Konjungtivitis.pptx

  • Uploaded by: Elsy Sastri
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konjungtivitis.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,079
  • Pages: 30
KONJUNGTIVITIS Utari Yunie Atrie, S. Kep, Ns

1

Pengertian • Konjungtivitas

adalah inflamasi peradangan konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat, mata tampak merah sehingga sering disebut penyakit mata merah (Brunner dan Suddarth, 2001).

2

• Konjungtivitis

lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.

• Konjungtivitis

terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008).

3

Akper Antariksa 2013/2014

4

Akper Antariksa 2013/2014

5

ETIOLOGI Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya : • Konjungtivitis akut bacterial, mis: konjungtivitis blenore, konjungtivitis gonore, - konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler, konjungtivitis kataral. • Konjungtivitis akut viral, mis: keratokonjungtivitis epidemik, demam faringokonjungtiva, keratokonjungtivitis herpetic.

6

• Konjungtivitis akut jamur • Konjungtivitis akut alergik • Konjungtivitis kronis, mis: trakoma.

Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi, nutrisi kurang vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ultraviolet), juga merupakan etiologi dari konjungtivitis. ( Sumber: Mansjoer, Arif dkk., 2001,Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI, Jakarta.) 7

KLASIFIKASI 1). Konjungtivitis Bakteri Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.

8

2). Konjungtivitis bakteri hiperakut Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.

9

3). Konjungtivitis Viral Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.

10

4). Konjungtivitis Alergi Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin).

11

Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing)

12

5). Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.

13

14

PATOFISIOLOGI • Konjungtiva

karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim.

15

• Adanya

agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). • Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel – sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur. 16

• Adanya

peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata.

17

• Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang

hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.

18

PATHWAY

Akper Antariksa 2013/2014

19

MANIFESTASI KLINIS 1) Konjungtivitis Bakteri • Gejalanya,

dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau mukus dan berkembang menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada konjungtivitis jenis ini. Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea

20

2) Konjungtivitis Bakteri Hiperakut • Sering

disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang masif. Gejala lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata bengkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri. Diplokokus gram negatif dapat diidentifikasi dengan pewarnaan Gram pada sekret. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik.

21

3) Konjungtivitis Viral • Gejalanya

: Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi adanya benda asing pada mata. Epifora merupakan gejala terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital. Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis, dan infeksi saluran napas atas.

Akper Antariksa 2013/2014

22

4)

Konjungtivitis Alergi a. Mata Gatal b. Panas c. Mata berair d. Mata merah e. Kelopak mata bengkak

23

5)Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ). Tanda- tanda blenore adalah sebagai berikut: a. ditularakn dari ibu yang menderita penyakit GO b. merupakakan penyebab utama oftalmia neonatorum c. memberikan sekret purulen padat sekret yang kental d. perdarahan subkonjungtiva. 24

MANIFESTASI KLINIS SECARA UMUM Tanda-tanda konjungtivitis, yakni: konjungtiva berwarna merah (hiperemi) membengkak. produksi air mata berlebihan (epifora).

dan

kelopak

mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.

25

pembesaran

pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan. pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya. terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein). dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).

26

KOMPLIKASI Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya: Glaucoma Katarak ablasi

retina

27

komplikasi

pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

28

komplikasi

pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta

komplikasi

konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan

29

REFERENSI • Brunner

& suddarth.2001. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC

• Corwin Elizabeth, 2001, Pathofisiologi, EGC, Jakarta. • Doengoes,

Marilyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.ed 3. Jakarta : EGC

• Mansjoer,

Arif dkk., 2001, Kapita Selekta KedokteranEdisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI, Jakarta.

30

More Documents from "Elsy Sastri"