Hukuman Mati Menentang Takdir Allah?? Ditulis oleh aricloud di/pada April 10, 2007 Sekitar dua bulan yang lalu, di beberapa surat kabar ramai membicarakan tentang moralitas hukuman mati di Indonesia. Walaupun sedikit terdapat nuansa politis akibat eksekusi mati Tibo cs. Penerapan hukuman mati memang berbeda-beda pada setiap negara, ada yang membolehkan, adapula yang meniadakan, caranya pun berbeda-beda, ada yang digantung, dipancung, ditembak mati, disuntik mati, hingga dikursi listrik. Di Amerika Serikat sendiri, yang katanya paling mendukung penerapan HAM, beberapa negara bagian membolehkan penerapan hukuman mati. Oleh karena itu Ted Bundy, pembunuh berantai berdarah dingin di tahun 74-78 di Amerika Serikat dihukum mati tahun 89 karena tertangkap di Florida yang kebetulan menerapkan hukuman mati. Yang membuat saya heran adalah, kebanyakan para penentang hukuman mati menggunakan dalih Hak Asasi Manusia untuk menghapuskan penerapan Hukuman Mati di Indonesia. Jika berlindung dibalik HAM, bagaimana dengan Hak Asasi para korban yang menjadi kebiadaban para pelaku? Bagaimana dengan Hak Asasi para pemuda untuk bebas dari tipu daya narkoba yang telah merenggut tidak sedikit nyawa?. Bahkan beberapa tokoh menyatakan bahwa penerapan hukuman mati menyalahi takdir Tuhan (Termasuk BJ Habibie yang muslim). Hal ini tentu saja menggelitik pemikiran saya. Dalam hati saya berbaik sangka, mungkin para tokoh tersebut kurang mengetahui sejarah hukum Islam?. Dalam hukum Islam jelas-jelas terdapat hukum yang membolehkan penerapan hukuman mati pada pelaku pembunuhan (hukum qishos), atau rajam pada pelaku zina yang sudah berkeluarga. Lalu bagaimana mungkin Allah menentukan hukum yang bertentangan dengan takdir-Nya sendiri?. Entri ini dituliskan pada April 10, 2007 pada 8:11 am dan disimpan dalam Takdir. . Anda bisa mengikuti setiap tanggapan atas artikel ini melalui RSS 2.0 pengumpan. Anda bisa tinggalkan tanggapan, atau lacak tautan dari situsmu sendiri.
5 Tanggapan ke “Hukuman Mati Menentang Takdir Allah??” 1.
julia_izz Berkata: April 12, 2007 pada 6:17 am
All praise be to Allah.. I do believe in His Faith… No matter what… Even when others arguing about it so deeply..
Life, death, prosperity, nobel, child, financial support and others were already written on Lauh Mahfudz… May we become the one who belives On His Destiny.. 2.
julia_izz Berkata: April 12, 2007 pada 6:18 am
BTW…Please visit my Blogs at : julia_izz.blogs.friendster.com 3.
zainuddin bgr Berkata: April 13, 2007 pada 2:22 am
Hukuman mati memang benar ada dalam islam dan hal itu tidak menentang takdir Allah. Artinya, saya setuju.. bagaimana mungkin Allah menentukan hukum yang bertentangan dengan takdir-Nya sendiri?. Dan bagaimana mungkin pula keadilan bisa terwujud jika ada sebagian masyarakat berdalih bahwa hukuman mati terhadap pelaku kejahatan berat melanggar Hak Asasi Manusia, sementara di pihak yang lain terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap korban dalam jumlah dan kualitas pelanggaran yang sangat hebat dan tidak sebanding? Dan tidakkkah mereka berfikir dan melihat dengan hukuman model apa lagi selain hukuman mati terhadap pelaku kejahatan berat tersebut agar benar-benar tuntas dan memenuhi rasa keadilan? Keadilan bagi sang korban atau keluarga korban dan yang tidak kalah pentingnya adalah demi tegaknya keadilan, menimbulkan efek jera, dan menjadi bahan pelajaran paling berharga bagi masyarakat untuk tidak coba-coba meniru kejahatan berat serupa. Berikut ini saya coba membandingkan hukuman mati dengan berbagai cara yang berlaku di Amerika, Eropa maupun Timur Tengah baik dengan cara digantung, dipancung, ditembak mati, disuntik mati, hingga dihukum mati dikursi listrik dan ada juga yang dimasukkan di dalam ruangan vakum (tanpa udara). Dan ternyata, Subhanallah… hukuman mati yang dianggap paling manusiawi adalah hukuman mati (qishos) dengan cara hukuman pancung sesuai standar syari’at Islam yaitu dengan cara memenggal leher pelaku kejahatan berat sekali tebas. Alasan manusiawinya adalah penerima hukuman mati tersebut tidak perlu mengalami penderitaan, sakit dan penyiksaan yang terlalu lama atau berkepanjangan seperti pada hukuman mati model yang lain sebelum akhirnya ajal merenggutnya. Cukup dalam hitungan detik maka sudah dapat dipastikan orang tersebut mati secara sempurna dengan kepala langsung terpisah seketika dari badan. Namun di sisi yang lain sebelum hukuman mati tersebut diterapkan secara konsisten, memang ada persyaratan-persyaratan tertentu yang wajib dipenuhi. Yaitu, jika maksudnya adalah hukuman mati menurut hukum/ syariat islam maka syarat pertama yang wajib dipenuhi adalah syariat Islam sudah benar-benar ditegakkan secara masal. Artinya kemudian, jika terdapat sebagian masyarakat
menghendaki dilaksanakannya hukuman mati secara islami namun kenyataannya masyarakat secara umum masih berhukum di luar syariat islam maka praktek hukuman mati tersebut tidak syah secara syar’i (~menurut jumhur ulama). Sedangkan syarat-syarat hukuman mati yang lain dapat dilihat secara teknis menurut sebab atau akibatnya. *Dalam hal ini saya tidak berkesempatan untuk menguraikannya secara panjang lebar. Dan jika maksudnya adalah kita ingin meniru hukuman mati seperti yang berlaku juga di sebagian negara-negara lain yang bukan berasal dari hukum islam, maka saya berlepas diri dari hal ini…Sebab pertanyaannya adalah: Adakah hukum yang lebih adil selain hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT?? TIDAK ADA. Sebab, sesungguhnya darah dan nyawa 1 orang yang tidak berdosa atau bisa jadi orang yang seharusnya tidak berhak dihukum mati karena tidak memenuhi syarat untuk dihukum mati di mata Allah SWT adalah lebih bernilai daripada bumi beserta segala isinya. Dan sesungguhnya, bagi saudara-saudara muslim dan mu’min sejati maka produk hukum apa saja yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya sudah cukup baginya. Mereka akan ikhlas menerimanya, bahkan seandainya tidak sesuai dengan hati dan nuraninya pun mereka akan tetap menerimanya. Karena sejatinya, keadilan dan kebenaran adalah milik Allah SWT. Meskipun demikian, jika dalam hal ini kita hanya sekedar membahas apakah hukuman mati itu perlu? Ya. Sebab sekali lagi, efek jera dari pelaksanaan hukuman mati tersebut telah terbukti merupakan cara terbaik membuat masyarakat menjadi jera, lebih taat hukum, lebih menghormati hak asasi manusia secara umum untuk sama-sama dapat hidup secara bebas dan tidak terdzolimi, dan lebih menutup kemungkinan adanya konflik dan budaya balas dendam di antara masyarakat secara masal apalagi secara turun-temurun. Wallahu a’lam bishawab. 4.
aricloud Berkata: April 13, 2007 pada 5:32 pm
Ya benar, syukron om zae yang telah menjelaskan cukup integral. Saya juga sepakat bahwa hukuman mati yang paling manusiawi justru hukuman pancung. Dalam buku “Cleopatra si cantik atau buruk rupa?” (saya lupa pengarangnya) dijelaskan bahwa hukuman kursi listrik ternyata sangat menyakitkan. listrik dialirkan melalui kepala yang sudah digunduli melalui kapasitor dengan perantara busa yang sudah dibasahi. pada orang normal, kematian akibat kursi listrik ini mencapai sekitar 3 menit setelah listrik diaktifkan. Namun pada orang yang berfisik kuat kadangkala bisa mencapai 10 hingga 20 menit. Bahkan ada sampai kulitnya terbakar namun belum menunjukkan tanda-tanda kematian. Masya Allah. Pada hukuman pancung, dilakukan oleh algojo yang sangat terlatih. Algojo sudah memiliki keahlian tertentu untuk memutus kepala terpidana mati sekali tebas tepat di lehernya. Dengan memisahkan hubungan antara kepala dengan tubuh, maka hubungan syaraf-syaraf serta jalan darah antara otak dengan tubuh pun terputus dengan demikian otak tidak sempat menyampaikan informasi “Rasa Sakit” ke tubuh.
Adapun reaksi tubuh yang sudah tidak berkepala yang kadangkala terlihat masih bergerak-gerak tidak menunjukkan rasa sakit. Namun semata reaksi otot seperti halnya ekor cicak yang terputus masih bergerak-gerak. http://aricloud.wordpress.com/2007/04/10/hukuman-mati-menentang-takdir-allah/ di akses tanggal July, 26th 2008 at : 06:13 PM