Kompas 4sept09 F 1 Gempa Derita Yang Merata Akibat Gempa Tasikmalaya

  • Uploaded by: lp3y.org
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kompas 4sept09 F 1 Gempa Derita Yang Merata Akibat Gempa Tasikmalaya as PDF for free.

More details

  • Words: 828
  • Pages: 3
KOMPAS cetak - Derita yang Merata akibat Gempa Tasikmalaya

Page 1 of 3

Derita yang Merata akibat Gempa Tasikmalaya Jumat, 4 September 2009 | 02:56 WIB Mohammad Hilmi Faiq dan Gregorius Magnus Finesso Engkon Komariyah (40) termenung melihat para pengungsi lain mengemasi alas tidur dan selimutnya di selasar kantor Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, ya dijadikan tempat pengungsian, Kamis (3/9) dini hari. Ia kemudian mengelus kepala Desy (11), anaknya, yang tiba-tiba duduk di pangkuannya. Tak lama kemudian ia bangkit dan mengambil mi instan campur ikan sarden untuk santap sahu Tampak sekali Engkon sedang tidak selera makan. Mi setengah bungkus itu tidak dihabiskannya. Janda dua anak ini tengah galau. Semalam suntuk ia tidak bisa memejamkan mata untuk istirahat. Pikirannya berkecamuk mengingat rumahnya yang hancur dilanda gempa berkekuat 7,3 skala Richter. Ia tidak tahu lagi apa yang akan dipakai untuk memperbaiki rumahnya. Penghasilannya sebagai buruh tani Rp 10.000 per hari kadang tidak cukup untuk memenuhi keutuhan hidup, apalagi untuk memperbaiki rumah. ”Bagaimana nanti kepala desa saja. Saya bingung,” ujarnya. Wati Laharwati (27), warga Desa Jayapura, Kecamatan Cigalontang, yang lain, pun bingung da masih panik atas gempa tersebut. Berkali-kali ia melongok ke luar tenda pengungsian saat ad suara gemuruh truk polisi lewat. Ia mengira itu gempa susulan. Untuk mengurangi rasa panik, dia memilih berada di luar tenda. ”Saya masih takut dan tidak tenang. Melihat rumah saya saja saya belum berani,” paparnya. Hal senada diungkapkan Aton Fatonah (25). Meskipun rumahnya tidak ikut rusak, ia trauma setelah merasakan guncangan gempa. Kalau boleh memilih, ia memilih pindah dari Tasikmalaya. Mereka adalah sebagian kecil dari ratusan, bahkan ribuan korban gempa yang mengalami luk psikis mendalam. Meskipun sebagian besar warga menyempatkan diri untuk melihat keadaan rumahnya pada Kamis pagi, mereka bertiga memilih berdiam di pengungsian. Butuh pendekat serius oleh para ahli untuk memulihkan kondisi psikis para korban. Kondisi traumatis ini juga terjadi pada anak- anak. Meskipun sering terlihat tertawa gembira menyambut kendaraan para tamu seperti pejabat dan relawan, termasuk jurnalis, yang mengunjungi rumah para korban, tak jarang di antara mereka beberapa saat kemudian

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/04/02561227/derita.yang.merata.akibat.gempa.tasik ... 9/7/2009

KOMPAS cetak - Derita yang Merata akibat Gempa Tasikmalaya

Page 2 of 3

menangis karena merasa bosan di pengungsian. Seperti dituturkan Ainur Rohmah (34), warga RT 06 RW 02 Desa Jayapura. ”Widya, anak saya yang berumur empat tahun, sering bertanya kenapa tidak tidur dan sahur di rumah. Saya tidak tega menjawab rumah kami sudah roboh. Setelah itu, dia biasanya menangis,” ujarnya. Enjang (7) mengaku mengetahui rumahnya di RT 01 RW 02 telah hancur karena gempa. Namun, dia hanya terdiam sambil berlalu saat ditanyakan perasaannya kehilangan rumah tempat selama ini berteduh. Siti Rochimah, salah satu guru SDN I Cigalontang, mengaku lebih mengkhawatirkan trauma psikologis yang terjadi pada anak kecil. Hal ini karena kesadaran anak-anak sebenarnya belum mampu menjangkau dan memahami kenyataan hidup yang pahit seperti bencana gempa yang meluluhlantakkan masa depan keluarganya. ”Walau terlihat ceria bersama teman-temannya, biasanya mereka akan menangis saat pulang dan berkumpul bersama keluarganya,” tuturnya. Korban lain, Risris (34), berselonjor di jok depan Daihatsu Real Van dengan ditunggui suaminya, Nandang (49). Kakinya tidak sepenuhnya bisa selonjor karena keterbatasan ruang gerak. Perutnya yang membuncit terasa mulas sejak gempa berskala 7,3 skala Richter terjadi. Namun, warga Desa Jayapura yang tengah hamil sembilan bulan ini berusaha tenang. Sesekali dia mengelus perutnya yang ditutup selimut putih itu. ”Sejak gempa tadi sudah mulas-mulas. Sekarang sudah lumayan tidak begitu mulas. Semoga saja tidak lahir sekarang meski sudah waktunya. Tidak apa-apa kalau harus di mobil asal bayi saya selamat,” kata Risris dengan nada lemah. Maklum, sudah sekitar lima jam ia terbaring di jok mobil. Santi (32) juga tengah hamil delapan bulan dan duduk di jok mobil Suzuki Carry bersama Elin Marlia (35) yang menggendong bayinya, Razka Putri Maharani (20 hari). Bersama mereka duduk Roswati (39) yang juga menggendong bayinya, Alwiansyah Nur Hisyam (1,5 bulan). Mereka takut pulang setelah gempa menerjang Desa Jayapura. Santi sendiri masih waswas. Ia khawatir gempa datang lagi. Untuk itu, ia memilih mengungsi ke dalam mobil tak jauh dari tenda pengungsian yang diisi 50 warga. Sementara Elin dan Roswati mulai merasa punggungnya pegal karena berjam-jam duduk di jok mobil sambil menggendong bayi. Sesekali mereka mengubah posisi duduk karena jok terasa panas. Namun, bayi mereka tidur nyenyak. ”Serba tidak nyaman. Untungnya bayi kami bisa tidur,” kata Roswati. Dibandingkan dengan rumah warga lain, rumah Roswati tergolong tidak begitu parah kerusakannya. Hanya beberapa bagian dinding retak. Meski demikian, ia tetap tak berani masuk

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/04/02561227/derita.yang.merata.akibat.gempa.tasik ... 9/7/2009

KOMPAS cetak - Derita yang Merata akibat Gempa Tasikmalaya

Page 3 of 3

rumah karena gedung PGRI di dekat rumahnya terlihat miring. Ia khawatir gedung tersebut roboh dan menimpa rumahnya. Hal serupa dirasakan sekitar 1.500 warga Kabupaten Tasikmalaya yang merasakan gempa. Mereka mengungsi di tenda kecamatan. Sebagian mengungsi di tenda-tenda yang didirikan oleh warga secara mandiri. Sebagian dari mereka tak bisa tidur, khawatir gempa datang lagi. Saat anak-anak dan para ibu berkumpul di tenda, kaum lelaki berkeliling berjaga-jaga di sekitar tenda. ”Kami belum berani balik ke rumah sebelum ada jaminan keamanan dari pemerintah,” kata Nandang.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/04/02561227/derita.yang.merata.akibat.gempa.tasik ... 9/7/2009

Related Documents