BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptuan atau model keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta-fakta yang telah diobservasi, tetapi kurang absolut (kurang adanya bukti) secara langsung. Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat ditempat mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja. Mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti, adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatann terhadap kebutuhan semua pasien. Perawat sebagai pelayan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian perawat harus mampu berfikir logis, dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk pengetahuan dan keterampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara lain dengan menggunakan model-model keperawatan dalam proses keperawatan. Dan tiap model dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan model keperawatan yang tepat dengan situasi klien yang spesifik, memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang variable-variable utama untuk mempengaruhi situasi klien. Langkah-langkah yang harus dilakukan perawat dalam 1
memilih model keperawatan yang tepat untuk kasus spesifik adalah sebagai berikut : Mengumpulkan informasi awal tentang fokus kesehatan klien, umur, pola hidup dan aktivitas
sehari-hari
untuk
mengidentifikasi
dan
memahami
keunikan
pasien.
Mmempertimbangkan model keperawatan yang tepat dengan menganalisa asumsi yang melandasi definisi konsep hubungan antar konsep. Salah satu teori keperwatan keluarga yang sering digunakan adalah teori Friedman. Model pengkajian keluarga Friedman merupakan integrasi dato teori sistem, teori perkembangan keluarga, dan teori struktural fungsional sebagai teori-teori utama yang merupakan dasar dari model dan alat pengkajian keluarga. Teori-teori lain yang ikut berperan dalam dimensi struktural dan fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress keluarga. Diagnosa keperawatan keluarga dan stratrgi intervensi didasarkan pada identifikasi data, sosial kultural, perkembangan, struktural, fungsional, dan pengkajian stress serta koping. Dalam teori sistem, keluarga dipandang sebagai suatu sistem terbuka dengan batasbatasnya.Sebuah sistem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang diarahkan pada tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan bergantung satu dengan yang lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu. Teori sistem merupakan suatu cara untuk menjelaskan sebuah unit keluarga sebagai sebuah unit yang berkaitan dan berinteraksi dengan sistem yang lain. Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan pada observasi bahwa keluarga adalah kelompok berusia panjang dengan sejarah alamiah, atau siklus kehidupan yang perlu dikaji jika dinamika kelompok diinterprestasikan secara penuh dan akurat ( Duvall (1979), Duman dan Miller (1985), dalam Friedman, 1998, pp. 111-152). Teori perkembangan keluarga menguraikan perkembangan yang diskrit. Konsep tentang tahaptahap siklus kehidupan keluarga dapat saling ketergantungan yang tinggi antara anggota keluarga ; keluarga dipaksa berubah setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota keluarga. Sedangkan dalam teori struktural fungsional keluarga dipandang sebagai sistem sosial, tapi lebih berorientasi pada hasil dari pada proses, yang lebih merupakan karakteristik teori sistrm. Perspektif struktural fungsional yang diterapkan pada keluarga
2
bersifat konprehensif dan mengakui pentingnya interkasi anta keluarga dan linkungan eksteral dan internal.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Apa definisi keperawatan keluarga? 2. Bagaimana keperawatan keluarga di Indonesia dan beberapa keperawatan keluarga dibeberapa dokumentasi keperawatan? 3. Apa saja visi dan misi keperawatan keluarga? 4. Bagaimana urgensi keperawatan keluarga bagi pengembangan kepribadian? 5. Bagaiamana garis besar dan ruang lingkup keperawatan keluarga?
1.3
Tujuan 1. Untuk mengetahui apa definisi keperawatan keluarga. 2. Untuk mengetahui bagaimana keperawatan keluarga di Indonesia dan beberapa keperawatan keluarga dibeberapa dokumentasi keperawatan. 3. Untuk mengetahui apa saja visi dan misi keperawatan keluarga. 4. Untuk mengetahui bagaimana urgensi keperawatan keluarga bagi pengembangan kepribadian. 5. Untuk mengetahui bagaiamana garis besar dan ruang lingkup keperawatan keluarga.
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Keperawatan Keluarga 2.1.1 Definisi Keperawatan Keluarga Keperawatan keluarga adalah bidang kekhususan spesialisasi yang terdiri dari ketrampilan dari berbagai bidang keperawatan. praktik keperawatan keluarga di definisikan sebagai pemberian perawatan yang menggunakan proses keperawatan kepada keluarga dan anggota-anggotanya dalam situasi sehat dan sakit. Penekanan praktik keperawatan keluarga adalah berorientasi kepada kesehatan bersifat holistic, sistemik dan interaksional menggunakan kekuatan keluarga. Selvasion G. Bailon Araceles Maglaja (1978) mendefinisikan perawatan kesehatan keluarga sebagai tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada “keluarga” sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan “sehat” sebagai tujuannya dan perawatan sebagai sasarannya. 2.1.2 Tingkatan Keperawatan Keluarga Ada 4 tingkatan keperawatan keluarga,yaitu : 1.
Level 1 Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus dan pelayanan keperawatan di tingkat iniadalah individu yang akan di kaji dan di intervensi.
2.
Level 2 Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan di intervensi bersamaan, masing-masing anggota di lihat sebagai unit yang terpisah.
3.
Level 3 Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah subsistem dalam keluarga, anggota-anggta keluarga di pandang sebagai unit yang berinteraksi fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak, hubungan perkawinan,dll.
4
4.
Level 4 Seluruh keluarga di pandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai interkasional sistem, fokus intervensi : dinamika internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga, hubungan subsistem keluarga dengan lingkungan luar.
2.1.3
Tujuan keperawatan keluarga Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran, keinginan, dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan, mencegah, memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap yang optimal dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif. Tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan keluarga dalam hal: (1) mengidentifkasi masalah kesehatan yang mereka hadapi (2) mengambil keputusan tentang siapa/ke mana dan bagaimana pemecahan masalah tersebut, misalnya dipecahkan sendiri dengan pergi kerumah sakit, puskesmas, praktik keperawatan/kedokteran, dll. (3) meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi kesehatan), (4) mencegah terjadinya penyakit/timbulnya masalah kesehatan
pada keluarga
melalui asuhan keperawatan dirumah, (5) melaksanakan usaha rehabilitasi penderita
melalui ashan keperawatan
dirumah, (6) membantun tenaga professional kesehatan / kesehatann dalam penanggulagan penyakit/masalah kesehatan mereka dirumah, rujukan kesehatan dan rujukan medik. 2.1.4 Sasaran Pelayanan Keperawatan Keluarga Sasaran pelayanan keperawatan keluarga : a. Keluarga sehat Jika seluruh anggota keluarga dalam kondisi sehat tetapi memerlukan antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh 5
kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan Jika satu atau lebih anggota keluarga memerlukan perhatian khusus. Keluarga risiko tinggi termasuk keluarga yang memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan diri terkait siklus perkembangan anggota keluarga, keluarga dengan faktor resiko penurunan status kesehatan misalnya: bayi BBLR, balita gizi buruk/ kurang, bayi/balita yang belum diimunisasi, bumil anemi. c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut Keluarga yang anggota keluarganya mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan/ kesehatan misalnya: klien pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan pembedahan, penyakit terminal. 2.1.5 Jenis Pelayanan Keperawatan Keluarga a.
Hospice Hospital Care Unit ini berada didalam rumah sakit dan merupakan suatu unit tersendiri dalam struktur organisasi rumah sakit.
b. Hospice Adakalanya klien dalam keadaan tidak memerlukan pengawasan ketat atau tindakan khusus lagi, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan. Klien kemudian dirawat di suatu tempat khusus (hospis) yang berada di luar lingkungan rumah sakit. c. Hospice Home Care Perawatan di rumah merupakan kelanjutan perawatan di rumah sakit. Pada perawatan di rumah, keluarga mempunyai peran yang lebih menonjol. Sebagian besar tindakan perawatan dilaksanakan oleh keluarga. 2.1.6 Keluarga Sebagai Objek dan Subjek Perawatan Menurut Tinkham dan Voorhies (1984) keluarga mempunyai peran yang penting dalam keperawatan karena keluarga menyediakan sumber-sumber yang penting
6
untuk memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan bagi dirinya dan orang lain dalam keluarga. Mereka mengacu pada keluarga sebagai pasien dari perawat komunitas dengan fokus utamanya pada kebutuhan keluarga dan resolusinya. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) akan memengaruhi satu atau lebih anggota keluarga dalam hal tertentu. Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat serta bersifat mandiri, dan masalah seorang individu dapat memengaruhi anggota keluarga yang lain serta seluruh sitem. Jika seorang perawat hanya mengkaji seorang individu saja, bukan keluarga, ia akan kehilangan bagian lain yang dibutuhkan untuk memperoleh pengkajian holistic. Satu hal yang pasti adalah bahwa masalah anggota keluarga identik dengan masalah keluarga. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya, yang peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan dan individu anggota keluarga melalui dari strategi hingga fase rehabilitasi. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan diri (selfcare), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga, serta uapaya keperawatan yang dapat mengurangi resiko akibat pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Upaya tersebut bertujuan mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan pada setiap anggota keluarga. Penemuan suatu kasus merupakan salah satu alasan penting untuk memberikan perawatan kesehatan. Ditemukanya masalah kesehatan pada satu anggota keluarga member petunjuk penting bahwa anggota keluarga beresiko tinggi mengalami masalah yang sama. Misalnya, jika satu anggota keluarga menderita penyakit infeksi kronis (contohnya TBC), seluruh keluarga harus diperiksa dan dirawat. Karenanya keluarga merupakan sistem pendidikan yang vital bagi individu, keluarga perlu dihargai dan dimaksukan perencanaan tindakan bagi individu tersebut. 2.1.7 Batasan Keahlian Keperawatan Keluarga Akhir-akhir ini keperawatan keluarga menjadi sebuah bidang keahlian khusus yang tidak terkait dengan berbagai bidang keahlian keperawatan lainnya. sebagai 7
bidang yang berbeda, keperawatan keluarga ini masih tergolong “bayi” akan tetapi,ada bukti kuat bahwa keperawatan keluarga merupakan sebuah bidang keahlian khusus yang sedang tumbuh, bersifat dinamis, dan mendapat perhatian dalam praktik, pendidikan, dan penelitian. Sampai saat ini belum terdapat kesepakatan mengenai cakupan bidang keperawatan keluarga dan perbedaan dengan keperawatan komunitas (frieedman,1989) dan terapi keluar. Walaupun demikian, praktik keperawatan keluarga di bagi menjadi 3 tingkatan : a. Tingkat I Keperawatan keluarga di konseptualisasikan sebagai suatu bidang dalam suatu kontes bagi pasien/klien (Bozzet 1987 ). Pada tingkat ini, kelurga sebagai kelompok primer klien yang paling penting digambarkan sebagai stresor atau sumber bagi klien, terkait dengan pengkajian interaksi. Menurut Asseciotion for the care of children’s health (1989) keperawatan yang berpusat pada keluarga merupakan filosofi dari keperawatan kesehatan anak yang mempertimbangkan dan memperlakukan anak dalam konteks keluarga serta mengkui keluarga sebagai pemberi asuhan utama dan berkesinambungan untuk anak. b. Tingkat II Adalah keluraga sebagai kumpulan dari anggota keluarga dalam praktik keperawatan tipe ini, keluarga di pandang sebagai kumpulan individu anggota kelurga. dikatakan keperawatan keluarga apabila semua anggota keluarga mendapat perawatan. Sekarang ini ada upaya untuk melihat keluarga sebagai fokus keperawatan, bukan sebagai kumpulan yang di sebutkan sebeluamnya (Doberty dan camphell 1988). pada tingkat ini hal yang penting adalah masingmasing klien dilihat sebagai unit terpisah, bukan unit yang saling berinteraksi. c. Tingkat III Adalah keluarga sebagai klien pada tingkat ini keluarga menjadi klien atau fokus utama pengkajian keperawatan. Keluarga dipandang sebagai sistem yang berinteraksi, dengan fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal keluarga, sturuktur dan fungsi keluarga, serta saling ketergantungan subsistem keluarga dengan kesehatan, dan keluarga dengan lingkungan luarnya. Hubungan antara
8
penykit dan individu dalam keluarga dianalisis dan dimasukan dalam rencana asuhan keperawatan (wright dan leahey 1988).
2.1.8 Peran Perawat Keluarga 1. Pendidik Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar : a) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri b) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga 2. Koordinator Diperlukan
pada
perawatan
berkelanjutan
agar
pelayanan
yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan 3. Pelaksana Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit 4. Pengawas kesehatan Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga 5. Konsultan Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya 6. Kolaborasi 9
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal 7. Fasilitator Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll) 8. Penemu kasus Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah 9. Modifikasi lingkungan Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
2.1.9 Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Keperawatan Keluarga Belakangan ini keperwatan keluarga berkembang dengan pesat karena : 1. Peningkatan pengakuan dalam keperawatn dan masyarakat tentang perlunya peningkatan kesehatan dan perawatan kesehatan secara menyeluruh, bukan hanya praktik yang berorientasi pada penyakit. 2. Peningkatan populasi lanjut usia dan perkembangan penyakit kronis yang menyebabkan perawatan diri dan kebutuhan akan asuhan perawatan keluarga menjadi penting. 3. Perkembangan bidang riset keperawatan keluarga secara pesat. 4. Pengkaluan yang luas tentang banyaknya keluarga yang bermasalah dalam komunitas kita. 5. Penyebarluasan secara umum teori tertentu yang berdasarkan pada keluarga, seperti teori kedekatan dan teori sistem umum. 6. Terapi keluarga dan perkawinan beralih dari terapi pertumbuhan ke klinik layanan anak, perkawinan, dan keluaga. 10
7. Riset terhadap kedalaman dan keterlibatan komunikasi keluarga pada tahun 1950-an dan 1960-an menunjukkan bahwa ibu-ibu yang bermasalah dalam pola komunikasinya terkait dengan anak-anak yang bermasalah.
2.2 Keperawatan Keluarga di Indonesia dan Beberapa Keperawatan Keluarga dibeberapa Dokumentasi Keperawatan (Trend Dan Issue Keperawatan Keluarga) 2.2.1 Beberapa Tren dan Issu dalam Keperawatan keluarga 1. Perubahan Bidang Profesi Keperawatan a) Perubahan ekonomi Perubahan ekonomi membawa dampak terhadap pengurangan berbagai anggaran untuk pelayanan kesehatan, sehingga berdampak terhadap orientasi manajemen kesehatan atau keperawatan dari lembaga sosial ke orientasi bisnis. b) Kependudukan Sedangkan perubahan kependudukan dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia dan bertambahnya umur harapan hidup, maka akan membawa dampak terhadap lingkup dari praktik keperawatan. Pergeseran tersebut terjadi yang dulunya lebih menekankan pada pemberian pelayanan kesehatan atau perawatan pada “hospital-based” ke “comunity based”. c) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Atau Keperawatan Era kesejagatan identik dengan era komputerisasi, sehingga perawat di tuntut untuk menguasai teknolgi komputer di daam melaksanakan MIS (Manajemen Information System) baik di tatanan pelayanan maupun pendidikan keperawatan d) Tuntutan Profesi Keperawatan Karakteristik Profesi yaitu: 1) Memiliki dan memperkaya tubuh pengetehuan (body of knowledge) melalui penelitian 2) Memiliki kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain 3) Pendidikan yang memenuhi standar 11
4) Terdapat pengendalian terhadap praktik. 5) Bertanggungjawab dan bertanggung gugat(Accounttable) terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan gabung 6) Merupakan karier seumur hidup 7) Mempunyai fungsi mandiri dan kolaborasi 2. Dampak Perubahan 1) Praktik keperawatan a. Pengurangan anggaran Perawat indonesia saat ini di hadapkan pada suatu dilema,di satu sisi dia harus terus mengupayakan peningkatan kualitas layanan kesehatan, dilain pihak pemerintah memotong alokasi anggaran untuk pelayan keperawatan. Keadaan ini dipicu dengan menjadikan rumah sakit swadan dimana juga berdampak terhadap kinerja perawat. Dalam melaksanakn tugasnya perawat sering jarang mengadakan hubungan interpersonal yang baik karena mereka harus melayani pasien lainnya dan dikejar oleh waktu. b. Otonomi dan akuntabilitas Dengan melibatkan perawat dalam pengambilan suatu keputusan di pemerintahan, merupakan hal yang sangat positif dalam meningkatkan otonomi dan akuntabilitas perawat indonesia. Peran serta tesebut perlu di tingkatkan terus dan di pertahankan. Kemandirian perawat dalam melaksanakan perannya sebagai suatu tantangan. Semakin meningkatnya otonomi perawat semakin tingginya tuntutan kemampuan yang harus di persiapkan. c. Teknologi Penguasaan dan keterlibatan dalam perkembangan IPTEK dalam praktek keperawatan bagi perawat Indonesia merupakan suatu keharusan. d. Tempat praktik Tempat praktik keperawatan di masa depan meliputi pada tatanan klinik(RS);komunitas;dan praktik mandiri di rumah/berkelompok (sesuai SK MENKES R.I.647/2000 tentang registrasi dan praktik keperawatan). e. Perbedaan batas kewenangan praktik 12
Belum jelasnya batas kewenangan praktik keperawatan pada setiap jenjang pendidikan, sebagai suatu tantangan bagi profesi keperawatan. 2) Tantangan Pendidikan Keperawatan Di masa depan pendidikan keperawatan dihadapkan pada suatu tantangan dalam meningkatkan kualitas lulusannya dituntut menguasai kompetensikompetensi profesional. Isi kurikulum program pendidikan ke depan, juga harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. 3) Tantangan Perubahan Iptek Riset keperawatan akan menjadi suatu kebutuhan dasar yang harus dilaksanakan oleh perawat di era global. Meningkatnya kualitas layanan, sangat ditentukan oleh hasil kajian-kajian dan pembaharuan
yang
dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian. (Kuntoro, 2010, hal. 149-150) 2.2.2 Isu Terbaru Dalam Keperawatan Keluarga Menurut Friedman dkk (2013,hal. 41-42), berdasarkan kajian kami terhadap literatur dan diskusi profesional dengan kolega di bidang keperawatan keluarga, 8 isu penting dalam keperawatan keluarga saat ini: 1.
Isu Praktik : a) Kesenjangan bermakna antara teori dan penelitian serta praktik klinis. Kesenjangan antara pengetahuan yang ada dan penerapan pengetahuan ini jelas merupakan masalah di semua bidang dan spesialisasi di keperawatan, meskipun kesenjangan ini lebih tinggi dikeperawatan keluarga. Keperawatan yang berpusat pada keluarga juga masih dinyatakan ideal dibanding praktik yang umum dilakukan. Wright dan Leahey mengatakan bahwa faktor terpenting yang menciptkan kesenjangan ini adalah “ cara perawat menjabarkan konsep masalah sehat dan sakit. Hal ini merupakan kemampuan “berfikir saling memengaruhi”: dari tingkat individu menjadi tingkat keluarga (saling memengaruhi)”. Penulis lain yaitu Bowden dkk menyoroti bahwa kecenderungan teknologi dan ekonomi seperti pengurangan layanan dan staf, keragaman dalam populasi klien yang lebih besar. Sedangkan menurut Hanson kurangnya alat pengkajian keluarga 13
yang komperehensif dan strategi intervensi yang baik, perawat terikat dengan model kedokteran (berorientasi pada individu dan penyakit), dan sistem pemetaan yang kita lakukan serta sistem diagnostik keperawatan menyebabkan penerapan perawatan yang berfokus pada keluarga sulit diwujudkan. b) Kebutuhan untuk membuat perawatan keluarga menjadi lebih mudah untuk di integrasikan dalam praktik. Dalam beberapa tahun ini, terjadi restrukturisasi pelayanan kesehatan besar-besaran, yang mencakup perkembangan pesat sistem pengelolaan perawatan berupa sistem pemberian layanan kesehatan yang kompleks, multi unit, dan multi level sedang dibentuk. Sebagian dari restruturisasi ini juga termasuk kecenderungan pasien dipulangkan dalam “keadaan kurang sehat dan lebih cepat” dan pengurangan jumlah rumah sakit, pelayanan dan staf, serta pertumbuhan pelayanan berbasis komunitas. Perubahan ini me nyebabkan peningkatan tekanan kerja dan kelebihan beban kerja dalam profesi keperawatan. Waktu kerja perawat dengan klien individu dan klien keluarga menjadi berkurang. Oleh karena itu, mengembangkan cara yang bijak dan efektif untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam asuhan keperawatan merupakan kewajiban perawat keluarga. Menurut Wright dan Leahey, mengatasi kebutuhan ini dengan menyusun wawancara keluarga selama 15 menit atau kurang. Pencetusan gagasan dan strategi penghematan waktu yang realistik guna mempraktikan keperawatan keluarga adalah isu utama praktik dewasa ini. c) Peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan kepada keluarga. Berdasarkan pembincangan dengan perawat dan tulisan yang disusun oleh perawat keluarga, terdapat kesepakatan umum bahwa peralihan kekuasaan dan kendali dari penyedia pelayanan kesehatan ke pasien atau keluarga perlu dilakukan. Kami percaya hal ini masih menjadi sebuah isu penting pada pelayanan kesehatan saat ini. Menurut Wright dan Leahey dalam Robinson, mengingatkan kita bahwa terdapat kebutuhan akan 14
kesetaraan yang lebih besar dalam hubungan antara perawat dan keluarg, hubungan kolaboratif yang lebih baik, dan pemahaman yang lebih baik akan keahlian keluarga. Perkembangan penggunaan Internet dan email telah memberikan banyak keluarga informasi yang dibutuhkan untuk belajar mengenai masalah kesehatan dan pilihan terapi mereka. Gerakan konsumen telah memengaruhi pasien dan keluarga untuk melihat diri mereka sebagai konsumen, yang membeli dan mendaptkan layanan kesehatan seperti layanan lain yang mereka beli. Dilihat dari kecenderungan ini, anggota keluarga sebaiknya diberikan kebebasan untuk memutuskan apa yang baik bagi mereka dan apa yang mereka lakukan demi kepentingan mereka sendiri. d) Bagaimana bekerja lebih efektif dengan keluarga yang kebudayaannya beragam. Kemungkinan, isu ini lebih banyak mendapatkan perhatian dikalangan penyedia pelayanan kesehatan, termasuk perawat, dibandingkan isu lainnya pada saat ini. Kita tinggal di masyarakat yang beragam, yang memiliki banyak cara untuk menerima dan merasakan dunia, khusunya keadaan sehat dan sakit. Dalam pengertian yang lebuh luas, budaya (termasuk etnisitas, latarbelakang agama, kelas sosial, afiliasi regional dan politis, orientasi seksual, jenis kelamin, perbedaan generasi) membentuk persepsi kita, nilai, kepercayaan, dan praktik. Faktor lainnya, seperti pengalaman sehat dan sakit, membentuk cara kita memandang sesuatu. Meskipun terdapat semua upaya tersebut guna dapat bekerja lebih efektif dengan keluarga yang beragam, memberikan perawatan yang kompeten secara budaya tetap menjadi tantangan yang terus dihadapi. e) Globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang menarik bagi perawat keluarga. Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan menarik utnuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan yang lebih baik 15
bagi keluarga. Globalisasi adalah proses bersatunya individu dan keluarga karena ikatan ekonomi, politis, dan profesional. Globalisasi mempunyai dampak negatif yang bermakna bagi kesehatan yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti HIV/AIDS menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya, pembelajaran yang diperoleh perawat amerika dari perawat diseluruh dunia melalui konferensi internasional, perjalanan, dan membaca literatur kesehatan internasional memberikan pemahaman yang bermanfaat. Sebagai contoh, di Jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat mengesankan.
Disana,
perawat
telah
mengembangkan
kurikulum
keperawatan keluarga disekolah keperawatan dan telah menghasilkan teori keperawatan yang berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai dan konteks Jepang. Menurut Sugishita Keperawatan keluarga mengalami pertumbuhan yang pesat di Jepang, yang ditandai dengan publikasi dan upaya penelitian yang dilakukan di Jepang. Negara lain, seperti Denmark, Swedia, Israel, Korea, Chili, Meksiko, Skotlandia, dan Inggris juga mengalami kemajuan bermakna di bidang kesehatan keluarga dan keperawatan keluarga. Kita harus banyak berbagi dan belajar dari perawat dibeberapa negara ini. 2.
Isu Pendidikan : Muatan apa yang harus diajarkan dalam kurikulum keperawatan keluarga dan bagaimana cara menyajikannya? Menurut Hanson dan Heims, yang melaporkan sebuah survei pada sekolah keperawatan di Amerika Serikat yang mereka lakukan terkait cakupan keperawatan keluarga di sekolah tersebut, terdapat perkembangan pemaduan muatan keperawatan keluarga dan ketrampilan klinis kedalam program keperawatan pascasarjana dan sarjana. Masih belum jelas muatan apa yang tepat diberikan untuk program sarjana dan pascasarjana dan bagaimana cara mengajarkan ketrampilan klinis. Tidak kesepakatan mengenai fokus program sarjana dan pascasarjana terkait dengan keperawatan keluarga. Akan tetapi, terdapat beberapa konsensus bahwa praktik keperawatan tingkat lanjut pada keperawatan keluarga melibatkan pembelajaran muatan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk bekerja dengan seluruh keluarga dan individu anggota 16
keluarga secara bersamaan. Perawat keluarga dengan praktik tingkat lanjut dapat bekerja sebagai terapis keluarga pada keluarga yang bermasalah. Akan tetapi, masih belum jelas muatan dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dalam keperawatan keluarga untuk para perawat yang dipersiapkan di program praktik tingkat lanjut lainnya (program perawat spesialis klinis dan praktisi). Bahasa lebih lanjut mengenai cakupan dan level muatan dan ketrampilan klinis perlu dilakukan. 3.
Isu Penelitian: Kebutuhan untuk meningkatkan penelitian terkait intervensi keperawatan keluarga. Dibidang keperawatan keluarga, perawat peneliti telah membahas hasil kesehatan dan peralihan keluarga yang terkait dengan kesehatan. Teori perkembangan, teori stres, koping, dan adaptasi, teori terapi keluarga, dan teori sistem telah banyak memandu penilitian para perawat penilti keluarga. Penelitian dilakukan lintas disiplin, yang menunjukkan bahwa “tidak ada satupun disiplin yang memiliki keluarga” menurut Gillis dan Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42). Kelangkaan penelitian keperawatan yang nyata terletak dibidang studi interveni. Menurut Knafl dalam Friedman dkk (2013, hal.42) kurangnya studi intervensi dalam keperawatan keluarga “mengejutkan.” Menurut Janice Bell dalam editor journal of family nursing, dalam editorial “Wanted :Family Nursing Intervention,” mengeluhkan mengenai kurangnya naskah penelitian intervensi keperawatan yang ia terima untu dikaji. Dengan tidak memadainya jumlah studi intervensi,kita mengalami kekurangan bukti ilmiah yang dibutuhkan untuk mendukung evikasi strategi dan program keperawatan keluarga. Selain itu,dibutuhkan penelitian keperawatan keluarga yang sebenarnya: sebagian besar penelitian keperawatan keluarga sebenarnya merupakan penelitian yang terkait dengan keluarga ( yang berfokus pada anggota keluarga),bukan penelitian keluarga (yang berfokus pada seluruh keluarga sebagai sebuah unit).
4.
Isu kebijakan: Kebutuhan akan lebih terlibatnya perawat keluarga dalam membentuk kebijakan yang memengaruhi keluarga.
17
Hanson, dalam bahasanya mengenai reformasi pelayanan kesehatan, mendesak perawat keluarga lebih terlibat di tiap level sistem politis guna menyokong isu keluarga. Kami setuju dengan beliau. Praktisnya, semua legislasi domestik yang dikeluarkan ditingkat lokal, negara bagian atau nasional mempunyai dampak pada keluarga. Sebagai advokat keluarga, kita perlu baik secara sendiri-sendiri maupun bersama menganalisis isu dan kebijakan yang tengah diusulkan dan membantu merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan dan regulasi yang positif. Mendukung calon dewan yang mendukung calon keluarga dan menjadi relawan untuk melayani komisi kesehatan dan komisi yang terkait dengan kesehatan dan dewan organisasi adalah jalan penting lain untuk “ membuat suatu perbedaan” kita perlu mendukung keluarga agar mempunyai hak mendapatkan informasi, memahami hak dan pilihan mereka, serta lebih cakap dalam membela kepentingan meraka sendiri. 2.3 Visi dan Misi Keperawatan Keluarga Visi adalah dream di mana pasangan memiliki keinginan mencapai suatu bentuk keluarga yang mereka idam-idamkan sebelumnya (sakinah, mawadah, warohmah). Misi merupakan tugas dan kewajiban pasangan sebagai implementasi visi tersebut yang sekaligus merupakan tujuan setiap keluarga. 2.4 Urgensi Keperawatan Keluarga bagi Pengembangan Kepribadian Beberapa alasan keluarga harus menjadi fokus perhatian untuk diberikan adalah : 1. Keluarga merupakan sebuah unit,keluarga merupakan jaringan yang mempunyai ikatan berat dimana salah satu anggota keluarga mempunyai masalah akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lain 2. Upaya menemukan kasus merupakan salah satu alasan baik untuk memberikan perawatan kesehatan. 3. Seseorang dapat mencapai suatu pemahaman yang lebih jelas terhadap individu dan keluarga berfungsi sebagai dukungan dalam konteks keluarga. 4. Ada semacam hubungan
yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
keluarganya,bahwa peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan
18
kesehatan anggota keluarga secara individu,mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. 5. Mengkaji atau menilai dan memberikan perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam membantu setiap anggota kelompok untuk mencapai suatu keadaan sehat (wellness) hingga tingkat optimum. 6. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan perawatan diri (self care),pendidikan kesehatan dan konseling keluarga serta upaya-upaya yang berarti yang dapat mengurangi resiko yang di ciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Tujuannya adalah mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh,yang mana secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari setiap anggota keluarga. 7. Keluarga membutuhkan pelayanan kesehatan untuk memenuhi tugasnya dalam setiap fase perkembangan. 8. Tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan keluarga dan sebaliknya. 9. Tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan sistem di atasnya.
2.5 Garis Besar dan Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif),pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif),pemulihan kesehatan (rehabilitatif) Mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif. 1. Upaya Promotif Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan : a) Penyuluhan kesehatan masyarakat b) Peningkatan gizi 19
c) Pemeliharaan kesehatan perseorangan d) Pemeliharaan kesehatan lingkungan e) Olahraga secara teratur f) Rekreasi g) Pendidikan seks. 2. Upaya Preventif Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan: a) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil b) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah c) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah. d) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui. 3. Upaya Kuratif Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan: a) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing) b) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit c) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas d) Perawatan payudara e) Perawatan tali pusat bayi baru lahir. 4. Upaya Rahabilitatif Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan: a) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan 20
b) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosialitatif Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
21
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004). Keperawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang rumit sehingga memerlukan pendekatan yang logis dan sistematis pada keluarga dan setiap anggotanya. Perbedaan focus perawatan tergantung pada konseptualisasi keluarga. Dalam prakteknya, proses keperawatan keluarga menggunakan dua tingkatan yaitu tingkatan ini digunakan untuk mengkaji dan melaksanakan keperawatan keluarga
3.2
Saran Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis berharap bagi yang membaca makalah ini bisa memberikan masukan. Dan juga diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat memahami tentang konsep Keperawatan Keluarga.
22
DAFTAR PUSTAKA
Achsar,K.(2010).Asuhan Keperawatan Keluarga.Jakarta:Sagung Seto Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. Bambang Sumantri. (2011). Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas. Diakse pada tanggal 29 September 2016 pada: http://mantrinews.blogspot.co.id/2011/12/ruang-lingkupkeperawatan- komunitas.html Friedman,dkk. (2013) Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Jakarta: EGC Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Makhfudli, F. E. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Padila. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika. R, J. L. (2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika. Setiadi.2007.Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Jakarta:Graha Ilmu Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC. Wahid Iqbal Mubarak, N. C. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Yasinta, J. &. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga, Konsep Dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika. Zaidin Ali, H. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
23