roh Kudus yang diformulasikan pada abad ke 4 M oleh Saint Augustine. Dalam konsep Trinitas disebut Satu itu Tiga dan Tiga itu Satu. Trinitas/Triniti/Tritunggal terdiri dari 2 kata: Tri artinya Tiga dan Unity artinya Satu. Berbeda dengan Al Qur’an surat Al Ikhlas yang menyatakan Tuhan tidak beranak atau diperanakkan (berbapak) di Alkitab disebut:

Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa aku tidak berdusta” [2 Corinthian 11:31]

Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan [2 Corinthian 1:3]

Di ayat di atas jelas disebut Allah adalah Bapa dari Tuhan Yesus. Sebaliknya dalam Islam diajarkan Monoteisme yang mutlak/Tauhid bahwa Allah itu satu dan tidak punya anak atau pun sekutu: “Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” [Al Israa:111] Maha Suci Allah dari mempunyai anak dan sekutu.

“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) besertaNya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,” [Al Mu’minuun]

Kaum Yahudi tidak mengakui Yesus baik sebagai Tuhan atau pun sebagai Rasul. Bahkan mereka berusaha membunuh Yesus karena dianggap menyesatkan banyak orang. Sebaliknya kaum Kristen menganggap Yesus adalah Tuhan:

Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian [2 Corinthian 13:14]

Islam menganggap Yesus bukan Tuhan, tapi hanya manusia biasa yang diangkat menjadi Nabi: ”Dan ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?.” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.” [Al Maa’idah:116]

Menurut Islam, Isa adalah Nabi yang menyeru manusia kepada Tauhid, yaitu menyembah hanya Satu Tuhan:

”Aku (Isa) tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” [Al Maa’idah:117]

Meskipun Yudaisme adalah agama yang ber-Tuhan satu (monoteis), tetapi kaum Muslim meyakini bahwa telah terjadi penyimpangan (tahrif) yang serius pada Kitab Yahudi (juga Kristen). Menurut Al Quran, orang-orang Yahudi dan Nasrani telah mengubah-ubah kitab yang diturunkan Allah, menyembunyikan kebenaran, dan menulis kitab menurut keinginan dan hawa nafsu mereka sendiri.

“Sebagian dari orang-orang Yahudi mengubah kalimat-kalimat dari tempatnya.” (An Nisa: 46). “Maka apakah kamu ingin sekali supaya mereka beriman karena seruanmu, padahal sebagian mereka ada yang mendengar firman Allah, lalu mengubahnya sesudah mereka memahaminya, sedangkan mereka mengetahuinya.” (al-Baqarah:75).

“Sungguh celakalah orang-orang yang menulis al-kitab dengan tangan mereka, lalu mereka katakan: “Ini adalah dari Allah.” (mereka lakukan itu) untuk mencari keuntungan sedikit. Sungguh celakalah mereka karena aktivitas mereka menulis kitab-kitab (yang mereka katakan dari Allah itu), dan sungguh celakalah mereka akibat tindakan mereka.” (al-Baqarah : 79)

Monoteisme memang mengakui Tuhan yang satu. Tetapi, monoteisme belum tentu sama dengan Tauhid. Dalam konsep Islam, Tauhid adalah pengakuan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, disertai unsur ikhlas dan rela diatur oleh Allah SWT. Maka, syahadat Islam berbunyi “Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”. Syahadat Islam bukan berbunyi: “Tidak ada tuhan selain Tuhan”, juga bukan “Tidak ada tuhan selain Yahweh”. Karena itu, jika orang menyembah tuhan yang satu, tetapi yang ‘yang satu’ itu adalah Fir’aun, maka dia tidak bisa disebut ‘bertauhid’. Iblis pun tidak bisa dikatakan bertauhid, tetapi disebut kafir, karena menolak tunduk kepada Allah, meskipun dia tahu bahwa Allah sebagai satu-satunya Tuhan.

Dalam perspektif seorang Muslim yang memegang teguh Islamic worldview, memasukkan agama Yahudi sebagai pelanjut agama Ibrahim, adalah pernyataan yang sangat bermasalah. Kaum Yahudi memang menyembah Tuhan yang satu. Tetapi, hingga kini, mereka masih berselisih paham tentang siapa Tuhan yang satu itu? Sebagian menyebut-Nya sebagai ‘Yahweh’. Tetapi, dalam tradisi Yahudi, nama Tuhan tidak boleh diucapkan. Oxford Concise Dictionary of World Religions menulis: “Yahweh: The God of Judaism as the ‘tetragrammaton YHWH’, may have been pronounced. By orthodox and many other Jews, God’s name is never articulated, least of all in the Jewish liturgy.”

Karena menolak beriman kepada kenabian Muhammad saw, maka kaum Yahudi dan Kristen kehilangan jejak kenabian dan Tauhid. Dalam pandangan Islam, kaum Yahudi telah kehilangan data-data valid dalam Kitab mereka. Ini juga ditulis oleh Th.C.Vriezen, dalam buku ”Agama Israel Kuno” (Jakarta: BPK, 2001):

Jadi, dalam pandangan Islam, Yudaisme (agama Yahudi) bukanlah agama yang dibawa oleh Nabi Musa a.s. Tetapi, Yudaisme adalah agama yang menyeleweng dari agamanya Musa a.s. CM Pilkington, dalam Judaism, menulis: “It was in the 1880’s that the term ‘Judaism’ became widely used and this bacause social and political emancipation then made it necessary for Jews

to work out for non-Jews…” Juga disebutkan, “Judaism is the religion of the Jewish people, upon whom its faith and obligations are binding. The relationship between God and the people of Israel is fundamental.” Siapakah yang disebut Yahudi? “According to Jewish Law, as codified in the Talmud and defined by rabbis from late antiquity to the present day, a Jew is a person who is born of a Jewish mother or has been converted to Judaism.” Louis Jacobs, seorang teolog Yahudi merumuskan: “A Judaism without God is no Judaism. A Judaism without Torah is no Judaism. A Judaism without Jews is no Judaism.” (Pilkington, Judaism, (London: Hodder Headline Ltd., 2003)).

Bagi kaum Muslim, maka persoalan paling serius dalam Yudaism adalah penolakan mereka terhadap kenabian Muhammad saw. Nabi Isa a.s. pernah mengajak kaumnya (bangsa Yahudi) agar mengimani kenabian Muhammad saw:

“Dan ingatlah ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan kitab yang turun sebelumku yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad. Maka, tatkala Rasul itu datang kepada mereka, dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS ash-Shaf:6).

Berbeda dengan konsep Yahudi, Islam sangat menekankan bahwa karunia Allah kepada bangsa Yahudi dikaitkan dengan ketaatan atas perjanjian mereka dengan Allah. Islam tidak mengakui sama sekali adanya konsep yang menyatakan Yahudi sebagai bangsa pilihan dan mendapat karunia sampai kapan pun, tanpa memandang, apakah mereka taat atau tidak kepada Allah. (QS 2:85).

Dalam sejumlah ayat Bible memang disebutkan Israel sebagai anak Tuhan “son of God”. Kitab Keluaran 4:22-24 menyatakan: “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman Tuhan: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung. Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, Tuhan bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya.”

Tetapi, Al-Quran menyebutkan, kaum Yahudi adalah bangsa yang sangat rasialis. Allah SWT berfirman (yang terjemahnya): “Katakanlah: hai orang-orang Yahudi, jika kamu mengaku bahwa

sesungguhnya kamu saja yang merupakan kekasih Allah, bujkan manusia-manusia lainnya, maka harapkanlah kematian, jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (QS 62: 6).

Dengan klaim sebagai pelanjut keturunan Ibrahim yang sah itulah, kaum Yahudi menggunakan haknya untuk mengusir bangsa Palestina dari negeri mereka. Bahkan, sebagian kelompok, seperti pengikut Meir Kahane, memperbolehkan digunakannya tindak kekerasan untuk mengusir bangsa non-Yahudi dari Palestina. Salah seorang pengikut aliran ini, Yigal Amir, pernah membunuh Yitzak Rabin karena menegosiasikan Tanah yang dijanjikan Tuhan itu (the promised land) dengan bangsa non-Yahudi.

Sikap rasialis Yahudi yang mengklaim sebagai pewaris darah Ibrahim yang sah ini telah dikecam oleh dunia internasional. Resolusi Majelis Umum PBB, No 3379, 10-11- 1975 menyatakan: “Zionisme adalah sebentuk rasisme dan diskriminasi rasial.” Konferensi Asia-Afrika Bandung, Indonesia, 1955, menyebut Zionisme sebagai: “the last chapter in the book of old colonialism, and the one of the blackest and darkest chapter in human history”. Tokoh Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Dr. Roeslan Abdulgani juga mencatat: “Zionisme boleh dikatakan sebagai kolonialisme yang paling jahat dalam zaman modern sekarang ini. Ia berbau rasialisme.”

Kritikan keras terhadap rasialis kaum Yahudi juga diberikan oleh cendekiawan terkenal Israel, Prof. Israel Shahak. Dalam bukunya, Jewish History, Jewish Religion, Shahak menulis: “In my view, Israel as a Jewish state constitutes a danger not only to itself and its inhabitants, but to all Jew and to all other peoples and states in the Middle East and beyond.” Karena itulah, Islam mengecam keras klaim rasialis Yahudi. Kaum Muslim mengikatkan diri dengan Ibrahim a.s., hanya mendasarkan diri pada garis keimanan, bukan “garis darah”. Maka, dalam perspektif keimanan Islam, hanya Islamlah agama yang menjadi pelanjut agama Ibrahim a.s. yang sah. Sebab, hanya Islam yang mengakui garis kenabian dari Ibrahim a.s. sampai kepada Nabi Muhammad saw.

Karena itu, dalam pandangan Islam, agama Yahudi (Yudaisme) saat ini bukanlah pelanjut yang absah dari agama Ibrahim a.s. Begitu juga dengan agama Kristen. Dalam pandangan Islam, agama Kristen saat ini adalah agama yang menyimpang dari agama Nabi Isa a.s. Sebab, sama dengan Yahudi, Kristen juga menolak kenabian Muhammad saw dan bahkan mengangkat status Nabi Isa a.s. sebagai Tuhan. Al-Quran memberikan kritik-kritik yang sangat mendasar terhadap konsep ketuhanan Kristen ini. (QS 19:88-91, 5:72-75, dll.). Secara tegas, Al-Quran menyebutkan, bahwa Nabi Isa a.s. pernah menyeru Bani Israil agar mengakuinya sebagai Rasul, utusan Allah, dan mengabarkan kedatangan Nabi Muhammad saw.

Sebagai agama wahyu (agama samawi) yang bersumberkan pada wahyu yang bersifat universal dan final, posisi Islam terhadap agama lain bersifat final dan tidak mengikuti dinamika sejarah. Setelah wahyu Allah SWT sempurna diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, maka Allah menegaskan, bahwa ”Pada Hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan Aku cukupkan bagimu nikmat-Ku, dan Aku ridhai Islam sebagai agamamu.” (QS 5:3).

Ayat tersebut secara tegas menyebutkan, bahwa ”Islam” adalah agama yang diridhai oleh Allah. Dan kata ”Islam” dalam ayat ini adalah menunjuk kepada nama agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. Bahkan, secara tegas, nama agama ini diberi nama ”Islam” setelah sempurna diturunkan oleh Allah kepada Nabi-Nya yang terakhir, yakni Nabi Muhammad saw. Para pengikut nabi-nabi sebelumnya diberi sebutan sebagai ”muslimun”, tetapi nama agama para nabi sebelumnya, tidak secara tegas diberi nama ”Islam”, sebagaimana agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Meskipun, semua agama yang dibawa oleh para nabi mengandung inti ajaran yang sama, yakni ajaran Tauhid.

Namun, agama-agama para nabi sebelumnya, saat ini sudah sulit dipastikan keotentikannya, karena kitab mereka sudah mengalami tahrif (perubahan-perubahan) dari pemeluknya. (QS 2:59, 75, 79). Karena itulah, menurut Islam, harusnya pengikut para nabi sebelumnya, seperti kaum Yahudi dan Nasrani, juga mengimani Muhammad sebagai Nabi Allah SWT. Rasulullah saw bersabda: “Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorang pun baik Yahudi maupun Nashrani yang mendengar tentang diriku dari Umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa, kecuali ia akan menjadi penghuni neraka.” (HR Muslim)

Karakter Islam Karena Islam memelihara kontinuitas kenabian, maka dalam pandangan Islam, Islam adalah satu-satunya agama yang memelihara kontinuitas wahyu. Karena itu, Islam bisa dikatakan sebagai satu-satunya agama wahyu, dan satu-satunya agama yang memiliki ritual yang universal, final, dan otentik. Ini disebabkan Islam memiliki teladan (model) yang final sepanjang zaman. Sifat otentisitas dan universalitas Islam masih terpelihara hingga kini. Meskipun zaman berganti, ritual dalam Islam tidak berubah. Shalatnya orang Islam di mana pun sama. Tidak pandang waktu dan tempat. (Tentang konsep Islam sebagai “true submission”, lihat disertasi Dr. Fatimah Bt. Abdillah di ISTAC, Kuala Lumpur, yang berjudul An Analysis of the Concept of Islam as “True Submission” on the Basis of Al-Attas Approach, 1998).

Sebagai agama wahyu, Islam memiliki berbagai karakter khas. Pertama, di antara agama-agama yang ada, Islam adalah agama yang namanya secara khusus disebutkan dalam Kitab Sucinya. Nama agama-agama selain Islam diberikan oleh para pengamat keagamaan atau oleh manusia, seperti agama Yahudi (Judaisme), agama Katolik (Katolikisme), agama Protestan (Protestantisme), agama Budha (Budhisme), agama Hindu (Hinduisme), agama Konghucu (Konfusianisme), dan sebagainya. Sedangkan Islam tidaklah demikian. Nama Islam, sebagai nama sebuah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhamamd saw, sudah disebutkan ada dalam Al-Quran:

“Sesungguhnya agama yang diridhai oleh Allah adalah Islam.” (QS 3:19).

“Barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan akan diterima dan di akhirat nanti akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS 3:85).

Tentang nama Islam sebagai nama agama, cendekiawan besar dari Malaysia Syed Muhammad Naquib al-Attas mencatat dalam bukunya, Prolegomena to The Metaphysics of Islam: “There is only one genuine revealed religion, and its name is given as Islam, and the people who follow this religion are praised by God as the best among mankind… Islam, then, is not merely a verbal noun signifying ‘submission’; it is also the name of particular religion descriptive of true submission, as well as the definition of religion: submission to God.”

Demikianlah posisi teologis Islam. Posisi ini tentu saja berbeda dengan posisi teologis Yahudi dan Kristen. Perbedaan ini harus diakui dan dihormati. Bagaimana pun, kaum Yahudi dan Kristen tidak menerima konsep kenabian Muhammad sebagai utusan Allah yang terakhir. Dengan kata lain, dalam pandangan Yahudi dan Kristen, Muhammad saw bukanlah seorang nabi, tetapi seorang pembohong. Dr. Abraham Geiger (m. 1871), salah satu tokoh Yahudi yang menjadi perintis studi Al-Quran di Barat, menulis sebuah buku berjudul What did Muhammad Borrow from Judaism? Pada posisinya sebagai Yahudi, ia menuduh Nabi Muhammad saw telah menjiplak Bibel dan tradisi ritual Yahudi. Geiger menulis: “Muhammad like the rabbis prescribes the standing position for prayer.”

Kaum Muslim dilarang memaksakan keimanan dan keyakinan mereka kepada kaum Yahudi dan Kristen serta pemeluk agama mana pun. Sebab, telah jelas mana yang benar dan mana yang salah. (QS 2:256). Karena itu, sejak awal kehadirannya, Islam sudah diperintahkan mengakui dan

menghormati keyakinan agama lain. Tetapi pada saat yang sama, kaum Muslim juga diperintahkan, agar memproklamasikan dirinya sebagai Muslim: Isyhaduu bi-anna Muslimun. (Saksikanlah bahwa kami adalah Muslim). Seorang anak yang Muslim tetap wajib menghormati kedua orang tuanya, meskipun mereka belum memeluk Islam. Rasulullah juga membangun hubungan baik dengan tetangganya yang Yahudi. (img:290030217679058)

Tugas 1

Tuhan Menurut Lima Agama Besar (Nasrani, Yahudi, Hindu, Budha, dan Shinto) Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam Dosen Pengampu : Dra. Hj. Arifah Budhyati Mz

Disusun Oleh: Nama : Widya Andi Karmila Saputri NIM

: 141061008

Prodi : Statistika

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS TERAPAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA YOGYAKARTA, 17 Maret 2015

A. Konsep Tuhan dalam Agama Nashrani

Nashrani berasal dari kata Nazharet yaitu tempat kelahiran Nabi Isa. Sedangkan kata Kristen berasal dari Kristus “ Juru Selamat “ yang merupakan sebutan yang dikarang secara dusta oleh Saulus dan para pengikutnya. Agama Nashrani atau yang lebih dikenal dengan agama Kristen termasuk salah satu dari agama

Abrahamik yang

berdasarkan

hidup,

ajaran,

kematian

dengan penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga, sebagaimana dijelaskan dalam Perjanjian Baru, umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan

dalam

dari Perjanjian

Lama (atau

Kitab

suci

Yahudi).

Kekristenan

adalah monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam Bahasa Yunani hypostasis) Tuhan atau Tritunggal dipertegas pertama kali pada Konsili Nicea Pertama (325) yang dihimpun oleh Kaisar Romawi Konstantin I. Agama Kristen terbagi menjadi tiga agama baru, yang masing-masing memiliki gereja dan tokoh agama sendiri-sendiri yaitu : Katholik, Ortodox ,dan Protestan. Agama Katholik adalah agama Kristen yang paling tua. Katholik sendiri berarti orang-orang umum, karena mereka mengaku sebagai induk segala gereja dan penyebar missi satu-satunya di dunia. Disebut pula dengan Gereja Barat atau Geraja Latin, karena mereka mendominasi Eropa Barat, yaitu mulai dari Italia, Belgia, Prancis, Spanyol, Portugal dan lain-lainnya. Disebut juga sebagai Gereja Petrus atau Kerasulan karena mereka mengaku bahwa yang membangun agama mereka adalah Petrus, murid Nabi

Isa

yang

paling

senior.

Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak memiliki kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut bersamasama dengan Tuhan Bapa mencipta langit dan bumi. Adapun agama Ortodox yang disebut pula sebagai Gereja Timur atau Gereja Yunani adalah agama Kristen yang menyempal dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M. Agama Ortodox meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja, dan mereka meyakini bahwa Tuhan Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak. Sedangkan agama Protestan adalah pengikut Martin Luther yang menyempal dari agama Katholik karena menganggap banyak hal yang tidak masuk akal dari agama Katholik. Disebut Protestan karena sikap mereka yang memprotes Gereja lama atau kaum Katholik. Mereka menyebut dirinya dengan Gereja Penginjil karena pengakuan mereka yang hanya mau mengikuti Injil semata. Terkadang

mereka disebut dengan Kristen saja. Agama Protestan di antara agama yang melarang membuat patung dan gambar untuk disembah. Walaupun demikian, mereka tetap meyakini ajaran trinitas yang intinya adalah Tuhan itu satu tetapi terdiri dari tiga oknum. Secara garis besar, inti kepercayaan umat Kristen adalah Tritunggal, kepercayaan bahwa Allah itu tiga pribadi yang adalah satu: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Sebellius (meninggal pada tahun 215) mengajarkan bahwa Tuhan Allah adalah Esa, Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah modalitas atau cara menampakkan diri Tuhan Allah Yang Esa itu. Semula, yaitu di dalam P.L Tuhan Allah menampakkan diri-Nya di dalam wajah atau modus Bapa, yaitu sebagai pencipta dan pemberi hukum. Sesudah itu Tuhan Allah menampakkan dirinya di dalam wajah Anak, yaitu sebagai juru Selamat yang melepaskan umatNya, yang dimulai dari kelahiran Kristus. Hingga kenaikanNya ke Sorga. Akhirnya Tuhan Allah sejak hari pentekusta menampakkan diriNya di dalam wajah Roh Kudus, yaitu sebagai Yang Menghidupkan. Jadi ketiga sebutan tadi adalah suatu urut-urutan penampakan Tuhan di dalam sejarah (Hadiwijono, 2007). Beberapa umat Kristen modern telah berbicara tentang tiga pikiran, jiwa atau kekuatan yang semuanya adalah bagian dari Allah yang sama dan berada dalam keadaan harmonis: Allah Bapa mengasihi Allah putra dengan Roh Kudus sebagai kekuatan yang mempersatukan mereka. Umat Kristen lain berpendapat bahwa akan lebih mudah dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai tiga peran: Allah dalam diri-Nya sendiri adalah Bapa, Putra, dan Roh Kudus (Keene, 2006). Dengan demikian, konsep keesaan Tuhan dalam agama Kristen belum jelas dan masih diperdebatkan di antara umat Kristiani sendiri. Dalam sejarah ketuhanan kaum Nashrani, penuhanan Yesus baru dilakukan pada akhir Abad II Masehi. Kemudian pada Konsili di Necea tahun 325 Tuhan Anak disejajarkan dengan Tuhan Bapa. Selanjutnya pada Abad III Roh Qudus dipertuhankan. Pada konsili di Ephese Bunda Maria disejajarkan dengan Trinitas oleh penganut Katholik. Konsep ketuhanan agama Kristen secara kesuluruhan adalah tidak masuk akal, bahkan masing-masing tokoh agama mereka memiliki penafsiran yang berbeda tentang Trinitas ini. Sehingga banyak yang menyebut konsep Trinitas sebagai teka-teki yang tidak pernah terjawab atau rahasia yang tidak pernah terungkap tuntas. Lebih jauh daripada itu, keyakinan mereka terhadap Trinitas bila dihubungkan dengan keyakinan adanya dosa warisan, yaitu dosa yang mesti ditanggung seluruh anak-anak Adam karena Adam dan Hawa telah memakan buah terlarang di syurga, kemudian untuk menebus dosa warisan

ini maka Yesus Tuhan Anak diturunkan ke dunia untuk menebusnya dengan cara disalib. Tapi, ketika Yesus hendak disalib, dia berkata, “Tuhan kenapa Engkau tinggalkan daku.” Keanehan pertama, yaitu apabila Tuhan adalah penentu segalanya, dan pahala serta dosa pun Tuhan pula yang menentukan, kenapa Tuhan tidak mampu menghapus dosa Adam dan mema’afkannya tanpa mengorban-kan Anak-Nya. Keanehan lainnya adalah apabila Yesus memang diturunkan ke dunia untuk menebus dosa manusia, kenapa ia mesti mengatakan: “Tuhan kenapa Engkau tinggalkan daku.” Keganjilan lainnya dapat dilihat dalam silsilah Yesus, masing-masing Injil mengemukakan silsilah yang berbeda-beda. Di Injil Matius, bahwa Yesus adalah keturunan Salomo Putera Daud. Tapi di Injil Lukas disebutkan bahwa Yesus adalah keturunan Natan Putera Daud. Bahkan dalam satu Injil banyak dijumpai pertentangan yang mustahil untuk dikumpulkan. Seperti dalam Injil Matius disebutkan bahwa Yesus memiliki setidak-tidaknya tiga predikat, yaitu: Anak Manusia, Hamba Allah dan Anak Allah. Dalam Injil Markus disebutkan setidak-tidaknya empat predikat bagi Yesus, yaitu: Anak Allah, Anak Manusia, Tuhan, dan Raja Yahudi. Dalam Injil Lukas disebutkan setidak-tidaknya tiga predikat: Keturunan Manusia, Anak Allah dan Raja Yahudi. Dalam Injil Yohanes disebutkan setidak-tidaknya dua predikat: Manusia biasa dan Anak Tunggal Allah (Anonim, 2013).

B. Konsep Tuhan dalam Agama Yahudi Konsep ketuhanan agama Yahudi secara ketat didasarkan pada Unitarian monoteisme. Doktrin ini mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. Konsep Tuhan yang mengambil beberapa bentuk misalnya Trinitas dianggap bida’ah dalam Judaisme. Dalam doa secara utuh dalam hal mendefinisikan Tuhan adalah Shema Yisrael, awalnya muncul di dalam Alkitab Ibrani: "Dengarkan O Israel, Tuhan adalah Allah kita, Tuhan adalah satu", juga diterjemahkan sebagai "Dengarkan O Israel, Tuhan kami adalah Allah, Tuhan adalah yang tunggal " Allah disini disusun sebagai zat yang kekal, pencipta alam semesta, dan sumber moralitas. Allah mempunyai kuasa untuk campur tangan di dunia. Istilah Allah sehingga terkait dengan kenyataan sebenarnya, dan bukan hanya proyeksi dari jiwa manusia. Allah dijelaskan dalam

pengertian seperti: "Ada satu Zat, sempurna dalam segala cara, yang merupakan penyebab utama dari semua keberadaan. Semua tergantung pada keberadaan Allah dan semua berasal dari Allah." Pada kenyataannya umat Yahudi termasuk kaum Musyabbihah, yaitu kaum yang menyerupakan Allah dengan makhluk, sebagaimana tersebut dalam Kitab Taurat pada Kitab Kejadian Pasal I Allah berkata : “Kami telah membuat manusia berdasarkan bentuk Kami, seperti serupaan dari Kami.” Sehingga apa saja yang bisa terjadi pada manusia, bisa pula dialami oleh Allah. Bahkan dalam keyakinan orang-orang Yahudi, Allah bisa mengalami keletihan dan kecapaian sehingga perlu beristirahat, sebagaimana tersebut dalam Taurat pada Kitab Kejadian Pasal II : "Allah menyelesaikan pekerjaan yang Dia kerjakan pada hari yang ke-7, kemudian Di beristirahat di hari ke-7 dari seluruh pekerjaan yang Dia ker jakan.” Demikian umat Yahudi meyakini tentang Allah SWT, yaitu dengan keyakinan model kaum Musyabbihah. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang me reka sifatkan. Bahkan tidak hanya meyakini keserupaan Allah dengan makhluk, mereka pun mensifati Allah ta’ala dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah, seperti : kikir, miskin, bisa diperdaya dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah SWT ( Qs. Al-Maidah : 64 ) ‫ت ْاليَ ُهود ُ يَدُ ه‬ ‫َّللاِ َم ْغلُولَة‬ ِ َ‫َوقَال‬ “Orang-orang Yahudi berkata : “Tangan Allah terbelenggu ( yakni kikir )" Dalam tafsir dari ‘Ikrimah, Qotadah, As-Sudi, Mujahid, Adh-Dhohhak, Ibnu ‘Abbas dan lain-lainnya mengatakan : “Mereka tidak memaksudkan dengan perkataan mereka itu bahwa tangan Allah terikat, tetapi mereka hendak mengatakan : “Kikir, menahan apa yang ada di sisiNya. Maha tinggi Allah dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang besar.” Maka Allah pun membantah ucapan mereka dalam firmannya QS. Al-Maidah : 64 “Tangan mereka itu sebenarnya yang terbelenggu, dan mereka dilaknat atas apa yang mereka telah katakan. Bahkan kedua tangan-Nya terbentang, Dia menafkahkan sebagaimana yang Dia kehendaki." Orang-orang Yahudi yang tidak hanya menyamakan Allah dengan makhluk, tetapi juga mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak, bahkan menghina Allah SWT. Namun pada saat yang sama, mereka mengaku sebagai kekasih Alloh. ‫ّللاِ َوأَ ِحبَّا ُؤ ُه‬ ِ َ‫َوقَال‬ َ ‫ت ا ْليَ ُهو ُد َوالنَّص‬ ‫َارى نَحْ نُ أَ ْب َناء ه‬ “Orang-orang Yahudi dan Nashrani berkata : “Kami adalah anak-anak Alloh dam kekasih-kekasih-Nya.” ( Qs. Al-Maidah : 18 )

Bahkan mereka menyakini bahwa mereka tercipta dari unsur-unsur Allah sedangkan manusia selain bangsa Yahudi mereka yakini berasal dari tanah setan atau tanah najis. Oleh karena itu mereka menganggap dirinya sebagai bangsa pilihan yang layak memimpin dunia, sedangkan bangsa-bangsa lainnya mereka yakini sebagai bangsa-bangsa budak yang harus mengabdi kepada mereka. Bertolak dari pemikiran yang buruk ini lahir-lah doktrin Zionisme dengan protokolatnya guna mewujudkan mimpi orang-orang Yahudi. ‫َارى‬ َ ‫َوقَالُواْ لَن يَ ْد ُخ َل ا ْل َجنَّةَ إِالَّ َمن كَانَ هُودا ً أ َ ْو نَص‬ “Mereka berkata : “Tidak akan pernah bisa masuk syurga kecuali orang-orang yang beragama Yahudi atas Nashrani.” ( Qs. Al-Baqoroh : 111 )

Dalam ayat yang lain Alloh menyatakan : “Katakan : “Bila khusus hanya untuk kalian saja negeri Akhirat yang ada di sisi Alloh, bukan untuk manusia yang lain, maka inginkanlah kematian bila kalian memang orang-orang yang benar !” Mereka sekali-kali tidak akan pernah menginginkan kematian itu selama-lamanya karena kesalah-an-kesalahan yang telah mereka perbuat, dan Alloh Maha Mengetahui ter hadap orang-orang yang berbuatan zhalim.” ( Qs. Al-Baqoroh : 94 – 95 ) Namun dalam perkembangannya, agama Yahudi juga meyakini bahwa Allah memiliki anak, yaitu Uzair ( Ezra ). Uzair adalah seorang sholih yang hafal kitab Taurat, kemudian Allah mematikannya selama 100 tahun. Ketika dihidupkan kembali setelah kematiannya itu, kitab Taurat telah musnah karena serbuan dari Bukhtunshir. Maka Uzair membawa bukti akan keberadaan dirinya dengan memaparkan hafalan Tauratnya. Ketika itulah orang-orang Yahudi mengkultuskannya dengan anggapan, kalau Nabi Musa datang kepada mereka membawa Taurat dalam bentuk kitab maka ia diyakini sebagai Rasul utusan Allah, sedangkan Uzair datang membawa Taurat dengan tanpa kitab, yaitu hanya dengan hafalannya, maka Uzair lebih , lalu mereka meyakini Uzair lebih tinggi kedudukannya daripada Musa sebagai anak Allah, dan merekapun menyembahnya. Ada pun Uzair berlepas diri dari perbuatan syirik kaum Yahudi/ Bani Israil (Anonim, 2013).

C. Konsep Tuhan dalam Agama Buddha Agama Budha menekankan Pragamatis, yaitu mengutamakan tindakan-tindakan cepat dan tepat yang lebih diperlukan di dalam menyelamatkan hidup seseorang yang tengah gawat dan bukan hal-hal lainnya yang kurang praktis, berbelit-belit, bertele-tele dan kurang penting. Buddha tidak pernah menghabiskan waktu untuk perkara-perkara spekulatif tentang alam semesta karena hal ini kecil nilainya bagi pengembangan spiritual menuju Kebahagiaan Sejati (Anonim, 2008). Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan yang kekal (Anonim, 2012), tetapi konsep didalam agama Buddha bahwasannya asal muasal dan penciptaan alam semesta bukan berasal dari tuhan, melainkan karena hukum sebab dan akibat yang telah disamarkan oleh waktu, dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya, tidak ada dewa-dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Tuhan dalam agama Buddha yang bersifat non-teis (yakni, pada umumnya tidak mengajarkan keberadaan Tuhan sang pencipta atau bergantung kepada Tuhan sang pencipta dalam usaha mencapai pencerahan, sang Buddha Gautama adalah pembimbing atau guru yang menunjukkan jalan menuju nirwana ) serta selama hidupnya Buddha Gautama tidak pernah mengajarkan cara-cara menyembah kepada Tuhan maupun konsepsi ketuhanan meskipun dalam wejangannya kadang-kadang menyebut Tuhan, ia lebih banyak menekankan pada ajaran hidup suci, sehingga banyak para ahli sejarah agama dan sarjana teologi Islam mengatakan agama Buddha sebagai ajaran moral belaka.jika diperhatikan dalam perkataan atau khotbah-khotbah Buddha Gautama dan soal jawabnya dengan kelima temannya di Benares, ia tidak percaya kepada Tuhan-Tuhan yang banyak, dewa-dewa, dan berhala-berhala yang dipuja dan disembah sepertihalnya dalam agama Hindu, bahkan penyembahan demikian dicela dalam ajaran Buddha dan oleh sang Buddha Gautama itu sendiri. Akan tetapi ketuhanan Brahma, tetap diakui oleh Buddha Sidharta Gautama, ia tetap mengakui Brahma sebagai Tuhannya. Dalam salah satu ucapannya Buddha Gautama pernah mengatakan: “biarkan Tuhan menjadikan segala sesuatu, dan manusia hendaklah memelihara kesucian ciptaan Tuhan, kesucian yang sempurna itulah dia Tuhan. Kesucian demikian harus terdapat pada tiap-tiap manusia” dan

didalam kitab Tipitaka ia juga mengatakan: “ ketahuilah para bikkhu bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak. Duhai para bikkhu, apabila tidak ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bikkhu, karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Ungkapan di atas adalah pernyataandari sang Buddha yang terdapat dalam sutta pitaka, udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha. Ketuhanan yang Maha Esa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatan Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya : “suatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelma, tidak diciptakan dan yang mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya yang mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi. Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Dalam mengulas konsep tersebut kita tidak dapat melepaskan 4 (empat) rumusan Kebenaran, yaitu : 1.

Ada awal - ada akhir Kebenaran ini menjelaskan ada awal dalam proses pembentukan, pembuatan dan kejadian.

2.

Ada awal - tanpa akhir Kebenaran jenis ini, seperti bilangan asli yang selalu diawali dengan angka satu dan angka selanjutnya tanpa batas. Kita tidak dapat mengakhiri pada angka tertentu. Meskipun penghitungannya angka tersebut sudah sedemikian besar.

3.

Tanpa awal - ada akhir Kebenaran jenis ini, contohnya adalah keberadaan kehidupan manusia. Apabila kita telusuri awal keberadaan manusia kita tidak akan menemukan suatu jawaban yang pasti. Pada saat kita menarik kebelakang. Orang pasti memiliki ayah dan ibu. Ayah dan Ibu pun memiliki ayah dan ibunya lagi. Terus kita tarik baik dari sisi ibu maupun dari sisi ayah kita tidak akan menemukan titik yang tepat. Meskipun dalam agama tertentu. Ada keberadaan awal manusia.

4.

Tanpa awal - tanpa akhir Kebenaran jenis ini dapat kita lihat dalam Udana Nikaya : “Ketahuilah Para Bhikkhu, Ada sesuatu yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak. Wahai para Bhikkhu, apabila tidak ada yang dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak diciptakan, yang mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Oleh karena ajarannya yg tentang ketuhanan yang tidak bekitu banyak diuraikan dan di jelaskan , maka sepeninggalan Buddha, patung Buddha sendiri telah menjadi sembahan yang utama bahkan juga sisa peninggalannya seperti abu mayatnya, potongan kukunya, rambutnya yang tersimpan dalam stupapun telah dipuja dan disembah. Padahal Buddha Gautama mencela penyembahan kepada patung dan berhala tetapi penganut Buddha sendiri sepeninggalannya telah menempatkan patung-patungnya didalam candi, kuil dan stupa untuk disembah (Jirhanuddin, 2010). Dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa Buddha Gautama sendiri tetap menuhankan brahma semata, ia tidak menyakini ketuhanan yang lain hanya Buddha Sidharta Gautama tidak menjelaskan dan menerangkan tentang dasar-dasar bagaimana cara beriman dan menyembah kepada tuhan dalam agamanya.

D. Konsep Tuhan dalam Agama Hindu Agama Hindu mempunyai konsepsi ketuhanan yang bersifat polytheistis yang dimanifestikan dalam jumlah dewa-dewa yang di sebutkan dalam kitab-kitab wedha sebanyak 32 dewa yang mempunyai fungsi masing-masing. Dewa-dewa tersebut dipandang sebagai tokoh simbolis dari satu dewa pokok yaitu Brahma. Dalam kitab suci Hindu, sifat-sifat Tuhan dilukiskan sebagai Ynag Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Dia merupakan perwujudan keadilan, kasih saying dan keindahan. Dalam kenyataannya, Dia merupakan perwujudan dari segala Kwalitas terberkati yang senantiasa dapat dipahami manusia. Dia senantiasa siap mencurahkan anugerah, kasih dan berkah-Nya pada ciptaan-Nya (Purnami, 2012). Swāmī Harshānanda (2000) dalam bukunya yang berjudul Deva-Devi Hindu menyatakan bahwa konsep Tuhan Hindu memiliki dua gambaran khas, yaitu tergantung pada kebutuhan dan

selera pemuja-Nya. Dia dapat dilihat dalam suatu wujud yang mereka sukai untuk pemujaan dan menanggapinya melalui wujud tersebut. Dia juga dapat menjelmakan Diri-Nya di antara mahluk manusia untuk membimbingnya menuju kerajaan Kedewataan-Nya. Dan penjelmaan ini merupakan suatu proses berlanjut yang mengambil tempat dimanapun dan kapanpun yang dianggap-Nya perlu. Kemudian ada aspek Tuhan lainnya sebagai Yang Mutlak, yang biasanya disebut sebagai “Brahman”; yang berarti besar tak terbatas. Dia adalah Ketakterbatasan itu sendiri. Namun, Dia juga bersifat immanent pada segala yang tercipta. Dengan demikian tidak seperti segala yang kita kenal bahwa Dia menentang segala uraian tentang-Nya. Telah dinyatakan bahwa jalan satusatunya untuk dapat menyatakan-Nya adalah dengan cara negative: Bukan ini! Bukan ini! Untuk pertama kali difinisi tentang Tuhan dijumpai dalam kitab Brahma Sūtra I.1.2 (Pudja, 1999), lengkapnya berbunyi demikian : Janmādyasya yatah.2. Artinya : (Brahman adalah yang maha tahu dan penyebab yang mahakuasa) dari mana munculnya asal mula dan lain-lain, (yaitu pemeliharaan dan peleburan) dari (dunia ini). Kitab Brahma Sūtra merupakan sistematisasi dari pemikiran kitab-kitab Upanisad. Dalam Brahma Sūtra ditemukan nama-nama aliran pemikiran Vedānta. Bādarāyana, yang dianggap sebagai penyusun Brahma Sūtra atau Vedānta Sūtra, bukanlah satu-satunya orang yang mencoba men-sistematisir gagasan filsafat yang terdapat dalam Upanisad, walaupun mungkin merupakan karya yang terakhir dan terbaik. Semua sekte di India sekarang ini menganggap karya beliau sebagai otoritas utama dan setiap sekte baru pastilah mulai dengan memberikan ulasan baru pada Brahma Sūtra ini – dan rasanya tak akan ada sekte yang dapat didirikan tanpa berbuat demikian (Vireśvarānanda, 2002). Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda adalah Tuhan tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia. Tuhan Yang Maha Esa ini disebut dalam beberapa nama, antara lain: Brahman (asal muasal dari alam semestea dan segala isinya), Purushottama atau Maha Purusha, Iswara (dalam Weda), Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa), Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi Kemulan), Dhata (yang memegang atau menampilkan segala sesuatu), Abjayoni (yang lahir dari

bunga teratai), Druhina (yang membunuh raksasa), Viranci (yang menciptakan), Kamalasana (yang duduk di atas bunga teratai), Srsta (yang menciptakan), Prajapati (raja dari semua makhluk/masyarakat), Vedha (ia yang menciptakan), Vidhata (yang menjadikan segala sesuatu), Visvasrt (Ia yang menciptakan dunia), Vidhi (yang menciptakan atau yang menentukan atau yang mengadili) (Anonim, 2008).

E. Konsep Tuhan dalam Agama Shinto Shinto adalah kata majemuk dari “shin” dan “to”. Arti kata “shin” adalah “roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shito” mempunyai arti “jalannya roh”, baik roh-roh yang telah meninggal dunia maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To” berdekatan dengan kata “Tao” dalam taoisme yang berarti “jalannya Dewa” atau “jalannya bumi dan langit”. Sedangkan kata “Shin” atau “Shen” identic dengan kata “Yin” dalam taoisme tang berarti gelap, basah, negative dan sebagainya (Arifin, 1997). Shinto adalah agama kuno yang merupakan campuran dari animisme dan dinamisme yaitu suatu kepercayaan primitif yang percaya pada kekuatan benda, alam atau spirit. Tradisi Shinto juga mengenal beberapa nama Dewa yang bagi Shinto bisa juga berarti Tuhan yang dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah Kami atau Kamisama. Kamisama ini bersemayam atau hidup di berbagai ruang dan tempat, baik benda mati maupun benda hidup. Pohon, hutan, alam, sungai, batu besar, bunga sehingga wajib untuk dihormati. Penamaan Tuhan dalam kepercayaan Shinto bisa dibilang sangat sederhana yaitu kata Kami ditambah kata benda. Tuhan yang berdiam di gunung akan menjadi Kami no Yama, kemudian Kami no Kawa (Tuhan Sungai), Kami no Hana (Tuhan Bunga) dan Dewa/Tuhan tertingginya adalah Dewa Matahari (Ameterasu Omikami) yang semuanya harus dihormati dan dirayakan dengan perayaan tertentu (Ali, 1998). Jadi inti dari konsep Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah sangat sederhana yaitu ”semua benda di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak, pada hakikatnya memiliki roh, spirit atau kekuatan jadi wajib dihormati” . konsep ini memiliki pengaruh langsung di dalam kehidupan masyarakat Jepang. Misalnya seperti, seni Ikebana atau merangkai bunga yang berkembang pesat di Jepang karena salah satunya dilandasi konsep Shinto tentang Spirit atau Tuhan yang bersemayam pada bunga serta tumbuhan yang harus dihormati. Agama Shinto terdiri dari empat kelompok yaitu :

1. Imperial Shinto (Kyūchū Shinto atau Koshitsu Shinto) Shinto kelompok ini sangat eksklusif dan tidak umum ditemukan. Memiliki beberapa kuil saja yang kalau tidak salah 5 buah di seluruh negeri. Nama kuil ini biasanya berakhir dengan nama Jingu, misalnya Heinan Jingu, Meiji Jingu, Ise Jingu dll. Kuil Shinto kelompok ini selain berfungsi sebagai tempat untuk memuja Kami juga berfungsi sebagai tempat memuja leluhur khususnya keluarga kerajaan. 2. Folk Shinto (Minzoku Shinto) Mithyologi tentang Kojiki, cerita terbentuknya pulau Jepang dan cerita tentang dewa-dewa lain adalah ciri khas dari Shinto kelompok ini. Jadi Folk Shinto adalah kepercayaan Shinto yang meliputi cerita tua, legenda, hikayat dan cerita sejarah. Kuil Kibitsu Jinja yang terletak di daerah Okayama, Jepang tengah adalah salah satu contoh menarik karena dibangun untuk menghormati tokoh utama dalam cerita rakyat yaitu Momo Taro. Disamping itu, Shinto kelompok ini juga mendapat pengaruh yang kuat dari agama Buddha, Kongfucu, Tao dan ajaran penduduk lokal seperti Shamanism, praktek penyembuhan dll. 3. Sect Shinto (Kyoha atau Shuha Shinto) Shinto kelompok ini mulai muncul pada abad ke 19 dan sampai saat ini memiliki kurang lebih 13 sekte. Dua diantara sekte ini yang cukup banyak pengikutnya adalah Tenrikyo atau Kenkokyo. Keberadaan dari Sekte Shinto ini cukup unik karena memiliki ajaran doktrin, pemimpin atau pendiri yang dianggap sebagai Nabi dan yang terpenting biasanya menggolongkan diri dengan tegas sebagai penganut monotheisme. Shinto golongan ini sepertinya jarang dibahas ataupun kurang dikenal oleh kebanyakan orang (asing) sehingga konsep monotheisme dari Shinto aliran baru nyaris luput dari tulisan kebanyakan orang. 4. Shrine Shinto (Jinja Shinto) Saat ini hampir sebagian besar dari kuil yang ada di Jepang termasuk kelompok ini, yang semuanya tergabung dalam satu organisasi besar yaitu Association of Shinto Shrines yang menghimpun sekitar 80 ribuan kuil di seluruh negeri. Jadi sepertinya dari semua kelompok Shinto yang ada, kelompok terakhir inilah yang paling mudah untuk diterima serta paling banyak pengikutnya (Bunce, 1995).

Referensi

Anonim, 2008. Konsep Ketuhanan dalam Agama Budha. http://www.siddhisby.com/index.php/artikel/artikel-dharma/9-konsep-ketuhanan-dalam-agama-buddha diakses pada 11 Maret 2015. Anonim, 2008. Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu https://grelovejogja.wordpress.com/2008/10/17/konsep-ketuhanan-dalam-agama-hindu/ diakses pada 11 Maret 2015. Anonim, 2013 Konsep Ketuhana Agama Yahudi. http://bulansabitkembar.blogspot.com/2013/08/konsep-ketuhanan-agama-yahudi.html diakses pada 11 Maret 2015. Anonim, 2013, Konsep Ketuhanan dalam Agama. http://dedyyulfris.blog.com/2013/03/10/konsep-ketuhanan-dalam-agama diakses pada 11 Maret 2015. Ali, H.A. Mukti, 1998. Agama-Agama Di Dunia. Yogyakarta: PT.Hanin Dita Offset. Arifin, H.M, 1997. Menguak Misteri Agama-Agama Besar. Jakarta: Golden Terayon Press. Bunce, William K. 1995. Religion in Japan (Buddhism, Shinto, Christianity). Charles E. Tuttle Company: Rutland.S Hadiwijono, Harun. 2007. Iman Kristen. Jakarta: Gunung Mulia. Harshananda, Swami, 2000. Deva-Devi Hindu. Surabaya: Paramita Jirhanuddin, 2010. Perbandingan Agama. Palang Karaya: Pustaka Pelajar. Keene, Michael. 2006. Kristianitas. Jogyakarta: Kanisius. Nyoman Purnami, 2012. Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu. http://www.mangpur.blogspot.com/2012/02/konsep-ketuhanan-dalam-agama-hindu.html diakses pada 11 Maret 2015 Pudja, I Gede, 1999. Theologi Hindu (Brahma Widya). Surabaya: Paramita. Suta Pitaka, 2012. Konsep Tuhan dalam Agama Budha. http://sutapitaka.blogspot.com/2012/06/konsep-tuhan-dalam-agama-buddha.html diakses pada 11 Maret 2015 Vireśvarānanda, Swami, 2002. Brahma Sutra. Surabaya : Paramita.

Related Documents


More Documents from "Syukri La Ranti"