Konsep dan prinsip kebutuhan rasa aman dan nyaman D I S U S U N OLEH Kelompok 7 : 1. 2. 3. 4. 5.
Aan sanita sinaga Borisman Farlan Riska malau Surya tambunan
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA 2019
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat,
serta
peyertaan-Nya
sehingga
makalah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi komunikasi ini dapat terselesaikan. Kami juga mengucapkan terimakasih dan menyampaikan hormat kami kepada 1. Ketua Yayasan, Pak Perlindungan Purba, SH,MN 2. Rektor USMI, Dr. Ivan Elisabet Purba, M.kes 3. Dekan Ffikes, Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB 4. Ketua Prodi S1 keperawatan, Ns.Rinco Siregar, S.Kep, MNS 5. Tim Pengajar Penkes kami Yang telah menjadi inpirasi dan pedoman kami dalam menjalani studi kami ini. Dalam penulisan makalah kami ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana, singkat dan mudah dipahami. Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan serta masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan. Maka kami harap kerjasamanya, supaya segala sesuatu bentuk kesalahannya mohon dimaklumi dan kami berharap adanya masukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Medan,21 maret 2019
Tim penyusun
Daftar isi KATA PENGANTAR......................................................................................... DAFTAR ISI........................................................................................................ BAB 1 Pendahuluan............................................................................................. Latar Belakang..................................................................................................... Tujuan.................................................................................................................. BAB II Tinjauan Teoritis..................................................................................... Konsep rasa aman dan nyaman………................................................................ Konsep asuhan keperawatan……………………………………………………. BAB III Penutup.................................................................................................. Kesimpulan.......................................................................................................... Saran.................................................................................................................... Daftar Pustaka.....................................................................................................
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap individu membutuhkan rasa aman dan nyaman. Dalam konteks keperawatan,perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Ganguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Kondisi ketidak nyamanan yang paling sering dihadapi oleh klien adalah nyeri. Menurut kozier (2010) mengatakan bahwa keamanan adalah keadaan bebas dari segala fisik psikologis yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Sedangkan kenyamanan sebagai suatu keadaan terpenuhi, serta dipengaruhi oleh factor lingkungan. Sedankan kenyamanan sebagai suatu keadaan terpenuhi kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan akan ketentraman, kepuasan, kelegaan dan tersedia. 1.2 Tujuan penulisan Mahasiswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan konsep rasa aman dan nyaman 2. Menyusun pengkajian keperawatan 3. Merumuskan diagnose keperawatan 4. Menyusun rencana keperawatan
Bab II TINJAUAN TEORITIS 2.1 konsep rasa aman dan nyaman Kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari nyeri dan hipo/hipertermia mengingat nyeri dan hipo/ hipertermia merupakan keadaan yang dapat memengaruhi perasaan tidak nyaman bagi tubuh. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berada pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian nyeri: 1. Muenurut LONG,1996 ,Nyeri adalah perasaan yang tidk nyaman,sngt subjektif ,dan hanya orang yang mengalami yang dapt mengungkapkan dan menjelaskanya perasaan tersebut. 2. Menurut PRIHARJO,1992, perasaan tidak nyaman baik ringan maupun berat. 3. Menurut koziar (2010), mengatakan bahwa keamanan adalah keadaan bebas dari segalah fisik fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan kenyamanan sebagai suatu keadaan terpenuhi kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan akan ketentraman, kepuasan, kelegaan dan tersedia. 4. Kolcaba
(1992,
dalam
Potter
&
Perry,
2005)
mengungkapkan
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu: 1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh, 2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial,
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan). 4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo / hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo / hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalahpendapart beberapa ahli rnengenai pengertian nyeri: a. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaanya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya. b. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan. c. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
d. Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional. Istilah dalam nyeri a. Nosiseptor : Serabut syaraf yang mentransmisikan nyeri b. Non-nosiseptor : Serabut syaraf yang biasanya tidak mentransmisikan nyeri c. System nosiseptif : System yang teribat dalam transmisi dan persepsi terhadap nyeri d. Ambang nyeri : Stimulus yang paling kecil yang akan menimbulkan nyeri e. Toleransi nyeri : intensitas maksimum/durasi nyeri yang individu ingin untuk dapat ditahan. 1. Sifat Nyeri 1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi 2. Nyeri bersifat subyektif dan individual 3. Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah 4. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien 5. Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya 6. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis 7. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan 8. Nyeri mengawali ketidakmampuan 9. Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:
1. Nyeri bersifat individu 2. Nyeri tidak menyenangkan 3. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi 4. Bersifat tidak berkesudahan Karakteristik Nyeri (PQRST) P (Pemacu) : faktor yg mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri Q (Quality) : seperti apa-> tajam, tumpul, atau tersayat R (Region) : daerah perjalanan nyeri S (Severity/Skala Neri) : keparahan / intensitas nyeri T (Time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri 2. Fisiologi Nyeri Fisiologi nyeri merupakan alur terjadinya nyeri dalam tubuh. Rasa nyeri merupakan sebuah mekanisme yang terjadi dalam tubuh, yang melibatkan fungsi organ tubuh, terutama sistem saraf sebagai reseptor rasa nyeri. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu: Reseptor A delta : merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan. Serabut C : merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi. Proses Terjadinya Nyeri Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke sistem saraf pusat. Tahapan Fisiologi Nyeri 1. Tahap Trasduksi Stimulus akan memicu sel yang terkena nyeri utk melepaskan mediator kimia (prostaglandin, bradikinin, histamin, dan substansi P) yg mensensitisasi nosiseptor Mediator kimia akan berkonversi mjd impuls2 nyeri elektrik 2. Tahap Transmisi Terdiri atas 3 bagian : Nyeri merambat dari serabut saraf perifer (serabut A-delta dan serabut C) ke medula spinalis Transmisi nyeri dari medula spinalis ke batang otak dan thalamus melalui jaras spinotalamikus (STT) -> mengenal sifat dan lokasi nyeri Impuls nyeri diteruskan ke korteks sensorik motorik, tempat nyeri di persepsikan 3. Tahap Persepsi Tahap kesadaran individu akan adanya nyeri Memunculkan berbagai strategi perilaku kognitif utk mengurangi kompenen sensorik dan afektif nyeri 4. Tahap Modulasi Disebut juga tahap desenden Fase ini neuron di batang otak mengirim sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis
Serabut desenden itu melepaskan substansi (opioid, serotonin, dan norepinefrin) yg akan menghambat impuls asenden yg membahayakan di bag dorsal medula spinalis
3. Klasifikasi Nyeri a. Berdasarkan sumbernya 1) Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar). (contoh: terkena ujung pisau atau gunting) 2) Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneous. (contoh: sprain sendi) 3) Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan b. Berdasarkan penyebab: 1) Fisik. Bisa terjadi karena stimulus fisik (contoh: fraktur femur) 2) Psycogenic. Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (contoh: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya) Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut c. Berdasarkan lama/durasinya 1) Nyeri akut. Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini
benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan. 2) Nyeri kronik. 3) Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya. d. Berdasarkan lokasi/letak 1) Radiating pain. Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (contoh: cardiac pain) 2) Referred pain. Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal dari jaringan penyebab 3) Intractable pain. Nyeri yg sangat susah dihilangkan (contoh: nyeri kanker maligna) 4) Phantom pain. Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (contoh: bagian tubuh yang diamputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis
Nyeri secara esensial dapat dibagi atas dua tipe yaitu nyeri adaptif dan nyeri maladaptif. Nyeri adaptif berperan dalam proses survival dengan melindungi organisme dari cedera atau sebagai petanda adanya proses penyembuhan dari cedera. Nyeri maladaptif terjadi jika ada proses patologis pada sistem saraf atau akibat dari abnormalitas respon sistem saraf. Kondisi ini merupakan suatu penyakit (pain as a disease). Pada praktek klinis sehari-hari kita mengenal 4 jenis nyeri:
a) Nyeri Nosiseptif Nyeri dengan stimulasi singkat dan tidak menimbulkan kerusakan jaringan. Pada umumnya, tipe nyeri ini tidak memerlukan terapi khusus karena perlangsungannya yang singkat. Nyeri ini dapat timbul jika ada stimulus yang cukup kuat sehingga akan menimbulkan kesadaran akan adanya stimulus berbahaya, dan merupakan sensasi fisiologis vital. Intensitas stimulus sebanding dengan intensitas nyeri. Contoh: nyeri pada operasi, nyeri akibat tusukan jarum, dll. b) Nyeri Inflamatorik Nyeri dengan stimulasi kuat atau berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan atau lesi jaringan. Nyeri tipe II ini dapat terjadi akut dan kronik dan pasien dengan tipe nyeri ini, paling banyak datang ke fasilitas kesehatan. Contoh: nyeri pada rheumatoid artritis. c) Nyeri Neuropatik Merupakan nyeri yang terjadi akibat adanya lesi sistem saraf perifer (seperti pada neuropati diabetika, post-herpetik neuralgia, radikulopati lumbal, dll) atau sentral (seperti pada nyeri pasca cedera medula spinalis, nyeri pasca stroke, dan nyeri pada sklerosis multipel).
d) Nyeri Fungsional Bentuk sensitivitas nyeri ini ditandai dengan tidak ditemukannya abnomalitas perifer dan defisit neurologis. Nyeri disebabkan oleh respon abnormal sistem saraf terutama hipersensitifitas aparatus sensorik. Beberapa kondisi umum memiliki gambaran nyeri tipe ini yaitu fibromialgia, iritable bowel syndrome, beberapa bentuk nyeri dada non-kardiak, dan nyeri kepala tipe tegang. Tidak diketahui mengapa pada nyeri fungsional susunan saraf menunjukkan sensitivitas abnormal atau hiper-responsifitas (Woolf, 2004). Nyeri nosiseptif dan nyeri inflamatorik termasuk ke dalam nyeri adaptif, artinya proses yang terjadi merupakan upaya tubuh untuk melindungi atau memperbaiki diri dari kerusakan. Nyeri neuropatik dan nyeri fungsional merupakan nyeri maladaptif, artinya proses patologis terjadi pada saraf itu sendiri sehingga impuls nyeri timbul meski tanpa adanya kerusakan jaringan lain. Nyeri ini biasanya kronis atau rekuren, dan hingga saat ini pendekatan terapi farmakologis belum memberikan hasil yang memuaskan ().
4. Stimulus Nyeri Seseorang dapat Menoleransi menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, di antaranya: a. Motorik disebabkan karena Gangguan dalam jaringan tubuh Tumor, spasme otot Sumbatan dalam saluran tubuh Trauma dalam jaringan tubuh b. Thermal (suhu)
Panas dingin yang ekstrim c. Kimia Spasme otot dan iskemia jaringan
5. Teori Nyeri Ada 4 teori yang berusaha menjelaskan bagaiman nyeri itu timbul dan terasa, yaitu : a. Teori spesifik ( Teori Pemisahan) Teori yang mengemukakan bahwa reseptor dikhususkan untuk menerima suatu stimulus yang spesifik, yang selanjutnya dihantarkan melalui serabut A delta dan serabut C di perifer dan traktus spinothalamikus di medulla spinalis menuju ke pusat nyeri di thalamus. Teori ini tidak mengemukakan komponen psikologis. Menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke medula spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan. b. Teori pola (pattern) Teori ini menyatakan bahwa elemen utama pada nyeri adalah pola informasi sensoris. Pola aksi potensial yang timbul oleh adanya suatu stimulus timbul pada tingkat saraf perifer dan stimulus tertentu menimbulkan pola aksi potensial tertentu. Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi olch
modalitas respons dari reaksi sel.tu. Pola aksi potensial untuk nyeri berbeda dengan pola untuk rasa sentuhan. c. Teori kontrol gerbang (gate control) Pada teori ini bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri. Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorphin. Dikemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965
Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian ujung dorsal serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating Mechanism), mekanisme gate control ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks serebri dan menimbulkan nyeri. Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika pintu gerbang tertutup Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk memanage nyeri pasien Neuromodulator bisa menutup pintu gerbang dengan cara menghambat pembentukan substansi P. Menurut teori ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang nyeri d. Teori Transmisi dan Inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impulsimpuls pada scrabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogcn opiate sistem supresif.
6. Masalah-Masalah Pada Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri) Masalah-masalah pada kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri) diartikan sesuai klasifikasi nya. Yaitu: a. Nyeri menurut tempat dan sumbernya
Peripheral pain Superficial pain (nyeri permukaan) Dreppain (nyeri dalam) Defereed ( nyeri alihan) Nyeri fisik : Nyeri fisik disebabkan karena kerusakan jaringan yang timbul dari stimulasi serabut saraf pada struktur somatik viseral. Nyeri somatic : Nyeri yang terbatas waktu berlangsungnya kecuali bila diikuti kerusakan jaringan diikuti rasa nyeri pada sigmen spinal lokasi tertentu. Nyeri Viseral : Nyeri yang sulit ditentukan lokasi nya karena lokasinya dari organ yang sakit ke seluruh tubuh. Sentral pain/ nyeri sentral thalamik : Nyeri ini terjadi karena perangsangan system saraf pusat,spinal cord,batang otak,dll. Psyhcogenik pain : Nyeri yang dirasakan tanpa penyebab mekanik, tetapi akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Biasanya disebabkan oleh ketegangan otot yang kronis yang terjadi pada klien yang mengalami stress yang lama. b. Nyeri menurut sifatnya Seperti diiris benda tajam Seperti ditusuk pisau Seperti terbakar Seperti diremas-remas c. Menurut berat dan ringannya Nyeri ringan : Nyeri yang intensitasnya ringan Nyeri sedang : Nyeri yang intensitasnya menimbulkan reaksi Nyeri Berat : Nyeri yang intensitasnya tinggi
d. Menurut waktunya Nyeri Kronis Berkembang secara progresif selama 6 bulan lebih Reaksinya menyebar Respon parasimpatis
Penampilan Depresi dan menarik diri
Pola serangan tidak jelas. Nyeri akut Berlangsung singkat kurang dari 6 bulan Terelokasi Respon system saraf parasimpati
Penampilan: Gelisah , cemas
Pola serangan jelas Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri 1) Usia 2) Lingkungan 3) Keadaan fisik 4) Pengalaman masa lalu 5) Mekanisme penysuaian diri 6) Nilai-nilai budaya 7) Penilaian tingkat nyeri 8) Skala nilai menurut Mc. Gill 0 = tidak Nyeri 1 = Nyeri ringan 2 = Tidak menyenangkan 3 = Nyeri menekan
4 = Sangat Nyeri 5
= Nyeri yang menyiksa
9) Skala penilaian expresi wajah nyeri (whole dan Wrong) o Skema tubuh (body outline) o Skala numeric ( 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ) Penyebab Rasa Nyeri : 1. Trauma Trauma mekanik : benturan, gesekan, dll Trauma thermis : panas dan dingin Trauma Chermis :tersentuh asam/basa kuat 2. Neoplasama Neoplasama jinak Neoplasma ganas 3. Peradangan : Abses ,pleuritis,dll 4. Gangguan pembuluh darah 5. Trauma psikologis
Teori keperawatan yang membahas tentang kebutuhan dasar manusia yaitu teori keperawatan Virginia Henderson. Virginia Henderson mengidentifikasi 14 kebutuhan dasar manusia (klien), antara lain: 1. Bernapas secara normal 2. Makan dan minum dengan cukup 3. Membuang kotoran tubuh 4. Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan 5. Tidur dan istirahat 6. Memilih pakaian yang sesuai
7. Menjaga suhu badan tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan 8. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat dengan baik dan melindungi integument 9. Menghindar dari bahaya dalam lingkungan dan yang bisa melukai 10.Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kenutuhan, rasa takut, atau pendapat-pendapat 11.Beribadah sesuai keyakinan seseorang 12.Bekerja dengan suatu cara yang mengandung unsur prestasi 13. Bermain atau terlibat dalam beragan bentuk rekreasi 14. Belajar, mengetahui, atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas-fasilitas ksehatan yang tersedia. Dari ke-14 kebutuhan dasar diatas, kebutuhan dasar yang terganggu ketika orang mengalami nyeri yaitu: 1. Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan 2. Tidur dan istirahat 3. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat dengan baik dan melindungi integument 4. Bekerja dengan suatu cara yang mengandung unsur prestasi 5. bermain atau terlibat dalam beragan bentuk rekreasi 6. Belajar, mengetahui, atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas-fasilitas ksehatan yang tersedia. Hal-hal yang terganggu diatas dikarenakan keterbatasan gerak klien akibat nyeri. Kebutuhan dasar manusia menurut maslow yang terganggu akibat nyeri,
yaitu: kebutuhan fisiologis (tidur, istirahat, latihan kegiatan, rasa nyaman, kebersihan), kebutuhan keselamatan dan keamanan (bebas dari rasa sakit).
7. Etiologi (patofisiologi) Penggolongan nyeri yang sering digunakan adalah klasifikasi berdasarkan satu dimensi yaitu berdasarkan patofisiologi (nosiseptif vs neuropatik) ataupun berdasarkan durasinya (nyeri akut vs kronik). 1) Nosiseptik vs Neuropatik Berdasarkan patofisiologinya nyeri dibagi menjadi nyeri nosiseptik dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh adanya stimuli noksius (trauma, penyakit atau proses radang). Dapat diklasifikasikan menjadi nyeri viseral, bila berasal dari rangsangan pada organ viseral, atau nyeri somatik, bila berasal dari jaringan seperti kulit, otot, tulang atau sendi. Nyeri somatik sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu superfisial (dari kulit) dan dalam (dari yang lain). Pada nyeri nosiseptik system saraf nyeri berfungsi secara normal, secara umum ada hubungan yang jelas antara persepsi dan intensitas stimuli dan nyerinya mengindikasikan kerusakan jaringan. Perbedaan yang terjadi dari bagaimana stimuli diproses melalui tipe jaringan menyebabkan timbulnya perbedaan
karakteristik.
Sebagai
contoh
nyeri
somatik
superfisial
digambarkan sebagai sensasi tajam dengan lokasi yang jelas, atau rasa terbakar. Nyeri somatik dalam digambarkan sebagai sensasi tumpul yang difus. Sedang nyeri viseral digambarkan sebagai sensasi cramping dalam yang sering disertai nyeri alih (nyerinya pada daerah lain).
8.
Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya kerusakan atau disfungsi dari sistim saraf baik perifer atau pusat. Penyebabnya adalah trauma, Etiologi (patofisiologi) Penggolongan nyeri yang sering digunakan adalah klasifikasi berdasarkan
satu dimensi yaitu berdasarkan patofisiologi (nosiseptif vs neuropatik) ataupun berdasarkan durasinya (nyeri akut vs kronik). radang, penyakit metabolik (diabetes mellitus, DM), infeksi (herpes zooster), tumor, toksin, dan penyakit neurologis primer. Dapat dikategorikan berdasarkan sumber atau letak terjadinya gangguan utama yaitu sentral dan perifer. Dapat juga dibagi menjadi peripheral mononeuropathy dan polyneuropathy, deafferentation pain, sympathetically maintained pain, dan central pain. Nyeri neuropatik sering dikatakan nyeri yang patologis karena tidak bertujuan atau tidak jelas kerusakan organnya. Kondisi kronik dapat terjadi bila terjadi perubahan patofisiologis yang menetap setelah penyebab utama nyeri hilang. Sensitisasi berperan dalam proses ini. Walaupun proses sensitisasi sentral akan berhenti bila tidak ada sinyal stimuli noksius, namun cedera saraf dapat membuat perubahan di SSP yang menetap. Sensitisasi menjelaskan mengapa pada nyeri neuropatik memberikan gejala hiperalgesia, alodinia ataupun nyeri yang persisten. Nyeri neuropatik dapat bersifat terus menerus atau episodik dan digambarkan dalam banyak gambaran seperti rasa terbakar, tertusuk, shooting, seperti kejutan listrik, pukulan, remasan, spasme atau dingin. Beberapa hal yang mungkin berpengaruh pada terjadinya nyeri neuropatik yaitu sensitisasi perifer, timbulnya aktifitas listrik ektopik secara spontan, sensitisasi sentral, reorganisasi struktur, adanya proses disinhibisi sentral, dimana mekanisme inhibisi dari sentral yang normal menghilang, serta
terjadinya gangguan pada koneksi neural, dimana serabut saraf membuat koneksi yang lebih luas dari yang normal. 2) Akut vs Kronik Nyeri akut diartikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang kompleks berkaitan dengan sensorik, kognitif dan emosional yang berkaitan dengan trauma jaringan, proses penyakit, atau fungsi abnormal dari otot atau organ visera. Nyeri akut berperan sebagai alarm protektif terhadap cedera jaringan. Reflek protektif (reflek menjauhi sumber stimuli, spasme otot, dan respon autonom) sering mengikuti nyeri akut. Secara patofisiologi yang mendasari dapat berupa nyeri nosiseptif ataupun nyeri neuropatik. Nyeri kronik diartikan sebagai nyeri yang menetap melebihi proses yang terjadi akibat penyakitnya atau melebihi waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan, biasanya 1 atau 6 bulan setelah onset, dengan kesulitan ditemukannya patologi yang dapat menjelaskan tentang adanya nyeri atau tentang mengapa nyeri tersebut masih dirasakan setelah proses penyembuhan selesai. Nyeri kronik juga diartikan sebagai nyeri yang menetap yang mengganggu tidur dan kehidupan sehari-hari, tidak memiliki fungsi protektif, serta menurunkan kesehatan dan fungsional seseorang. Penyebabnya bermacam-macam dan dipengaruhi oleh factor multidimensi, bahkan pada beberapa kasus dapat timbul secara de novo tanpa penyebab yang jelas. Nyeri kronik dapat berupa nyeri nosiseptif atau nyeri neuropatik ataupun keduanya. Nyeri kronik sering di bagi menjadi nyeri kanker (pain associated with cancer) dan nyeri bukan kanker (chronic non-cancer pain, CNCP). Banyak ahli yang berpendapat bahwa nyeri kanker diklasifikasi terpisah karena komponen akut dan kronik yang dimilikinya, etiologinya yang sangat beragam, dan berbeda dalam secara signifikan dari CNCP baik dari segi waktu, patologi dan strategi penatalaksanaannya. Nyeri kanker ini disebabkan
oleh banyak faktor yaitu karena penyakitnya sendiri (invasi tumor ke jaringan lain, efek kompresi atau invasi ke saraf atau pembuluh darah, obstruksi organ, infeksi ataupun radang yang ditimbulkan), atau karena prosedur diagnostik atau terapi (biopsy, post operasi, efek toksik dari kemoterapi atau radioterapi). (Sudoyo WA, Setyo Hadi B, Alwi I, dkk,2010)
2.2 konsep asuhan keperawatan 1. Pengkajian keperawatan a. pengumpulan data b. keluhan utama 1) Keluhan yang paling dirasakan pasien 2) Klien mengatakan nyeri a) P (paliatif) : factor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri b) Q (qualitative) : seperti apa,tajam,tumpul, atau tersayat c) R (region) : daerah perjalanan nyeri d) T (time) : lama waktu serangan atau frequensi nyeri 2. Pemeriksaan fisik a. Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan b. Perilaku : meletakan tangan di paha,tungkai,dan paha flexi c. Expresi wajah 3. Diagnose keperawatan a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubung dengan kerusakan jaringan b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubung dengan stress c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubung dengan penyampaian 4. Rencana tindakan Diagnose 1 : ganguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan Defenisi : suatu perasaan yang tidak menyenangkan atau disebabkan oleh stimulus spesifik seperti mekanik atau elektrik pada ujung syaraf Tujuan : penurunan tingkat nyeri Perubahan dalam rasa nyaman
Intervensi : 1. Lakukan pendekatan dengan pasien dan keluarga Rasionalnya : agar pasien dan keluarganya lebih kooperatif dalam tindakan keperawatan. 2. Kaji tingkatan nyeri Rasionalnya : untuk mengetahui tingkatan nyeri 3. Menciptakan lingkungan yang nyaman Rasionalnya : untuk memberikan ketenangan kepada pasien 4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi Rasionalnya : untuk mengurangi rasa nyeri 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan analgesic Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri 5. Implementasi Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar impelemntasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya. Pertama – tama harus mengiidentifikasi prioritas perawat klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan lainnya. Kemudian dengan menggunakan data dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatannya. 6. Evaluasi Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakuakan dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya : 1. Hilangnya perasaan nyeri 2. Menurunya intensitas nyeri 3. Adanya respon fisiologis yang baik 4. Pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari tanpa keluhan nyeri.
Bab III KESIMPULAN 3.1 kesimpulan Nyeri adalah sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan. (Wilkinson, Judith. M, 2007). Nyeri merupakan sumber penyebab frustasi, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Nyeri dapat merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit. (Potter dan Perry, 2009). Karya Tulis Ilmiah ini membahas kasus pada seorang klien yaitu An. M berusia 13 tahun, laki-laki, dengan diagnosa medis Hernia Inguinalis, masuk ke RS dr. Pirngadi pada tanggal 16 Juni 2013 dan dilakukan operasi Herniotomi, lalu dirawat inap di Ruang IX Bedah Anak. Pada klien dilakukan pengkajian, ditemukan data subjektif klien mengeluhkan nyeri pada lokasi pembedahan dan data objektif antara lain skala nyeri 6, klien tampak meringis, klien takut bergerak merubah posisi, gelisah, dan banyak berkeringat. Dengan data-data diatas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan Gangguan rasa nyaman : nyeri sebagai masalah prioritas. Untuk menangani masalah nyeri tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan antara lain : mengkaji nyeri, lokasi, skala nyeri, dan tandatanda vital, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, memberi posisi nyaman saat tidur atau duduk, mengajarkan teknik distraksi, mendengarkan keluhan klien, dan melakukan tindakan kolaborasi dalam pemberian analgetik. Pasien mengalami penurunan skala nyeri setiap hari, lalu pada hari keempat klien sudah dapat beradaptasi sepenuhnya terhadap nyeri dengan skala 3, masalah nyeri teratasi. 3.2 Saran Diharapkan kepada perawat untuk lebih memperhatikan gangguan rasa nyaman yang dialami oleh klien dengan skala kecil sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan. Dimulai dari pengkajian yang tepat untuk mendapatkan data yang akurat sehingga kriteria hasil tercapai dan kebutuhan dasar klien terpenuhi. Dengan asuhan keperawatan yang tepat penatalaksanaan nyeri dapat berlangsung maksimal demi terpenuhinya kebutuhan dasar klien akan kenyamanan.
DAFTAR PUSTAKA H. Alinul, A. Aziz 2011. Pengantar konsep dasar manusia 1. Jakarta : salemba medika
Hidayat A. 2009. Pengantar kebutuhan dasar manusia, buku 1. Salemba medika, Jakarta
Setia budi. 2012. Konsep dan penulisan dokumentasi asuhan keperawatan teori dan praktik. Graha ilmu,ruko jambawasri no. 7A, Yogyakarta.
Ns. Eni kusyati, S.Kep, DKK. 2006. Keterampilan dan prosedur laboratorium keperawatan dasar. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Tunansuri A. 2010. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.